Inpurwanto S900809009
Inpurwanto S900809009
id
TESIS
Oleh
Inpurwanto
NIM: S900809009
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
TESIS
Oleh:
INPURWANTO
NIM.S900809009
pada tanggal..2012
Pembimbing
Mengetahui
Program Pascasarjana
Prof.Dr.Sugiyarto,M.Si
NIP.1967043019922031002
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
TESIS
Oleh
Inpurwanto
S900809009
Mengesahkan
Direktur Program Pasca Sarjana UNS Ketua Program StudI BIosain
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mahasiswa
Inpurwanto
S900809009
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Biogas is one of the fuel energy sources that are environmentally friendly and
renewable materials derived from organic water hyacinth waste and poultry waste.
With anaerobic digester waste can be converted into biogas. The purposed of this
research was obtain maximum production of biogas with a high load efficiency
overhaul.
The substrate consists of chicken waste and water hyacinth waste mixed with
water in the ratio 1: 1. Treatment with the addition of organic load (OLR) and
hydraulic retention time (HRT) was 50 kg/days with HRT of 34 days, 24 days HRT
70 kg/days, 90 kg/days HRT of 19 days, 15 days 110 kg/days HRT and HRT 130
kg/days 13 days. Charging load each day for 5 days. Observation variables include
the production of biogas per day, COD, TS, VS, pH and temperature were
measured every day. Data were analyzed descriptively.
Optimal biogas production was achieved at the expense110 kg/days filling
with HRT of 15 days that were equal to 492, 68 liters/day with an average
temperature of 28.40 C and average pH of 7.54. While the efficiency of COD
reforms, TS, and VS 110 kg/days highest load achieved in the HRT of 15 days
consecutive or 91.8%, 36.4% and 58.4%.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Ayam Dengan Penambahan Beban Organik /Organic Loading Rate (OLR) dan
Waktu Tinggal Hidraulik / Hidraulic Retention Time (HRT) Pada Biodigester Anaerob
Sistem Kontinyu .
bangun reaktor digester anaerob sistem kontinyu skala semi pilot, peningkatan
produksi biogas dengan adanya perlakuan penambahan beban organik dan lama
Nilai penting penelitian ini adalah untuk mendapatkan produksi biogas yang
maksimal dari digester anaerob dengan bahan limbah peternakan ayam dan limbah
eceng gondok (Euchornia crassipes) serta besarnya efisiensi perombakan COD dan
TS, sehingga lebih lanjut disain prototipe reaktor digester anaerob ini dapat
bahwa produksi biogas belum optimal, untuk selanjutnya perlu penelitian terhadap
walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dirasakan banyak kekurang tepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ayam Dengan Penambahan Beban Organik /Organic Loading Rate (OLR) dan
Anaerob Sistem Kontinyu .Dalam penyusunan tesis ini banyak bimbingan ataupun
bantuan baik moril maupun spiritual dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
2. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si , selaku Ketua Program Studi Biosains yang telah
penelitian ini.
diselesaikan.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Kepala UPT sub Laboratorium kimia Universitas Sebelas Maret yang telah
suka dan duka utamanya (Mas Dodik, pak Muryanto, pak Heru, pak Amar,
pak Supriyadi, pak Hamdin, mbakPipit, mbak Ainun, mbak Nina, mbak Zahra
dan pak Pur ) yang telah banyak memberikan semangat belajar dan
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F.Hipotesis ....................................................................... 36
Lingkungan .................................................................. 58
A. Kesimpulan 62
B. Saran . 62
DAFTAR PUSTAKA .. 63
LAMPIRAN 68
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.
Sementara energi cadangan minyak dari bahan fosil (yang tidak terbaharui) di dunia
semakin menipis. Hal ini akan mengakibatkan percepatan akan krisis energi di
dunia. Keadaan inilah yang menekan semua negara untuk mengembangkan energi
alternatif yang bersifat terbaharui, sehingga kebutuhan akan energi minyak bumi
dari bahan fosil dapat digantikan dan dipenuhi yang sekaligus menanggulangi
dampak negatif emisi gas minyak bumi bahan fosil yang memicu meningkatnya
pemanasan global.
Di Indonesia konsumsi bahan bakar minyak mencapai 1,3 juta barel, yang
tidak seimbang dengan produksinya yang hanya mencapai 1 juta barel sehingga
harus mengimport 0,3 juta barel. Menurut data kantor energy dan sumber daya
mineral Tahun 2006 , bahwa cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9
milyar barel dan apabila cadangan minyak ini dikonsumsi terus menerus tanpa
adanya cadangan minyak baru maka diperkirakan cadangan minyak Indonesia akan
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.5 tahun 2006, tentang kebijakan energi
bakar minyak. Kebijakan tersebut berarti menekankan pada sumber daya energi
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
yang diperbaharui sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak dari fosil. Salah
satu sumber energi yang diperbaharui adalah biogas (Ditjen PPHP, 2009).
manusia, sampah biomasa dan limbah organik lainnya dengan bantuan bakteri.
Hasil dari proses biodigester anaerob sebagian besar atau 50% lebih adalah gas
metana dan gas karbondioksida, yang merupakan bagian dari gas rumah kaca yang
memicu meningkatnya pemanasan global. Sisanya dalam sejumlah kecil yaitu gas
hidrogen sulfida, amoniak, hidrogen, dan nitrogen dengan jumlah sangat kecil (Grant
Reaktor yaitu sebuah tempat yang dirancang untuk memproses bahan baku limbah
menjadi biogas. Ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan saat ini,
(Floating-drum), reaktor jenis balon, reaktor jenis horizontal, reaktor jenis lubang
tanah dan reaktor jenis ferrocement. Di dalam prosesnya, bahan baku yang berupa
bahan organik ditampung di dalam sebuah reaktor, kemudian akan diuraikan oleh
Bakteri ini akan menguraikan bahan organik pada tingkat hidrolisis dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
panjang seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi senyawa yang lebih
mengurangi efek rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah
pupuk organik padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara
ekonomi akan sangat kompetitif seiring dengan meningkatnya harga bahan bakar
minyak dunia, dan harga pupuk anorganik yang penggunaan dosisnya semakin
meningat yang berakibat rusaknya struktur fisik, biologi, dan kimia dari tanah.
Penggunaan pupuk organik bioreaktor dari sisa bioreaktor yang berupa limbah
biogas ini merupakan cara baru teknologi dibidang pertanian yang ramah lingkungan
dan berkelanjutan. Disamping itu limbah biodigester anaerob ini juga punya potensi
plankton yang merupakan pakan ikan alami dan juga berpotensi untuk dijadikan
bahan pembuat pellet ikan. Hasil utama reaktor biodigester anaerob adalah energi
biogas, energi ini dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti bahan bakar
kompor rumah tangga, penerangan rumah, menyalakan alat elektronik melalui alat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
sapi untuk menghasilkan biogas telah banyak dilakukan di Indonesia, dan hasilnya
cukup signifikan. Hasil penelitian Widodo dkk (2006) dilaporkan bahwa reaktor
biogas tipe fixed dome yang dirancang untuk 10 ekor sapi (dengan kotoran sapi 20
kg/ekor/hari dan retention time 45 hari) maka kapasitas reaktor dapat mencapai 18
m3. Selain itu juga dilaporkan bahwa produksi gas metana tergantung dari C/N rasio
dari input kotoran ternak, hydraulic retention time, pH, suhu, organic loading rate dan
toxicity. Hasil pengukuran suhu bahan baku di dalam reaktor berkisar 250C sampai
dengan 270C dan pH berkisar antara 7 sampai dengn 7,8 kondisi ini berdasarkan
teori cukup baik bagi aktifitas mikroorganisme penghasil metana. Hal ini didukung
dengan fakta hasil analisis kandungan gas metana (CH4) yaitu sekitar 77% (lebih
besar dari data referensi) dan produksi biogasnya mencapai 6 m3/hari ( untuk rata-
rata produksi biogas 30 liter gas/kg kotoran sapi). Sedangkan hasil pengukuran
tanpa beban, menunjukkan laju aliran gas 1,5 m3/jam dengan tekanan 490 mmH2O.
telah mengkaji pemanfaatan energi biogas dari bahan kotoran sapi untuk lampu
penerangan dan kompor gas, dan hasilnya ternyata biogas layak secara teknis dan
ekonomis dan juga telah dikaji untuk pembangkit listrik. Uji kinerja generator listrik
dengan motor bakar diesel berbahan bakar solar-biogas untuk membangkitkan daya
listrk 3000 watt menunjukkan hasil yang memuaskan, dengan konsumsi bahan
bakar solar 100 ml/Jam dan 0,39 m3 biogas/kwh (Widodo,2007). Sementara Kottner
(2002) mengatakan, bahwa 1m3 biogas ekivalen dengan energi 0,6 liter BBM atau
6,36 kw/h
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
terbesar di Tuban mempunyai kurang lebih 150.000. ekor ayam petelur dan
pengelolaannya. Menurut Yunus (1997) bahwa satu ekor ayam petelur dalam 1 hari
menghasilkan 0,1 kg. Jika dihitung setiap peternakan ayam rata-rata mempunyai
150.000. ekor ayam petelur, maka dalam 1 hari peternakan itu akan menghasilkan
limbah kotoran ayam berjumlah 9000 kg atau 9 ton per hari. Hasil limbah yang
berupa kotoran ayam ini apabila dikelola dengan baik, paling tidak sudah dapat
samping dari proses pembuatan biogas yang berupa limbah bioreaktor (slurry),
dapat digunakan untuk pupuk organik tanaman, pupuk organik kolam perikanan dan
campuran bahan pembuat pellet pakan ikan. Pupuk organik hasil limbah
pemrosesan biogas mempunyai kandungan unsur hara yang tidak dipunyai pupuk
lain dan pemberian pada kolam ikan dapat menyuburkan plankton yang merupakan
pakan alami dari ikan atau hewan budidaya perairan lainnya. (Marchaim, 1992).
Dengan demikian limbah peternakan ayam yang berupa limbah padat kotoran
ayam dan limbah cair yang jika dibiarkan atau dibuang pada suatu tempat akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
menjadi sumber pencemaran tanah, air ataupun udara, namun bila dilakukan
pengelolaan yang benar akan menjadikan bahan yang berdaya guna dan bernilai
tambah bagi peternak sendiri sekaligus mendukung program pertanian terpadu dan
program langit bersih pemerintah dan mencegah percepatan proses global warming
yang dampaknya semakin terasa terhadap kehidupan manusia di bumi. Untuk itu
penelitian tentang limbah peternakan ayam yang dicampur dengan limbah eceng
organik/ organik loading rate (OLR) dan waktu tinggal hidraulik / Hidraulic Retention
Time (HRT) dengan teknologi biodigester anaerob secara kontinyu perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan beberapa
dan Waktu tinggal hidraulik/ Hydraulic Retention Time terhadap produksi biogas.
C.Tujuan Penelitian
biogas.
2.Mengetahui efisiensi terhadap perombakan COD, TS dan VS pada OLR dan HRT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
D.Manfaat Penelitian.
1. Didapat produksi biogas maksimal yang berasal dari bahan limbah organik yang
penerangan, pemanas mesin penetas dan dengan teknologi lebih lanjut dapat
alat-alat elektronik.
3. Limbah hasil proses digester anaerob yang berupa lumpur (slurry) dapat
atau dikomersiilkan.
akibat limbah kotoran ayam yang tidak dikelola dengan baik, menghindari terha
kontinyu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
kebutuhan akan gizi seperti protein untuk masyarakat semakin meningkat terus
dipenuhi dengan mengkonsumsi telur dan daging terutama daging ayam dan sapi.
Daging ayam relatif lebih aman terhadap kesehatan, karena kandungan kolesterol
dan lemak jenuhnya yang lebih rendah dari pada daging sapi. Dengan demikian,
kebutuhan akan daging ayam dan telurpun meningkat terus yang berarti usaha
selalu dihasilkan limbah. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan
komponen pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai
kegunaan lagi bagi masyarakat (Agustina, 2008). Limbah tersebut dapat berupa
limbah padat yang berupa kotoran ayam, dan limbah cair untuk peternakan ayam
semi modern yang membuat pakan berupa pellet dengan menambahkan rebusan
Pengelolaan limbah padat dan cair pada peternakan ayam di Indonesia belum
sepenuhnya dikelola dengan baik, hal ini akan mengakibatkan proses terjadinya
nya harus selalu diperhatikan. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
dilakukan pengelolaan yang baik bahkan hanya di buang pada suatu tempat areal
menyebarkan bau yang tidak sedap, menjadi tempat bersarangnya serangga vektor
penyakit dan emisi gas rumah kaca seperti metana dan karbondioksida. Bila limbah
dibuang ke perairan akan menyebabkan pencemaran badan air yang berakibat air
berbau, berwarna dan pembawa pathogen bagi manusia dan air tidak layak pakai.
spesies plankton tertentu menjadi blooming yang berakibat matinya jenis-jenis ikan
Menurut Yunus (1997) bahwa satu ekor ayam petelur dalam 1 hari dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
buangan segar ternak ayam petelur adalah 0,06 kg/hari/ekor, dan kandungan bahan
kering sebanyak 26%, sedangkan dari ayam pedaging kotoran yang dikeluarkan
Kotoran ayam terdiri dari sisa pakan dan serat selulosa yang tidak dicerna.
Kotoran ayam juga mengandung karbohidrat, protein, lemak dan senyawa organic
lainnya. Protein pada kotoran ayam merupakan sumber nitrogen selain ada pula
bentuk nitrogen anorganik lainnya. Penumpukan unsur nitrogen dan sulfid yang
mikroorganisme membentuk gas ammonia, nitrat, dan nitrit serta gas sulfid, gas
inilah yang menimbulkan bau yang menyengat (Svensson, 1990; Pauzenga, 1991).
umur, keadaan individu ayam dan jenis makanan. Berdasarkan bobot basah,
kandungan rata-rata unsur pada kotoran ayam petelur adalah sebagai berikut: total
peternakan ayam rata-rata mempunyai 150.000. ekor ayam, maka dalam 1 hari
peternakan itu akan menghasilkan limbah kotoran ayam berjumlah 9000 kg atau 9
ton per hari. Rata-rata limbah kotoran hewan ternak memiliki ratio C/N sekitar 24.
kotoran ayam yang masih basah dalam kondisi anaerob yang akan menimbulkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
bau yang kurang enak. Gas amoniak mempunyai pengaruh buruk terhadap hewan
ternak sendiri dan juga terhadap manusia. Bau gas amoniak dapat menyebabkan
produktivitas ayam menurun. Kandungan C/N kotoran ayam berkisar 10, hal ini
meyebabkan produksi amoniak tinggi dan jika diproses menjadi biogas memerlukan
waktu yang relatip lama dan hasilnya tidak optimum, sedangkan ratio C/N antara 20
et.al.,1984).
menunjukkan produksi biogas yang rendah, oleh karena itu untuk mendapatkan
produksi biogas yang tinggi maka penambahan bahan organik yang mengandung
karbon (C) seperti limbah eceng gondok, seresah, sampah organik dapat dipakai
untuk meningkatkan kandungan ratio C/N pada kotoran ayam sehingga dapat
meningkatkan produksi biogas. Hasil limbah yang berupa kotoran ayam ini apabila
dikelola dengan baik, paling tidak sudah dapat mencukupi kebutuhan peternakan
sendiri untuk penyediaan energi ataupun pupuk pertanian dan pupuk kolam
peternakan ikan.
samping dari proses pembuatan biogas yang berupa limbah bioreaktor (slurry),
dapat digunakan untuk pupuk organik tanaman, pupuk organik kolam peternakan
ikan dan campuran bahan pembuat pellet pakan ikan. Pupuk organik hasil limbah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
pemrosesan biogas mempunyai kandungan unsur hara yang tidak dipunyai pupuk
lain dan pemberian pada kolam ikan dapat menyuburkan plankton yang merupakan
pakan alami dari ikan atau hewan budidaya perairan lainnya. (Marchaim, 1992).
berakar serabut pada bagian dasar / pangkal batang, mengapung di permukaan air.
Daun dengan helaian yang seringkali lebar, dengan pertulangan daun melengkung,
pada pangkal tangkai mempunyai upih. Daun tersusun berseling atau membentuk
seperti eceng gondok yang selama ini cukup menimbulkan masalah bagi manusia
dengan mengganggu aktifitas lalu lintas air, menghambat kelancaran air irigasi,
sawah dan danau. Menurut Moenadir (1988) bahwa tumbuhan eceng gondok
karena memberikan tambahan unsur hara seperti Nitrogen, Kalium, Phosfor dan
sebagainya. Eceng gondok mengandung air 95% dan terdiri dari jaringan parenkim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
yang berongga (aerenkim), mempunyai energi yang tinggi, terdiri dari bahan yang
penguraian hidrat arang, selulosa, hemiselulosa, zat lemak, lilin dan lain-lain menjadi
CO2 dan air. Penguraian zat putih telur melalui amida-amida dan asam-asam amino
menjadi amoniak, CO2 dan air. Terjadi peningkatan unsur hara didalam tubuh
mikroorganisme terutama unsur nitrogen, phosfor dan kalium dimana unsur tersebut
akan lepas kembali bila mikroorganisme tersebut mati. Ditambahkan oleh Musnawar
(2003) bahwa sisa karbon yang dilepaskan ke lingkungan dalam bentuk CO2
1.Biogas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
methane. Gas metana hasil pencernakan bakteri tersebut bisa mencapai 60% dari
karbondioksida. Bakteri ini bekerja dalam lingkungan yang tidak ada udara
(anaerob), sehingga proses ini juga disebut sebagai pencernakan anaerob (digester
misalnya temperatur, keasaman, dan jumlah material organik yang hendak dicerna
(Nurtjahya, 2003).
Gas metana dalam biogas bila terbakar akan relatif lebih bersih dari pada
batubara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbondioksida
manejemen limbah karena gas metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer pada proses
fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskn lagi ke atmosfer tidak akan menambah
jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Komposisi biogas bervariasi tergantung pada proses anaerobik yang terjadi. Gas
landfill memiliki konsentrasi gas metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
limbah yang sudah maju dapat menghasilkan biogas dengan kandungan gas
metana 50-70%. Kandungan gas metana dalam biogas yang dihasilkan tergantung
dari jenis bahan baku yang dipakai. Untuk menghasikan gas metana yang ideal
30.(Judoamidjojo dkk, 1992). Menurut Kadir (1995) komposisi biogas tersusun oleh
Hidrogen (H2) 0-1%, Hidrogen sulfide (H2S) 0-1%, Oksigen (O2) 0-1%.
Nilai kalori dari 1 meter kubik biogas sekitar 6000 watt/jam yang setara dengan
setengah liter minyak disel, oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai
bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan sebagai pengganti minyak tanah, gas
LPG, butana atau batubara maupun bahan-bahan lain yang bersal dari fosil. Bila
dibandingkan dengan nilai kesetaraannya, 1m3 biogas setara dengan 0,46 kg gas
elpiji, 0,62 liter minyak tanah, 0,52 minyak solar dan 3,5 kayu bakar,Untuk
2005). Bila digunakan sebagai penerangan, energi 1m3 biogas sebanding dengan
selama 2 jam, sebanding juga dengan 1,25 KWH listrik (Kristoferson dan Bolkaders,
1991).
Sifat fisik dari biogas adalah sebagai berikut, BM rata-rata 34, titik didih pada 1
atm -161,490C, titik beku pada 1 atm -182,98oC. Sedangkan sifat kimianya, tidak
berbau, berwarna, tidak beracun, dan tidak larut dalam air (Muchayat, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
biasanya dikenal sebagai kilang biogas. Karena berbagai bahan kimia dan reaksi-
reaktor biogas atau bioreaktor atau reaktor anaerob. Fungsi utama dari konstruksi
ini adalah untuk menyediakan kondisi anaerob di dalamnya, sebagai suatu ruang
yang kedap udara dan air. Bioreaktor ini dapat dibuat dari berbagai bahan material
digolongkan dalam 2 jenis yaitu jenis kubah tetap (fixed dome) dan jenis terapung
(floating drum) .
Tipe ini mewakili konstruksi reaktor yang memiliki volume tetap sehingga
produksi gas akan meningkatkan tekanan di dalam reaktor. Tipe kubah berupa
reaktor yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat bangunan dengan
bahan bata, pasir dan semen yang berbentuk seperti rongga dan kedap udara dan
berstruktur seperti kubah atau bentuk bulatan setengah bola. Tipe ini dikembangkan
di China sehingga disebut juga tipe China. Tahun 1980 sebanyak 7 juta unit alat ini
Tipe terapung berarti ada bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak
tersebut juga menjadi tanda telah dimulainya produksi gas di dalam reaktor biogas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
Tipe ini dikembangkan di India. Konstruksinya terdiri atas sumur pencerna dan
diatasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk menampung
gas yang dihasilkan oleh reaktor. Sumur dibangun dengan bahan- bahan yang
biasa dipakai untuk membuat fondasi rumah. Karena dikembang kan di India, maka
reaktor ini juga disebut tipe India (Syamsudin dan Iskandar, 2005).
Bila dilihat dari aliran bahan bakunya ke dalam reaktor, reaktor biogas dapat
Pada tipe curah, bahan baku isian reactor ditempatkan di dalam wadah atau
ruang tertentu dari awal hingga selesainya proses pencernaan. Ini umumnya
digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensi gas dari suatu jenis
limbah organik. Tipe ini biasanya dipakai untuk limbah padatan seperti sayuran atau
hijauan. Desain ini tidak memerlukan pipa air, tangki tunggal merupakan desain
yang paling baik untuk digunakan. Tangki dapat dibuka dan slurry buangan proses
dapat dikeluarkan dan digunakan sebagai pupuk kemudian bahan baku yang baru
dimasukkan lagi, kemudian tangki ditutup dan proses fermentasi diawali kembali.
Proses pencernaan akan dimulai berproduksi setelah minggu kedua sampai minggu
keempat, setelah itu laju peningkatan produksi menjadi lambat lalu menurun setelah
bulan ketiga atau keempat namun produksi gasnya juga tergantung dari jenis bahan
limbah dan temperatur yang dipakai. Sistem curah biasanya dibuat dalam beberapa
set sekaligus sehingga paling tidak, ada yang beropersi dengan baik. Pada tipe
konstruksi ini gas yang terbentuk akan langsung disalurkan ke pengumpul gas di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Pada reaktor tipe kontinyu, ada aliran bahan baku atau substrat yang
dimasukkan dan residu yang dikeluarkan pada selang waktu tertentu. Produksi
baku/substrat yang kontinyu serta sejumlah kecil buangan limbahnya setiap hari.
Proses ini akan menyisakan nitrogen pada lumpur buangannya (slurry) dan dapat
digunakan sebagai pupuk organik pertanian. Hal yang perlu diperhatikan dalam
system kontinyu adalah tangki harus cukup besar untuk menampung semua bahan
yang ideal untuk sistem ini adalah menggunakan dua buah tangki digester,
konsumsi limbah berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama untuk memproduksi
gas metan dan tahap kedua untuk hal yang sama namun lebih lambat. Perbedaan
antara tipe curah dengan tipe kontinyu adalah pada bagian konstruksi pengumpul
saluran pemasukan substrat dan pembuangan residu keluar dan saluran gas keluar
( Haryati,2006 ; Karim,2005).
a.Hidrolisis.
Pada tahap ini, molekul organik yang komplek seperti karbohidrat, protein,
lemak dan turunannya akan diuraikan menjadi bentuk yang lebih sederhana seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
gula sederhana (glukosa), asam amino dan asam lemak, dengan proses
b.Asetagenesis.
200cm
150cm 200cm
300cm 1,5m
300cm
Fatty Acid (VFA). Proses ini diperlukan bakteri asam seperti Bacteroides,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
c.Methanogenesis.
Tahap ini merupakan tahap terakhir dan sekaligus merupakan proses yang
untuk menghasilkan gas metana (CH4). Hasil lain selain gas metana adalah
karbondioksida, air, dan sejumlah kecil senyawa gas lainnya seperti hidrogen
bakteri ini perlu eksis dalam jumlah yang seimbang. Kegagalan reaktor biogas
yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam yakni pHnya kurang dari 7,
Keasaman substrat atau media biogas dianjurkan untuk berada pada rentang
pH 6,8 sampai dengan 8 (Indartono, 2005), 7 sampai dengan 8,5 (Widodo, 2006).
Sementara derajad keasaman pada kebanyakan bahan organik adalah pada kisaran
5 sampai dengan 9. Pada bahan organik kotoran sapi yang baru dimasukkan
dicampur dengan air, keasamannya turun hingga 6,5. Bakteri metana ini juga cukup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
Proses pembentukan biogas dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor biotik dan
faktor abiotik.
a. Faktor biotik
Faktor biotik berupa mikroorganisme dan jasad aktif di dalam proses atau
b. Faktor abiotik
Faktor abiotik mencakup faktor luar yang dapat diatur serta berpengaruh
kelangsungan hidupnya. Dengan terpenuhi akan kebutuhan air yang tepat, hal ini
2) Temperatur/suhu
350C atau 500C sampai dengan 55oC (Eliantika, 2009). Sedangkan menurut
temperatur optimal untuk proses digester anaerob adalah 300C sampai dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
sebesar 190C sampai dengan 200C. Dengan kondisi di dalam reaktor seperti
ini, kemampuan bakteri untuk mencerna bahan limbah organik akan berkurang
dua kali lipat. Secara umum terdapat 3 rentang temperatur yang ideal untuk
biogas. Peningkatan suhu sebesar 400C dapat menghasilkan 68,5 liter biogas
(Mahajoeno, 2008) Suhu digester sekitar 250C sampai dengan 270C dengan
3) Unsur hara
nikel, tembaga, besi dan seng dalam jumlah sedikit. Pada limbah kotoran
ayam terkandung karbohidrat, protein, lemak dan mineral yang diperlukan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
dalam bentuk pupuk SP-36 dan Urea. Jumlah kandungan bahan makanan
baik. Jumlah lemak yang terdapat dalam limbah akan mempengaruhi aktifitas
kontak antara makanan dan bakteri perlu berlangsung dengan baik yang dapat
5) Starter.
dapat mempercepat proses fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
a).Starter alami: yaitu starter yang berasal dari lumpur aktif seperti lumpur kolam
ikan, air comberan atau air septik tank, sludge, timbunan kotoran, dan
timbunan sampah organik. Kotoran sapi juga merupakan starter alami yang
b).Starter semi buatan: yaitu starter yang berasal dari fasilitas biodegester dalam
stadium aktif.
c).Starter buatan: yaitu starter yang berasal dari pembiakan bakteri dengan
cukup sempit ini dapat dikontrol oleh buffer alami berupa ammonium (NH4) dan
amino dan material yang mengandung nitrogen dan amino lainnya seperti
DNA, RNA, ATP, dan enzim, Ion bikarbonat diperoleh dari karbondioksida
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
menurunnya pH. Nilai pH yang tinggi dapat menyebabkan produk akhir yang
Demikian juga Karki (1984) menyatakan kondisi keasaman yang optimal pada
proses pencernan anaerob yaitu sekitar pH 6,8 sampai dengan 8 , laju proses
pencernaan akan menurun pada kondisi pH yang lebih tinggi atau lebih
rendah.
untuk proses penguraian anaerob. Jika rasio C/N terlalu tinggi maka nitrogen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
memenuhi kebutuhan akan protein dan tidak akan lagi bereaksi dengan sisa
karbonnya, sebagai hasilnya produksi gas akan rendah. Dilain pihak jika rasio
C/N sangat rendah, nitrogen akan dibebaskan dan terkumpul dalam bentuk
nilai pH lebih tinggi dari 8,5 maka populasi bakteri metanogen akan menurun.
Oleh karena itu bahan organic yang mempunyai nilai C/N rasio tinggi dapat
dicampur dengan rasio C/N rendah untuk memperoleh campuran yang sesuai
dengan kebutuhan (Karki et al., 1994). Total perbandingan C/N pada digester
pada limbah cair dapat berupa kontak limbah dengan udara. Kedalaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
volatile solid (VS) sekitar 34%, prosentase ini di bawah rata-rata pemrosesan
bahan organic yang umumnya berada pada kisaran 28 sampai dengan 70%
HRT adalah waktu rata-rata feed atau substrat bahan organik tinggal di
proses dan setiap prosesnya memerlukan waktu yang cukup. Pada temperatur
lama proses fermentasi, akan semakin tinggi produksi biogas. Untuk bahan
kotoran sapi misalnya, pada temperatur 300C sampai dengan 350C produksi
gas metana optimum terjadi pada hari ke 10, kemudian produksi gas metana
akan menurun.
dimasukkan ke dalam digester per hari per unit volume dari kapasitas digester
dan biasanya dinyatakan dalam volatile solid (VS) atau total solid (TS). Bila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
yang menyebabkan produksi gas terhambat. Hal yang sama bila digester
kekurangan mendapatkan feed. OLR tergantung pada suhu, HRT dan ukuran
digester (Reid,2005).
amoniak yang baik dalam digester adalah 200 sampai dengan 1500 mg/l.
bakteri akan terhambat pada pH 7,4. Pada konsentrasi amoniak di atas 3000
ppm, chloroform konsentrasi 0,5 ppm, ethyl benzene konsentrasi 200 sampai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
Kandungan solid yang paling baik untuk proses an aerob yaitu sekitar
pencernaan anaerob, semakin kecil atau lembut ukuran substrat akan semakin
cepat didegradasi oleh mikrobia sehingga akan semakin cepat pula dihasilkan
dengan cara dicacah dan digiling Perlakuan awal dimaksudkan juga untuk
kimia yaitu dengan penambahan zat-zat yang bersifat asam atau alkali. Cara
kedalam substrat atau penambahan enzim, dan secara fisik dapat dilakukan
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam
nilai tambah ekonomi bagi masyarakat petani jika dikelola dengan baik.
Namun limbah tersebut juga akan menjadi masalah bagi masyarakat sekitar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
lingkungan yang higienis dan berkurangnya emisi gas rumah kaca (Hartono,
2009).
dan Chemical Oxygen Demand (COD), bakteri pathogen, polusi air karena
terkontaminasinya air bawah tanah dan air permukaan, debu dan polusi bau.
kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar. Polusi asap yang diakibatkan
yang serius dan harus dihindarkan. Juga yang paling menjadi perhatian yaitu
emisi metana dan karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca dan
dan BOD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat dan nitrogen organik, bakteri
coliform dan pathogen lainnya, telur insekta, parasit, bau juga dihilangkan atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
samping itu proses pencernaan anaerob juga memperkecil volume atau berat
produksi energi yang bersih, memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan
dapat diperbaharui, menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya
biogas dengan bahan organik kotoran sapi yang berupa lumpur menunjukkan
penurunan COD (Chemical Oxigen Demand) sebesar 90% dari kondisi bahan
awal, sedangkan perbandingan BOD/COD sebesar 0,37 lebih kecil dari kondisi
normal limbah cair BOD/COD yaitu 0,5. Hasil analisis unsur NPK dari lumpur
limbah biogas kotoran sapi menunjukkan hasil yang hampir sama dengan
E.Kerangka Pemikiran.
Beberapa tahun terakhir ini enegi merupakan persoalan yang krusial di dunia.
emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk
energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah
organik, antara lain seperti limbah peternakan ayam. Limbah peternakan ayam
dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerob digestion. Proses ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
merupakan proses pengubahan dari bahan limbah organik menjadi biogas dengan
keadaan anaerob.
dalam biodigester juga sangat tergantung pada faktor lingkungan seperti pH, suhu,
ketersediaan dan ukuran bahan organik, pengadukan, lama waktu pemeraman dan
bahan organik secara kontinyu pada berat per volume tertentu dalam kapasitas
guna dan sangat menunjang di dalam issue global warming. Biogas yang
langsung sebagai energi untuk bahan bakar kompor gas, penerangan, dan
pembangkit listrik. Sedangkan hasil samping dari proses biodigester anaerob yang
berupa limbah lumpur biogas dapat dipergunakan sebagai bahan pupuk organik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
menyebabkan proses pencemaran lingkungan, akan tetapi jika dikelola dengan baik
akan berdaya guna dan mempunyai nilai tambah bagi peternak itu sendiri ataupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Manusia berkualitas
Peternakan ayam
Krisis energi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
F.Hipotesis.
kontinyu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
BAB III
METODE PENELITIAN
1.Waktu Penelitian
2.Tempat Penelitian
1.Alat Penelitian
besi, bor listrik, obeng, tang, kunci inggris, kunci pas, gunting kain.
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
cawan porselen, desikator, penjepit cawan, gelas ukur, buret mikro 2 ml,
pipet 5 ml, Erlenmeyer 125 ml, gelas piala 400 ml, labu ukur 1000 ml,
2.Bahan penelitian
18 cm, pipa pralon ukuran 1 dan 1,5 inch, pipa besi diameter 1 inch, besi
as diameter 18 mm, besi laker, strength, roda plastik (poli), ger, ger
kni pralon ukuran 1,5 inch dan 1 inch, sok drat ukuran 1,5 inch, lem
Ag2SO4, Na2S2O3.5H2O.
C.Rancangan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
berikut:
4. OLR 110 kg/ hari dengan HRT 15 hari dilakukan selama 5 hari
5. OLR 130 kg/ hari dengan HRT 13 hari dilakukan selama 5 hari
D.Cara Kerja
1.Persiapan
bahan besi lempeng cor yang berbentuk balok dengan panjang 180 cm, lebar
80 cm dan tinggi 200 cm. Kerangka kanan atas ditempatkan dynamo yang
as pengaduk dengan ger, bila roda berputar karena dynamo hidup maka
pengaduk, asnya terbuat dari bahan pipa besi dan lempeng kipas terbuat dari
berbentuk huruf M, sedangkan kipas paling atas berbentuk lurus yang terbuat
kerangkanya terbuat dari lempeng besi cor dan besi plat yang berbentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
puncak ini terdapat 2 lubang, satu untuk as kipas dan yang lain untuk lubang
tutup digester yang terbuat dari plastik dan plastik diklem dengan dasar
kerangka. Reaktor digester an aerob terbuat dari tandon air dengan kapasitas
2000 liter. Alat ini dilengkapi dengan lubang pengisian substrat (inlet) dan
lubang pengeluaran limbah digester (outlet) Alat tambahan lain berupa timer
Inokulum sudah jadi bila gas yang ditimbulkan dan di sulut dengan api sudah
menyala. Substrat atau media terdiri dari limbah peternakan ayam dan limbah
dahulu diayak dengan ayakan kasar, sedangkan enceng gondok terlebih dahulu
2.Pelaksanaan
Substrat terdiri dari campuran kotoran ayam dan limbah eceng gondok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
kedalam tangki digester sebanyak 65% dari volume tangki (1300 liter) dan
inokulum sebanyak 20% (400 liter), sedangkan sisanya 15% (300 liter)
kali dan setiap kali pengaduk berputar berlangsung selama 30 menit untuk
sampai menurun kontinyu, baru kemudian load atau beban diisikan. Beban
per hari, 110 kg per hari dan 130 kg per hari, masing-masing beban
silinder plastik maka volume gas dapat diketahui Produksi gas dihitung
digester dilakukan pada hari ke 0,3,4,5 setelah beban mulai diisikan pada
setiap beban
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
digital dan suhu diukur dengan menggunakan Termometer digital Infra Red
E.Pengamatan/Pengambilan Data
Produksi biogas diukur setiap hari sampai akhir penelitian yang ditandai
dengan adanya produksi yang menurun sampai hampir habis. Volume gas
yang ditampung dalam kantong plastik silinder dapat dihitung setiap harinya
Volume silinder = r2 t
pH-meter digital terhadap sampel limbah digester, yang diambil 2 kali (duplo)
yaitu pada saat substrat diaduk dan 30 menit setelah diaduk. Dilakukan mulai
3.Suhu (0C)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
2 kali (duplo) yaitu saat pengaduk diputar dan 30 menit setelah pengadukan.
Dilakukan mulai awal penelitian sampai akhir dari pengisian beban organik.
Sampel limbah dari digester diambil dengan botol sampel sebanyak 250
pengaduk berjalan dan 30 menit setelah dihentikan, dimulai pada hari ke 0,3,4,
Sampel limbah dari digester diambil dengan botol sampel sebanyak 250
pengaduk berjalan dan 30 menit setelah dihentikan, dimulai pada hari ke 0,3,4,
Sampel limbah dari digester diambil dengan botol sampel sebanyak 250
pengaduk berjalan dan 30 menit setelah dihentikan, dimulai pada hari ke 0,3,4,
F. Analisis Data
analisis diskriptif yang disajikan dalam bentuk tabulasi data dan grafik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
BAB IV
bakteri dalam kondisi anaerob di dalam suatu alat digester. Bahan baku biogas
berasal dari bahan organik limbah peternakan ataupun pertanian yang apabila
antara lain adalah jenis dan banyaknya substrat, pH, suhu dalam digester, total
padatan, lama waktu substrat tinggal dalam digester, besaran beban substrat
biogas antara lain adalah mendapatkan hasil utama berupa biogas (metana)
yang aman terhadap lingkungan dan hasil samping berupa cairan lumpur
organik aktif yang dapat digunakan sebagai pupuk organik, menurunkan nilai
COD, VS, TS, bakteri coliform, pathogen, parasit dan bau. Pada penelitian ini
digunakan reaktor digester anaerob dengan kapasitas volume 2000 liter, yang
diisi terdiri dari inokulum 20%, substrat 65% dan ruang penampung gas 15%,
yang disertai pengadukan yang dioperasikan 8 kali per hari dengan masing-
sebagai substrat adalah campuran kotoran ayam dengan limbah Eceng gondok
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
karena kotoran ayam mempunyai C/N rasio 10 dan Eceng gondok rasio C/N nya
adalah 25 (Karki dan Dixit, 1984), sedangkan C/N rasio yang baik untuk substrat
berbahan dasar limbah peternakan ayam dan limbah eceng gondok dengan
penambahan laju beban bahan organik setiap hari dengan variasi 50 kg, 70 kg,
90 kg, 110 kg dan 130 kg, dan waktu tinggal hidraulik di dalam digester yang
berbeda yaitu selama 34 hari, 24 hari, 19 hari, 15 hari dan 13 hari. Demikian
seperti COD, TS, VS, pH, serta suhu. Data dianalisis diskriptif, dan disajikan
A .Produksi biogas
Produksi biogas diukur setiap hari dan dibagi menjadi 3 bagian yaitu awal
atau sebelum pengisian beban organik, saat pengisian beban organik, dan
setelah pengisian beban organik, dengan lama penelitian 100 hari. Selanjutnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
tetapi setelah pemberian beban 110 kg/hari yaitu 130 kg/hari rerata produksi
biogas mulai menurun. Rerata produksi biogas maksimum terdapat pada beban
________________________________________________________________
Rerata produksi Rerata produksi biogas pada masing-masing Rerata produksi
biogas awal beban (liter/hari) biogas akhir
(liter/hari) __________________________________________ (liter/hari)
50kg 70kg 90kg 110kg 130kg
110 kg/hari, hal ini dapat dicapai karena didukung oleh kondisi lingkungan yang
optimum seperti pH substrat yang berada pada kisaran 7,54, suhu 28,360C
peternakan ayam , limbah eceng gondok yang dicampur dengan air yang cukup
ideal akan mempercepat proses perombakan bahan organik. Pada penelitian ini
pH yang ideal berada pada kisaran 6,5 sampai dengan 7,5 , di bawah 6,5 dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
berlangsung antara 6,6 sampai dengan 7,6 sedangakan bakteri non metanogen
6,8 sampai dengan 8, laju pencernaan akan menurun pada kondisi pH yang
lebih tinggi atau lebih rendah. Suhu di dalam digester yaitu 28,360C,
berlangsung dengan baik pada lingkungan mesofilik (15 sampai dengan 450C
kali sehari, lama waktu setiap pengadukan 30 menit. Ini dimaksudkan untuk
satu faktor untuk meningkatkan produksi biogas limbah cair kelapa sawit secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
menurun, walaupun penambahan substratnya lebih besar (naik) dari 110 kg/hari
yang merupakan produksi biogas yang maksimal pada penelitian ini. Jika
diamati kondisi lingkungannya saat pemberian beban 130 kg/hari, nilai rata pH
nya 7,48, dan suhunya 28,160C ini masih termasuk dalam lingkungan ideal
tetapi sudah menurun bila dibandingkan pH dan suhu pada pemberian beban
yang lain. Akan tetapi jika diamati terhadap nilai rata-rata efisiensi perombakan
dibandingkan dengan pengisian beban organik 110 kg/hari, hal ini akan
terhadap produksi biogas. Sedangkan menurut Stafford et.al (1980) bahwa laju
beban yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan keadaan jenuh dimana asam
lemak volatile (FVA) akan meningkat dan produksi gas akan menurun serta
sampai 110 kg/hari yaitu 5,8%, 20,4%, 23,3% dan 43,9% akan tetapi setelah itu
menurun pada beban 130 kg/hari yaitu menjadi 3,6% jika dibandingkan dengan
rerata produksi biogas sebelum pengisian beban (tabel 4). Sedangkan bila di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
50 kg/hari sampai dengan 130 kg/hari yaitu 77,2%, 80,8%, 81,5%, 86,4% dan
74,9% (tabel 5). Peningkatan rerata produksi biogas tertinggi terjadi pada
substrat di dalam digester seperti pH yaitu dari 7,54 menjadi 7,48 selanjutnya
600
500
400
produksi biogas (L/hari)
300
200
100
OLR/HRT
Gambar 4.Grafik hubungan antara rerata produksi biogas terhadap waktu ting
gal hidraulik (HRT) pada awal, saat pengisian masing-masing
beban organik dan akhir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
menjadi 7,30, namun nilai pH ini masih toleran terhadap aktivitas mikroba
(1978) bahwa lingkungan pH yang ideal berada pada kisaran 6,5 sampai
dengan 7,5 dan bakteri metanogen tidak toleran pada pH diluar 6,7 sampai
dengan 7,4, sedangkan bakteri non metanogen mampu hidup pada kisaran pH
5 sampai dengan 8,5 Sementara laju beban substrat yang terlalu tinggi dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
meningkat serta produksi biogas akan menurun namun proporsi CO2 akan
Suhu dari 28,360C pada beban 110 kg/hari mengalami fluktuasi menjadi
termasuk kisaran suhu mesofilik yang berarti mikrobia di dalam digester masih
mampu bekerja dengan baik. Hal ini masih sejalan dengan Kashani (1978)
dicermati dari sisi besarnya pengisian beban organik ke dalam digester, hal
beban organik 110 kg/hari. Pengisian beban organik sebesar 110 kg/hari yang
digester dengan kapasitas volume 2000 liter, setelah itu pada pengisian beban
organik sebesar 130 kg/hari dengan HRT 13 hari produksi biogas akan menurun
karena substrat di dalam digester telah mengalami kejenuhan. Hal ini sejalan
antara lain suhu, pH, konsentrasi substrat, dan zat beracun, dan proses anaerob
batas tertentu yang dilanjutkann dengan proses aerob secara alami atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
atau TS yang dimasukkan ke dalam digester, hal ini akan berpengaruh terhadap
beban substrat yang terlalu tinggi dapat menghasilkan keadaan jenuh dimana
asam lemak volatile (VFA) meningkat dan produksi biogas akan menurun.
Rerata COD terkecil terdapat pada pengisian beban organik 110 kg/hari
pada HRT 15 hari yaitu 2093,3 mg/l, dengan nilai efisiensi perombakan yang
kg/hari nilai efisiensi perombakan COD nya berturut-turut adalah 37,0%, 84,7%
dan 87,5% (tabel 6). Nilai efisiensi perombakan bahan organik yang tinggi ini
berjalan sangat efisien, kondisi aktifitas ini akan meningkatkan produksi biogas.
Semakin tinggi nilai efisiensi perombakan COD, akan semakin tinggi nilai
produksi biogasnya. Hal ini dapat diamati pada produksi biogasnya yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
dengan pembebanan yang lainnya. Bila diamati untuk semua pengisian beban
mulai dari beban 50 kg/hari sampai 130 kg/hari, rerata efisiensi perombakan
hanya sampai pengisian beban 110 kg/jhari, setelah pada beban 130 kg/hari
dapat menurunkan kadar zat polutan, juga dihasilkan biogas yang dapat
Prayatni (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi beban inffluent , maka
Pada penelitian ini produksi optimal biogas dicapai setelah 15 hari (HRT),
dan setelah 13 hari produksi menurun yakni dari 492,68 liter/hari menjadi
besar reduksi COD, berarti bahan organik yang terdegradasi menjadi asam-
asam organik (VFA) juga semakin besar. Asam-asam organik inilah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
kemudian terkonversi menjadi gas metana, maka jika reduksi COD semakin
angsur turun yaitu 644.616,7mg/l, 600.866,7 mg/l, 533.400,0 mg/l dan terendah
490.983,3 mg/l setelah itu yaitu pada beban 130kg/hari reratanya naik tinggi
terdapat pada beban 110kg/hari yaitu 36,4% dengan HRT 15 hari, dan setelah
itu pada beban 130kg/hari dan HRT 13 hari efisiensinya menurun dari 36,4%
menjadi 6,8% (tabel 7). Total solid (TS) merupakan padatan bahan organik yang
angsur dan hasil akhirnya adalah biogas dan sisa padatan yang merupakan
lumpur aktif yang masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik pertanian.
berhasil dirombak menjadi Volatil Fatty Acid (VFA) yaitu asam-asam lemak yang
produksi biogas akan semakin tinggi. Semakin tinggi nilai TS, maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
tingginya beban padatan (TS) yang dimasukkan ke dalam digester, hal ini akan
beban 50kg/hari sampai beban 110kg/hari yaitu 106.200,0 mg/l, 86.516,7 mg/l
73.663,3 mg/l, 60.733,3 mg/l. Nilai rerata VS terendah terdapat pada beban
110kg/hari dan pada beban 130 kg/hari reratanya naik menjadi 100.516,7 mg.l.
50kg/hari , 70kg/hari, 90kg/hari dan 110kg/hari yaitu 27,2%, 40,7%, 49,5% dan
namun setelah pada beban 130kg/hari nilai efisiensinya turun menjadi 31,1%
seperti asam asetat, butirat, propionate, format, laktat, yang oleh bakteri
metanogen akan dirubah sangat diperlukan untuk menjadi gas metana, oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
semakin meningkat.
pada beban bahan organik yang terlalu besar serta kodisi lingkungan di dalam
digester seperti pH, suhu tidak menunjang atau diluar tolertansi, produksi biogas
organik mengalami degradasi pada saat reaksi hidrolisis yang akan berubah
menjadi senyawa yang larut dalam air. Pada saat reaksi hidrolisis masih
Muzanah dan Prayatni (2008) berpendapat bahwa semakin tinggi beban influen
tinggi dapat menghasilkan keadaan jenuh dimana asam lemak Volatil akan
meningkat dan produksi biogas akan menurun dan proporsi pembentukan CO2
akan meningkat.
turun dari rerata pH 7,65 pada pemberian beban 50kg/hari dan HRT 34 hari
menurun lagi setelah pengisian beban 130kg/hari yaitu menjadi pH 7,3. Jika
dalam digester menuju kearah suasana asam, hal ini disebabkan karena
menerus namun nilai pH 7,3 sampai dengan 7,8 masih dalam lingkungan pH
bahan organik sebagai bahan pembentuk biogas (tabel 9). Menurut Haryati
(2006) bahwa kondisi keasaman (pH) yang optimal pada proses pencernakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
Tabel 9. Nilai rerata pH sebelum, sesudah dan saat pemberian beban organik
masing- masing
_______________________________________________________________
Beban (kg/hari) HRT (hari) Rerata pH
___________________________________
Sebelum Saat pengisian beban Sesudah
_______________________________________________________________
- - 7,80 - 7,3
50 34 - 7,65 -
70 24 - 7,61 -
90 19 - 7,55 -
110 15 - 7,54 -
130 13 - 7,48 -
Jika pH lebih tinggi dari 8,5 akan menunjukkan pengaruh negatip pada populasi
28,17 sampai dengan 28,800C, kisaran suhu ini masih dalam kisaran suhu
mesoflik (tabel 10). Oleh karena itu pengaruh suhu didalam digester terhadap
proses pencernaan anaerob selama penelitian kurang berarti, dan masih dalam
tidak aktif pada suhu sangat tinggi atau rendah, temperatur optimumnya yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
sekitar 350C. Jika suhu turun menjadi 10oC, produksi gas akan terhenti.
Produksi biogas yang memuaskan berada pada daerah mesofilik yaitu antara
HRT untuk mesofilik berkisar antara 30 sampai dengan 60 hari (Reid, 2005).
Tabel 10. Nilai rerata suhu di dalam digester sebelum, sesudah dan saat pem
berian beban organik masing- masing.
________________________________________________________________
Beban (kg/hari) HRT (hari) Rerata suhu ( 0C)
____________________________________
Sebelum Saat pengisian beban Sesudah
_______________________________________________________________
- - 28,17 - 28,35
50 34 - 28,26 -
70 24 - 28,50 -
90 19 - 28,84 -
110 15 - 28,36 -
130 13 - 28,16 -
_______________________________________________________________
fisik, kimia dan biologi. Karakteristik limbah berdasarkan sifat fisik meliputi
suhu, kekeruhan bau, dan rasa. Berdasarkan sifat kimia meliputi kandungan
diajukan acuan baku mutu limbah yaitu: pH, COD, BOD, TS, kandungan total
nitrogen, dan kandungan oil dan grease (Dep.LH, 1995). Akan tetapi tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
mempunyai pH 7,33 sampai dengan 7,80 sedangkan standart baku mutu dari
buangan digester mempunyai nilai 11.465 mg/l sedangkan standar baku mutu
limbahnya adalah 250.000 mg/l, maka kadar COD dari limbah buangan
untuk parameter TS, limbah digester masih mengandung padatan yang tinggi
yaitu 719.583,3 mg/l yang berarti jauh melebihi nilai standar baku mutu limbah
yaitu 100.000 mg/l, untuk itu limbah digester masih dikatagorikan tidak aman
mempunyai pH 7,33 sampai dengan 7,80 sedangkan standart baku mutu dari
buangan digester mempunyai nilai 11.465 mg/l sedangkan standar baku mutu
limbahnya adalah 250.000 mg/l, maka kadar COD dari limbah buangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
untuk parameter TS, limbah digester masih mengandung padatan yang tinggi
yaitu 719.583,3 mg/l yang berarti jauh melebihi nilai standar baku mutu limbah
yaitu 100.000 mg/l, untuk itu limbah digester masih dikatagorikan tidak aman
terhadap lingkungan.
Karena kadar TS dan COD terdapat dalam satu limbah digester, maka
penyebab efek rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan sehingga harus
diolah terlebih dahulu. Namun demikian limbah buangan digester hasil proses
pencernaan anaerob dengan bahan dasar kotoran ayam dan limbah eceng
gondok masih bisa digunakan langsung tanpa pengolahan untuk pupuk organik
pertanian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
BAB V
A. Kesimpulan
dengan waktu tinggal substrat selama 15 hari yaitu sebesar 492,68 liter/hari
beban 110 kg/hari dengan HRT 15 hari sebesar 91,8%, 36,4% dan 58,4%.
B.Saran
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
DAFTAR PUSTAKA
Aguilar, F.X. 2001. How to Installa Polyethylene Biogas Plant. Proceeding of the IBS
Net Electronic Seminar, The Royal Agricultural College, Cirencester,UK. 23.
Bhattacharya,S.S Banerjee,R. 2008. Laccase Mediated Biodegradation of
2,4 DichloroPhenol Using Response Surface Methodology. J Chemosphere.
73 : 5 83.
Chanakya, H.N.,S. Borgaonkar, G.Meena dan K.S. Jagadish. 1993. Solid Phase
Biogas Production with Garbage or Water Hyacinth. Bioresource Techno
logy. 46: 227-231.
Darsono. 2007. Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob Program
Study Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya.
Jurnal Teknologi Industri. XI (1) : 9-20. Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
Departemen Lingkungan Hidup. 1995. Keputusan Menteri KLH Nomor KEP 51/MEN
KLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri.
Jakarta.
Grant,S. and A.Marshaleck. 2008. Energy Production and Pollution Mitigation from
Broilers Houses on Poultry Farm in Jamaica and Pennsylvania.Internatio
nal Journal for Service learning in Engineering 3 (1): 41-52.
Haryati, T. 2006. Biogas Limbah Peternakan Yang Menjadi Sumber Energi Alterna
tif. Wartazoa 16 (3): 160-169
Hartono,R. 2009. Produksi Biogas dari Jerami Padi dengan Penambahan Kotoran
Kerbau. Prosiding.Seminar Nasional teknik Kimia Indonesia. SNTKI,
Bandung p.ETU22 1-7.
Junus,M. 1995. Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. UGM. Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
Kadir, A. 1995. Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi Ekonomi
Edisi kedua. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kottner,M. 2002. Biogas In Agriculture and Industry potentials, Present Use and
Perspectives. International Biogas and Bioenergy Centre of Compe
tence, Germany.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Pauzenga. 1991. Animal Production in The 90s in Harmony with Nature, a Case
Study In The Nederlands. In Biotechnology in The Feed Industry. Proc.
Alltechseventh
Pipoli,T. 2005. Feasibility of Biomass-Based Fuel Cells for Manned Space Explora
tion. Proceeding. Seventh European Space Power Conference, Stresa,
Italy. p.1-7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
Svensson,L. 1990. Puffing the lid on The dung heaps. Acid-Environment Magazine
9 : 13-15.
Widodo,T.W., A.Azari, N.Ana dan R,Elita. 2006. Rekayasa dan Pengujian Reaktor
Biogas Skala Kelompok Tani Ternak. Jurnal Enjiniring Pertanian 4 (1):
41-52.
Widodo,T.W. 2007. Biogas Untuk Generator Listrik Skala Rumah Tangga. Jurnal
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29 (2): 3-10.
Yunus,M. 1987. Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
commit to user