Dokumen - Tips Rheumatoid-Arthritisdoc
Dokumen - Tips Rheumatoid-Arthritisdoc
PENDAHULUAN
1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang
telah memberikan kesehatan dan kesempatan hingga penulis dapat
menyelesaikan paper ini mengenai Rheumatoid Arthritis. Penyusunan paper ini
didasarkan karena keingintahuan dan untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan kepada kami. Paper ini mengenai Rheumatoid Arthritis yang
merupakan salah satu penyakit autoimun yang sering menyebabkan kerusakan
pada sendi sehingga pasien sering kaku pada pagi hari (morning stiffness). Kami
berharap dengan terselesaikannya paper ini dapat bermanfaat utnuk membantu
mengurangi faktor risiko terhadap penyakit Rheumatoid Arthritis yang lebih
sering menyerang wanita daripada pria. Akhirnya mengharapkan segala
masukkan baik berupa kritik maupun saran demi perbaikan paper ini dan
dengan suatu harapan yang tinggi agar paper yang sederhana ini dapat
memberikan sumbangan pikiran demi pembangunan bangsa dan negara.
BAB II
2
ISI
2.1. Definisi
Pada penyakit rheumatoid yang telah lama (dan juga penyakit neurologis
yang melumpuhkan). Ketidakmampuan yang timbul dapat sangat berat dan
dibagi menjadi empat derajat: 1. Ketidaktergantungan yang komplit-tidak
diperlukan sokongan; 2. Ketidaktergantungan tetapi memerlukan sokongan, alat
- alat khusus yang memerlukan penyesuaian pada pekerjaan dan alat alat
rumah tangga. 3. Ketergantungan parsial,memerlukan bantuan untuk pergerakan
kompleks seperti mandi dan berpakaian dan ; 4. Ketergantungan total, di atas
kursi roda atau tempat tidur. (Robbins,dkk 2005)
2.2. Epidemiologi
3
Pada kebanyakan populasi di bumi, prevalensi Rheumatoid Arthritis
relative konstan yaitu berkisar antara 0,5-1%.
2.3. Etiologi
1.Faktor Genetik
4
faktor kappa B (NF-kB). Gen ini berperan penting dalam resorpsi tulang pada
Rheumatoid Arthritis. Faktor genetik juga berperanan penting dalam terapi
Rheumatoid Arthritis karena aktivitas enzim seperti methylen eletrahydrofolate
reductase dan thiopurine methyltransferase untuk metabolism methotrexate dan
azathioprine ditentukan oleh factor genetic. Pada kembar monozigot mempunyai
angka keseuaian untuk berkembangnya Rheumatoid Arthritis lebih dari 30% dan
pada orang kulit putih dengan Rheumatoid Arthritis yang mengekspresikan
HLA-DR4 mempunyai angka kesesuaian sebesar 80%.(Sudoyo 2010).
2.Hormon Sex
3.Faktor Infeksi
5
ditemukan agen infeksi yang secara nyata terbukti sebagai penyebab penyakit.
(Sudoyo 2010).
6
tulang rawan sendi.Perusakan tendo,ligamentum,dan kapsul sendi menimbulkan
deformitas yang khas, yaitu defiasi radial, pergelangan tangan, dan kelainan
fleksi, hiperekstensi pada jari tangan(deformitasleher
angsa/swan/neck),deformitas boutenniere.Nodulus subkutan rematoid terjadi
pada kira-kira seperempat dari para pasien, yang terjadi di sepanjang permukaan
ekstensor lengan bawah atau pada tempat yang mudah terkena tekanan
mekanisme,nodulus ini jarang terbentuk dalam paru,limfa,jantung,aorta,dan
organ visera lainnnya.Nodulus remahtoid adalah massa yang kenyal,tidak nyeri
tekan,oval atau bulat diameter mencapai 2cm.secara makroskopis nodulus ini
ditandai dengan suatu focus sentral nekrosis fibrinoid yang ipagari oleh suatu
falisade makrofag,yang kemudian akan dikelilingi oleh jaringan granulasi.Pasien
dengan penyakit erosif berat nodulus rheumatoid,secara titer faktor rheumatoid
yang tinggi (igM dalam sirkulasi yang mengikat igG) berisiko mengalami
sindrom vaskulitis.Vaskulitis nekrotikans akut dapat menyerang arteri kecil atau
besar.Serangan pada serosa dapat muncul sebagai pleuritis fibrinosa atau
perikarditis atau keduanya sekaligus.Parenkim paru dapat dirusak oleh fibrosis
intertisial progesif.
7
yang bermakna selama kehamilan dan biasanya akan kambuh lagi setelah
melahirkan.(Sudoyo 2010)
2.6. Patogenesis
Peran sel T
8
IL-17 mempunyai efek independen dan sinergistik dengan sitokin proinflamasi
lainnya (TNF- dan IL-) pada sinovium, yang menginduksi pelepasan sitokin,
produksi metalloproteinase, ekspresi ligan RANK/RANK (CD265/CD254), dan
osteoklastogenesis. Interaksi CD40L(CD154)dengan CD40 juga mengakibatkan
aktivasi monosit/makrofag(Mo/Mac)synovial,FLS,dan sel B. Walaupun pada
kebanyakan penderita AR didapatkan adanya sel T regulator CD4+CD25hi pada
sinovium, tetapi tidak efektif dalam mengontrol inflamasi dan mungkin
dinonaktifkan oleh TNF synovial. IL-10 banyak didapatkan pada cairan
sinovial, tetapi efeknya pada regulasi Th-17 yang belum diketahui. Ekspresi
molekul tambhan pada sel Th-17 yang tampak adalah perkiraan berdasarkan
ekspresi yang ditemukan pada populasi sel T hewan coba. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk menentukan struktur tersebut pada subset sel Th-17
pada sinovium manusia. (Sudoyo 2010).
Peran sel B
9
RF. Selain itu kompleks imun RF juga memperantarai aktivasi
komplemen, kemudian secara bersama-sama bergabung dengan reseptor
Fcg, sehingga mencetuskan kaskade inflamasi.
1.Awitan(onset)
Kurang lebih 2/3 penderita AR, awitan terjadi secara perlahan, arthritis
simetris terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan dari perjalanan
penyakit. Kurang lebih 15% dari penderita mengalami gejala awal yang lebih
cepat yaitu antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Sebanyak 10-15%
penderita mempunyai awitan fulminami berupa arthritis poliartikular, sehingga
diagnosis AR lebih mudah di tegakkan . pada 8-15% penderita, gejala muncul
beberapa hari setelah kejadian tertentu (infeksi). Artritis sering kali diikuti oleh
kekakuan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama 1 jam atau lebih.
Beberapa penderita juga mempunyai gejala konstitusional berupa kelemahan,
kelelahan, anoreksia dan demam rinagan.(Sudoyo 2010)
2.Manifestasi artikular
10
Penyebab arthritis pada AR adalah sinovitis, yaitu adanya inflamasi pada
membrane sinovial yang membungkus sendi. Pada umumnya sendi yang terkena
adalah persendian tangan, kaki dan vertebra servikal, tetapi persendian besar
seperti bahu dan lutut juga bisa terkena. Sendi yang terlibat pada umumnya
simetris, meskipun pada presentasi awal bisa tidak simetris. Sinovitis akan
menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga terjadi deformitas dan kehilangan
fungsi. Ankilosis tulang (destruksi sendi disertai kolaps dan pertumbuhan tulang
yang berlebihan) bisa terjadi pada beberapa sendi khususnya pada pergelangan
tangan dan kaki. Sendi pergelangan tangan hampir selalu terlibat, demikian
jugasendi interfalang proksimal dan metakarpofalangeal. Sendi interfalang distal
dan sakroiliaka tidak pernah terlibat. (Sudoyo 2010)
3.Manisfestasi ekstraartikular
11
1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan disekitarnya sejaka bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran
tulang (hiperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara
bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang
memenuhi kriteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang,
pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan
kanan.
3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
4. Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak
bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical
polyarthritis simultaneously).
5. Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang
dokter.
6. Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor
rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol.
7. Terdapat perubahan gamabaran radiologis yang khas pada pemeriksaan
sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi
pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
2.8. Komplikasi
KOMPLIKASI KETERANGAN
Anemia Berkorelasi dengan LED dan aktivitas penyakit ;
12
75 % penderita AR mengalami anemia karena
penyakit kronik dan 25% penderita tersebut
memberikan respon terhadap terapi besi.
Kanker Mungkin akibat sekunder dari terapi yang
diberikan; kejadian limfoma dan leukemia 2-3
kali lebih seringterjadi pada penderita AR
;peningkatan resiko terjadinya berbagai tumor
solid;penurunan resiko terjadinya kanker
genitourinaria,diperkirakan karena penggunaan
OAINS.
Komplikasi kardiak 1/3 penderita AR mungkin mengalami efusi
perikardial asimptomatik saat diagnosis
ditegakkan ;miokarditis bisa terjadi ,baik dengan
atau tanpa gejala ;blok atriventrikular jarang
ditemukan.
Penyakit tulang belakang Tenosinovitis pada ligamentum transversum bisa
leher (cervical spine menyebabkan instabilitas sumbu atlas ,hati-hati
disease) bila melakukan intubasi endotrakeal ;mungkin
ditemukan hilangnya lordosis servikal dan
berkurangnya lingkup gerak leher ,subluksasi
C4-C5 dan C5-C6,Penyempitan celah sendi pada
foto servical lateral .Myelopati bisa terjadi yang
ditandai oleh kelemahan bertahap pada
ekstremitas atas dan parestesia.
Gangguan mata Episkleritis jarang terjadi.
Pembentukan fistula Terbentuknya sinus kutaneus dekat sendi yang
terkena ,terhubungnya bursa dengan kulit.
Peningkatan infeksi Umumnya merupakan efek dari terapi AR.
13
boutonniere);hiperekstensi dari ibu jari
;peningkatan risiko ruptur tendon.
Deformitas sendi lainnya Beberapa kelainan yang bisa ditemukan antara
lain :frozen shoulder ,kista poplitel,sindrom
terowongan karpal dan tarsal.
Komplikasi pernafasan Nodul paru bisa bersama-sama dengan kanker
dan pembentukan lesi kavitas ;bisa ditemukan
inflamasi pada sendi cricoarytenoid dengan
gejala suara serak dan nyeri pada laring :pleuritis
ditemukan pada 20% penderita ;fibrosis
interstitial bisa ditandai dengan adanya ronki
pada pemeriksaan fisik
Nodul rheumatoid Ditemukan pada 20-35 % penderita AR,biasanya
ditemukan pada permukaan ekstensor
ekstremitas atau daerah penekanan lainnya
,tetapi bisa juga ditemukan pada daerah sklera
,pita suara ,sakrum atau vertebra.
Vaskulitis Bentuk kelainannya antara lain : arteritis
distal,perikarditis,neuropati perifer,lesi
kutaneus ,arteritis organ viscera dan artritis
koroner ;terjadi peningkatan resiko
pada:penderita perempuan ,titer RF ysng
tinggi ,mendapat terapi steroid dan mendapat
beberapa macam DMARD;berhubungan dengan
peningkatan risiko terjadinya infark miokard.
Pleural disease
14
Interstitial lung disease
Oppurtunististic infections
Drug toxicity
15
Tidak banyak berperan dalam diagnosis arthritis rumatoid,namun dapat
menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien.Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat:
1. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien arthritis
reumatoid terutama bila masih aktif.Sisanya dapat di jumpai pada pasien
lepra,tuberculosis paru,sirosis hepatis,hepatitis
infeksiosa,lues,endokarditis bakterialis,penyakit kolagen,dan sarkoidosi.
2.11. Penatalaksanaan
2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi
yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
a) Aspirin
16
Pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari,
kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau
gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
17
4x 250-300 mg/hari. Efek samping antara lain ruam kulit urtikaria atau
mobiliformis, stomatitis, dan pemfigus.
18
diperlukan pertimbangan untuk tindakan operatif.Sering pula diperlukan
alat-alat. Karena itu, pengertian tentang rehabilitasi termasuk:
3.Terapi mekanik.
4.Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi.
5.Occupational therapy.(Arif Mansjoer,dkk 2010)
2.12. Prognosis
19
Prediktor prognosis buruk pada stadium dini AR antara lain : skor
fungsional yang rendah, status sosialekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah,
ada riwayat kga dekat keluarga dekat menderita AR, melibatkan banyak sendi,
nilai CRp atau LED tinggi saat permulaan penyakit, RF atau anti CCP positif,
ada perubahan radiologis pada awal penyakit, ada nodul rheumatoid/manifestasi
ekstraartikular lainnya. Sebanyak 30% penderita AR dengan manifestasi
penyakit berat tidak berhasil memenuhi criteria ACR 20 walaupun sudah
mendapat berbagai macam terapi . sedangkan penderita dengan penyakit lebih
ringan memberikan respon yang baik dengan terapi. Penelitian yang dilakukan
oleh lindqvist dkk pada penderita AR yang mulai tahun 1980-an,
memperlihatkan tidak adnya peningkatan angka morbalitas pada 8 tahun
pertama sampai 13 tahun setelah diagnosis. Rasio keseluruhan penyebab
kematian pada penderita AR dibandingkan dengan populasi umum adalah 1,6
tetapi hasil ini mungkin akan menurun setelah penggunaan jangka panjang
DMARD terbaru.(Sudoyo 2010).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang mengenai banyak organ
yang merupakan salah satu kelompok penyakit jaringan ikat
difus.gangguan ini diperantai imun dan etiologinya tidak diketahui.
20
2. Artritis reumatoid menyerang perempuan sekitar dua setengah kali lebih
sering daripada laki-laki ,dengan insiden puncak antara 40 dan 60 tahun.
3. Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui ,meskipun
patogenesisnya sudah diketahui.
4. Terdapat hubungan antara penanda genetik HLA-Dw4 dan HLA-DR5
pada ras kaukasia.pada orang Amerika-Afrika ,Jepang ,dan Indian
Chippewa,hanya berhubungan dengan HLA-Dw4.
5. Penghancuran jaringan sendi terjadi dalam 2 cara .pertama,penghancuran
digestif terjadi akibat produksi protease ,kolagenase dan enzim
hidrolitik.penghancuran jaringan juga terjadi melalui kerja pannus
reumatoid .
6. Beberapa gambaran klinis yang lazim mencakup
(1)kelahan,anoreksia,berat badan turun dan demam.(2) poliartritis
simetri,terutama sendi perifer dan kaku di pagi hari lebih dari satu jam.
(3)artritis erosif dan deformitas sebagai penghancuran struktur penunjang
sendi.(4)nodul reumatoid ,yang merupakan massa subkutan dan
(5)manifestasi ekstra-artikular yang dapat mengenai organ(misal
jantung,paru ,mata,pembuluh darah).
7. Beberapa uji laboratorium digunkan untuk diagnosis artritis
reumatoid.sebagai contoh faktor reumatoid ditemukan dalam serum
sekitar 85% orang yang menderita artritis reumatoid .
8. Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut: (1) kaku di pagi hari
(berlangsung dalam 1 jam ).(2) artritis pada 3 atau lebih sendi .(3) artritis
sendi tangan .(4) artritis simetris .(5) nodul reumatoid .(6) faktor
reumatoid serum .(7)perubahan radiograf (erosi atau dekalsifikasi
tulang). Dapat disebut artritis reumatoid jika sedikitnya terdapat 4 dari 7
kriteria .
9. Pengobatan artritis reumatoid berdasarkan pada pemahaman patofisiologi
gangguan .perhatihan harus diarahkan pada manisfestasi psikofisiologi
dan gangguan psikososial yang menyertainya disebabkan oleh perjalanan
masalah yang kronik yang berubah-ubah.
3.2. Saran
21
Pasien harus mengetahui dan memahami tentang penyakit Rheumatoid
Arthritis yang dideritanya, sehingga akan lebih mudah bagi pasien menerima
kondisi dan prognosis dari penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bradley,john,dkk.(2000).Penuntun Klinis.Jakarta : Hipokrates
22
Sudoyo,Aru.W.(2010).Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 5.Jakarta: Interna Publising
23