Hi Pers Omnia
Hi Pers Omnia
HIPERSOMNIA
Pembimbing:
dr. Mintarti, Sp. S
Penyusun:
Andrea Riva (406161016)
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................1
DAFTAR ISI ...........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau rangsangan lainnya.1
Gangguan tidur yang dialami pada sebagian besar adalah Insomnia dan sisanya
15% hipersomnia. Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering
ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami
oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah
maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI HIPERSOMNIA
Hipersomnia adalah suatu keadaan kecendrungan tidur yang berlebihan, sulit
mempertahankan keadaan terjaga pada siang hari, rasa mengantuk disiang hari yang
berlebihan, berkepanjangan tidur malam hari, atau kadang kedua-duanya, yang terjadi
secara teratur atau rekuren untuk waktu singkat, dan menyebabkan gangguan fungsi
sosial dan pekerjaan.(2,3,4)
Gejala / tanda-tanda yang umum termasuk keras mendengkur dan jeda dalam
bernapas. Gejala tambahan termasuk terengah-engah selama tidur, sakit kepala
kusam, dan perilaku otomatis. (7,8)
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah suatu keadaan rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari
dalam keadan sadar. Ada subtipe narkolepsi, yaitu :
1) Narkolepsi dengan Cataplexy
Dengan gejala mengantuk siang hari yang berlebihan dan cataplexy (tiba-tiba
kehilangan postural terjadi saat pasien terjaga dan identik dengan atonia).
Gejala utama adalah serangan tidur tak tertahankan berlangsung 5 - 30 menit di
siang hari. Serangan ini dapat terjadi tanpa peringatan dan pada waktu yang
tidak tepat. Itu kantuk yang terjadi pada narkolepsi tidak dapat dihilangkan
dengan setiap jumlah tidur yang normal. Patogenesis baik predisposisi genetik
dan lingkungan pemicu adalah terlibat. Ada hubungan antara major
histocompatibility complex (MHC) gen dan narkolepsi-cataplexy, yang diduga
menjadi gangguan autoimun. Kekurangan hypocretin (ditunjukkan oleh CSF
rendah hypocretin-1 tingkat) adalah penyebab kebanyakan kasus narkolepsi-
cataplexy pada hewan dan manusia. Studi otopsi telah menunjukkan hilangnya
selektif neuron hipotalamus posterior yang memproduksi hypocretin
neuropeptida (Orexin). Hypocretin (orexin) disintesis di hipotalamus terutama
ke inti batang otak mengandung norepinefrin, histamin, serotonin dan neuron
dopamin. Neuron hypocretin mengintegrasikan metabolisme tidur dan masukan
bangun. Ada beberapa hipotesa mengatakan hypoactivity dalam sistem
catecholaminergic.9
2) Narkolepsi tanpa Cataplexy
Dengan gejala mengantuk disiang hari yang berlebihan dan multiple
sleep.
memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep
drunkenness)
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang
dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup
berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
c) Tidak ada gejala tambahan narcolepsy (cataplexy, sleep paralysis, hynagogic
hallucination) atau bukti klinis untuk sleep apnoe (nocturnal breath cessation,
typical intermittent snoring sound,etc)
d) Tidak ada kondis neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk
pada siang hari.
Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain,
misalnya Gangguan Afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang
mendasarinya. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila
hipersomnia merupakan keluhan yang dominan dari penderita dengan gangguan
jiwa lainnya.
Menurut kriteria DSM-IV-TR dibagi menjadi 2 yaitu : Hipersomia Primer dan
Hipersomnia Akibat Gangguan Jiwa Lain.
1. Hipersomnia Primer
Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk berlebihan untuk waktu
sedikitnya 1 bulan (atau kurang jika berulang) yang tampak baik dengan episode
tidur lama atau episode siang hari yang terjadi hampir setiap hari
Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderita yang secara klinis
bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
Rasa mengantuk sebaiknya tidak disebabkan oleh insomnia dan tidak hanya
terjadi selama perjalanan gangguan tidur lain (seperti, narkolepsi, gangguan
tidur yang terkain dengan pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian atau
parasomnia) dan tidak dapat disebabkan karena kurangnya tidur.
Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain ( seperti
gangguan depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh, delerium)
Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat ( seperti
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.
Tentukan jika : Berulang : jika terdapat periode rasa mengantuk berlebihan yang
berlangsung sedikitnya selama 3 hari terjadi beberapa kali dalam setahun selama
sedikitnya 2 tahun.
VI. PENATALAKSANAAN
a) Non Psikofarmaka
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya :
Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat
Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh
penggunaan obat hipnotik, alkohol, gangguan mental
Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek
2. Psikotherapi
Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri
seperti depresi, obsessi, kompulsi, gangguan tidur kronik. Dengan
psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan
tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.
3. Sleep hygiene terdiri dari:
Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
Hindari tidur pada siang hari
Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
Jangan mengkonsumsi alkohol
Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut
kosong
Hindari rasa cemas atau frustasi
Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
Perubahan perilaku yang baik misalnya menghindari kerja malam dan
kegiatan sosial yang menunda waktu tidur
b) Psikofarmaka
1. Antidepresan
2. Antipsikosis
3. Amfetamin
Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan
jumlah neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan
serotonin) dari saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak
efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup,
menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi,
menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi,
dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi berlebihan. Secara
klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin
memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu
paruh amfetamin 10 15 jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya
4 8 kali lebih lama dibandingkan kokain.
4. Methylphenidate
Secara khus adalah inhibitor reuptake dopamin, lebih lemah inhibitor
reuptake norepinefrine, dan meningkatkan neurotransmitter diotak.
5. Modafinil
Menghambat aksi reuptake dari dopamine.
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 15 ed. Jakarta: EGC; 1996.
2. B.K Puri, P.J. Laking, et al. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. EGC. cetakan 2011.
3. Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan Tidur. Bagian Bedah. Universitas Sumatra
Utara.
4. Kaplan, H.I , Sadock, B.J , and Grebb, J.A , 2010. Tidur Normal dan Gangguan
Tidur. Dalam: Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ke 7. Tanggerang: Binarupa
Aksara.
5. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasa dari
PPDGJ III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atma Jaya, Jakarta.
6. Trotti, L et al (3 Desember 2013). "Peningkatan kantuk di siang hari dengan
klaritromisin pada pasien dengan-GABA terkait hipersomnia: Pengalaman klinis".
Journal of Psychopharmacology 27 (12).
7. Beck, Melinda (2012/12/10). "Para ilmuwan Cobalah untuk mengungkap Riddle
dari Terlalu Banyak Tidur" . The Wall Street Journal.
8. Haron L. Schutte-Rodin, MD (12 Januari 2006). "Idiopatik Hypersomnia".
American Academy of Sleep Medicine.
9. National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of
Medicine 8600 Rockville Pike, Bethesda MD, 20894 USA.