Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Manajemen Strategik
Kelas VII-B
Kelompok 11
Lia Rosalina 41152010140012
Riska Novilaria
Restu Destian S 41152010140184
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Dengan
pembuatan Makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Manajemen Strategik mengenai Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility).
Dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini . kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.
Atas kritik dan saran yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... I
DAFTAR ISI.....................................................................................................................II
BAB I...............................................................................................................................IV
PENDAHULUAN...........................................................................................................IV
BAB II...............................................................................................................................1
PEMBAHASAN...............................................................................................................1
3
BAB III...........................................................................................................................31
PENUTUP.......................................................................................................................31
A. KESIMPULAN...........................................................................................................31
B. SARAN......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................32
4
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hari Raya Idul Fitri atau yang biasa disebut dengan lebaran menjadi
momentum yang sangat penting dan merupakan fenomena sosial bagi sebagian
masyarakat di Indonesia untuk mudik ke kampung halamannya. Selain untuk
memanfaatkan libur hari raya untuk berkumpul dengan keluarga di kampung
halaman, mudik juga memiliki efek perbaikan hidup atau terapi untuk
menghilangkan rasa kehilangan bagi mereka yang hidup jauh dari orang tua dan
keluarga. Oleh karena itu, ketersediaan transportasi serta pelayanan yang baik untuk
mudikpun harus selalu ditingkatkan guna untuk terus memberikan kenyamanan bagi
para pemudik. Apalagi pada tahun 2015, pemerintah memperkirakan jumlah
pemudik akan meningkat sekitar 1,96% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai
sekitar 36 juta orang. Khusus yang menggunakan angkutan jalan, pada 2015,
menurut data Kementerian Perhubungan (kemenhub) mencapai sebanyak 4.918.964
orang. Sedangkan jumlah mobil pribadi yang dipakai mudik Lebaran ditaksir
sebanyak 1.686.369 unit dan sepeda motor 2.022.343 unit. (kominfo.go.id).
Di sisi lain, dalam rangka untuk melengkapi momentum lebaran tahun ini
banyak perusahaan yang ada di Indonesia baik perusahaan milik pemerintah
maupun milik swasta melaksanakan berbagai macam program yang dapat dirasakan
manfaatnya secara langsung oleh masyarakat, salah satunya yaitu program
corporate social responsibility. Ditambah lagi seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat setiap tahunnya serta
persaingan bisnis yang semakin ketat, bagi setiap perusahaan corporate social
responsibility merupakan cara yang tepat dan perlu dilakukan sebagai bentuk
tanggungjawab perusahaan terhadap sekitar, baik lingkungan maupun masyarakat.
Perusahaan yang baik dan positif akan terus meningkatkan tanggungjawabnya
terhadap masyarakat dan lingkungan agar terus terjalin hubungan yang seimbang
satu sama lain.
6
Identifikasi Masalah
7
BAB II
PEMBAHASAN
Lima puluh tahun yang lalu, H.R Bowen berpendapat bahwa para pelaku bisnis memiliki
kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan, membuat keputusan atau melaksanakan
berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan nilai nilai masyarakat ( Wartick dan
Cochran, 1985) . Pendapat bowen tersebut telah memberikan kerangka dasar bagi
pengembangan konsep tanggung jawab social perusahaan ( corporate social responsibility).
Sebagaimana ditekankan oleh Bowen kewajiban atau tanggung jawab social dari perusahan
bersandar pada keselarasan antara tujuan-tujuan ( Objectives) dan nilai-nilai perusahaan
( Corporate Value ) dengan berbagai tujuan dan nilai-nilai dari suatu masyarakat. Kedua hal
yang telah disebutkan oleh Bowen, yakni keselarasan dengan tujuan dan nilai-nilai
masyarakat merupakan dua premis dasar tanggung jawab social perusahaan.
Premis pertama , perusahaan bias ada dalam suatu masyarakat karena adanya dukungan dari
masyarakat. Oleh sebab itu perilaku perusahaan dan cara yang digunakan perusahaan untuk
menjalankan bisnis harus ada dalam bingkai pedoman yang ditetapkan masyarakat. Dalam hal
ini, seperti halnya pemerintah perusahaan memiliki kontrak social (social conract) yang berisi
sejumlah hak dan kewajiban. Kontrak social itu akan mengalami perubahan sejalan dengan
kondisi perubahan masyarakat. Tetapi apapun perubahan yang terjadi kontrak social tersebut
tetaplah merupakan dasar bagi legitimasi bisnis. Kontrak sosial ini pula yang akan menjadi
wahana bagi perusahaaan untuk menyesuaikan tujuan-tujuan perusahaan dengan tujuan-tujuan
masyarakat yang pelaksanaannya dimanifestasikan dalam bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan.
Premis kedua, yang mendasari tanggung jawab sosial adalah bahwa pelaku bisnis bertindak
sebagai agen moral ( Moral agent) dalam suatu masyarakat. Pembuatan keputusan yang
dilakukan oleh pimpinan puncak perusahaan senantiasa melibatkan pertimbangan nilai atau
mencerminkan nilai nilai yang dimiliki oleh manajemen puncak. Oleh sebab itu agar terjadi
keselarasan antara nilai-nilai yang dimilki perusahaan dengan nilai-nilai yang dimiliki
masyarakat, maka manajer perusahaan harus berperilaku sesuai dengan nilai- nilai
masyarakat. Premis kedua ini memuat dimensi etis dari tanggung jawab sosial.
8
CSR adalah basis teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun
hubungan harmonis dengan masyarakat setempat. Secara teoretik, CSR dapat
didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para strategic-
stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan
operasinya. CSR memandang perusahaan sebagai agen moral. Dengan atau tanpa
aturan hukum, sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter
keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah pengedepankan
prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan
kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering digunakan adalah
golden-rules, yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak memperlakukan
orang lain sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan. Dengan begitu,
perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip moral dan etis akan
memberikan manfaat terbesar bagi masyarakat.
CSR merupakan suatu satu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis
perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang disertai dengan
peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus
peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas.
Bagian yang tidak terpisahkan dari strategi bersaing jagka panjang yang
berorientasi pada avokasi pendampingan & kebijakan publik.
9
Menurut CSR Asia pengertian Corporate Social Responsibility adalah :
Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip
ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para
pihak yang berkepentingan.
Dari beberapa penjelasan para ahli di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
CSR itu merupakan sebuah tindakan atau konsep sosial yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan untuk membantu kehidupan termasuk didalamnya lingkungan, ekonomi,
dan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya CSR perusahaan akan lebih
mengedepankan sustainability dari pada profitability perusahaan. Dimana melalui
tindakannya itu akan membawa perbaikan pada apa yang dia bantu dan kelak juga
akan membawa dampak positif pada perusahaan berupa image perusahaan yang
semakin baik di mata masyarakat.
Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the
Businessman tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini
menjawab keresahan dunia bisnis. Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi
penawar kesan buruk perusahaan yang terlanjur dalam pikiran masyarakat dan lebih
dari itu pengusaha di cap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada dampak
kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR amat
marketable melalu CSR pengusaha tidak perlu diganggu perasaan bersalah.
10
tanggung jawab yang paling penting bagi para pemegang saham sebagai salah satu
stakeholder.
People untuk Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
People atau stakeholder merupakan faktor pendukung keberadaan kelangsungan hidup
serta perkembangan perusahaan yang sangat penting. Perusahaan perlu berkomitmen
untuk memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi mereka. Stakeholders
mempunyai pengertian sebagai bagian dari anggota komunitas atau kelompok
individu, masyarakat (tidak semua) yang berasal dari wilayah perusahaan tersebut
berdiri, wilayah negara dan bisa juga negara lain yang mempunyai pengaruh terhadap
jalannya suatu perusahaan. Menurut konsep triple bottom line, keuntungan jangka
panjang (sustainability) dapat dicapai ketika perusahaan mempertimbangkan
kepentingan kedua jenis stakeholder.
Planet untuk meningkatkan kualitas lingkungan
Berdasarkan konsep Triple Bottom Line, program tanggung jawab sosial penting
untuk diterapkan oleh perusahaan karena keuntungan perusahaan tergantung pada
masyarakat dan lingkungan. 90 Dengan kata lain, keuntungan ekonomis tidak pernah
dapat dipisahkan dalam kerangka pelaksanaan CSR, oleh karena tujuan dari
pelaksanaan CSR itu sendiri adalah sustainability bagi perusahaan. Perkembangan
CSR telah membuat suatu perusahaan yang pada awalnya hanya bertujuan mencari
keuntungan semata sebagaimana telah disebutkan diatas, kini harus pula
memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat. Pada prinsipnya seorang Direksi
dalam perusahaan juga harus mampu memperhatikan kehendak masyarakat di
lingkungannya, dan berusaha memenuhi kehendak para stakeholders bukan hanya
kehendak pemegang saham.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin
populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom
Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington. Mengembangkan tiga
komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental
protection, dan social equity yang digagas the World Commission on Environment
11
and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas
CSR ke dalam tiga fokus: 3P (profit, planet, dan people). Perusahaan yang baik tidak
hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Hingga dekade 1980-90 an, wacana CSR terus berkembang. Munculnya KTT Bumi di
Rio pada 1992 menegaskan konsep sustainibility development (pembangunan
berkelanjutan) sebagai hal yang mesti diperhatikan, tak hanya oleh negara, tapi
terlebih oleh kalangan korporasi yang kekuatan kapitalnya makin menggurita.
Tekanan KTT Rio, terasa bermakna sewaktu James Collins dan Jerry Porras
meluncurkan Built To Last; Succesful Habits of Visionary Companies di tahun 1994.
Lewat riset yang dilakukan, mereka menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang
terus hidup bukanlah perusahaan yang hanya mencetak keuntungan semata.
12
.C Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)
Pasal 1 angka 3 UUPT , tangung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya.
Hasil Survey The Millenium Poll on CSR (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business
Leader Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan
bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika
bisnis, praktik terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang merupakan
bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan paling berperan.
Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand image-lah yang akan paling
memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor
bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan,
atau manajemen. Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak
melakukan CSR adalah ingin menghukum (40%) dan 50% tidak akan membeli
produk dari perusahaan yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang
kekurangan perusahaan tersebut.
13
Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti
perusahaan akan terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi,
program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda
dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat di prediksi.
Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti menyadari
bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari lingkungan di
sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang
baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas sesaat untuk mendongkrak popularitas
atau mengejar profit.
Perinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara
ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli
dan mempertimbangkan sampai kedampaknya.
Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost
structure perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan
ditransformasikan ke harga jual produk. CSR yang benar tidak membebani
konsumen.
14
Karyawan merupakan faktor penting bagi perusahaan. Apabila perusahaan bersinergi
dengan serikat pekerja,maka hampir dapat dipastikan bahwa kinerja karyawan akan
positif. Contohnya: Pelatihan/kemajuan karir.
c. Interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat.
Masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dapat mempengaruhi arah dan
kebijakan sebuah perusahaan. Peran masyarakat menjadi penting karena masyarakat
merupakan salah satu bagian dari komponen stakeholder perusahaan. Contohnya :
mempekerjakan tenaga local.
d. Kepemimpinan dan pemegang saham.
Pemegang saham merupakan pihak yang sangat berkuasa dalam perusahaan.Para
direksi maupun manajer yang diangkat dalam RUPS harus mengetahui keinginan dari
pemegang saham dan memberikan informasi secara transparan mengenai keadaan
perusahaan. Contohnya semua informasi tentang semua program atau keinginan yang
dijalankan perusahaan dapat melibatkan pemegang saham dalam hal-hal yang bersifat
non financial.
e. Penanganan pelanggan/produk.
Menciptakan hubungan baik dengan pelanggan akan memberikan keuntungan yang
besar bagi perusahaan. Jika pelanggan mendapatkan kepuasan dari perusahaan, bisnis
akan terus bergulir dengan adanya repeat order dari pelanggan. Contohnya:
keterlibatan pelanggan dalam pengembangan produk.
f. Pemasok (supplier)
Pemasok merupakan pihak yang menguasai jaringan distribusi.Hubungan yang baik
dengan pemasok menguntungkan perusahaan karena pemasok telah mengetahui
keinginan perusahaan dan akan memenuhinya sesuai dengan keinginan pelanggan.
Contohnya: komunikasi dengan pemasok.
g. Komunikasi dan laporan
Komunikasi dan pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi,
baik bagi stakeholder maupun shareholder. Sistem informasi ini diperlukan baik
dalam proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan. Contohnya: memasukkan data kontribusi
sosial ke dalam laporan tahunan.
Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang diperoleh dari aktivitas CSR.:
1. Pertama, mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang
diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara
konsinten akan mendapat dukungan luas dan komunitas yang telah merasakan
manfaat dari aktivitas yang dijalankannya.
2. Kedua, CSR berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan
dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa
kabar miring atau bahkan perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah
memahami dan memaafkan sehingga relatif tidak mempengaruhi aktivitas dan
kinerjanya.
3. Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan, karyawan akan merasa bangga
bekerja pada perusahaaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten
melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
4. Keempat, CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan
mempererat huungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya. Pelaksanaan
CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perushaan memiliki kepedulian terhadap
serta pihak-pihak yang selama ini berkonstribusi terhadap lancarnya berbagai aktifitas
serta kemajuan yang meraka raih.
5. Kelima, meningkatkan penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search
worldwide, yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang
dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menajalankan tanggung jawab sosialnya
sehingga memiliki reputasi yang baik.
16
6. Dan keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan
khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat
lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya.
Bagi lingkungan, praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber
daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru
perusahaan terlibat mempengaruhi lingkungannnya,
Bagi negara, praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut corporate
misconduct atau malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat
hukum yang memicu tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati pendapatan
dari pajak yang wajar (yang tidak digelapkan) oleh perusahaan.
.I ISO 26000
Pengaturan untuk kegiatan ISO dalam tanggungjawab sosial terletak pada pemahaman
umum bahwa SR adalah sangat penting untuk kelanjutan suatu organisasi.
Pemahaman tersebut tercermin pada dua sidang, yaitu Rio Earth Summit on the
Environment tahun 1992 dan World Summit on Sustainable Development (WSSD)
tahun 2002 yang diselenggarakan di Afrika Selatan.
Pembentukan ISO 26000 ini diawali ketika pada tahun 2001 badan ISO meminta ISO
on Consumer Policy atau COPOLCO merundingkan penyusunan standar Corporate
Social Responsibility. Selanjutnya badan ISO tersebut mengadopsi laporan
COPOLCO mengenai pembentukan Strategic Advisory Group on Social
Responsibility pada tahun 2002. Pada bulan Juni 2004 diadakan pre-conference dan
conference bagi negara-negara berkembang, selanjutnya di tahun 2004 bulan Oktober,
New York Item Proposal atau NWIP diedarkan kepada seluruh negara anggota,
17
kemudian dilakukan voting pada bulan Januari 2005, dimana 29 negara menyatakan
setuju, sedangkan 4 negara tidak. Dalam hal ini terjadi perkembangan dalam
penyusunan tersebut, dari CSR atau Corporate Social Responsibility menjadi SR atau
Social Responsibility saja. Perubahan ini, menurut komite bayangan dari Indonesia,
disebabkan karena pedoman ISO 26000 diperuntukan bukan hanya bagi korporasi
tetapi bagi semua bentuk organisasi, baik swasta maupun publik.
ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung
tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik
ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Dengan Iso
26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial
yang berkembang saat ini dengan cara: 1) mengembangkan suatu konsensus terhadap
pengertian tanggung jawab sosial dan isunya; 2) menyediakan pedoman tentang
penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif; dan 3)
memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk
kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.
Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang
menggodok ISO 26000 Guidance Standard on Social responsibility yang secara
konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah SR akan mencakup 7
isu pokok yaitu:
1. Pengembangan Masyarakat
2. Konsumen
4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu
organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan
lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang:
18
* Konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat;
* Memperhatikan kepentingan dari para stakeholder;
* Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional;
* Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik
kegiatan, produk maupun jasa.
Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan
yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi:
19
Pada pertemuan tim yang ketiga tanggal 15-19 Mei 2006 yang dihadiri 320 orang dari
55 negara dan 26 organisasi internasional itu, telah disepakati bahwa ISO 26000 ini
hanya memuat panduan (guidelines) saja dan bukan pemenuhan terhadap persyaratan
karena ISO 26000 ini memang tidak dirancang sebagai standar sistem manajemen dan
tidak digunakan sebagai standar sertifikasi sebagaimana ISO-ISO lainnya.
Badan Standarisasi Internasional ISO sejak November 2010 telah mengeluarkan ISO-
26000 sebagai Panduantentang Tanggung Jawab Sosial, yang bukan dimaksudkan
sebagai sebuah standar atau kebutuhan sertifikasi CSR, tetapi benar-benar sebuah
guidance atau panduan yang dapat memandu penerapan Tanggung Jawab Sosial
oleh organisasi apapun. )20
Sebagai salah satu dari 157 negara yang meratifikasi ISO-26000, Indonesia dapat
menjadikan ISO 26000 ini benar-benar sebagai acuan penerapan CSR. Untuk itulah,
Kadin terpanggil untuk menggagas acara diskusi ini, yang tentunya sebagai sebuah
awal dari perjalanan yang cukup panjang untuk mendapatkan masukan dari segenap
pemangku kepentingan yang dapat dirangkum untuk menjadi Panduan Umum
Tanggung Jawab Sosial di Indonesia.
108CSR.com ISO 2600 sebagai pedoman ini dimaksudkan untuk digunakan oleh
semua jenis organisasi, baik itu sektor swasta maupun pelayanan masyarakat, di
negara maju maupun negara berkembang. Namun yang terpenting, 7 prinsip nilai
yang terkandung di dalamnya yang harus diterjemahkan di lapangan secara kreatif
dan kontekstual.
Kreatif sendiri mengadung arti kata kunci keberhasilan suatu program CSR dalam
pengertian ini tidak selalu bergantung pada jumlah dana, tetapi tergantung pada
kreativitas pelaksanaan CSR yang bernilai tambah tinggi. Dan patut di ingat ISO
20
26000 bersifat sukarela dan hanya memuat prinsip umum. Soal inplementasinya ada
pada wewenang perusahaan dan lembaga.
Sedangkan kreatif berarti para pelaku usaha juga dituntut untuk bisa menerjemahkan
pelaksanaan CSR tersebut sesuai dengan kapasitas organisasi, seperti ketersediaan
SDM.
Anggaran dan sarana prasarana bagi pelaksanaan CSR tersebut di lingkungan dunia
usaha tersebut beroperasi. Sedangkan kontekstual mengandung arti, dibutuhkan
kepiawaian top manajemen atau manajemen organisasi SR di berbagai unit bisnis,
organisasi publik dan organisasi sosial agar menetapkan program SR yang relevan dan
tepat dengan kebutuhan sosial dan lingkungan di tempat organisasi tersebut.
Hal ini penting untuk digaris bawahi bahwa ISO 26000 sendiri mengatakan hal
tersebut sebagai petunjuk (guidance) bukan panduan detail (guideline) yang harus
anda ikuti secara item-per item.
Berbagai isu penting seperti renewable energy, water pollution, recognition worker
right dan related activities to SR telah mewarnai pengembangan ISO 26000. Standar
ini juga menjawab kepentingan hollistic sustainable development di negara tersebut.
Hukum dan peraturan dibuat agar perusahaan berjalan sesuai dengan harapan
yang dimiliki masyarakat. Selain itu hukum dan peraturan juga membatu
menciptakan arena permainan bisnis yang relative adil bagi semua pemain bisnis
dalam suatu industry yang saling bersaing satu dengan lainnya. Tujuan yang ingin
dicapai melalui penegakan hukum dan peraturan adalah agar perusahaan yang satu
tidak dirugikan oleh tindakan perusahaan pesaing lainnya.
Dalam definisi tersebut, Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata
discretionary , dalam arti bahwa kegiatan CSR semata mata merupakan komitmen
perusahaan secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan
bukan merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundang-
undangan seperti kewajiban untuk membayar pajak atau kepatuhan perusahaan
terhadap undang-undang tenaga kerja. Kata discretionary juga memberikan nuansa
bahwa perushaan yang melakukan aktivitas CSR harus menaati hukum dalam
pelaksanaan bisnisnya, artinya sangatlah tidak tepat bila kegiatan CSR yang dilakukan
perusahaan hanya menjadi semacam kosmetik / topeng untuk menyembunyikan
praktik perusahaan yang tidak baik dalam memperlakukan karyawan atau melakukan
berbagai kecurangan baik dalam membuat laporan keuangan maupun merusak
lingkungan hidup.
Menurut Kotler dan Lee, terdapat enam model CSR yang dapat diterapkan di
perusahaan, yaitu: Cause Promotion, Cause Related Marketing, Coporate Societal
23
Marketing, Corporate Philanthropy, Community Volunteering, dan Socially
Responsible Business Practice.
Pelaksanaan CSR, diluar inti bisnis memiliki banyak bentuk dan biasanya dilakukan
dengan melakukan kegiatan amal / charity, tetapi dalam melakukan kegiatan amal ada
macam jenisnya yaitu:
Cause promotions: Pengalokasian dana atau bantuan dalam bentuk barang dan sumber
daya lain oleh perusahaan untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tentang
masalah sosial atau dalam rangka rekruitmen sukarelawan. Sebagai contoh the body
shop mempromosikan larangan penggunaan hewan untuk uji coba kosmetik.
24
Social Responsible business practice yaitu pengadopsian dan pelaksanaan praktek-
praktek bisnis dan investasi yang memberikan dukungan pada permasalahan sosial
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk melindungi lingkungan.
Perusahaan dapat melakukannya sendiri atau bermitra dengan organisasi lain seperti
yang dilakukan oleh starbuck untuk mendukung para petani kopi meminimalkan
dampak lingkungan yang berasal dari pola kerja yang mereka lakukan.
1. Keterlibatan langsung.
25
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes,Depsos); universitas
(UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial
yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola
ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat hibah
pembangunan. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh
perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama
dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program
yangdisepakati bersama (Saidi, 2004:64-65).
Milton Friedman
Milton Friedman (31 Juli 1912 16 November 2006) adalah ekonom Amerika dan
intelektual publik. Ia meninggal di San Francisco (California), karena gagal jantung.
Lahir di New York, ia adalah bungsu empat bersaudara dari anak keluarga imigran
Yahudi asal Ukraina.
26
sosial perusahaan. Akan tetapi yang menjadi kajian utama tentang tulisannya adalah
yang dimuat dalam New York Times Magazine, 13 september 1970 yang berjudul,
The social responsibility of business is to increase its profit. Dimana maksud dari
judul diatas yaitu satu-satunya tanggung jawab sosial perusahaan adalah untuk
meningkatkan keuntungan sebesar mungkin. Disini dirumuskan bahwa seorang
manajer hanya mempunyai tugas untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin.
Hal ini disebabkan karena, manajer merupakan orang yang bertanggung jawab dengan
para pemegang saham, sehingga tujuan dari seorang manajer hanya bertanggung
jawab secara sosial untuk mensejahterakan para pemegang saham. Pandangan Milton
Friedman Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Friedman menyimpulkan
bahwa doktrin tanggung jawab sosial dari bisnis merusak sistem ekonomi pasar bebas.
Dan dalam bukunya Capitalism and Freedom menyatakan bahwa dalam masyarakat
bebas terdapat hanya satu tanggung jawab sosial untuk bisnis yakni memanfaatkan
sumber dayanya dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan
meningkatkan keuntungannya, selama hal tersebut dibatasi aturan-aturan tertentu dan
kompetisi terbuka, bebas tanpa penipuan atau kecurangan. Teori stakeholders
merupakan kritik yang tepat atas pandangan Friedman. Beberapa pandangan Friedman
terhadap situasi tanggung jawab sosial perusahaan.
27
Pandangan The Business Roundtable mengenai Tanggung jawab
Sosial Perusahaan
The Business Roundtable
Business Roundtable adalah asosiasi pejabat eksekutif perusahaan terkemuka Amerika
yang bekerja untuk mempromosikan ekonomi A.S. yang berkembang pesat dan
kesempatan yang diperluas untuk semua orang Amerika melalui kebijakan publik
yang baik.
28
Pandangan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep CSR juga dikemukakan oleh The Business Roundtable. The business Roundtable
yang didirikan pada tahun 1972 dan beranggotakan para CEO dari 150 perusahaan
besar di Amerika, yang secara keseluruhan mempekerjakan kurang lebih 10 juta
karyawan.pada tahun 1981, salah satu gugus dalam The Business Roundtable
mengeluarkan Statement on Corporate Responsibility. Pernyataan tersebut
menyebutkan pentingnya perusahaan melayani seluruh konstituen perusahaan yang
terdiri atas :
Pelanggan
Karyawan
Pemasok
29
organisasi menciptakan dampak positif bagi diri mereka dan dunia yang lebih luas
melalui bisnis yang bertanggung jawab, inklusif dan berkelanjutan.
Memulai dengan hanya satu kantor di Hong Kong, CSR Asia telah berkembang
menjadi pakar terpercaya mengenai isu keberlanjutan di Asia dengan 5 kantor
termasuk Singapura, Bangkok, Sydney dan Tokyo. Sebagai perusahaan yang berbasis
di Asia, CSR Asia diposisikan secara unik untuk bekerja sama dengan perusahaan-
perusahaan berbasis Asia lainnya, membantu mereka untuk merangkul keberlanjutan
di setiap tingkat organisasi dengan pemahaman yang sebenarnya akan tantangan dan
keprihatinan mereka.
4. Pelembagaan CSR
Kita akan melihat pelembagaan CSR yang berkembang. Kita telah melihat sejumlah
pemerintah di wilayah Indonesia mengembangkan undang-undang, standar dan
pedoman baru yang memaksa atau mendorong bisnis untuk melakukan kegiatan CSR.
Tapi kemungkinan ini akan diperpanjang seperti institusi yang lainnya seperti bursa
efek dan akuntansi badan mulai meningkatkan persyaratan CSR anggota mereka
ISO26000 yang banyak ditunggu pelembagaan CSR lebih lanjut jika memang
demikian dilihat sebagai penetapan standar minimum untuk kegiatan dari perusahaan.
7. Investasi Komunitas
Sebuah perpindahan dari filantropi ke masyarakat yang efektif Investasi juga
dipandang sebagai perkembangan penting dalam dekade berikutnya. Akan ada lebih
sedikit sumbangan badan amal lokal dan inisiatif dan strategi yang jauh lebih strategis
investasi di masyarakat yang terkena dampak bisnis. Pergeseran ke investasi
masyarakat juga akan terjadi berarti pengukuran yang jauh lebih canggih dari
mengembalikan investasi itu, Itu berarti mengukur keduanya manfaatnya bagi
masyarakat dan juga manfaatnya untuk bisnis itu sendiri.
9. Usaha Sosial
Usaha sosial akan menjadi hal baru yang penting dalam model organisasi
Penggabungan usaha dan Model LSM akan menciptakan perusahaan yang
berkelanjutan dalam jangka panjang karena mereka beradaptasi pasar daripada terus
mengandalkan donor uang. Ini mereka secara afektif mampu memberikan banyak cara
yang diperlukan pelayanan sosial yang efektif dan efisien.
- Turut berperan aktif untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi
masyarakat Indonesia
33
Misi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk yaitu Lead Indonesian
Digital Inovation and Globalization. Lead mempunyai arti memimpin. Dimana
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk terus berusaha untuk menciptakan
inovasi baru dalam bidang digital yang mendunia. Kinerja PT Telekomunikasi
Indonesia (Persero) Tbk pada aspek finansial (pendapatan dan laba) serta
kapitalis pasar, termasuk dalam kelompok operator telekomunikasi unggulan.
Strategi CSR
Strategi CSR PT Telkomsel Tbk didasarkan pada konsep Triple Bottom
Line, yang memandang bahwa agar eksistensi dan pertumbuhan bisnis dapat
berkelanjutan (sustain). Sebuah entitas bisnis haruslah memperhatikan
pencapaian dalam aspek Profit-People-Planet (3P) secara seimbang. Selain
mengupayakan laba (profit), perusahaan juga harus terlibat aktif dalam
pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan berkontribusi menjaga
kelestarian lingkungan (planet).
Pencapaian keberlanjutan perusahaan yang meliputi aspek keberlanjutan
ekonomi, keberlanjutan sosial dan keberlanjutan lingkungan juga mengacu pada
34
arahan prosedur ISO 26000 bagi organisasi bisnis untuk memiliki perilaku yang
bertanggung jawab secara sosial, sebagai bagian dari praktik tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG).
Strategi CSR kami juga diselaraskan dengan visi & misi serta portofolio
bisnis Perusahaan, dimana kami telah mendefinisikan keberadaannya sebagai
entitas bisnis melalui tema Telkom Indonesia untuk Indonesia. Dikaitkan
dengan strategi CSR kami, tema tersebut diupayakan melalui pencapaian tujuan
Enlightening Society, yaitu mendukung kemajuan masyarakat Indonesia
dalam memperoleh kesejahteraan, melalui kegiatan-kegiatan pada tiga pilar
utama CSR kami sesuai dengan prinsip Triple Bottom Line
35
membuat program yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Selain itu
karena adanya persaingan bisnis yang semakin ketat dari tahun ke tahun
khususnya di bidang telekomunikasi membuat Telkomsel berupaya untuk loyal
terhadap para stakeholders dengan selalu meningkatkan program yang
dilakukan yang salah satunya program corporate social responsibility.
36
Responsibility Mudik Bareng Telkomsel
41
42
43
44
Diagram SWOT
45
Menghitung luasan wilayah pada tiap-tiap kuadran
46
Peluang perusahaan adalah :
- Kepercayaan public terhadap perusahaan meningkat
- Permintaan masyarakat yang tinggi akan akses internet merupakan pasar yang
sangat potensial
47
BAB
III
.A Kesimpula PENU
n TUP
48
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
49
.B Saran
Adapun saran yang diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut :
50
DAFTAR PUSTAKA
https://alliyabenings.wordpress.com/2015/12/06/makalah-pengantar-bisnis-corporate-social-
responsibility/
Hemingway, Christine A. and Patrick W. Maclagan (2004). Managers personal values as
drivers of corporate social responsibility, Journal of Business Ethics, Vol. 50,
https://sites.google.com/site/myrefresing82/corporate-social-responsibility-csr
Hadi, Nor.2009.Corporate Social Responsibility.Yogyakarta:Graha Ilmu.
http://tholibpoenya.blogspot.co.id/2014/11/konsep-corporate-social-responsibility.html
https://breath4justice.wordpress.com/2011/04/17/bentukimplementasi-csr-corporate-social-
responsibility/
http://ezoolendino.blogspot.co.id/2009/03/model-dan-pola-implementasi-csr.html
file:///I:/smt%207/manajemen%20strategik/New%20folder%20(2)/Etika-Bisnis-11th-
Week.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Milton_Friedman
http://businessroundtable.org/about
Ardhy Pratiwi Setiowati, 2009. Analisis Hubungan-Literatur, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, hlm. 21.
Hendra Setiawan Boen, 2000, Bianglala Business Judgement Rule, Penerbit Tatanusa,Jakarta,
hlm.87.
Solihin , Ismail 2012, Manajemen Strategik, Penerbit Erlangga , Jakarta, hlm 216.
51