Bab 2 Hukum Benda1
Bab 2 Hukum Benda1
HAK KEBENDAAN
1. Pengertian Hak Kebendaan
Hak kebendaan {zakelijk recht) adalah suatu hak yang memberikan kekuasaan
langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap tiap orang. Menurut
Prof. L.J. van Apeldoorn, hak-hak kebendaan adalah hak-hak harta benda yang
memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda. Kekuasaan langsung berarti
bahwa ada terdapat sesuatu hubungan yang langsung antara orang-orang yang berhak
dan benda tersebut. Demikian juga menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,
hak kebendaan (zakelijkrecht) ialah hak mutlak atas suatu benda di mana hak itu
memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat dipertahankan
terhadap siapapun juga.
Dari rumusan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, hak kebendaan
merupakan suatu hak mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda
yang dapat dipertahankan setiap orang dan mempunyai sifat melekat.
Dari defenisi ditas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan bezit
adalah hak seseorang yang menguasai suatu benda, baik langsung maupun
dengan perantaraan orang lain untuk bertindak seolah olah benda itu kepunyaan
sendiri.
Bab III, Hukum Benda 83
Dengan demikian, untuk adanya bezit harus ada dua unsur yaitu kekuasaan
atas suatu benda dan kemauan untuk memilikinya benda tersebut. Dalam hal ini,
bezit harus dibedakan dengan detentie, dimana seseorang menguasai suatu
benda berdasarkan hubungan hukum tertentu dengan orang lain (pemilik dari
benda itu). Jadi. Seorang detentor tidak mempunyai kemauan untuk memiliki
benda itu bagi dirinya sendiri.
d. Fungsi bezit
Pada dasarnya, bezit mempunyai dua fungsi, yaitu :
1) Fungsi polisionil
Bab III, Hukum Benda 84
Bezit itu mendapat perlindungan hukum tanpa mempersoalkan hak milik atas
benda tersebut sebenarnya ada pada siapa. Jadi siapa yang membezit sesuatu
benda, maka ia mendapat perlindungan dari hukum sampai terbukti bahwa ia
sebenarnya tidak berhak. Dengan demikian , bagi yang merasa haknya
dilanggar, maka ia harus meminta penyelesaiannya melalui polisi atau
pengadilan. Inilah yang dimaksud dengan fungi polisionil yang ada pada
setiap bezit.
2) Fungsi zakkenrectelijk
Bezitter yang telah membezit suatu benda dan telah berjalan untuk beberapa
waktu tertentu tanpa adanya proses dari pemilik sebelumnya, maka bezit itu
berubah menjadi hak milik melalui lembaga verjaring (lewat waktu /
daluwarsa). Inilah yang dimaksud dengan fungsi zakenrectelijk dan fungsi
ini tidak ada pada setiap bezit
dengan segala sifat dan cacad-cacadnya. Menurut Pasal 593 KUHPdt, orang yang
sakit ingatan tidak dapat memperoleh bezit, tetapi anak yang belum dewasa dan
perempuan yang telah menikah dapat memperoleh bezit.
f. Hapusnya Bezit
Pada dasarnya, orang bisa kehilangan bezit apabila
1) kekuasaan atas benda itu berpindah pada orang lain, baik secara diserahkan
maupun karena diambil oleh orang lain
2) Benda yang dikuasainya nyata telah ditinggalkan.
kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan adanya pencabutan hak itu
untuk kepentingan umum, dengan pembayaran pengganti kerugian yang layak dan
menurut ketentuan undang-undang.
Melihat perumusan di atas dapat disimpulkan, bahwa hak milik adalah hak
milik adalah hal yang paling utama jika dibandingkan dengan hak hak kebendaan
yang lain. Karena yang berhak itu dapat menikmatinya dengan sepenuhnya dan
menguasainya dengan sebebas-bebasnya. Hak milik ini tidak dapat diganggu gugat.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa hak milik atas suatu benda baru beralih kepada orang
lain, apabila telah terjadi penyerahan bendanya. Tetapi, cara untuk melakukan
penyerahan atas benda itu dapat dibedakan sesuai dengan sifat benda yang akan
diserahkan. Menurut Pasal 612 KUHPdt, untuk benda bergerak yang berwujud,
penyerahan dapat dilakukan dengan cara:
1) Penyerahan nyata (feitelijke levering).
2) Penyerahan kunci dari tempat di mana benda itu berada.
Sebaliknya penyerahan atas benda bergerak yang tak berwujud dapat di lakukan
dengan cara:
1) Penyerahan dari piutang atas nama, yang dilakukan dengan cessie, yaitu dengan
cara membuat akta otentik atau akta di bawah tangan (Pasal 613 ayat 1 KUHPdt).
2) Penyerahan dari surat piutang atas bawa, yang dilakukan dengan penyerahan
nyata (Pasal 613 ayat 3 KUHPdt).
3) Penyerahan dari piutang atas pengganti, yang dilakukan dengan penyerahan surat
disertai dengan endosemen (Pasal 613 ayat 3 KUHPdt).
Penyerahan terhadap benda tidak bergerak dilakukan dengan cara balik nama.
Menurut Prof. Subekti, pemindahan hak milik atas benda yang tak bergerak ini tidak
cukup dilaksanakan dengan pengoperan kekuasaan belaka, melainkan harus pula
Bab III, Hukum Benda 89
dibuat suatu surat penyerahan ("akte van transport") yang harus dikutip dalam daftar
eigendom. Sebaliknya, terhadap benda yang bergerak, levering lazimnya berupa
penyerahan dari tangan ke tangan.
Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, untuk sah-nya penyerahan itu
harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
a. Harus ada perjanjian yang zakelijk.
b. Harus ada titel (alas hak).
c. Harus dilakukan oleh orang yang berwenang menguasai benda-benda tadi (orang
yang beschikkingsbevoegd).
d. Harus ada penyerahan nyata.
Menurut sistem KUHPer, suatu pemindahan hak terdiri atas dua macam,
yaitu:
1) Perjanjian obligatoir ialah perjanjian yang bertujuan memindahkan hak,
misalnya: perjanjian jual-beli, dan sebagainya.
2) Perjanjian zakelijk ialah perjanjian yang menyebabkan pindahnya hak-hak
kebendaan, misalnya: hak milik, bezit, dan sebagainya.
Selanjutnya mengenai sah atau tidaknya suatu penyerahan itu dapat dilihat
dari dua pendapat di bawah ini:
1) Menurut Causaal Stelsel,
Sah atau tidaknya suatu pemindahan hak milik itu digantungkan pada sah atau
tidaknya perjanjian obligatoir, misalnya: perjanjian jual-beli atau perjanjian
schenking, dan sebagainya. Jadi dengan kata lain, untuk sahnya penyerahan itu,
diperlukan titel yang nyata.
2) Menurut Abstract Stelsel
Untuk sah atau tidaknya suatu pemindahan hak milik itu tidak digantungkan pada
sah atau tidaknya perjanjian obligatoir. Jadi dengan kata lain, untuk sahnya
penyerahan itu, tidak perlu adanya titel yang nyata dan cukup asal ada titel
anggapan saja.
Bab III, Hukum Benda 90
1) Hak pekarangan abadi, yaitu hak tersebut dapat dilangsung-kan secara terus-
menerus, tanpa bantuan orang lain atau manusia, misalnya: hak mengalirkan air,
hak atas peman-dangan ke luar, dan sebagainya.
2) Hak pekarangan tak abadi, yaitu hak tersebut dalam peng-gunaannya memerlukan
sesuatu perbuatan manusia, misalnya: hak melintas pekarangan, hak mengambil
air, dan sebagainya.
3) Hak pekarangan yang nampak, yaitu hak terhadap suatu benda yang nampak,
misalnya: pintu, jendela, pipa air, dan sebagainya.
4) Hak pekarangan yang tak nampak, yaitu hak terhadap tanda-tanda yang tak
nampak, misalnya: larangan untuk mendirikan bangunan di sebuah pekarangan.
4. Hak Opstal
a. Pengertian hak opstal
Prof. Subekti mengutarakan pendapatnya tentang pengertian hak opstal dengan
mengacu pada Pasal 711 KUHPdt, yaitu adalah suatu hak untuk memiliki bangunan-
bangunan atau tanaman-tanaman di atas tanahnya orang lain. Sebaliknya menurut
Pasal 711 KUHPdt, hak opstal disebut juga dengan hak numpang-karang, yaitu
adalah suatu hak kebendaan untuk mempunyai gedung-gedung, bangunan-bangunan
dan penanaman di atas pekarangan orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa yang dimaksud dengan hak opstal adalah hak untuk memiliki bangunan-
bangunan atau tanaman di atas tanah orang lain.
Hak opstal ini dapat dipindahkan pada orang lain atau dapat dipakai sebagai
hipotik dan atau hak tanggungan, di mana hak ini diperoleh karena perbuatan perdata
(Pasal 713 KUHPdt).
5. Hak Erfpacht
a. Pengertian hak erfpacht
Menurut Pasal 720 ayat (1) KUHPdt itu sendiri adalah suatu hak kebendaan untuk
menikmati sepenuhnya akan kegunaan suatu barang tak bergerak milik orang lain,
dengan kewajiban akan membayar upeti tahunan kepada si pemilik sebagai
pengakuan akan kepemilikannya, baik berupa uang, baik berupa hasil atau
pendapatan. Prof. Subekti mengutarakan pendapat-nya tentang pengertian hak
erfpacht dengan mengacu pada Pasal 720 KUHPer, yaitu suatu hak kebendaan untuk
menarik penghasilan seluas-luasnya untuk waktu yang lama dari sebidang tanah milik
Bab III, Hukum Benda 93
orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah uang atau penghasilan tiap-tiap
tahun, yang dinamakan "pachf atau "canon".
Dengan mengacu pada Pasal 756 KUHPdt, hak memungut hasil ialah suatu hak
untuk memungut hasil dari barang orang lain seolah-olah seperti eigenaar dengan
kewajiban untuk memelihara barang itu supaya tetap adanya.
Dari uraian isi pasal 756 KUHPdt ini tampaklah, bahwa hak memungut hasil
(yruchtgebruik) tidak hanya memberikan hak untuk menarik penghasilan saja,
melainkan juga hak untuk memakai benda itu.
7. Hak Gadai
a. Pengertian hak gadai
1) Menurut KUHPdt
Gadai adalah suatu hak kebendaan yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh
seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang
itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada
orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah
barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan (Pasal 1150
KUHPdt).
menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian dari utang. Gadai tetap meletak atas
seluruh benda-nya.
4) Si pemegang gadai berhak untuk menahan barang yang digadaikan sampai pada
waktu utang dilunasi, baik yang mengenai jumlah pokok maupun bunga (Pasal
1159 ayat 1 KUHPer).
8. Hak Hipotik
a. Pengertian hipotik
1) Menurut KUHPdt,
Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk
mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal 1162).
Bab III, Hukum Benda 98
5) Bunga sepersepuluh.
6) Pasar-pasar yang diakui oleh Pemerintah beserta hak istimewa yang melekat
padanya.
d. Syarat-syarat hipotik
Cara untuk mengadakan hipotik harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
1) Harus dengan akta notaris, kecuali dalam hal-hal yang dengan tegas ditunjuk
undang-undang (Pasal 1171 KUHPdt).
2) Harus didaftarkan ke Kantor Balik Nama (Pasal 1179 KUHPdt).
e. Asas-asas hipotik
Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, ada dua asas dalam hipotik, yaitu:
1) Asas publiciteit
Yaitu asas yang mengharuskan bahwa hipotik itu harus didaftarkan pada pegawai
pembalikan nama, yaitu pada kantor kadaster. Yang didaftarkan ialah akte dari
hipotik itu.
2) Asas specialiteit
Yaitu asas yang menghendaki, bahwa hipotik hanya dapat diadakan atas benda-
benda yang ditunjukkan secara khusus untuk dipakai sebagai tanggungan.
f. Hapusnya hipotik
Menurut Pasal 1209 KUHPdt, hak hipotik dapat hapus karena:
1) Hapusnya perikatan pokoknya.
2) Si berpiutang melepaskan hipotiknya.
3) Penetapan tingkat oleh hakim.
1) Pada gadai, benda jaminannya adalah benda bergerak, sedangkan pada hipotik
adalah benda tak bergerak.
2) Gadai harus disertai dengan penyerahan kekuasaan atas benda yang dijadikan
gadai, sedangkan pada hipotik syarat yang demikian tidak ada.
3) Perjanjian gadai dapat dibuat secara bebas dan tidak terikat pada bentuk tertentu,
sedangkan pada perjanjian hipotik harus dibuat dengan akte otentik.
4) Pada gadai, lazimnya benda jaminan hanya digadaikan satu kali, sedangkan pada
hipotik, benda yang dipakai sebagai jaminan dapat dihipotikkan lebih dari satu
kali.
Dari penguraian tentang hipotik ini, jika dikaitkan dengan pembebanannya atas
tanah dan benda-benda yang ada di atas tanah, sejak berlakunya Undang-undang Hak
Tanggungan No. 4 Tahun 1996, dinyatakan tidak berlaku lagi ketentuan yang mengatur
tentang hipotik tersebut yang terdapat dalam KUHPdt, kecuali seperti pesawat terbang
dan kapal laut, dapat dipedomani ketentuan KUHPdt tersebut.
Lebih lanjut menurut beliau, privilege bukan jaminan yang bersifat kebendaan dan
bukan jaminan yang bersifat perorangan, tetapi memberi jaminan juga. Privilege
adalah hak terhadap benda, yaitu terhadap benda debitur. Jika perlu benda itu dapat
dilelang untuk melunasi piutangnya. Sedangkan hak kebendaan itu adalah hak atas
sesuatu benda. Jadi, adanya privilege itu diberikan oleh undang-undang, bukan
diperjanjikan seperti gadai dan hipotik. Sedangkan menurut Pasal 1134 ayat (2)
KUHPdt, gadai dan hipotik mempunyai kedudukan yang lebih tinggi darfpada hak
istimewa, kecuali dalam hal-hal di mana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya.
c. Macam-macam privilege
Menurut undang-undang, privilege ini ada 2 (dua) macam, yaitu:
1) Privilege khusus
Adalah piutang-piutang yang diistimewakan terhadap benda-benda tertentu (Pasal
1139 KUHPdt).
2) Privilege umum
Adalah piutang-piutang yang diistimewakan terhadap semua harta benda (Pasal
1149 KUHPdt).
Menurut ketentuan Pasal 1138 KUHPdt, privilege yang khusus ini
didahulukan dariipada privilege yang umum.
Bab III, Hukum Benda 102
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa hak reklame ini mempunyai unsur
yang dimiliki dalam hak kebendaan, yaitu ;memberikan kekuasaan langsung pada
bendanya dan dapat dipertahankan terhadap siapa pun juga. Oleh karena hak reklame ini
ada miripnya dengan hak kebendaan, maka ia diatur dalam Buku II KUHPdt.
Menurut Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, hak-hak atas
tanah adalah sebagai berikut:
a. Hak milik
Adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
tanah, dengan mengingat semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial (Pasal 20
ayat 1 UUPA).
d. Hak pakai
Adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai
langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanah nya, yang
bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu
asal tidak bertentangan dengan jiwa dan undang-undang ini (Pasal 41 ayat 1 UUPA).
e. Hak sewa untuk bangunan
Adalah hak seseorang atau suatu badan hukum mempergunakan tanah milik orang
lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang
sebagai sewa (Pasal 44 ayat 1 UUPA).
secara sah, tidak dengan sendirinya diperoleh hak milik atas tanah itu (Pasal 46
UUPA).