Anda di halaman 1dari 41

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN TUGAS AKHIR


PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KAYU
SECANG (Caesalpinia sappan Linn) UNTUK
PEWARNA MAKANAN

Disusun Oleh:
ANNA NUR HIDAYATI I 8307051
KARINA MEY PRASTANTRI I 8307067

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
dan anugerahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi
Diploma Tiga Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data-data yang diambil
sebagai hasil percobaan.
Penyusun menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
menbantu sehingga dapat menyelesaikan laporan ini :
1. Ibu Dwi Ardiana Setyawardani, S.T.,M.T., selaku Ketua Program Diploma
III Teknik Kimia UNS
2. Ibu Ir. Endang Mastuti selaku dosen pembimbing tugas akhir.
3. Bapak dan ibu yang telah memberikan dorongan kepada kami.
4. Semua pihak yang telah membantu atas tersusunnya laporan tugas akhir
ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi
rekan-rekan dan pembaca yang memerlukan.

Surakarta, 2011

Penyusun

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i


Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii
Lembar Konsultasi.......................................................................................... iii
Kata Pengantar .............................................................................................. vii
Daftar Isi ........................................................................................................ viii
Daftar Gambar................................................................................................ ix
Daftar Tabel ................................................................................................... x
Intisari ............................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 4
B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 15
BAB III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan .................................................................................. 16
B. Lokasi ................................................................................................ 16
C. Gambar Rangkaian Alat .................................................................... 17
D. Cara Kerja .......................................................................................... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 22
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Kayu Secang .............................................................. 6


Gambar 2.2. Kayu Secang yang telah diserut................................................ 6
Gambar 2.3. Struktur dari senyawa tanin ....................................................... 8
Gambar 2.4. Struktur dari senyawa Brazilin ................................................... 9
Gambar 2.5. Struktur dari senyawa Brazilein.................................................. 9
Gambar 2.6. Diagram Alir Proses Pembuatan zat warna alami dengan
Ekstraksi secara batch................................................................ 15
Gambar 3.1. Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet.............................................. 17
Gambar 3.2. Rangkaian Alat Ekstraksi Batch................................................. 18
Gambar 3.3. Rangkaian Alat Ekstraksi Skala Industri Rumah Tangga ......... 19
Gambar 4.1. Grafik Hubungan antara Volume Pelarut (ml) vs Hasil Zat
Warna Alami (gram) ................................................................. 23
Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara Waktu (menit) vs Hasil Zat Warna
Alami (gram) ............................................................................. 24
Gambar 4.3. Grafik Hubungan antara Suhu (oC) vs Hasil Zat Warna
Alami (gram) ............................................................................. 25
Gambar 4.4. Bolu kukus dan bakpao .............................................................. 27
Gambar 4.5. Jelly dengan Fruit acid ............................................................... 27
Gambar 4.6. Jelly tanpa Fruit acid .................................................................. 27
Gambar 4.7. Rengginan ................................................................................... 27
Gambar 4.8. Es krim ........................................................................................ 27

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1. Hasil Percobaan Ekstraksi Batch pada Volume Pelarut ................. 23
Tabel IV.2. Hasil Percobaan Ekstraksi Batch pada Variasi Waktu ................... 24
Tabel IV.3. Hasil Percobaan Ekstraksi Batch pada Variasi Suhu ...................... 25
Tabel IV.4. Hasil Uji Organoleptik .................................................................... 28

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

INTISARI
ANNA NUR HIDAYATI, KARINA MEY PRASTANTRI, 2011, LAPORAN
TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KAYU
SECANG (Caesalpinia sappan Linn) UNTUK PEWARNA MAKANAN,
PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK KIMIA, FAKULTAS TEKNIK,
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Kayu secang (Caesalpinia sappan Linn) adalah salah satu pewarna alami
untuk bahan makanan sebagai alternatif bahan tambahan pangan. Sebagian
masyarakat mengolah kayu secang hanya dengan merebus kayunya untuk
mendapatkan warna kecoklatan untuk pewarna minuman atau makanan. Hal ini
tidak praktis dalam pengolahan dan penyimpanan zat warna yang terkandung
dalam kayu secang tersebut, sehingga perlu dilakukan pengolahan hasil zat warna
dari kayu secang menjadi bentuk bubuk.
Kandungan kimia kayu secang adalah tanin (asam tanat), asam galat, resin,
brazilin dan minyak atsiri. Brazilin dengan struktur C16H14O5 yang larut dalam air
dan berasa manis, akan tetapi jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa
brazilein yang berwarna merah kecoklatan.
Pengambilan zat warna alami dari kayu secang diperoleh secara langsung
yaitu ekstraksi secara batch. Sebelumnya dilakukan percobaan pendahuluan untuk
menentukan kondisi operasi meliputi volume pelarut, waktu dan suhu proses.
Kondisi optimum yang diperoleh dari percobaan adalah 50 gram kayu secang
diekstrak dengan 700 ml aquadest, diaduk dengan kecepatan 200 rpm, pada suhu
didih selama waktu 3 jam. Hasil yang diperoleh dari proses tersebut adalah 3,322
gram bubuk zat warna kayu secang.
Pada pelaksanaan dengan ukuran industri rumah tangga, digunakan panci
kapasitas 10 liter. Bahan yang digunakan 500 gram kayu secang diekstrak dengan
7 liter air dengan pengadukan manual selama 3 jam pada suhu didih larutan. Hasil
yang diperoleh adalah 32,422 gram bubuk zat warna kayu secang. Pewarna alami
tersebut apabila diujicobakan pada makanan yang dikukus misalnya bolu kukus
akan memberikan warna merah kecoklatan dan bakpao akan memberikan warna
kuning kecoklatan. Pada pembuatan jelly tanpa tambahan perasa buah (fruit acid)
akan nampak warna ungu tua, tetapi bila jelly tersebut ditambahkan dengan (fruit
acid), warna jelly tersebut akan berubah menjadi kuning. Penambahan pewarna
pada rengginan akan memberikan warna coklat, sedangkan pada pembutan es
krim juga akan memberikan warna coklat.
Uji organoleptik dilakukan terhadap 21 responden meliputi kategori warna,
rasa, dan aroma. Untuk kategori warna, sebagian besar para responden menilai
makanan (jelly, rengginan, bolu kukus dan es krim) tampak menarik kecuali pada
bakpao, sebagian besar responden menilai warna makanan tersebut kurang
menarik. Untuk kategori rasa, sebagian besar responden menilai makanan tersebut
enak. Sedangkan untuk kategori aroma, sebagian besar responden menyukai
aroma dari makanan yang diwarnai dengan zat warna kayu secang tersebut.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


xi
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

ABSTRACT

ANNA NUR HIDAYATI, KARINA MEY PRASTANTRI, 2011, FINAL


ASSIGMENT THE TAKING OF NATURAL PIGMENTS FROM
SECANG WOOD (Caesalpinia sappan Linn) FOR FOOD COLORING,
CHEMICAL ENGINEERING DIPLOMA III STUDY PROGRAM OF
SURAKARTA SEBELAS MARET UNIVERSITY.

Secang wood (Caesalpinia sappan Linn) is one of natural dyes for food as
an alternative food additives. Some people are process the secang wood with just
of boiling the wood to get a brown color for drinks or food dyeing. It is not
practical in the processing and storage of dyes contained in the secang wood, so
that the necessary processing product dye from a secang wood into powder.
The chemical constituents of secang wood are tannin (tannat acid), galat
acid, resins, brazilin and essential oil. Brazilin with structure C16H14O5 are soluble
in water and sweet taste, but when oxidized will produce brazilein compound a
red-brown colored.
Taking the natural pigments from secang wood obtained directly is batch
extraction. Previously conducted preliminary experiments to determine the
operating conditions include the volume of solvent, time and temperature process.
The optimum condition obtained from the experiment was 50 grams a secang
wood extracted with 700 ml of aquadest, stirred with a speed of 200 rpm, at
boiling temperature for 3 hours. The result of this process is 3,322 grams of
secang wood powder pigment.
The implementation of the domestic industry size, used pan capacity 10
liters. Materials used 500 grams of secang wood in extracts with 7 liters of water
with manual stirring for 3 hours at the boiling temperature of solution. The result
is 32,422 grams of secang wood powder pigment. These natural dyes is tested on
a steamed food such as bolu kukus cake will give red-brown color and bakpao
cake will give yellow-brown color. In making jelly without added flavor of fruit
(fruit acid) will give dark purple color, but if the jelly is added to fruit acid, it will
change to yellow color. The addition of dye in rengginan and ice cream will give a
brown color.
Organoleptic test carried out on 21 respondents include the categories of
color, flavor, and aroma. For the color category, the majority of the respondents
rated food (jelly, rengginan, bolu kukus cake and ice cream) looks
attractive,except for bakpao cake the majority of respondents rated the food color
is less attractive. The category of taste, most respondents rated the food is
delicious. As for the aroma category, most respondents liked the aroma of food
colored with pigment of the secang wood.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni
pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, penggunaan zat pewarna
untuk makanan (baik yang diizinkan maupun dilarang) diatur dalam SK
Menteri Kesehatan RI No.235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi melalui SK
Menteri Kesehatan RI No.722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan
makanan.
Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari
tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini digunakan
sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman dan tidak menimbulkan efek
samping bagi tubuh.
Macam-macam pewarna alami antara lain:
a. Wortel untuk memberikan warna jingga atau orange.
b. Daun suji untuk memberikan warna hijau.
c. Kunyit untuk memberikan warna kuning.
d. Cabai untuk memberikan warna merah.
e. Gula merah/gula aren untuk memberikan warna coklat
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia
yang mengandalkan bahan-bahan kimia. Beberapa contoh pewarna buatan
yaitu: tartrazin, sunset yellow (warna kuning), allura, erytrosin, amaranth
(warna merah), dll.
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat
menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang
digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan
tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan.
Walaupun demikian, ada kelemahannya yaitu beberapa diantaranya

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan dan kadang bersifat karsinogen


yang dapat merangsang terjadinya kanker pada manusia.
(Nur Hidayat dan Elfi, 2006)
Salah satu pewarna alami untuk bahan makanan adalah kayu secang
(Caesalpinia sappan Linn) sebagai alternatif bahan tambahan pangan, sebagai
pengganti pewarna buatan yang telah ada dengan pewarna alami, misalnya
seperti sunset yellow, allura, erytrosin, amaranth bisa digantikan dengan
pewarna alami dari kayu secang. Secara empirik kayu secang dipakai sebagai
obat luka, batuk berdarah (muntah darah), berak darah, darah kotor (pembersih
darah), penawar racun, penghenti pendarahan, daya desinfektan, antidiare, dan
juga berkhasiat mengobati demam berdarah dan obat katarak mata (Arief
hariana, 2008).

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Metode apakah yang digunakan untuk mengambil zat warna alami dari
kayu secang?
2. Bagaimanakah kondisi operasi yang digunakan untuk mengambil zat
warna alami dari kayu secang agar diperoleh rendemen yang paling
banyak?
3. Berapakah rendemen zat warna alami dari kayu secang yang diperoleh dari
kondisi optimum?

C. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan metode yang digunakan untuk mengambil zat warna alami
dari kayu secang.
2. Menentukan kondisi operasi yang digunakan untuk mengambil zat warna
alami dari kayu secang agar diperoleh rendemen yang paling banyak.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

3. Menentukan rendemen zat warna alami dari kayu secang yang diperoleh
dari kondisi optimum.

D. MANFAAT
Bagi mahasiswa :
a. Mahasiswa mampu melakukan proses pengambilan zat warna dari kayu
secang.
b. Dapat menerapkan ilmu teknik kimia yang telah diperoleh.

Bagi masyarakat :
Dapat menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan tentang cara
pembuatan zat warna alami dari kayu secang.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

BAB II
LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. ZAT WARNA MAKANAN
Pewarna makanan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori: pewarna
sintetik, pewarna menyerupai pewarna alami, dan pewarna alami. Pewarna
alami untuk makanan berasal dari sumber yang dapat diperbaharui.
Pewarna alami diekstraksi menggunakan air atau alkohol konsentrasi
rendah untuk pigmen larut air dan pelarut organik untuk pigmen lipofilik.
Pembuatan undang-undang membatasi jenis pewarna yang diperbolehkan,
sumber yang boleh digunakan untuk bahan baku pewarna, pelarut yang
dapat digunakan untuk ekstraksi, dan kemurnian pigmen. Warna
ditambahkan ke dalam makanan untuk beberapa alasan:
Mengganti warna yang hilang selama proses berlangsung
Menegaskan warna yang sudah ada
Meminimalkan variasi warna
Mewarnai makanan yang belum diwarnai.
Pewarna alami adalah Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen)
yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral.
Zat warna ini digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman
dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.
Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk
mewarnai makanan adalah:
1. Karoten
2. Biksin
3. Karamel
4. Klorofil
5. Antosianin
(Nur Hidayat dan Elfi, 2006)

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Pewarna yang menyerupai pewarna alami adalah zat warna yang


masih satu golongan dengan kelompok zat warna alami, hanya zat warna
alami ini dihasilkan dengan cara sintesis kimia, bukan dengan cara
ekstraksi atau isolasi. Jadi, pewarna identik alami adalah pigmen-pigmen
yang dibuat secara sintetis yang struktur kimianya identik dengan
pewarna-pewarna alami. Pewarna yang termasuk golongan ini adalah
karotenoid murni antara lain canthaxanthin (merah), apo-karoten (merah-
oranye), beta-karoten (oranye-kuning). Semua pewarna-pewarna ini
memiliki batas-batas konsentrasi maksimum penggunaan, terkecuali beta-
karoten yang boleh digunakan dalam jumlah tidak terbatas (John
M.,1997).
Pewarna sintetik adalah bahan kimia yang sengaja ditambahkan pada
makanan untuk memberi warna yang diinginkan karena warna semula
hilang selama proses pengolahan atau karena diinginkan adanya warna
tertentu. Pada umumnya warna yang ditambahkan disesuaikan dengan cita
rasa produk yang akan dibuat. Misalnya untuk rasa jeruk diberi warna
kuning atau orange, rasa stroberi dengan warna merah dll ( Nur Hidayat
dan Elfi, 2006).

2. KAYU SECANG
Klasifikasi tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicolyledonae
Bangsa : Resales
Suku : Cesalpiniaceae
Marga : Caesalpinia
Jenis : Caesalpinia sappan L
(Dirjen Perkebunan, 2010).

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

(Gambar 2.1. Tanaman Kayu Secang) (Gambar 2.2. Kayu Secang yang
telah diserut)
Deskripsi
Secang (Caesalpinia
Caesalpinia sappan Linn)) merupakan salah satu tanaman obat yang
dimanfaatkan kayunya sebagai simplisia, meskipun kayu secang juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pewarna karena mengandung zat warna yang disebut
sappanin
Tanaman ini berupa perdu berbatang tegak yang tingginya antara 4-8
4 m,
memiliki duri-duri
duri yang sangat tajam. Daunnya
aunnya berupa daun majemuk menyirip,
panjang mencapai 50 cm,
cm dengan 8-16 pasang sirip daun, anak daun berbentuk
lonjong, kecil
cil berwarna hijau. Bunga majemuk, tumbuh diketiak daun, lebar 2-2,5
cm, berwarna kuning.
Tanaman secang kemungkinan berasal dari India bagian Selatan
Selatan, Burma,
Thailand sampai Indo--Cina. Di Indonesia ,secang umumnya ditanam sebagai
tanaman pagar di kebun-
kebun kebun atau juga dijumpai sebagai tanaman liar di tepi
tepi-
tepi hutan. Tanaman secang tumbuh baik ditanah berlempung atau sedikit
mengandungg pasir mulai dari daratan rendah
rendah sampai tinggi dan tidak cocok
ditanam ditanah basah.
(Yuli W.S
W.S., 2004)
Tanaman kayu secang memiliki nama daerah yang bermacam-
bermacam-bermacam
antara lain secang (Sunda), kayu secang (Jawa Tengah), kayu secang (Madura),

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

cang (Bali), sepang (Sasak), kayu sema (Manado), sapang (Makasar). Tanaman
ini banyak tumbuh di pekarangan daerah Jawa, juga dijumpai di pegunungan
berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan (Arief hariana,
2008).
Kayu secang yang telah dibelah merupakan irisan-irisan kecil tidak
menunjukkan bau yang khas. Belahan-belahan kecil tadi tampak berwarna merah,
dengan keadaan keras dan padat. Ternyata mempunyai kandungan brazillin yaitu
zat warna merah sappan, asam tanat, dan asam galat (G.Kartasapoetra, 1996).

Kandungan Kimia Kayu Secang


Daun dan batang secang mengandung saponin dan flavonoid. Selain itu
daunnya mengandung polifenol dan 0,16%-0,20% minyak atsiri. Batang/kayunya
mengandung tanin, asam galat, resin, brasilin, dan minyak atsiri (Arief hariana,
2008)
Tanin
Tanin adalah senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawaan polifenol
kompleks, dibangun dari elemen C, H dan O.
a. Sifat fisik tanin
Umumnya tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah
dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin bentuknya amorf
dan tidak mempunyai titik leleh.
Tanin berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang, tergantung
dari sumber tanin tersebut.
Tanin berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit kerang, berbau
khas dan mempunyai rasa sepat (astrigent).
Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya langsung atau
dibiarkan di udara terbuka.
Tanin mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik dan merupakan
racun.
(Browning,1966)

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

b. Sifat kimia tanin:


Tanin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus phenol dan bersifat
koloid
Semua jenis tanin dapat larut dalam air. Kelarutannya besar, dan akan
bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu juga tannin
akan larut dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut
organik lainnya
Tanin dapat dihidrolisa oleh asam, basa dan enzim
Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer-polimer lainnya
terdiri dari ikatan hidrogen, ikatan ionik dan ikatan kovalen.
(Browning,1966)

Gambar 2.3. Struktur dari senyawa tanin


( Winarno, 1997)

Brazilin (C16H14O5)
Brazilin merupakan komponen terbesar dari kayu secang.
a. Sifat fisik Brazilin :
Bentuk kristal berwarna kuning sulfur
Dalam larutan asam brazilin akan tampak kuning, namun dalam
persiapan basa akan muncul warna merah
Berat molekul : 286,3 gram/mol
(Morsingh et al, 1970)
Brazilin kayu secang mempunyai aktifitas sebagai antibakteri dan
bakteriostatik (Sundari dkk,1998).

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

b. Sifat Kimia Brazilin :


Larut dalam air dan etanol (Morsingh et al, 1970).
Brazilin merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai gugus
katekol dalam struktur kimianya (Sanusi,1989).
Brazilein (C16H12O5)
Senyawa brazilein merupakan brazilin yang teroksidas.
a. Sifat fisik :
Warna merah kecoklatan
Berat molekul : 284,3 gram/mol
b. Sifat Kimia :
Larut dalam air dan etanol

Gambar 2.4. Struktur dari senyawa Brazilin

Gambar 2.5. Struktur dari senyawa Brazilein


(Morsingh et al, 1970).
Asam Galat (C7H6O5)
Asam galat adalah senyawa golongan asam fenolik C6-C1 atau
hidroksibenzoat, yaitu asam 3,4,5-trihidroksibenzoat.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

a. Sifat Fisik :
Berat molekul : 170.12 g/mol
Densitas : 1.7 g/cm3 (anhidrat)
Penampilan Putih, putih-kekuningan atau kristal berwarna coklat-
kekuningan pucat
Kelarutan dalam air : 1.1 g/100 ml air @ 20 C (anhidrat)
1.5 g/100 ml air @ 20 C (anhidrat)
b. Sifat Kimia :
Merupakan sub unit dari galotanin, yaitu polimer heterogen yang
mengandung berbagai molekul asam galat yang saling terkait dengan asam
galat lain serta dengan sukrosa dan gula lainnya
Bereaksi dengan basa membentuk garam yang laut dalam air.
(Salisbury, 1995)
Minyak atsiri
Minyak atsiri atau minyak eteris merupakan minyak yang memiliki sifat
volatil atau mudah menguap yang disuling dari komponen tanaman. Minyak atsiri
tidak hanya didapatkan dari bunga, tetapi dapat didapatkan dari bagian tanaman
yang lain seperti daun, akar (Bhuiyan, 2010).
a. Sifat Fisik :
Minyak atsiri yang disuling dari tanaman berbentuk cairan, ada yang
kental, encer, bahkan pekat, biasanya mengandung resin dan berwarna merah
kecoklatan, kuning cerah, maupun putih bening
Minyak atsiri sangat sensitif terhadap panas dan cahaya
(Kazaz, 2009)
b. Sifat kimia:
Komponen utama minyak atsiri adalah terpene, alkohol, fenol, aldehid,
keton, dan ester (Guenther 1949).
Mudah larut dalam pelarut organik (benzen, toluene, alkohol)
(Dongmo, 2011)

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Saponin
a. Sifat fisik :
Memiliki rasa pahit menusuk
Berbuih saat dikocok dengan air
(Teguh hartono, 2009)
b. Sifat kimia :
Terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin
(Prihatman, 2001).
Mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter (Teguh hartono, 2009).

3. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa komponen dari suatu bahan
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut yang sesuai. Pemisahan terjadi atas
dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
Suatu ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap berikut :
a. Mencampur bahan yang diekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya
saling berkontak, dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi
pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut.
b. Pemisahan larutan ekstrak dari rafinat (sisa bahan setelah ekstraksi)
kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi.
c. Mengisolasi solute dari pelarut dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya
dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan
ekstrak dapat diolah lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan.
(Bernasconi, 1995)
c. Ekstraksi Padat-Cair
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut
dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan
secara teknis dalam skala besar terutama bidang industry bahan alami dan
makanan, misalnya untuk memperoleh bahan-bahan yang diinginkan dari
tumbuhan dan organ binatang untuk keperluan farmasi (Mc Cabe dkk, 1993).

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses ekstraksi:


Jenis Pelarut
Jenis pelarut merupakan faktor terpenting dalam proses ekstraksi.
Proses ekstraksi dapat berjalan dengan baik bila pelarut memenuhi syarat-
syarat yaitu :
1. Selektifitas
Pelarut hanya boleh melarutkan komponen yang diinginkan,bukan
komponen lain dari bahan yang diekstraksi.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan yang besar dalam
melarutkan komponen yang diinginkan.
3. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen-komponen dari bahan yang diekstraksi.
Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
untuk mendapatkan selektifitas yang tinggi. Dalam hal ini bahan yang
akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
4. Titik didih
Pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak boleh terlalu tinggi.
5. Kriteria lain
Pelarut sedapat mungkin harus murah, tidak korosif, tidak dapat
terbakar, tidak eksplosif bila bercampur dengan udara, tidak
menyebabkan emulsi, stabil secara kimia dan termal
(Guenter,1987).
Ukuran Bahan padat yang diekstraksi
Semakin kecil ukuran bahan, maka semakin besar luas permukaan
zat padat, sehingga laju perpindahan massanya semakin besar. Dengan
kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut adalah kecil
(Bernasconi, 1995).

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Suhu
Suhu ekstraksi yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap proses
ekstraksi karena adanya peningkatan kecepatan difusi. Kelarutan zat
terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik
bersamaan dengan kenaikan suhu sehingga laju ekstraksi menjadi lebih
tinggi dan hasil yang diperoleh lebih besar.
Waktu
Semakin lama waktu ekstraksi maka akan memberikan hasil yang
diperoleh lebih besar, karena kontak antara pelarut dan bahan yang
diekstraksi juga akan semakin lama sehingga akan menyebabkan pelarut
semakin diperkaya oleh solute.
Rasio bahan padatan dan pelarut
Semakin besar perbandingan pelarut terhadap bahan padatan yang
diekstraksi maka hasil yang diperoleh semakin besar, karena distribusi
partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga memperluas
permukaan kontak. Selain itu, perbedaan konsentrasi solute dalam pelarut
dan padatan semakin besar.
(Gamse,2002)
Kecepatan Pengadukan
Semakin besar kecepatan pengadukan maka hasil yang diperoleh
akan semakin baik. Sedangkan jika kecepatan pengadukan kecil maka
hasil yang diperoleh juga tidak baik, karena kontak antara pelarut dengan
zat terlarut tidak sering.

Ekstraksi secara kontinyu


Pada metode ini bahan padat yang akan diekstrak dimasukkan dalam suatu
reaktor kolom yang diberi penahan berupa ayakan, kemudian pelarut dialirkan
secara kontinyu dari atas dan hasil dikeluarkan dari bawah kolom.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Adapun kelebihan-kelebihan metode kontinyu antara lain :


Hasil ekstraksi dapat langsung segera diambil sehingga waktu ekstraksi
lebih cepat.
Pelarut yang digunakan selalu segar karena belum mengandung bahan
yang akan diekstrak sehingga transfer massa dapat berlangsung secara
optimal.
Jumlah atau kapasitas lebih besar.
Di samping kelebihan-kelebihan tersebut, cara kontinyu juga memiliki
kelemahan-kelemahan antara lain :
Biaya pembuatan dan kebutuhan pelarut lebih besar.
Diameter partikel yang terlalu kecil akan mengakibatkan penyumbatan.
(Bernasconi, 1995)

Ekstraksi secara batch


Pada metode ini bahan yang akan diekstrak dicampur dengan pelarut segar
diatas suatu plat ayakan horizontal dalam suatu reaktor tangki dengan
dilengkapi pengaduk yang dapat dirubah posisinya (naik/turun) sesuai
kebutuhan.
Apabila dibandingkan dengan proses kontinyu maka cara batch
mempunyai kelebihan, yaitu :
Diameter partikel yang diekstrak dapat berukuran sangat kecil sehingga
transfer berlangsung lebih cepat.
Bahaya adanya penyumbatan saluran kecil.
Kebutuhan pelarut relatif lebih sedikit.
Biaya peralatan relatif lebih sedikit.
Disamping kelebihan-kelebihan tersebut, cara batch juga memiliki
kelemahan-kelemahan antara lain :
Semakin lama daya melarutkan dari pelarut semakin kecil karena sudah
mengandung bahan yang terekstrak, sehingga kecepatan transfer massa
akan semakin menurun.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Ekstrak baru dapat diambil pada akhir proses.


Membutuhkan waktu lebih lama dan tidak praktis.
(Bernasconi, 1995)

B. KERANGKA PEMIKIRAN
Proses Pengambilan Zat Warna Alami
Metode Ekstraksi Secara Batch

Kayu secang
Ekstraksi
Air

Ampas
Penyaringan Ampas kayu secang

pemekatan Uap Air


secara evaporasi

Pengeringan

Penghalusan Bubuk zat warna


padatan

Gambar 2.6. Diagram Alir Proses Pembuatan zat warna alami dengan
Ekstraksi secara batch

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

BAB III
METODOLOGI

A. ALAT DAN BAHAN


1. Alat alat yang digunakan:
a. Panci o. Pemanas mantel
b. Loyang p. Pompa
c. Oven listrik q. Gelas Ukur
d. Kompor dan tabung gas r. Termometer
e. Pengaduk s. Motor pengaduk
f. Timbangan t. Pengaduk merkuri
g. Saringan plastik u. Impeller
h. Labu leher tiga v. Beaker Glass
i. Pendingin Bola w. Corong kaca
j. Selang x. Kompor listrik
k. Statif y. Mortar
l. Klem

2. Bahan bahan yang digunakan:


a. Kayu secang serut yang diperoleh dari pasar Gede
b. Aquadest diperoleh dari Laboratorium Proses
c. Kertas alumunium foil

B. LOKASI
Tempat pelaksanaan dan penelitian dalam proses pembuatan Zat Warna
Alami dari kayu secang ini dilakukan di Laboratorium Proses dan
Laboratorium Aplikasi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

C. GAMBAR RANGKAIAN ALAT

Gambar 3.1. Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet

Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Pendingin bola
4. Lubang air masuk
5. Lubang air keluar
6. Soxhlet
7. Bahan yang diekstraksi (50 gram kayu secang serut)
8. Labu leher satu berisi 400 mL air
9. Pemanas mantel

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

6 1

9 8
10 5

4 11
7

Gambar 3.2. Rangkaian Alat Ekstraksi Batch

Keterangan :
1. Klem
2. Statif
3. Motor Pengaduk
4. Impeller
5. Labu Leher tiga berisi kayu secang serut + Aquadest
6. Pengaduk Merkuri
7. Pemanas Mantel
8. Pendingin Bola
9. Termometer
10. Karet Penyumbat
11. Stop Kontak

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

2
3

Gambar 3.3 Rangkaian Alat Ekstraksi Skala Industri Rumah Tangga

Keterangan :
1. Pengaduk kayu
2. Panci dengan kapasitas 10 liter
3. Kompor

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

D. CARA KERJA
1. Persiapan Bahan Dasar Kayu Secang
1. Membeli kayu secang yang berbentuk serutan
2. Memotong-motong serutan kayu secang dengan panjang 1 cm.
2. Analisa Bahan Dasar
2.1. Analisa Kadar Air
2.2. Analisa Kadar Zat Warna Total Menggunakan Alat Soxhlet
3. Percobaan Pendahuluan Untuk Mendapatkan Kondisi Proses
Pembuatan Zat Warna
3.1. Menentukan Rasio Bahan,gram kayu/ml pelarut
3.2. Menentukan Waktu Proses
3.3. Menentukan Suhu Proses
4. Proses Pembuatan Zat Warna
Ekstraksi Secara Batch Dalam Skala Industri Rumah Tangga
1. Mempersiapkan 500 gr bahan baku kayu secang.
2. Memasukkan bahan baku tersebut ke dalam panci. Menambahkan 7
Liter pelarut aquadest (sesuai hasil percobaan pendahuluan).
3. Menghidupkan kompor dan merebus kayu secang sampai mendidih
(1000C) (sesuai hasil percobaan pendahuluan) dengan pengadukan
secara manual selama 3 jam (sesuai hasil percobaan pendahuluan)
dihitung sejak larutan mendidih.
4. Mematikan kompor kemudian menyaring larutan hasil perebusan
tersebut dengan saringan plastik.
5. Mengambil filtrat dan memanaskan dalam panci sampai volume
berkurang menjadi 250 ml.
6. Memasukkan larutan pekat hasil nomor 5 kedalam loyang yang telah
dilapisi kertas alumunium foil kemudian dikeringkan dalam oven pada
suhu 59 - 600C.
7. Mengulangi percobaan nomor 6 hingga diperoleh zat warna dengan
berat konstan.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

8. Mengambil hasil no.7 kemudian menghaluskannya hingga menjadi


serbuk dengan menggunakan mortar.
9. Menghitung rendemen zat warna yang dihasilkan, yaitu:
berat hasil
Rendemen = 100%
berat bahan

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan pengambilan zat warna alami dari kayu secang untuk pewarna
makanan diperoleh secara langsung yaitu ekstraksi secara batch dengan pelarut
aquadest. Hasil zat warna alami diperoleh dengan memekatkan hasil ekstraksi
dengan cara evaporasi, pengeringan dalam oven dan penghalusan zat warna.
Pada percobaan ini dilakukan juga pengambilan zat warna alami dengan cara
ekstraksi soxhlet. Ekstraksi soxhlet bertujuan untuk mengambil keseluruhan kadar
zat warna alami dalam 50 gram kayu secang. Dalam proses ekstraksi ini dilakukan
sampai tetesan uap yang diembunkan dari kolom soxhlet bening. Proses ini
berlangsung selama 12 sirkulasi. Setelah itu hasil zat warna diuapkan sampai
volumenya menjadi 25 ml, lalu dioven dalam suhu 59 60 0C sampai didapat
berat zat warna konstan. Berat zat warna alami total dari hasil ekstraksi soxhlet
adalah 3,836 gram untuk setiap 50 gram kayu secang atau kadar zat warna dalam
kayu secang adalah 7,672%. Kadar air kayu secang hasil percobaan adalah
13,16%.
Pengambilan zat warna alami dari kayu secang untuk pewarna makanan ini
dilakukan dengan memperhatikan ratio berat bahan dengan volume pelarut, waktu
perebusan, dan suhu sebagai parameter / variable yang diteliti untuk merumuskan
kondisi optimum.

A. Variasi Volume Pelarut


Volume pelarut akan mempengaruhi rendemen zat warna yang
dihasilkan, pada percobaan ini digunakan pelarut aquadest dengan variasi
volume pelarut 300, 400, 500, 600, 700 ml. Dengan waktu perebusan selama
60 menit (1 jam), pada suhu 1000C untuk 50 gram kayu secang dan disertai
pengadukan 200 rpm, diperoleh hasil pada Tabel IV-1.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Tabel IV-1. Hasil Percobaan Ekstraksi Batch pada Volume Pelarut


Suhu Waktu Volume Berat Zat Rendemen
(0C) (menit) pelarut (ml) Warna (gr) (%)
100 60 300 1,822 3,644
100 60 400 2,302 4,604
100 60 500 2,429 4,858
100 60 600 2,505 5,01
100 60 700 2,756 5,512

3,000
Hasil Zat Warna Alami

2,500

2,000
( gram)

1,500

1,000

500

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Volume Pelarut (ml)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Volume Pelarut (ml) vs


Hasil Zat Warna Alami (gram)

Dari Tabel IV-1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa yang menghasilkan
rendemen zat warna alami optimum adalah pada jumlah volume pelarut 700
ml karena rendemen zat warna alami yang diperoleh paling besar. Persentase
brasillin yang terambil pada volume pelarut 700 ml adalah :
berat zat warna hasil
% Zat warna yang terambil= 100%
berat zat warna total

2,756 gram
= 100% = 71,845 %
3,836 gram

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

B. Variasi Waktu Perebusan


Hasil dari percobaan sebelumnya yaitu variasi kondisi volume pelarut,
digunakan volume 700 ml. Pengaruh variasi waktu perebusan pengambilan zat
warna alami dari kayu secang dengan pelarut aquadest 700 ml dari 50 gram
kayu secang, pada suhu 1000C dan disertai pengadukan 200 rpm diperoleh
hasil seperti yang disajikan Tabel IV-2.
Tabel IV-2. Hasil Percobaan Ekstraksi Batch pada Variasi Waktu
Volume Berat Zat
Suhu Waktu Rendemen
pelarut Warna
(0C) (menit) (%)
(ml) (gr)
100 700 30 1,987 3,974
100 700 60 2,705 5,41
100 700 90 2,822 5,644
100 700 120 2,908 5,816
100 700 150 3,031 6,062
100 700 180 3,322 6,644
100 700 210 3,092 6,184

4,000
3,500
Hasil Zat Warna Alami

3,000
2,500
( gram)

2,000
1,500
1,000
500
0
0 50 100 150 200 250
Waktu (menit)
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Waktu (menit) vs Hasil
Zat Warna Alami (gram)

Dari Tabel IV-2 dan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada waktu 180
menit (3 jam) diperoleh rendemen zat warna alami sebesar 6,644 %,
sedangkan pada waktu 210 menit (3,5 jam) rendemen zat warna alami turun

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

menjadi 6,184 %. Untuk itu pada percobaan selanjutnya dipilih waktu 180
menit (3 jam).

C. Variasi Suhu
Kondisi suhu perebusan juga berpengaruh pada berat zat warna alami
yang dihasilkan, pada percobaan ini suhu perebusan yang diambil adalah
suhu didih 1000C. Hal ini karena pada suhu didih rendemen zat warna alami
yang diperoleh lebih besar (Tabel IV-3).
IV
Tabel IV-3. Hasil Percobaan Ekstraksi Batch pada Variasi Suhu
Berat Suhu Kecepatan Volume Waktu Berat Zat Rendemen
Bahan Pengadukan pelarut Warna
(0C) (menit) (%)
(gr) (rpm) (ml) (gr)
50 60 200 700 180 1,993 3,986
50 70 200 700 180 2,360 4,72
50 80 200 700 180 2,661 5,322
50 90 200 700 180 3,026 6,052
50 100 200 700 180 3,322 6,644

Berdasarkan percobaan pendahuluan yang telah dilakukan terhadap


pengaruh volume pelarut, waktu perebusan, dan suhu yang digunakan,
disimpulkan bahwa kondisi optimum untuk proses ekstraksi batch yaitu
Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

50 gram kayu secang diekstrak dengan 700 ml pelarut aquadest, diaduk


dengan kecepatan 200 rpm, dalam waktu perebusan 3 jam dan pada suhu didih
larutan (1000C). Rendemen zat warna yang didapat yaitu 6,644%, ini berarti
berat zat warna hasil
% Zat warna yang terambil= 100%
berat zat warna total
3,322 gram
= 100 %
3,836 gram
= 86,60 %

D. Proses Pembuatan Zat Warna


Berdasarkan hasil proses pendahuluan maka, proses pengambilan zat
warna dilakukan dengan kondisi:
1. Ratio yang dipakai 500 gram bahan/7 Liter air
2. Suhu didih larutan
3. Waktu proses 3 jam
Hasil yang diperoleh dari proses tersebut adalah 32,422 gram bubuk zat
warna kayu secang.
32,422 gram
Rendemen Zat Warna = 100 % = 6,484 %
500 gram

E. Uji Coba Zat Warna Pada Makanan


Zat warna yang berbentuk serbuk dari kayu secang dapat diujicobakan
pada makanan basah (dikukus) seperti bolu kukus, bakpao. Makanan yang
diproses dengan perebusan yaitu jelly. Makanan kering (digoreng) seperti
rengginan. Selain itu dapat pula diterapkan pada pembuatan es krim.
Pada Gambar 4.4 sampai 4.8 dapat dilihat hasil warna berdasarkan uji
coba berbagai makanan:

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Gambar 4.
4.4. Bolu kukus dan bakpao

Gambar 4.5. Jelly dengan fruit acid Gambar 4.6. Jelly tanpa fruit acid

Gambar 4.7. Rengginan Gambar 4.8. Es krim


Penambahan serbuk zat warna alami dari kayu secang dengan takaran 1
sendok teh, apabila diujicobakan pada makanan yang dikukus misalnya bolu
kukus akan memberikan warna merah kecoklatan dan bakpao akan memberikan
warna kuning kecoklatan. Pada pembuatan jelly
jelly tanpa tambahan perasa buah (fruit
acid) akan nampak warna ungu tua, tetapi bila jelly tersebut ditambahkan dengan

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

perasa buah (fruit acid) yang memberi rasa asam (seperti pada nutri jel), warna
jelly tersebut akan berubah menjadi kuning. Penambahan pewarna pada rengginan
akan memberikan warna coklat, sedangkan pada pembutan es krim juga akan
memberikan warna coklat.

F. Uji Organoleptik
Zat warna dari kayu secang yang telah diujicobakan pada makanan seperti
bolu kukus, bakpao, jelly, rengginan, dan es krim, kemudian dilakukan penilaian
oleh 21 responden meliputi kategori warna, rasa, dan aroma. Untuk mengetahui
hasil uji organoleptik, maka para responden yang telah terlebih dahulu mencicipi
rasa dari jenis makanan yang telah disiapkan lalu mengisi polling yang telah
disediakan. Hasil uji organoleptik dapat dilihat pada Tabel IV- 4.
Tabel IV- 4. Hasil Uji Organoleptik

Jumlah responden yang memilih berdasarkan kategori

Kategori Warna Kategori Rasa Aroma


Jenis
Makanan Kurang Tidak Kurang Tidak Tidak
Menarik Enak suka
Menarik Menarik enak Enak suka
Jelly yg
diberi
4 16 1 3 18 - 21 -
perasa(asam
buah)
Jelly tanpa
3 18 - 4 16 1 19 2
perasa
Rengginan 9 12 - 4 17 - 11 10
Bolu kukus 9 12 - 4 17 - 14 7
Es krim 9 12 - - 21 - 21 -
Bakpao 15 6 - 3 18 - 13 8

Dari Tabel IV- 4 dapat dilihat bahwa untuk kategori warna, sebagian besar
para responden menilai makanan (jelly yang diberi perasa (fruit acid), jelly tanpa
perasa (fruit acid), rengginan, bolu kukus, dan es krim) tampak menarik kecuali
pada bakpao, sebagian besar responden menilai makanan tersebut kurang menarik.
Untuk kategori rasa, sebagian besar responden menilai makanan tersebut enak.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29
Laporan Tugas Akhir
Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

Sedangkan untuk kategori aroma, sebagian besar responden menyukai aroma dari
makanan yang diberi pewarna dari kayu secang.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Laporan Tugas Akhir


Pengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Metode yang digunakan untuk mengambil zat warna alami dari kayu
secang dengan cara ekstraksi secara batch.
2. Kondisi operasi yang digunakan pada pengambilan warna alami dari kayu
secang agar diperoleh rendemen yang paling banyak adalah 500 gram kayu
secang diekstrak dengan 7 liter air dengan pengadukan manual selama 3
jam pada suhu didih larutan (100oC).
3. Rendemen zat warna alami dari kayu secang yang diperoleh dari kondisi
optimum yaitu 6,484 %.

B. Saran
1. Perlu alat untuk menghaluskan hasil zat warna agar serbuk zat warna yang
dihasilkan lebih halus dan ukuran seragam.
2. Perlu pembuatan alat ekstraksi yang dilengkapi pendingin agar hasil yang
diperoleh lebih maksimal.
3. Perlu analisa lanjutan untuk mengetahui kandungan senyawa-senyawa
yang terikut dalam zat warna alami dari kayu secang yang sudah menjadi
bubuk.

Universitas Sebelas Maret Surakartacommit to user


30

Anda mungkin juga menyukai