Anda di halaman 1dari 15

Referat

HIPERSOMNIA

Pembimbing:
dr. Mintarti, Sp. S
Penyusun:
Andrea Riva (406161016)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSUD KRMT WONGSONEGORO SEMARANG
PERIODE 21 AGUSTUS 23 SEPTEMBER 2017
REFERAT HIPERSOMNIA

DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................1
DAFTAR ISI ...........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4
BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 2


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

BAB 1

PENDAHULUAN

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau rangsangan lainnya.1

Gangguan tidur yang dialami pada sebagian besar adalah Insomnia dan sisanya
15% hipersomnia. Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering
ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami
oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah
maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.2

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan


perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta
menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan,
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali
lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya
cukup. Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama
semakin meningkat sehingga menimbulkan masalah kesehatan.3

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 3


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI HIPERSOMNIA
Hipersomnia adalah suatu keadaan kecendrungan tidur yang berlebihan, sulit
mempertahankan keadaan terjaga pada siang hari, rasa mengantuk disiang hari yang
berlebihan, berkepanjangan tidur malam hari, atau kadang kedua-duanya, yang terjadi
secara teratur atau rekuren untuk waktu singkat, dan menyebabkan gangguan fungsi
sosial dan pekerjaan.(2,3,4)

II. EPIDEMIOLOGI HIPERSOMNIA


Hipersomnia dianggap sebagai penyakit langka lebih jarang dibandingkan
insomnia. Penelitian baru- baru ini mengatakan kejadian hipersomnia 1 : 800 di
Amerika Serikat saja. Berdasarkan National Sleep Foundation melaporkan
hipersomnia 0,3 % - 4,0 % orang dewasa, 5% - 10% dewasa muda dan dewasa
menengah, 20%- 30% lanjut usia jatuh tertidur disiang hari dan adanya serangan tidur
disiang hari, durasi tidur pada hari kerja rata-rata 39% 6,9 jam atau kurang dari 7 jam.
Tidak ada perbedaan jenis kelamin pada penyakit hipersomnia. Masalah tidur ini
berdampak pada fungsi mereka sehari-hari (social, keluarga, pekerjaan). (4,5,7)

III. ASPEK NEUROBIOLOGI DAN ETIOLOGI

Penyebab paling umum dari hipersomnia :


1. Idiopatik
Dengan gejala mengantuk di siang hari yang berlebihan dan tidak didiagnosis
sebagai narkolepsi. Kemungkinan penyebab Gangguan perilaku tidur REM
adalah lesi tegmental pontine, melibatkan serotonergik, monoaminergik dan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 4


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

kolinergik neurotransmisi. Diperkirakan bahwa munculnya Gangguan perilaku


tidur REM hasil dari lesi lokalisasi yang berhubungan dengan gangguan
neurologis yang mendasari. Penelitian baru-baru ini telah mengidentifikasi
beberapa kelainan yang berhubungan dengan hipersomnia, seperti menemukan
sebuah hipersensitivitas abnormal reseptor GABA (kimia otak yang
bertanggung jawab utama untuk sedasi atau untuk proses tidur ) pada pasien
dengan hipersomnia. Jadi hipersensitivitasi abnormal GABA terjadi secara
alamiah oleh zat bioaktif (yaitu peptida seperti tripsin yang tersensitisasi) dalam
CSF pasien menderita. Zat ini memerlukan penelitian lebih lanjut dari struktur
kimianya yang telah terbukti dapat menyebabkan hiperreaktivitas reseptor
GABA menyebabkan peningkatan sedasi atau mengantuk. (3,4,5)
2. Kurang tidur
Banyak orang tidak menjadwalkan waktu yang cukup untuk tidur di malam hari
sehingga disiang hari pada terjaga merasakan ngantuk. Ini dikelola oleh
pendidikan pasien tentang kebiasaan tidur yang sehat. (6)
3. Sleep apnea
Sleep apnea adalah suatu kondisi di mana pasien secara berkala berhenti
bernapas saat tidur. Ada dua jenis sleep apnea-pusat dan obstruktif. Yang paling
penyebab umum sleep apnea adalah karena obstruksi sementara saluran napas
bagian atas. Itu perubahan ekstrim dalam konsentrasi oksigen dan karbon
dioksida dalam darah yang berkembang setelah 1 menit atau lebih tanpa udara
membangunkan tidur, dan beberapa berisik, tersedak terengah-engah mengisi
paru-paru. Obstructive sleep apnea adalah penyebab medis yang paling umum
dari mengantuk siang hari yang berlebihan. Yang sangat penting bagi diagnosis
adalah riwayat episode apnea saat tidur. Biasanya pasien tidak menyadari
episode karena mereka singkat dan gairah hanya parsial, sehingga sejarah harus
diperoleh secara tidak langsung, biasanya dari pasangan atau teman sekamar.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 5


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

Gejala / tanda-tanda yang umum termasuk keras mendengkur dan jeda dalam
bernapas. Gejala tambahan termasuk terengah-engah selama tidur, sakit kepala
kusam, dan perilaku otomatis. (7,8)
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah suatu keadaan rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari
dalam keadan sadar. Ada subtipe narkolepsi, yaitu :
1) Narkolepsi dengan Cataplexy
Dengan gejala mengantuk siang hari yang berlebihan dan cataplexy (tiba-tiba
kehilangan postural terjadi saat pasien terjaga dan identik dengan atonia).
Gejala utama adalah serangan tidur tak tertahankan berlangsung 5 - 30 menit di
siang hari. Serangan ini dapat terjadi tanpa peringatan dan pada waktu yang
tidak tepat. Itu kantuk yang terjadi pada narkolepsi tidak dapat dihilangkan
dengan setiap jumlah tidur yang normal. Patogenesis baik predisposisi genetik
dan lingkungan pemicu adalah terlibat. Ada hubungan antara major
histocompatibility complex (MHC) gen dan narkolepsi-cataplexy, yang diduga
menjadi gangguan autoimun. Kekurangan hypocretin (ditunjukkan oleh CSF
rendah hypocretin-1 tingkat) adalah penyebab kebanyakan kasus narkolepsi-
cataplexy pada hewan dan manusia. Studi otopsi telah menunjukkan hilangnya
selektif neuron hipotalamus posterior yang memproduksi hypocretin
neuropeptida (Orexin). Hypocretin (orexin) disintesis di hipotalamus terutama
ke inti batang otak mengandung norepinefrin, histamin, serotonin dan neuron
dopamin. Neuron hypocretin mengintegrasikan metabolisme tidur dan masukan
bangun. Ada beberapa hipotesa mengatakan hypoactivity dalam sistem
catecholaminergic.9
2) Narkolepsi tanpa Cataplexy
Dengan gejala mengantuk disiang hari yang berlebihan dan multiple
sleep.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 6


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

5. Penyalahgunaan obat dan alkohol


Seperti Benzodiazepin yang bekerja melalui sistem GABA.
6. Cedera kepala atau penyakit saraf , misalnya multiple sclerosis
7. Genetik (memiliki relatif dengan hipersomnia).

IV. GEJALA KLINIS HIPERSOMNIA


- Tidur malam atau disiang dengan durasi lama (sebanyak 12 jam atau lebih).
- Berlebihan kantuk di siang hari menyebabkan tidur siang berkepanjangan yang
tidak menyegarkan sehingga sulit untuk bangun dari tidur siang ataupun tidur
malam.
- Pasien tidak merasa tidur siang berikut segar dan karena itu melawan kantuk
selama mereka mampu.
- Beberapa pasien mengeluh sakit kepala, episode pingsan, hipotensi ortostatik.
- Pasien dengan hipersomnia primer peningkatan risiko mengembangkan
gangguan depresi mayor. Gejala khas termasuk mood depresi, anhedonia
(kehilangan minat dan kesenangan), penurunan energi, agitasi psikomotor atau
retardasi, penurunan atau peningkatan nafsu makan (yang dapat menyebabkan
penurunan berat badan atau keuntungan), penurunan perhatian dan konsentrasi,
penurunan libido, perasaan bersalah atau tidak berharga, dan, dalam kasus yang
parah, keinginan bunuh diri, proses berpikir delusi, halusinasi pendengaran.
- Pada pasien dengan bentuk berulang hipersomnia terjadi selama berhari-hari
hingga berminggu-minggu beberapa kali dalam setahun. Beberapa pasien
mungkin mengalami gejala mudah marah, mudah tersinggung, hypersexuality,
hyperphagia, perilaku impulsif, depersonalisasi, halusinasi, depresi, dan
disorientasi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 7


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

V. KRITERIA DIAGNOSIS HIPERSOMNIA


Berdasarkan Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa dari PPDGJ III dan ICD-10,
hipersomnia termasuk dalam urutan Hierarki Blok Diagnosis Gangguan Jiwa No V.
F50-F59 tentang Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis
dan Faktor Fisik. Pada urutan F51 Gangguan Tidur Non- Organik, yaitu F51.1
Hipersomnia Non-Organik.
F51 Gangguan Tidur Non-Organik
Kelompok gangguan ini termasuk
a) Dysomnia : kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah
jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional,
misalnya : insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur jaga.
b) Parasomnia : peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur, pada anak-
anak hal ini terkait terutama dengan perkembangan anak, sedangkan pada
dewasa terutama pengaruh psikogenik. Misalnya : somnambulisme (sleep
walking), teror tidur (night terrors), mimpi buruk (night mares)
Pada kebanyakan kasus, gangguan tidur adalah salah satu gejala dari gangguan
lainnya, baik mental atau fisik. Walaupun gangguan tidur yang spesifik terlihat
secara klinis berdiri sendiri sejumlah faktor psikiatrik dan atau fisik yang terkait
memberikan kontribusi pada kejadiannya. Secara umum adalah lebih baik membuat
diagnosis gangguan tidur yang spesifik bersaman dengan diagnosis lain yang
relevan untuk menjelaskan secara adekuat psikopatologi dan atau patofisiologi.
F51.1 Hipersomnia Non-Organik
Pedoman Diagnostik :
Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/ sleep
attacks (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 8


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep
drunkenness)
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang
dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup
berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
c) Tidak ada gejala tambahan narcolepsy (cataplexy, sleep paralysis, hynagogic
hallucination) atau bukti klinis untuk sleep apnoe (nocturnal breath cessation,
typical intermittent snoring sound,etc)
d) Tidak ada kondis neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk
pada siang hari.
Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain,
misalnya Gangguan Afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang
mendasarinya. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila
hipersomnia merupakan keluhan yang dominan dari penderita dengan gangguan
jiwa lainnya.
Menurut kriteria DSM-IV-TR dibagi menjadi 2 yaitu : Hipersomia Primer dan
Hipersomnia Akibat Gangguan Jiwa Lain.
1. Hipersomnia Primer
Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk berlebihan untuk waktu
sedikitnya 1 bulan (atau kurang jika berulang) yang tampak baik dengan episode
tidur lama atau episode siang hari yang terjadi hampir setiap hari
Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderita yang secara klinis
bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
Rasa mengantuk sebaiknya tidak disebabkan oleh insomnia dan tidak hanya
terjadi selama perjalanan gangguan tidur lain (seperti, narkolepsi, gangguan
tidur yang terkain dengan pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian atau
parasomnia) dan tidak dapat disebabkan karena kurangnya tidur.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 9


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain ( seperti
gangguan depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh, delerium)
Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat ( seperti
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.
Tentukan jika : Berulang : jika terdapat periode rasa mengantuk berlebihan yang
berlangsung sedikitnya selama 3 hari terjadi beberapa kali dalam setahun selama
sedikitnya 2 tahun.

Table 1 Kriteria diagnostik DSM-IV-TR hipersomnia primer.

2. Hipersomnia Akibat Gangguan Jiwa Lain.


Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk berlebihan setidaknya 1 bulan
seperti adanya episode tidur malam atau episode siang hari yang terjadi hampir
setiap hari

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 10


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderita yang secara klinis


bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
Hipersomnia dianggap terkain dengan gangguan Aksis I atau Aksis II lain
(contoh, gangguan depresif berat, gangguan distimik) tetapi cukup berat
sehinggamemerlukan perhatian klinis sendiri.
Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur lain (contoh,
narkolepsi, gangguan tidur terkait pernafasan, parasomnia) atau kurang tidur
Gangguan ini tidak disebabkkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.

Table 2 Kriteria diagnostik DSM-IV-TR hipersomnia akibat gangguan jiwa lain.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 11


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

VI. PENATALAKSANAAN
a) Non Psikofarmaka
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya :
Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat
Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh
penggunaan obat hipnotik, alkohol, gangguan mental
Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek
2. Psikotherapi
Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri
seperti depresi, obsessi, kompulsi, gangguan tidur kronik. Dengan
psikoterapi ini kita dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan
tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.
3. Sleep hygiene terdiri dari:
Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
Hindari tidur pada siang hari
Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
Jangan mengkonsumsi alkohol
Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut
kosong
Hindari rasa cemas atau frustasi
Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
Perubahan perilaku yang baik misalnya menghindari kerja malam dan
kegiatan sosial yang menunda waktu tidur

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 12


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

b) Psikofarmaka
1. Antidepresan
2. Antipsikosis
3. Amfetamin
Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan
jumlah neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan
serotonin) dari saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak
efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup,
menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi,
menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi,
dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi berlebihan. Secara
klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin
memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu
paruh amfetamin 10 15 jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya
4 8 kali lebih lama dibandingkan kokain.
4. Methylphenidate
Secara khus adalah inhibitor reuptake dopamin, lebih lemah inhibitor
reuptake norepinefrine, dan meningkatkan neurotransmitter diotak.
5. Modafinil
Menghambat aksi reuptake dari dopamine.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 13


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

BAB 3

KESIMPULAN

Hipersomnia adalah suatu keadaan kecendrungan tidur yang berlebihan. Hipersomnia


dianggap sebagai penyakit langka lebih jarang dibandingkan insomnia. Penyebab
hipersomnia adalah idiopatik, sleep apneu, kekurangan tidur, obat- obatan, alkohol,
genetik, dan cedera otak. Berdasarkan Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa dari
PPDGJ III dan ICD-10, hipersomnia termasuk dalam urutan Hierarki Blok Diagnosis
Gangguan Jiwa No V. F50-F59 tentang Sindrom Prilaku yang Berhubungan dengan
Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik. Pada urutan F51 Gangguan Tidur Non-
Organik, yaitu F51.1 Hipersomnia Non-Organik. Menurut kriteris DSM-IV-TR dibagi
menjadi 2 yaitu : Hipersomia Primer dan Hipersomnia Akibat Gangguan Jiwa Lain.
Edukasi penting diberikan kepada pasien tentang sleep hygiene yang baik
dalam mengatasi berbagai gangguan tidur. Penggunaan obat harus dibatasi dan diawasi
dengan cermat, mengingat efek samping yang dapat ditimbulkannya, oleh karenanya
penggunaan obat tersebut harus benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan individual
dari pasien.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 14


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
REFERAT HIPERSOMNIA

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 15 ed. Jakarta: EGC; 1996.
2. B.K Puri, P.J. Laking, et al. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. EGC. cetakan 2011.
3. Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan Tidur. Bagian Bedah. Universitas Sumatra
Utara.
4. Kaplan, H.I , Sadock, B.J , and Grebb, J.A , 2010. Tidur Normal dan Gangguan
Tidur. Dalam: Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ke 7. Tanggerang: Binarupa
Aksara.
5. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasa dari
PPDGJ III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atma Jaya, Jakarta.
6. Trotti, L et al (3 Desember 2013). "Peningkatan kantuk di siang hari dengan
klaritromisin pada pasien dengan-GABA terkait hipersomnia: Pengalaman klinis".
Journal of Psychopharmacology 27 (12).
7. Beck, Melinda (2012/12/10). "Para ilmuwan Cobalah untuk mengungkap Riddle
dari Terlalu Banyak Tidur" . The Wall Street Journal.
8. Haron L. Schutte-Rodin, MD (12 Januari 2006). "Idiopatik Hypersomnia".
American Academy of Sleep Medicine.
9. National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of
Medicine 8600 Rockville Pike, Bethesda MD, 20894 USA.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 15


RSUD KRMT Wongsonegoro
Periode 21 Agustus 23 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Anda mungkin juga menyukai