Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN SAINTIFIK DAN ESENSI INKUIRI DALAM

PEMBELAJARAN SAINS/BIOLOGI SERTA


PERMASALAHANNYA DI INDONESIA
(Kajian berdasarkan Permendikbud)

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah Problematika Pendidikan Bidang Studi


yang dibina oleh Prof. Dr. Siti Zubaidah, M.Pd

Disusun Oleh:
Qorry Aulya Rohmana
(150341805888)

The Learning University

PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM MAGISTER


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Februari 2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan kegiatan proses interaksi antara peserta didik
dengan pendidik pada suatu lingkungan belajar dengan menggunakan teknik,
strateegi, metode dan model tertentu sehingga menunjang pencapaian tujuan
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran memiliki tujuan adanya perilaku hasil
belajar yang diharapkan dimiliki dan dikuasai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
Pembelajaran sains di Indonesia saat ini lebih ditekankan pada kegiatan
peserta didik hal ini bertujuan untuk agar siswa aktif mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri melalui pembelajaran yang dirancang. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang
berguna untuk memberikan makna lebih pada peserta didik dalam pembelajaran.
Pembelajaran sains memerlukan pendekatan khusus yang menunjang ketrampilan
dan keaktifan siswa dalam konstruksi konsep pengetahuannya. Pendekatan
saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
penggunaan metode ilmiah dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini didasarkan
pada esensi pembelajaran yang merupakan proses ilmiah yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian
pengalaman langsung menggunakan observasi, eksperimen dan lain-lain.
Penerapan pendekatan ini diharapkan membuat peserta didik berpikir ilmiah,
logis, kritis dan objektif sesuai dengan fakta-fakta yang ada.
Dalam pembelajaran sains, ada salah satu upaya yang dapat dlakukan
pendidik dalam mengoptimalkan pembelajaran ini yaitu dengan menerapkan
pendekatan saintifik dengan model pembelajaran inkuiri. Pelaksanaan upayan ini
masih sulit diterapkan oleh sebagian pendidik di Indonesia hal ini dikarenakan
oleh beberapa hal kurang terbiasanya guru dalam menerapkan pendekatan
pembelajaran ini serta beberapa hal lainnya.
Kurikulum baru 2013 telah mencantumkan instruksi penggunaan dan
penerapan pendekatan saintifik beresensi inkuiri ini dalam pembelajaran. Hal ini

2
dapat diketahui dalam Permendikbud No.65 Tahun 2013 dalam standar proses
pembelajaran. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa permasalahan
baik dari peserta didik, guru maupun lainnya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah hakikat pendekatan saintifik dan esensi inkuiri dalam
standar proses kurikulum 2013?
2. Bagaimanakah pendekatan saintifik dalam pembelajaran sains di
Indonesia?
3. Bagaimanakah esensi inkuiri dalam pembelajaran sains di Indonesia?
4. Apa saja permasalahan dalam penerapan pendekatan saintifik dan inkuiri
dalam pembelajaran sains di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami hakikat pendekatan saintifik dan esensi inkuiri
dalam standar proses kurikulum 2013
2. Mengetahui dan memahami pendekatan saintifik dalam pembelajaran sains
di Indonesia.
3. Mengetahui dan memahami esensi inkuiri dalam pembelajaran sains di
Indonesia.
4. Mengetahui dan memahami permasalahan dalam penerapan pendekatan
saintifik dan inkuiri dalam pembelajaran sains di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Saintifik dan Esensi Inkuiri dalam Standar Proses


Kurikulum 2013
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya No. 65 Tahun 2013
tentang standar proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Ada tiga ranah kompetensi capaian kemampuan peserta didik yang harus
dicapai melalui pembelajaran diantaranya memiliki lintasan perolehan (proses
psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta (Permendikbud, 2013).
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta
mempengaruhi karakteristik standar proses. Sehingga dalam pelaksanaannya
proses pembelajaran dapat dilakukan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific),
tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran), selain itu untuk memperkuat pendekatan ini diperlukan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) (Deden, 2015).
Pendekatan saintifik yang diatur dalam kurikulum 2013 merupakan proses
pembelajaran yang dirancang agar peserta didik aktif mengkonstruksi konsep,
prinsip melalui tahapan mengamati, mengidentifikasi dan menemukan masalah,
merumuskan masalah temuan, merumuskan hipotesis atau dugaan sementara,
mengumpulkan data melalui berbagai teknik dan metode, menganalisis data yang
telah didapatkan, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep atau
prinsip yang telah ditemukan (Hosnan, 2014).

4
B. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sains
Berdasarkan Permendikbud No.65 Tahun 2013 bahwa pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik, pendekatan saintifik
dapat dilaksanakan melalui pembelajaran langsung maupun tidak langsung.
Menurut Hosnan (2014) langkah pendekatan saintifk dalam proses pembelajaran
pada kurikulum 2013 meliputi menggali informasi observing/ pengamatan,
questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
associating/menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta serta membentuk
jaringan. Pendekatan saintifk memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
Berbasis student center
Melibatkan ketrampilan proses sain dalam membangun konsep atau prinsip
Melibatkan proses kognitif yang potensial dalam perkembangan intelek
(metakognitif)
Mengembangkan karakter siswa (Hosnan, 2014).
Pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik mengupayakan
pengembangan ranah afektif, psikomotor, kognitif siswa sehingga menghasilkan
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan (soft skills) dan kecakapan
serta pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik
(Nasution, 2013). Prosedur pendekatan saintifk dalam pembelajaran diantaranya
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Mengamati
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik terarah untuk menyajikan objek
secara nyata dan fakta. Kegiatan mengamati diharapkan dilakukan dengan
mengobservasi dan mengamati objek secara mendetail. Langkah-langkah
yang dapat ditempuh dalam kegiatan ini diantaranya:
menentukan objek yang akan diamati,
membuat pedoman pengamatan sesuai dengan objek yang diamati,
menentukan jenis data yang dibutuhkan,
menentukan lokasi pengamatan,
menentukan secara jelas proses pengamatan yang akan dilakukan untuk
mengumpulkan data,
menentukan cara pencatatan hasil pengamatan.
2. Menanya

5
Kegiatan menanya dapat berasal dari guru mapun peserta didik. Kegiatan
menanya bertujuan untuk :
membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik,
mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik serta merancang solusinya,
menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
materi yang disampaikan,
membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberikan jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar,
mendorong partisipasi peserta didik untuk berdiskusi, mengembangkan
kemampuan berpikirnya,
membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi pendapat dan
masukan,
membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat,
melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati dengan yang lain.
3. Mencoba (Mengumpulkan informasi)
Kegiatan mengumpulkan informasi bertujuan untuk memberikan pengalaman
yang nyata kepada peserta didik sehingga mereka dapat memahami lebih
dalam materi yang diberikan. Pendidik harus merencanakan kegiatan
percobaan dengan sebaik-baiknya sehingga hal-hal yang dilakukan peserta
didik dapat memberikan makna kepada mereka. Adapun hal-hal yang perlu
dipersiapkan dan dilakukan guru diantaranya:
Guru merumuskan tujuan percobaan yang akan dilakukan;
guru beserta peserta didik mempersiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan;
guru memperhitungkan waktu dan tempat;
guru menyediakan lembaran kerja sebagai pengarahan pada peserta didik;
guru menyampaikan masalah yang akan diuji cobakan dalam kegiatan
percobaan;
guru membagikan lembaran kerja pada peserta didik;
peserta didik melakukan percobaan dengan bimbingan guru;
guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya
(Nasution, 2013).
4. Mengolah informasi (Asosiasi)
Kegiatan mengolah informasi bertujuan untuk menemukan hubungan antara
satu informasi dengan informasi lain. Berdasarkan Permendikbud Nomor 81a

6
Tahun 2013 bahwa kegiatan mengolah informasi adalah memproses informasi
yang telah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau
eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. Kegiatan ini melibatkan kemampuan proses
berfikir logis dan sistematis berdasarkan fakta-fakta yang telah didapatkan
untuk memperoleh suatu simpulan berupa pengetahuan (Anonim, 2013).
5. Menarik kesimpulan
Setelah menemukan hubungan serta keterkaitan antar informasi, peserta didik
dapat menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.
6. Mengkomunikasikan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan apa yang telah peserta
didik pelajari dan pahami. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menuliskan
atau menceritakan apa yang telah mereka dapatkan selama proses yang telah
mereka lalui. Berdasarkan Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 kegiatan
mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya (Anonim,
2013).
Sains/ biologi merupakan mata pelajaran yang sangat erat dengan pendekatan
saintifik, di Indonesia pun guru-guru biologi telah mengenal dengan baik
pendekatan saintifk dalam eksperimen biologi. Pendekatan saintifk mampu
meningkatkan kreativitas peserta didik melalui kegiatan mengamati, menanya,
menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. Proses pembelajaran sains dengan
pendekatan saintifik dilakukan berdasarkan panduan prosedur seperti yang telah
dijelaskan diatas. Pembelajaran biologi memerlukan praktek proses dan
ketrampilan dalam memperoleh informasi, mengolah dan menyimpulkan konsep
atau prinsip tertentu, melalui ini peserta didik mampu mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri. Dalam pembelajaran sains biologi dengan pendekatan
saintifik guru memiliki peran sebagai fasilitator, mengarahkan kegiatan
pembelajaran biologi, memberikan umpan balik, memberikan penjelasan dan
konfirmasi.

C. Esensi Inkuiri dalam Pembelajaran Sains


Dalam kurikulum 2013 penerapan pendekatan saintifik memerlukan
penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan ruh pendekatan

7
saintifik. Model pembelajaran dalam kurikulum ini merupakan kerangka
konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan, logis,
pengaturan dan budaya. Model pembelajaran dalam kurikulum 2013 antara lain
discovery learning, project-based learning, problem-based learning dan inquiry
learning (Permendikbud tahun 2014 no. 103).
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa
dalam memecahkan masalah yang meliputi kegiatan mengobservasi, merumuskan
pertanyaan yang relevan, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
menggumpulkan data, menganalisis dan menginterprestasikan data dan menarik
kesimpulan serta mengkomunikasikan hasilnya. Inkuiri sendiri memiliki arti
pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan. Strategi inkuiri merupakan suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik
secara maksimal untuk menemukan dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri (Trianto 2011).
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa
secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara
logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, (3) mengembangkan sikap percaya
pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Peran guru
dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
sebagai motivator dalam memberi rangsangan agar siswa aktif dan
bergairah dalam berpikir,
sebagai fasilitator dalam membantu kesulitan peserta didik
sebagai penanggungjawab seluruh kegiatan kelas,
sebagai pengarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan
sebagai manajer pengelola kelas
sebagai rewarder
Ciri-ciri pembelajaran inkuiri menurut Hosnan (2014) adalah :
menekankan aktivitas peserta didik untuk mencari dan menemukan
mengarahkan aktivitas peserta didik untuk mencari dan menemukan
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakannya

8
pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
sistematis, logis, dan kritis
Langkah dalam pembelajaran inkuiri secara umum diantaranya melakukan
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil
dalam memperoleh dan menganalisis informasi (Deden, 2015). Menurut Sanjaya
(2008), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah berikut.
1. Orientasi atau Stimulasi
Langkah ini bertujuan untuk membentuk dan mengkondisikan suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
tahapan orientasi ini adalah: 1) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar
yang diharapkan dapat tercapai oleh siswa, 2) menjelaskan pokok-pokok
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, 3)
menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah adalah langkah awal untuk membawa peserta didik
pada suatu persoalan yang menantang untuk berpikir dan dipecahkan. Proses
pencarian pemecahan masalah ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
bagi peserta didik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan
masalah, diantaranya: 1) masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa,
2) masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang
jawabannya pasti, 3) konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep
yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara dari permasalahan yang sedang
dikaji. Dugaan ini perlu diuji kebenarannya. Guru dapat mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) peserta didik melalui berbagai
pertanyaan yang mengarahkan agar siswa dapat merumuskan dugaan atau
jawaban sementara. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajukan
hipotesis, diantaranya adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang

9
dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
berbagai pikiran kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas mengambil informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Dalam menguji hipotesis yang terpenting ialah mencari tingkat keyakinan
siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban
yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan tahap paling sulit dalam proses pembelajaran, oleh karena
banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan
tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang releven.
Penerapan esensi inkuiri dalam pembelajaran sains dilakukan dengan melatih
peserta didik untuk memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman sains dan
mengembangkan ketrampilan belajar sains serta literasi sains. Esensi inkuiri
dalam pembelajaran dapat memberikan dampak positif dalam diri siswa seperti
mengingkatkan kepercayaan diri, pengharapan, bakat, dan memberikan
kesempatan bagi oeserta didik untuk mengasimilasi atau mengolah informasi.
Pembelajaran berbasis inkuiri juga menekankan pada pengalaman langsung yang

10
diberikan pada siswa untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam
memahami alam secara ilmiah (Anggraeni dkk, 2013).
Sains biologi memerlukan model pembelajaran yang memberikan kesempatan
pada siswa untuk melakukan sesuatu proses untuk meningkatkan pemahamannya
tentang alam sekitar. Esensi inkuiri dalam pembelajaran dapat diperoleh dengan
mengikuti langkah-langkah metode ilmiah dan mengarahkan peserta didik untuk
belajar menjadi ilmuan. Pengetahuan dan ketrampilannya diharapkan bukan hanya
menghafal teori tapi juga menemukan dan membuktikan sendiri teori atau konsep
tertentu melalui kegiatan eksperimen.
.
D. Permasalahan dalam Penerapan Pendekatan Saintifik dan Esensi Inkuiri
dalam Pembelajaran Sains di Indonesia
Kurikulum 2013 telah mengarahkan proses pembelajaran yang lebih tersistem
dan lebih baik untuk pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan
menggunakan pendekatan saintifik dan berbagai model pembelajaran. Hal ini
kemudian telah dilaksanakan oleh sebagian guru dalam melaksanakan
pembelajaran sains. Dalam perjalanannya penerapan pendekatan saintifik dan
esensi inkuiri dalam pembelajaran sains di Indonesia tidak serta merta mulus dan
lancar menyeluruh. Ada berbagai kesulitan dan permasalahan dalam penerapan
tersebut.
Permasalahan ini meliputi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru maupun
siswa dalam penerapan pendekatan saintifik dan esensi inkuiri dalam
pembelajaran sains biologi. Masih banyak sebagian guru yang belum bisa
memaksimalkan penerapan pendekatan ini atau malah bahkan ada yang belum
bisa menerapkan pendekatan ini dalam pembelajarannya, mereka masih ada yang
menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan guru masih
merasa kesulitan dalam pelaksanaannya. Permasalahan yang timbul dalam
penerapan dan pelaksanaan pendekaatan saintifik dan esensi inkuiri dalam
pembelajaran sains/biologi diantaranya:
1. Permasalahan dari Guru
Guru masih kesulitan dalam memotivasi siswa untuk ikut aktif dalam
kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, hal ini dikarenakan

11
motivasi siswa dalam ikut bertanya, aktif melakukan kajian literasi, aktif
dalam melakukan eksperimen masih kurang atau rendah.
Guru masih kesulitan dalam mengarahkan dan mengontrol siswa untuk
ikut berperan dalam kegiatan inkuiri yang dilakukan, hal ini dikarenakan
jumlah siswa terlalu banyak dan siswa masih kesulitan dalam memahami
kegiatan apa sebenarnya yang ingin dilakukan.
Guru masih kesulitan dalam mengontrol dan menilai keberhasilan peserta
didik dari berbagai kegiatan baik afektif, psikomotor maupun kognitif, hal
ini dikarenakan penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan ini cenderung lebih kompleks dan lebih rumit,
selain itu juga memerlukan rubrik penilaian yang banyak.
Beberapa guru kurang telaten dalam melaksanakan prosedur dan langkah
pembelajaran 5 M dengan pendekatan ilmiah dan esensi inkuiri. Hal ini
disebabkan guru harus mendampingi, mengarahkan, memfasilitasi peserta
didik aktif dalam proses kegiatan pembelajaran mulai dari mencari dan
menemukan masalah hingga menarik kesimpulan atau
mengkomunikasikan hasil temuannya.
Guru membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama untuk memaksimalkan
pembelajaran. Hal ini dikarenakan kegiatan berbasik pendekatan ilmiah
memang memerlukan setiap tahapan kegiatan yang penuh pemikiran
ilmiah, sehingga waktu yang dibutuhkan lama..
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang berasal dari
guru tersebut adalah melalui bimbingan dan pendampingan, hal ini dapat
dilakukan dengan pelatihan-pelatihan guru baik melalui KKG, melalui
pelatihan khusus dan lain sebagainya. Pelatihan ini terutama berkaitan
dengan teknis persiapan dan pelaksanaan pendekatan saintifik dan inkuiri
dalam pembelajaran, bagaimana mengembangkan tugas yang mendorong
anak untuk melakukan pengamatan yang sungguh-sungguh, tekun, jujur,
obyektif, dan tajam, serta bermanfaat, bagaimana membuat siswa mau dan
mampu menanya, bagaimana guru mendampingi siswanya belajar (mulai
dari memantau kemajuan belajarnya, mempertanyakan apa yang dipikirkan
dan diperoleh siswa, memberikan umpan balik yang baik, dan mendorong

12
siswa untuk mengembangkan ide kreatifnya secara optimal) (Fatmawati,
2014).
Masalah waktu guru harus benar-benar mahir memanajemen waktu untuk
melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan ini, guru dapat
membuat rancangan schedule yang jelas untuk berbagai kegiatan yang akan
dilakukan siswa. Masalah penilaian dapat diatasi dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan dan bimbingan dalam membuat rubrik dan instrumen
penilaian kegiatan siswa.
2. Permasalahan dari Siswa
Siswa masih terbiasa dengan metode pembelajaran konvensional atau
ceramah. Informasi yang didapatkan bersumber dari guru sehingga siswa
cenderung pasif dan hanya menerima saja. Sulit bagi siswa untuk diajak
berproses berpikir akibatnya mereka kesulitan untuk diajak memecahkan
masalah, bertanya dan menjawab pertanyaan.
Siswa memerlukan waktu yang lama untuk memahami apa yang akan
dilakukan dan apa yang sedang mereka lakukan. Sehingga ditengah
kegiatan kadang mereka mengalami kebingungan.
Solusi dari permasalahan ini adalah guru harus mulai membiasakan siswa ikut
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, memberikan motivasi-
motivasi untuk meningkatkan keaktifan dan antusias siswa. Selain itu guru
dapat memberikan stimulus-stimulus pertanyaan untuk menggiring siswa agar
mampu memunculkan pertanyaan atau menjawab pertanyaan. Guru harus
telaten mengarahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. guru harus berperan
aktif dalam pembentukan kepribadian siswa sehingga menjadi mandiri, hal ini
bisa di mulai dengan guru senantiasa menggali potensi siswa secara mandiri
dalam pemberian tugas ataupun dalam hal sosial lainnya (Nurjanah, 2013).
3. Permasalahan lain
Permasalahan lainnya adalah kurang menunjangnya bahan ajar kegiatan
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik dan esensi inkuiri yang beredar.
Solusinya perlu bahan ajar yang baik yang menunjang dan sesuai dengan
basis saintifik dan inkuiri agar mempermudah guru dalam mengarahkan siswa
terhadap kegiatan ilmiah yang dilakukan.

13
Upaya yang dilakukan untuk membelajarkan IPA kepada siswa yang berbasis
inkuiri dan pendekatan ilmiah perlu dilakukan secara terpadu dan serempak pada
berbagai jenjang dan melibatkan pendidik pada berbagai level. Inkuiri dan
saintifik hendaknya tidak dipandang dan diterapkan sekedar sebagai metode,
pendekatan atau model pembelajaran, melainkan dipandang dan diterapkan
sebagai kemampuan yang peru dikembangkan dan diukur pada pihak siswa yang
belajar dan terutama pada dirinya sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum 2013 telah mengarahkan penerapan pendekatan saintifik dan
esensi inkuiri dalam pembelajaran pada standar proses pembelajaran. Hal
ini diatur dalam Permendikbud No. 65, 81 Tahun 2013.
Pembelajaran biologi memerlukan praktek proses dan ketrampilan dalam
memperoleh informasi, mengolah dan menyimpulkan konsep atau prinsip
tertentu, melalui ini peserta didik mampu mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri.

14
Pendekatan saintifk mampu meningkatkan kreativitas dan pencapaian 3
ranah kompetensi peserta didik melalui kegiatan mengamati, menanya,
menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.
Penerapan esensi inkuiri dalam pembelajaran sains dilakukan dengan
melatih peserta didik untuk memecahkan masalah, meningkatkan
pemahaman sains dan mengembangkan ketrampilan belajar sains serta
literasi sains.
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa
dalam memecahkan masalah yang meliputi kegiatan mengobservasi,
merumuskan pertanyaan yang relevan, merencanakan eksperimen,
melakukan eksperimen, menggumpulkan data, menganalisis dan
menginterprestasikan data dan menarik kesimpulan serta
mengkomunikasikan hasilnya.
Permasalahan dalam penerapan pendekatan saintifik dan esensi inkuiri
dalam pembelajaran sains meliputi permasalahan yang terjadi dari guru,
siswa dan lainnya. Permasalahan ini meliputi kesulitan-kesulitan dalam
pelaksanaan pendekatan ini, sehingga diperlukan solusi yang membantu
meningkatkan penerapan pendekatan saintifik dan inkuiri dengan
maksimal

B. Saran
Upaya yang dilakukan untuk membelajarkan sains biologi kepada siswa yang
berbasis inkuiri dan pendekatan ilmiah perlu dilakukan secara terpadu dan
serempak pada berbagai jenjang dan melibatkan pendidik pada berbagai level.
Inkuiri dan saintifik tidak hanya dipandang sebagai model pembelajaran namun
juga sebagai kemampuan dan usaha untuk mengembangkan potensi belajar siswa.

15
DAFTAR RUJUKAN

Anggareni, N.W., Ristiati dan Widiyanti. 2013. Impementasi Strategi


Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan
Pemahaman Konsep IPA Siswa SMP. (Jurnal). Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 3 Tahun 2013.

Anonim. 2013. Pendekatan Saintifik, (Online), (https://pengawasmadrasah.files.


wordpress.com/2013/11/10-pendekatan-saintifik.pdf), diakses tanggal 12
Februari 2016

Deden, 2015. Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Menggunakan Model


Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran Ekonomi, (Prosiding Seminar
Nasional 9 Mei 2015). Universitas Negeri Surabaya

16
Fatmawati, S. 2014. Pendekatan Scientific Dalam Kurikulum 2013, (Online),
(http://kumpulanartikelmahasiswa.blogspot.co.id/2014/), diakses tanggal 12
Februari 2016

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran


Abad 21 kunci sukses implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Nasution, Khairiah. 2013. Aplikasi Model Pembelajaran dalam Perspektif


Pendekatan Saintifik, (Online), http://sumut.kemenag.go.id/file/file/
TULISAN PENGAJAR/nqtx1392172430.pdf), diakses tanggal 12 Februari
2016

Nurjanah, Astria. 2013. Penerapan Strategi Pembelajran Inkuiri untuk


Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa, (Online). http://pips.upi.edu/
berita-7-penerapan-strategi-pembelajaran-inkuiri.html), diakses tanggal 12
Februari 2016

Permendikbud No. 103 Tahun 2014, Lampiran Pembelajaran pada Pendidikan


Dasar dan Pendidikan Menengah, (Online), (www.bsnp-indonesia.urg//pdf),
diakses tanggal 12 Februari 2016

Permendikbud No. 64 Tahun 2013, Lampiran Tentang Standar Proses Pendidikan


Dasar dan Menengah, (Online), (www.bsnp-indonesia.urg//pdf), diakses
tanggal 12 Februari 2016

Permendikbud No. 81 Tahun 2013, Lampiran Tentang Standar Proses Pendidikan


Dasar dan Menengah, (Online), (www.bsnp-indonesia.urg//pdf), diakses
tanggal 12 Februari 2016

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Media Grup.

Trianto, 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

17

Anda mungkin juga menyukai