Abstrak: Impetigo adalah infeksi kulit umum yang sangat lazim terjadi pada
anak-anak. Secara historis, impetigo disebabkan oleh salah satu Streptococcus -
hemolitikus grup A atau Staphylococcus aureus. Saat ini, patogen yang paling
sering diisolasi adalah bakteri Staphylococcus aureus. Artikel ini membahas
tentang faktor mikrobiologis dan faktor virulensi dari Streptococcus -hemolitikus
grup A dan Staphylococcus aureus, serta karakteristik klinis, komplikasi, serta
pendekatan untuk penegakan diagnosis dan tatalaksana dari impetigo. Artikel ini
juga meninjau tentang berbagai agen topikal sebagai terapi untuk impetigo.
Kata kunci: Agen anti-bakterial; Impetigo; Staphylococcus aureus; Streptococcus
pyogenes
PENDAHULUAN
Kulit normal memiliki sejumlah besar koloni dari bakteri yang hidup sebagai
organisme komensal, di mana organisme- organisme tinggal di permukaan rambut atau di
folikel rambut. Kadang-kadang, pertumbuhan berlebihan dari bakteri- bakteri ini dapat
menyebabkan penyakit kulit, dan bakteri yang secara normal ditemukan pada kulit dapat
berkumpul dan menyebabkan berbagai macam penyakit kulit dalam kesempatan lain.[1]
Mikroflora kulit terutama terdiri dari diftheroid aerobik (Corynebacterium spp.), diftheroid
anaerobik (Propionibacterium acnes), dan staphylococci koagulase negatif (Staphylococcus
epidermidis). Berbagai penelitian genetik terbaru menunjukkan jumlah Pseudomonas spp.
dan Janthinobacterium spp. yang besar di kulit yang bebas dari penyakit.[2] Bakteri- bakteri
ini membentuk suatu biofilm pada permukaan kulit. Biofilm ini bersifat kompleks dan
memiliki tangkai, serta merupakan sekumpulan dari satu atau lebih spesies bakteri yang
terkait dengan substansi polimer ekstraseluler. Bakteri- bakteri yang terdapat dalam biofilm
ini adalah jenis yang 50 hingga 500 kali lebih tahan terhadap antibiotik daripada bakteri-
KARAKTERISTIK STREPTOCOCCUS
Klasifikasi oleh Lancefield mengenai Streptococcus didasarkan pada karbohidrat
antigen C yang terdapat pada dinding sel, yakni karbohidrat antigen dari A hingga T.
Berbagai varian Streptococcus mungkin saja merupakan bakteri komensal pada kulit, selaput
lendir, dan saluran pencernaan. Isolasi dari Streptococcus kelompok lain selain dari grup A
dapat berarti telah terjadinya suatu infeksi sekunder dari lesi-lesi atau adanya kolonisasi di
permukaan kulit. Streptococcus grup A dapat dibagi lagi menjadi beberapa serotipe
berdasarkan antigenisitas dari protein M yang mereka miliki. Patogenisitas dari Streptococcus
grup A adalah jauh lebih tinggi dari grup lainnya. Bakteri- bakteri ini adalah sekumpulan
bakteri dengan potensi invasif yang dapat mencapai beberapa lapisan jaringan,
seperti epidermis (impetigo), dermis (ecthyma) atau jaringan subkutan yang lebih dalam
(selulit).[6,7] Mereka juga dapat menyebabkan edema lokal, limfadenopati lokal, dan demam.
Penemuan agen- agen ini pada kulit anak- anak yang sehat didahului dengan kemunculan lesi
GAMBAR 2: Impetigo bulosa - deskuamasi dari lesi collarette (lesi dangkal dengan sisik di bagian tepinya) dan lepuhan yang flaksid.
GAMBAR 4: vesikel impetigo yang berkrusta, krusta yang berwarna madu dan hematik.
PENGOBATAN
EVOLUSI DARI KETAHANAN BAKTERI
Staphylococcus aureus mudah menyebabkan kondisi yang resisten terhadap
antimikroba sehingga membuat sulit dalam pengobatannya.[27,28] Selama lebih dari 60 tahun,
hampir semua golongan Staphylococcus aureus mampu menghasilkan beta-laktamase
(penisilinase) sehingga bakteri ini menjadi tahan terhadap beta-laktamase sensitif dari
antibiotik. Enzim ini menghidrolisis cincin beta laktam, dan sejauh ini mereka diketahui
memiliki mekanisme resistensi utama terhadap betalaktam antibiotik.[13]
Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin (SARM) pertama kali
terdeteksi pada tahun 1961. Kasus-kasus infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus
yang resisten terhadap methicillin (SARM) di masyarakat dilaporkan sekitar tahun 80-an,
akan tetapi kejadian kelompok bakteri ini telah meningkat secara signifikan dalam beberapa
tahun belakangan ini.[27] Infeksi dari Staphylococcus aureus yang resisten terhadap
methicillin (SARM) tidak lagi terbatas pada ruang lingkup rumah sakit, melainkan tingkat
dari Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin yang terkait komunitas
(SARM-TK) secara luas telah bervariasi di antara penelitian- penelitian yang ada.[28,29]
Kehadiran Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin (SARM) sebagai
agen penyebab dari impetigo pada pasien yang bukan rawat inap dan dengan distribusi
PENGOBATAN TOPIKAL
Ada bukti kuat mengenai keunggulan atau setidaknya kesetaraan dari antibiotik
topikal jika dibandingkan dengan antibiotik oral dalam pengobatan impetigo yang
terlokalisir. Selain itu, antibiotik oral memiliki efek samping yang lebih banyak daripada
antibiotik topikal.[31,32]
Mupirocin dan asam fusidic adalah pilihan terapi pertama. Dalam publikasi dari suatu
meta-analisis, didapati bahwa tidak ada perbedaan antara dua agen ini.[31,32] Untuk saat ini,
hanya ada satu penelitian yang membandingkan retapamulin dan asam fusidic, di mana
penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan secara statistik di antara dua produk
tersebut.[31] Kombinasi neomycin dan bacitracin tidak menyebabkan eradikasi dari bakteri ini.
MUPIROCIN
Mupirocin (asam pseudomonic A) adalah metabolit utama dari fermentasi
Pseudomonas fluorescens.[37] Struktur kimianya tidak berhubungan dengan agen antibakteri
dan tidak ada kecenderungan terjadinya resistansi silang dengan antibiotik lainnya oleh
karena mekanisme yang unik dari aksinya. Mupirocin bertindak dengan menghambat sintesis
protein bakteri, dengan cara berikatan dengan enzim sintetase isoleucyl-tRNA, sehingga
mampu mencegah inkorporasi isoleusin ke dalam rantai protein. Obat ini adalah sangat
efektif terhadap Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, dan semua spesies lain dari
streptococcus kecuali dari kelompok D. Obat ini kurang efektif terhadap bakteri Gram-
negatif, tetapi menunjukkan aktivitas secara in-vitro terhadap Haemophilus influenzae,
Neisseria gonorrhoeae, Pasteurella multocida, Bordetella pertussis, dan Moraxella
catarrhalis. Obat ini tidak aktif terhadap bakteri dari flora kulit normal sehingga tidak
mengubah pertahanan alami dari kulit. Aktivitas bakterisidal yang dimiliki oleh mupirocin
akan meningkat dengan pH asam pada kulit. Mupirocin dapat membasmi Staphylococcus
aureus pada kulit.
Tingkat resistensi bakteri termasuk rendah, yakni sekitar 0,3% untuk golongan
Staphylococcus aureus. Resistensi dari staphylococcus aureus yang resisten terhadap
methicillin (SARM) terhadap mupirocin sudah pernah dilaporkan sebelumnya.[8]
Reaksi merugikan dilaporkan terjadi dalam 3% dari keseluruhan pasien, di mana
keluhan gatal-gatal dan iritasi di lokasi aplikasi adalah hal yang paling umum. Fotoreaksi
adalah keluhan yang tidak mungkin terjadi karena berbagai sinar ultraviolet yang diserap oleh
produk ini tidak mampu menembus lapisan ozon. Penyerapan sistemik termasuk cukup
minimal, dan komponen kecil yang diserap akan dengan cepat diubah menjadi metabolit
tidak aktif, sehingga hal ini menjadi alasan mengapa tidak tersedianya formulasi oral atau
RETAPAMULIN
Retapamulin adalah agen semi-sintetik yang berasal dari jamur merang yang disebut
Clitopilusscyphoides. Aktivitas antibakterinya terjadi melalui penghambatan dari sintesis
protein dengan cara berikatan secara selektif dengan ribosom bakteri. Obat ini efektif
terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes.[39,40]
Pengobatan klinis dari impetigo dengan retapamulin ditemukan berjalan dengan baik,
jika dibandingkan dengan plasebo. Sebagai obat bakteriostatik, maka pemberantasan bakteri
mungkin tidak terjadi, bahkan setelah kesembuhan klinis dari impetigo.[39,40] Retapamulin
tidak diindikasikan untuk infeksi Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin
(SARM). Obat ini kurang efektif pada lesi traumatik dan penyakit yang disertai dengan
pembentukan abses [biasanya disebabkan oleh bakteri anaerob dan Staphylococcus aureus
yang resisten terhadap methicillin (SARM)].[39,40]
Obat ini tersedia dalam bentuk salep 1%, dan dapat digunakan pada anak-anak yang
berusia lebih dari 9 bulan.[39]