Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
memiliki gejala heterogen dan kompleks dengan tanda terhambatnya aliran udara
pada jalan napas yang dapat bersifat progresif dan permanen atau tidak permanen
(PDPI, 2003). Berdasarkan GOLD (2014), PPOK adalah penyakit yang dapat
dicegah dan diobati, yang umumnya ditandai dengan keterbatasan aliran udara
dengan peningkatan respon inflamasi kronis pada saluran napas dan paru karena
partikel atau gas berbahaya. Penyakit ini ditandai dengan emfisema atau bronkitis
kadang dapat ditandai dengan adanya mengi saat ekspirasi. PPOK merupakan
penyakit yang umum dan telah menjadi permasalahan besar di seluruh dunia.
Ditemukan 6-8% dari populasi yang menderita penyakit ini (Banker dan Verma,
2013). Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2020, PPOK menjadi
banyak pada usia 30 tahun keatas, dengan rerata sebesar 6,3% di seluruh dunia.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir PPOK diberi perhatian khusus oleh
lembaga dan komunitas kesehatan, penyakit ini masih belum dikenal dan
kelompok Penyakit Tidak Menular (PTM) yaitu merupakan penyakit kronis yang
1
tidak ditularkan dari orang ke orang. Prevalensi PPOK berdasarkan wawancara di
Indonesia didapati 3,7 persen per mil dengan frekuensi yang lebih tinggi pada
laki-laki (Riskesdas, 2013). Penyakit Paru Obstruksi saat ini menjadi penyebab
kematian ketiga terbanyak di dunia setelah penyakit jantung dan pembuluh darah,
dan keganasan (Reilly, et al., 2012), serta merupakan penyakit yang insidensinya
respirasi kronis dan tercatat membunuh rata-rata lebih dari empat juta orang per
tahun dalam satu negara dan menyisakan kesakitan pada ratusan ribu lainnya.
karena timbulnya dapat disebabkan oleh paparan polusi udara seperti asap pabrik,
dan dapat juga disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, debu, atau asap hasil
bakaran rumah tangga (Mannino, 2006). Namun, faktor risiko terbesar yang dapat
menyebabkan penyakit ini ialah oleh asap rokok baik yang dihirup oleh perokok
aktif maupun pasif. Di samping itu, asma yang tidak terkontrol juga dapat menjadi
penyebab penyakit ini. Sampai saat ini prevalensi masyarakat yang merokok
masih sangat tinggi dikarenakan pola hidup masyarakat yang masih menganggap
hari. PPOK memiliki masa serangan atau yang disebut eksaserbasi yang
yang berkaitan erat dengan sistem pernapasan. Salah satunya penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan sistem sirkulasi oleh jantung. Fungsi paru yang terganggu
2
(elektrokardiografi) untuk melihat apakah penyakit ini memengaruhi aktivitas
jantung atau tidak (Humagain, et al., 2008). EKG dapat menunjukkan kelainan
persisten pada jantung yang ditimbulkan oleh gangguan aliran oksigen dari paru
yang terutama disebabkan oleh emfisema. Pemeriksaan EKG telah dilakukan rutin
sebagai alat diagnostik sekaligus skrining penyakit jantung pada pasien PPOK.
Gangguan fungsi kerja jantung yang tidak terdiagnosis sering kali menjadi faktor
yang meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pasien PPOK. Namun hal ini
optimal.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak
sepenuhnya reversibel.
yang sekarang sudah tidak termasuk dalam definisi PPOK. Emfisema atau
batuk dan produksi sputum selama setidaknya 3 bulan dalam 2 tahun, tetap
4
II. GEJALA KLINIS
lainnya, dapat dimulai dengan tanpa gejala, gejala ringan sampai berat,
mulai dari tanpa kelainan fisik sampai kelainan fisik yang jelas dan tanda
infeksi.
perokok pasif), polusi udara, debu dan bahan kimia di tempat kerja,
ataupun asap hasil pembakaran alat masak, misalnya kayu bakar, arang
Penyakit PPOK ini seringkali tidak berdiri sendiri, tapi selalu disertai
PPOK seringkali terjadi pada orang perokok dalam jangka lama dan usia
5
infeksi pernafasan, fraktur, depresi, diabetes, gangguan tidur, anemia ,
a. Genetik
b. Merokok.
dan gangguan fungsi paru, penurunan FEV1 setiap tahun dan angka
mulai merokok, jumlah total rokok yang dihisap pertahun dan status
e. Stress Oksidatif.
6
Paru-paru secara terus menerus terpapar oleh oksidan yang
secara eksogen dari polusi udara atau asap rokok. Akibat dari
paru.
f. Infeksi.
gangguaan pernafasan.
V. PATOFISIOLOGI
Peradangan merupakan elemen kunci terhadap patogenesis PPOK.
Inhalasi asap rokok atau gas berbahaya lainnya mengaktifasi makrofag dan
7
sel epitel untuk melepaskan faktor kemotaktik yang merekrut lebih banyak
paten pada saluran napas dan timbulnya gejala patofisiologis lainnya yang
8
ventilasi dan aliran darah (V/Q tidak sesuai). Ventilasi dari alveoli yang
saluran napas yang telah meningkat, pada akhirnya proses ini gagal, dan
berat.
PERUBAHAN PATOLOGI PADA PPOK
endotel.
9
Emfisema sentrilobular : dilatasi dan kerusakan bronkiolus respirasi (paling
Vaskular Pulmonal
Makrofag : Sejumlah besar terlihat pada lumen saluran nafas, parenkim paru dan
pada pasien PPOK, sebagai respon terhadap asap rokok dan dapat menyebabkan
fagositosis defektif.
Limfosit T : Sel CD4+ dan CD8+ meningkat poada dinding saluran nafas dan
parenkim paru. Sel T CD8+ (Tc1) dan sel Th1 mensekresikan interferon. Sel
kemungkinan sebagai respon terhadap kolonisasi kronik dan infeksi saluran nafas.
Eosinofil : protein eosinofil terdapat dalam sputum dan eosinofil terdapat pada
10
Sel-sel Epitel : kemungkinan dipicu oleh asap rokok, untuk menghasilkan
mediator inflamasi
VI. PATOGENESIS
Inflamasi paru pada pasien PPOK merupakan suatu respon inflamasi
normal terhadap partikel dan gas beracun seperti asap rokok yang
lebih lanjut, diperburuk oleh stress oksidatif dan kelebihan proteinase pada
perubahan patologis.
PPOK ditandai oleh pola tertentu dari inflamasi yang melibatkan
inflamasi dan berinteraksi dengan sel struktural, pada saluran nafas dan
pertumbuhan).
Stress oksidatif mungkin merupakan mekanisme penguat dari proses
Oksidan dihasilkan oleh asap rokok dan partikulat lainnya, dan dilepaskan
11
VII. DIAGNOSIS PPOK
Diagnosis PPOK secara teoritis ditegakkan didasarkan atas
1. Anamnesis
PPOK adalah suatu penyakit menahun, gangguan saluran
nafas kecil dan fungsi paru. Timbul batuk prodiktif yang lama,
12
secara perlahan disertai sesak nafas, dan sudah tidak mampu untuk
Bila disertai infeksi saluran nafas, batuk akan bertambah hebat dan
2. Pemeriksaan Fisik
Pada stadium dini tidak diketemukan kelainan. Hanya
13
lebih horisontal dan sudut subkostal bertambah. Fremitus taktil
inguinalis.
3. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto toraks pasien curiga PPOK bisa didapatkan
yang menggantung.
kapasitas total.
Bila pada hasil pemeriksaan spirometri didapatkan hasil
menderita PPOK.
14
atau gagal jantung kronik. Perbedaan klinis PPOK, asma bronkial dan
gagal jantung kronik dapat dilihat dibawah ini :
Gagal Jantung
Ppok Asma Bronkial
Kronik
Pola sesak nafas Terus menerus, Hilang timbul Timbul pada saat
bertambah berat aktivitas
dengan aktivitas
Ronki Kadang-kadang + ++
Mengi Kadang-kadang ++ +
IX. PENATALAKSANAAN
15
1. Penatalaksanaan umum PPOK
Tujuan penatalaksanaan :
Mengurangi gejala
Mencegah eksaserbasi berulang
Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
Meningkatkan kualiti hidup penderit
a. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka
panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan
edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang
ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan
keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi
paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel,
menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari
edukasi atau tujuan pengobatan dari asma.
16
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan
berlanjut secara berulang pada setiap kunjungan, baik bagi
penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Edukasi dapat
diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat
ataupun di ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di
klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan waktu
yang khusus dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat
diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK,
memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasan
aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK.Bahan dan
cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan
kondisi ekonomi penderita.
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah :
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5. Penyesuaian ian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat
dilaksanakan ditentukan skala prioriti bahan edukasi sebagai
berikut :
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada
waktu diagnosis PPOK ditegakkan
2. Pengunaan obat obatan
Macam obat dan jenisnya
Cara penggunaannya yang benar ( oral,
nebuliser )
Waktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan
selangwaku tertentu atau kalau perlu saja )
Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya
17
3. Penggunaan oksigen
Kapan oksigen harus digunakan
Berapa dosisnya
Mengetahui efek samping kelebihan dosis
oksigen
4. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi
oksigen
5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
Tanda eksaserbasi :
Batuk atau sesak bertambah
Sputum bertambah
Sputum berubah warna
6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
7. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan
aktiviti.
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
diterima, langsung ke pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu
itu. Pemberian edukasi sebaiknya diberikan berulang dengan bahan
edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemuan. Edukasi
merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK
stabil, karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang
ireversibel.
b. Obat-obatan
Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga
jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi
derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan
inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian
18
obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang
( long acting ).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan
sampai berat, disamping sebagai
bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir
( maksimal 4 kali perhari ).
- Golongan agonis beta 2
Bentuk inhaler digunakan untuk
mengatasi sesak, peningkatan jumlah
penggunaan dapat sebagai monitor
timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat
pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk
tablet yang berefek panjang. Bentuk
nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk
penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi
subkutan atau drip untuk mengatasi
eksaserbasi berat.
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta
2
Kombinasi kedua golongan obat ini
akan memperkuat efek bronkodilatasi,
karena keduanya mempunyai tempat kerja
yang berbeda. Disamping itu penggunaan
obat kombinasi lebih sederhana dan
mempermudah penderita.
- Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai
pengobatan pemeliharaan jangka panjang,
terutama pada derajat sedang dan berat.
Bentuk tablet biasa atau puyer untuk
19
mengatasi sesak (pelega napas ), bentuk
suntikan bolus atau drip untuk mengatasi
eksaserbasi akut. Penggunaan jangka
panjang diperlukan pemeriksaan kadar
aminofilin darah.
Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam
bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi menekan
inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon
atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif
yaitu terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator
meningkat >20% dan minimal 250 mg.
Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik
yang digunakan :
- Lini I : amoksisilin, makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat,
sefalosporin, kuinolon, makrolid baru.
Perawatan di Rumah Sakit :
Amoksilin dan klavulanat
Sefalosporin generasi II & III injeksi
Kuinolon per oral ditambah dengan yang anti pseudomonas
Aminoglikose per injeksi
Kuinolon per injeksi
Sefalosporin generasi IV per injeksi
Antioksidan
20
Mukolitik
c. Terapi Oksigen
Mengurangi sesak
Memperbaiki aktiviti
Mengurangi vasokonstriksi
Mengurangi hematokrit
Indikasi :
21
Pemberian oksigen jangka panjang
ruang rawat ataupun ICU. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang
Therapy = LTOT )
keadaan stabil terutama bila tidur atau sedang aktiviti, lama pemberian 15
jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi
Nasal kanul
Sungkup venturi
22
Sungkup rebreathing
Sungkup nonrebreathing
Pemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan
d. Nutrisi
Antropometri
keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalori yang dibutuhkan, bila perlu
nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings) dengan pipa
nasogaster. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah
23
meningkatkan ventilasi semenit oxigen comsumption dan respons ventilasi
terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan gagal napas
- Hiperkalemia
- Hipokalsemia
- Hipomagnesemia
dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yang
lebih sering.
24
25