Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT ILMU

(Materi Pertemuan 1 dan 2)

A. Apakah Filsafat itu ?


Pertanyaan ini sudah diajukan sejak lebih dari dua puluh abad
yang lalu dan hingga kini tetap dipertanyakan banyak orang. Berbagai
jawaban telah diberikan orang sebagai upaya untuk menjelaskan
apakah sesunguuhnya filsafat itu, namun tidak ada jawaban yang
dapat memuaskan bagi semua orang, bahkan ada yang mengatakan
bahwa banyaknya jawaban yang diberikan justru mengaburkan
masalah yang hendak dijelaskan.

Beberapa Kesalahpahaan.
Ada yang beranggapan bahwa filsafat adalah sesuatu yang serba
rahasia, mistis dan aneh. Ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah
kombinasi antara astrologi, psikologi dan teologi. Dari pandangan ini
muncul ide bahwa filsafat digunakan untuk memformulasikan
argumentasi-argumentasi yang kuat untuk membela keyakinan dan
ajaran agama.
Beberapa ahli beranggapan bahwa filsafat adalah induknya
segala ilmu pengetahuan, maka cukup banyak juga orang yang
mengatakan filsafat adalah ilmu yang paling istimewa. Karena itu ,
filsafat hanya dapat dipahami oleh orang-orang jenius. Filsafat hanya
dapat dipelajarai oleh orang-orang yang memiliki kemampuan
intelektual tinggi.

1
Sebaliknya ada juga yang mengatakan bahwa filsafat itu tidak
berharga untuk dipelajari karena filsafat itu hanya lelucon. Ada pula
yang beranggapan bahwa filsafat hanyalah sebagai ilmu diawang-
awang tanpa pijakan konkret yang dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah.
Dalam percakapan sehari-hari, sering kita dengan ungkapan
yang mengatakan bahwa: filsafat saya adalah . . . .; filsafat pengusaha
yang sukses itu . . . .. Hal itu menunjukkan sikap, pandangan dan
gagasan dari orang yang bersangkutan.
Ada juga yang mengatakan bahwa orang yang berpikir adalah
berfilsafat. Apakah benar bahwa orang yang berpikir itu adalah ahli
filsafat (filsuf)? Memang benar orang yang berfilsafat adalah berpikir,
tetapi tidak semua orang berpikir adalah berfilsafat.
Kesimpangsiuran pendapat dan pandangan yang telah
dikemukakan itu belum menyentuh keanekaragaman gagasan-gagasan
filsafat yang acapkali saling bertentangan satu sama lain. Beberapa
kesalahpahaman dan kekeliruan tersebut justru menunjukkan ketidak
tahuan tentang filsafat. Memang pengamatan sekilas tentang filsafat
dapat menyesatkan, akan tetapi jika kita menar-benar menyimak
secara lebih serius dan lebih mendalam, filsafat akan semakin
diminati, semakin menarik dan semakin memukau.

B. Pengertian dan Definisi Filsafat


Secara etimologis, filsafat yang merupakan padanan kata
falsafah (Bahasa Arab) dan Philosophy (Bahasa Inggris) dan
Philosophia (Bahasa Yunani). Kata Philosophia merupakan kata

2
majemuk yang terdiri dari kata Philos dan Sophia. Philos berarti
kekasih atau sahabat dan sophia berarti bijaksana. Secara harfiah,
filsafat dapat diartikan sebagai mencintai kebijaksanaan atau sahabat.
Menurut tradisi kuno, kata filsafat digunakan pertama kali oleh
Phytagoras (sekitar abad ke-6 SM). Ketika diajukan pertanyaan
apakah ia seorang yang bijaksana, dengan rendah diri Pythagoras
menjawab bahwa ia hanyalah seorang yang mencintai pengetahuan.
Untuk memahami apa sebenarnya filsafat itu, tentu saja tidak
cukup hanya mengetahui asal usul dan arti dari filsafat itu, melainkan
juga harus memperhatikan konsep dan definisi yang diberikan oleh
para ahli filsafat menurut pemahaman masing-masing.
Berikut ini dikemukana beberapa konsep dan definisi yang
kiranya memadai untuk memberi gambaran lebih jelas tentang apakah
filsafat itu.
Para filsuf pra Socrates mempertanyakan tentang awal atau asal
mula alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos
atau rasio tanpa meminta bantuan mistis atau mitos.
Plato (427348 SM) memiliki berbagai gagasan tentang filsafat.
Antara lain, ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu ia
juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-
sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Aristoteles (382322 SM) yang merupakan murid Plato yang
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa
berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari

3
realitas yang ada. Sedangkan filosof lainnya Cicero (106043 SM)
menyatakan filsafat ialah ibu dari semua ilmu pengetahuan lainnya.
Menurut Rene Descartes (15961650), seorang filsuf Perancis
mengatakan bahwa filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di
mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
Sedangkan Immanuel Kant (17241804) berpendapat bahwa filsafat
ialah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal segala
pengetahuan.
Konsep atau gagasan dan definisi filsafat yang begitu banyak
tidak perlu membingungkan, bahkan sebaliknya justru menunjukkan
betapa luasnya willayah kajian filsafat. Perbedaan-perbedaan itu
sendiri merupakan suatu keharusan bagi filsafat, sebab kesamaan dan
kesatuan pemikiran justru akan mematikan filsafat selama-lamanya.
Dari pengertian-pengertian filsafat yang dikemukakan di atas
dapat disimpulkan beberapa istilah atau terminology, yaitu:
1. Filsafat adalah sebagai sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
2. Filsafat sebagai proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang kita junjung tinggi.
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan.
4. Filsafat sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan
tentang arti kata dan konsep.
5. Filsafat sebagai sekumpulan problema-problema langsung yang
mendapat perhatian dari manusia.

4
C. Sifat Dasar Filsafat
Ada lima sifat dasar filsafat, yaitu: berpikir radikal, mencari
asas, memburu kebenaran, mencari kejelasan dan berpikir rasional.
Berpikir radikal. Berfilsafat berarti berpikir secara radikal.
Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia
tidak akan pernah terpaku hanya pada fenomena, ia tidak perna akan
berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Berpikir radikal
tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikan
fakta, melainkan dalam arti yang sebenarnya, yaitu berpikir secara
mendalam untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan.
Berpikir radikal justru hendak memperjelas realitas, lewat penemuan
serta pemahaman akar realitas itu sendiri.
Mencari asas. Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian
tertentu dari realitas, melainkan kepada keseluruhannya. Dalam
memandang keseluruhan realitas filsafat senantiasa berupaya mencari
asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas.
Memburu kebenaran. Filsuf adalah pemburu kebenaran.
Kebenaran adalah kebenaran hakiki (sunggu-sunggu) tentang seluruh
realitas dan setiap hal yang dipermasalahkan. Kebenaran filsafat tidak
pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu
kebenaran menuju suatu kebenaran baru yang lebih pasti.
Mencari kejelasan. Salah satu penyebab lahirnya filsafat adalah
keraguan. Untuk menghilangkan keraguan diperlukan kejelasan. Ada
filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat berarti berupaya
mendapatkan kejelasan dan penjelasan mmengenai seluruh realitas.

5
Berpikir rasional. Berpikir secara radikal, mencari asas,
memburu kebenaran dan mencari kejelasan tidak mungkin dapat
berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional. Berpikir secara
rasional berarti berpikir logis, sistemtis dan kritis.
Berpikir logis berarti menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Berpikir logis juga menuntut pemikiran sistematis. Pemikiran
sistematik adalah rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama
lain atau saling berkaitan secara logis.

D. Asal Mula Filsafat


Bagaimana filsafat tercipta? Apa yang menyebabkan manusia
berfilsafat? Sesungguhnya ada 4 hal yang mengakibatkan manusia
berfilsafat, yaitu: ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya dan
keraguan.
Ketakjuban. Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi
awal kelahiran filsafat adalah kekaguman, keheranan, atau ketakjuban.
Dalam karyanya yang berjudul: Metafisika, Aristoteles mengatakan
bahwa karena ketakjuban manusia mulai berfilsafat. Pada mulanya
manusia takjub memandang benda-benda aneh di sekitarnya, lama
kelamaan ketakjuban berubah menjadi dan terarah ke hal-hal yang
lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari,
bintang-bintang dan asal mula alam semesta.
Istilah ketakjuban menunjuk dua hal, yaitu bahwa ketakjuban
itu pasti memiliki subjek dan objek. Jika ada ketakjuban, sudah tentu
ada yang takjub dan ada yang menakjubkan. Ketakjuban hanya

6
mungkin dirasakan makhluk yang mempunyai akal budi, seperti
manusia. Jika yang menjadi subjek ketakjuban adalah manusia, maka
objeknya adalah segala sesuatu yang dapat diamati. Inilah sebabnya,
bagi Plato mengatakan pengamatan terhadap bintang-bintang,
matahari dan langit merangsang manusia untuk melakukan penelitian.
Penelitian terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya
itulah yang melahirkan filsafat.
Ketidakpuasan. Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos
memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia.
Berbagai mitos berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam semesta serta sifat-sifat peristiwa itu.
Akan tetapi ternyata, penjelasan dan keterangan yang diberikan oleh
mitos-mitos makin lama makin tidak memuaskan manusia.
Ketidakpuasan itu membuat manusia terus menerus mencari
penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan meyakinkan.
Manusia yang tidak puas dan terus menerus mencari penjelasan
dan keterangan yang lebih pasti itu lambat laun mulai berpikir secara
rasional. Akibatnya, akal budi semakin berperan. Berbagai mitos yang
diwariskan secara turun temurun semakin tersisih dari perannya
semula yang begitu besar. Ketika rasio berhasil menurunkan mitos-
mitos dari singgasananya, lahirlah filsafat yang pada masa itu
mencakup semua ilmu pengetahuan.
Hasrat bertanya. Ketakjuban manusia melahirkan pertanyaan-
pertanyaan dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-
pertanyaan tidak kunjung habis. Pertanyaan tidak boleh dianggap
sepele, karena pertanyaanlah yang membuat kehidupan dan

7
pengetahuan manusia menjadi berkembang dan maju dengan cara
manusia melakukan pengamatan, penelitian dan penyelidikan. Ketiga
hal inilah yang melahirkan penemuan baru yang semakin memperkaya
pengetahuan manusia. Karena itu, pertanyaan merupakan sesuatu
yang hakiki bagi manusia.
Hasrat bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu tidak sekedar terarah pada
wujud sesuatu. Melainkan juga terarah pada dasar dan hakikatnya.
Inilah yang menjadi salah satu ciri filsafat.
Keraguan. Manusia selaku penanya mempertanyakan sesuatu
dengan maksud untuk memperoleh kejelasan dan keterangan
mengenai sesuatu yang dipertanyakan. Sudah tentu yang
dipertanyakan itu berarti belum jelas. Karean sesuatu itu tidak jelas
maka mengakibatkan manusia masih ragu atau bingung atau ada
semacam ketidakpastian. Seseorang bertanya karena masih ada
keragu-raguan. Jadi jelas bahwa keraguanlah yang menggiring
manusia untuk berfilsafat.
Filsafat sebagai bagian dari kebudayaan manusia yang amat
menakjubkan, lahir di Yunani dan dikembangkan sejak awal abad ke-
6 SM. Proses kelahiran filsafat itu membutuhkan waktu yang amat
panjang. Ketika suku bangsa Hellenes menyerbu masuk Yunani
sekitar tahun 2000 SM, mereka masih merupakan pengembara-
pengembara kasar yang belum mengenal peradaban. Mereka baru
berhasil menaklukan Yunani dan menyingkirkan penduduk aslinya
setelah mereka mengambil alih peradaban dan kebudayaan penduduk
asli, yang pada masa itu telah mencapai tingkat cukup mengagumkan.

8
Walaupun bangsa Yunani telah memperoleh tempat pemukiman
yang tetap, namun orang-orang Yunani masih banyak yang merantau,
khususnya ke dunia Timur yang saat itu telah memiliki peradaban dan
kebudayaan yang tinggi. Mereka merantau sampai ke Mesir dan
Babylonia yang telah mengembangkan pengetahuan tulis-menulis,
astronomi dan matematika yang prinsip dasarnya telah diletakkan oleh
bangsa Sumeria. Orang-orang Sumeria yang telah menemukan system
hitungan yang didasarkan atas jumlah enam sebagai suatu kelipatan
sehingga mereka telah mengenal pembagian waktu: satu jam terdiri
dari enam puluh menit dan satu menit terdiri atas enampuluh detik.
Bangsa Bangsa Sumeria juga yang menemukan pembagian lingkaran
menjadi tiga ratus enam puluh derajat.
Memang, bangsa Yunani berhasil mengolah berbagai ilmu
pengetahuan yang mereka peroleh dari dunia Timur itu menjadi benar-
benar rasional-ilmiah dan berkembang pesat. Pemikiran rasional-
ilmiah itulah yang melahirkan filsafat.

E. Karakteristik Berpikir Filsafat


Setidaknya ada tiga karakteristik berpikir filsafat yakni:
1. Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika
hanya mengenal ilmu hanya dari sudut pandang ilmu itu sendiri.
Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya
dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan
membawa kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan
tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada
langit. contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.

9
2. Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa
ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses
penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah
kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti
sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan
menentukan titik yang benar.
3. Spekulatif: dalam menyusun suatu pertanyaan yang melingkar dan
menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi
titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses,
analisis maupun pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana
yang logis atau tidak.
Sir Isac Newton, seorang ilmuwan yang sangat terkenal,
President of the Royal Society memiliki ketiga karakteristik ini. Ada
banyak penyempurnaan penemuan-penemuan ilmuwan sebelumnya
yang dilakukannya. Dalam pencariannya akan ilmu, Newton tidak
hanya percaya pada kebenaran yang sudah ada (ilmu pada saat itu). Ia
menggugat (meneliti ulang) hasil penelitian terdahulu seperti logika
Aristotelian tentang gerak dan kosmologi, atau logika Cartesian
tentang materi gerak, cahaya, dan struktur kosmos. Saya tidak
mendefenisikan ruang, tempat, waktu dan gerak sebagaimana yang
diketahui banyak orang ujar Newton. Bagi Newton tak ada
keparipurnaan, yang ada hanya pencarian yang dinamis, selalu
mungkin berubah dan tak pernah selesai, ku tekuni sebuah subjek
secara terus menerus dan ku tunggu sampai cahaya fajar pertama
datang perlahan, sedikit demi sedikit sampai betul-betul terang.

10

Anda mungkin juga menyukai