Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga buku Lesson Study Berbasis PTK (Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diselesaikan.
Buku ini penulis kembangkan dari hasil penelitian yang berjudul; Pengembangan Model
Peningkatan Kualitas Guru Melalui Pelatihan Lesson Study BagiGuru SD Se-Eks Karesidenan
Surakarta, dibiayai Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional RI dengan Surat Perjanjian Nomor :
074/SP2H/ PP/ DP2M/IV/2009. Buku ini juga didukung dengan kajian pustaka dan akses
internaet.
Manfaat buku ini memberikan wawasan akademik kepada mahasiswa S1 FKIP pada
khususnya yang akan mengembangkan ilmu pengetahuan dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
para guru yang ingin meningkatkan profesi sebagai guru yang professional, dan masyarakat pada
umumnya yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuannya.
Buku ini dapat terbit atas bantuan akademik dan dorongan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
Yang terhormat Prof. Dr. Markhamah, M.Hum Ketua LPPM-UMS (Pejabat lama) dan
Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum Ketua LPPM-UMS (Pejabat baru) dengan penuh kesabaran
dan perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran-saran akademik sejak dari
proses pengajuan proposal penelitian sampai disetujui oleh Dikti DP2M. Bimbingan dan
dorongan tersebut juga penulis rasakan dalam proses penelitian sehingga pengalaman dan ilmu
dapat penulis peroleh meskipun masih harus terus belajar, dan belajar, yang pada akhirnya
penulisan buku ini dapat diselesaikan sesuai dengan prinsip dan prosesdur akademik.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pemerintah/Mentri Pendidikan Nasional c.q
DP2M Direktoral Jenderal Perguruan Tinggi Depdiknas yang telah memberi kesempatan penulis
untuk memperoleh dana penelitian Hibah Kopetitif Pasca.
Terima kasih tak terhingga juga peneliti sampaikan kepada Prof. Dr. Bambang Setiaji
Rektor UniversitasMuhammadiyah Surakarta, Prof. Dr H. M. Wahyuddin, M.S. Direktur
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (Pejabat lama) dan Prof Dr. H. Khudzaifah
Dimyati, S.H., M.Hum Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (Pejabat
baru) atas kesempatan dan fasilitas akademik yang diberikan kepada penulis dalam rangka
pengajuan penelitian Hibah Kompetitif Pasca.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drs. H. Sufyan Anif, M.Si. Dekan FKIP-
UMS dan Prof. Dr. Harsono, M.S. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Pascasarjana
UMS yang juga memberikan bantuan dan rekomendasi sehingga pengajuan penelitian bisa
berjalan dengan lancar.
Terikasih juga penulis sampaikan kepada Sunardi Narendra, S.Ag., M.M. (Ketua MGMP
SD Kodya Surakarta), Drs. Andang Muhammad EB., M.Hum, (Pengawas Dikmenum Kab.
Karanganyar). Yang dengan ikhlas telah menyampaiakan ilmu dan pengalamannya sebagai nara
sumber workshop dan pelatihan lesson study, serta informan kunci dalam penelitian.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman guru (peserta workshop dan
pelatihan lesson study), dosen dan karyawan di Universitas Muhammadiyah Surakarta yang tidak
bisa disebut namanya satu persatu, yang telah memberikan pemikiran, dorongan dan harapan
sekaligus doa dan restu sehingga penelitian ini dapat selesai.
Secara khusus penulis sampaikan terima kasih juga kepada Hj. Siti Badriyah (Istriku
tersayang) dan Erlina Farida Hidayati, ST & Fajar Roikhan, Noor Fitria Dewi, ST & Eko
Haryanto, ST., Noor Ngazizatul Maziyyah calon Sarjana Farmasi, Dian Sari Maisaroh calon
Sarjana Kelautan (anak-anakku yang kusayangi), Muhammad Rozan Yumissalam, Zidan
Muhammad Nafis, Afzaluddin Haidar Al Fahri, Muhammad Dzaki Arkan Maulana (cucu-cucuku
yang tersayang) yang menjadi motivator agar buku ini cepat selesai.
Penulisan buku ini pasti ada kekurangan, oleh karena itu kepada semua pihak diharapkan
memberikan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan penulisan buku ini pada masa-masa
yang akan datang. Semoga buku ini bermanfaat, amien ya robbal alamien.

Surakarta, Agustus 2010


Penyusun

Dr. Tjipto Subadi, M.Si


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas Pembelajaran di suatu tingkat pendidikan baik SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK maupun PT (Perguruan Tinggi) paling sedikit dipengaruhi oleh tiga
faktor, yakni; (1) siswa dengan segala karakteristiknya (raw input), (2) alat pendukung
terjadinya pembelajaran (instrumental input), dan suasana sekitar tempat terjadinya
pembelajaran (environmental input). Setiap input terjadi atas beberapa komponen,
Komponen raw input terdiri atas semua karakteristik siswa antara lain; minat, bakat,
kecerdasan, dan kematangan. Komponen instrumenlat input mencakup antara lain; guru,
tujuan, kurikulum, buku ajar, metode atau pendekatan pembelajaran, media, alat evaluasi,
dan sarana atau prasarana. Sedangkan komponen environmental input mencakup lingkungan
fisik, misalnya; bangunan, lokasi, suhu, dan lingkungan non fisik, seperti; keluarga dan
masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kompetensi guru, pemerintah telah melakukan
serangkaian kegiatan melalui kegiatan inservice teacher training yang berupa penyetaraan,
pelatihan, penataran, seminar atau lokakarya, workshop dan peletihan dan kegiatan
akademik -kegiatan lain yang sejenis. Hasil dari pengembangan diri melalui kegiatan
inservice teaching tranning tesebut diharapkan dapat di implemantasikan dalam
pembelajaran di kelas. Tetapi, kebanyakan setelah kegiatan inservice teacher training, hasil
monitoring yang mempersoalkan apakah ada peningkatan mutu pembelajaran yang
dilakukan oleh para peserta tidak tampak nyata hasilnya. Padahal pada dasarnya, hakikat
pelaksanaan kegiatan inservice teacher training selain meningkatkan kualitas guru, yang
lebih penting adalah guru peserta inservice teacher training mampu menerapkan hasil
training dalam proses pembelajaran di kelasnya dan mengimbaskan kepada rekan-rekan guru
di sekolahnya (Sukirman, 2006: 1)
Bagaimana cara meningkatkan kompetensi guru agar menjadi guru yang profesional?
Lesson Study berbasis PTK dapat memberikan solusi, karena lesson study merupakan model
pembinaan profesi guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar. Lesson study membimbing para guru secara kolaboratif,
pertama-tama menganalisis masalah pembelajaran, baik dari aspek materi ajar maupun
metode pembelajaran. Selanjutnya secara kolaboratif pula para guru mencari solusi dan,
merancang pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada siswa. Langkah berikutnya,
menerapkan pembelajaran dikelas oleh seorang guru, sementara guru yang lain sebagai
observer (mengamati aktivitas siswa dan guru), dan kemudian dilanjutkan dengan diskusi
pasca pembelajaran untuk merefleksikannya. Jika prinsip-prinsip lesson study ini dilakukan
secara sistemik dan berkelanjutan dimungkinkan akan berdampak pada peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia.
Selain untuk meningkatkan keprofesionalan guru, lesson study sebagai salah satu
program kegiatan akademik juga dapat untuk meningkatkan kompetensi dosen, dan
mahasiswa dan dapat dikembangkan di LPTK sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik
pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk
menemukan inovasi pembelajaran tertentu. Lesson Study di LPTK pada dasarnya merupakan
salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional dosen, mahasiswa, yang bercirikan
dalam pembelajaran ada kesempatan dosen, mahasiswa, sejawat lainnya sebagai observer,
sehingga memungkinkan dosen, mahasiswa, juga dapat membagi pengalaman pembelajaran
dengan sejawatnya.
Lesson study berasal dari Jepang dari kata; jugyokenkyu yaitu suatu proses sistematis
yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam
rangka meningkatkan hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Proses sistematis yang dimaksud
adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat
pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara
bersiklus dan terus menerus. Menurut Lewis (2002) ide yang terkandung di dalam lesson
study sebenarnya singkat dan sederhana, yaitu jika seseorang guru ingin meningkatkan
pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan guru
lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
dilakukan.
Sedangkan PTK (Peneltian Tindakan Kelas) bertujuan memperbaiki kualitas guru
berkaitan dengan meningkatkan kualitas isi, masukan dan pengeluaran (in-put and out-put),
proses, dan hasil pembelajaran. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para dosen dan
guru agar lebih proaktif mencari solusi tehadap permasalahan pembelajaran. Menumbuhkan
dan meningkatkan produktivitas meneliti para dosen dan guru, khususnya dalam mencari
solusi masalah-masalah pembelajaran. Meningkatkan kolaborasi antar dosen-guru dalam
memecahkan masalah pembelajaran. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas; Inkuiri
reflektif Kolaboratif Reflektif. Pengembangan dari ketiga karakeristik PTK tersebut
bisa dilaksanakan dengan langkah-langkah pengadaan sebagai berikut; (1) Penetapan fokus
masalah (2) Perencanaan tindakan (3) Pelaksanaan tindakan (4) Pengamatan/observasi (5)
Refleksi (6) Rencana tindakan lanjutan.
Penjelasan lain PTK adalah merupakan penerapan aksi atau tindakan terkendali yang
bersifat daur ulang (dilakukan dalam bentuk siklus) untuk mengatasi secara langsung
masalah-masalah nyata dan spesifik yang muncul dalam pembelajaran. Dari penjelasan ini
maka PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut; (1) Adanya aksi (tindakan) untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran (di kelas atau luar kelas) (2) Aksi yang dipilih
didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi bersifat spesifik (3) Fokus penelitian
pada proses maupun hasil tindakan (4) Tidak untuk generalisasi tidak ada sampling (5)
Pengumpulan data: wawancara, observasi, kuesioner/ angket, tes (6) Dilakukan dalam
bentuk siklus yang meliputi aktivitas: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

B. Road Map Penelitian dengan Pendekatan Lesson Study


Penelitian dengan pendekatan lesson study sebagai model pembinaan guru terdapat
berbagai variasi pelaksanaan.
Lewis (2002) menyarankan ada enam tahapan dalam awal mengimplementasikan
lesson study di sekolah, yakni; 1) membentuk kelompok lesson study 2) memfokuskan
lesson study 3) menyusun rencana pembelajaran (4) melaksanakan pembelajaran di kelas
dan mengamatinya (observasi) 5) refleksi dan menganalisis pembelajaran yang telah
dilaksanakan 6) merencanakan pembelajaran tahap selanjutnya. Sementara itu, Richardson
(2006) menyarankan 7 tahap lesson stady untuk meningkatkan kualitas guru, yakni; 1)
membentuk tim lesson study 2) memfokuskan lesson study 3) merencanakan pembelajaran
4) persiapan untuk observasi 5) melaksanakan pembelajaran dan observasinya 6)
melaksanakan diskusi pembelajaran yang telah dilaksanakan (refleksi) 7) merencanakan
pembelajaran untuk tahap selanjutnya (dalam Sukirman: 2006: 7).
Sagor (1992) dalam Bambang Subali (2006: 29-30) juga menjelaskan bahwa lesson
study sebagai suatu riset meliputi tiga tahapan utama yakni; tahap perencanaan (planning),
tahap implementasi (implementing/do), tahap refleksi (reflecting/see). Dari tahapan tersebut,
jika mengacu pada PTK menurut Sagor, maka pelaku lesson study bekerja pada tiga tahapan
tindakan, yakni; 1) memprakarsai tindakan (initiating action), misalnya ingin mengadopsi
suatu gagasan atau ingin menerapkan suatu strategi baru, 2) monitoring dan membenahi
tindakan (monitoring and adjusting action), 3) mengevaluasi tindakan (evaluation action)
untuk menyiapkan laporan final dari program secara lengkap.
Sagor menyarankan, dari sudut inquiry maka kegiatan untuk memprakarsai tindakan
biasanya berupa kegiatan mencari informasi yang akan membantu dalam memahami dan
memecahkan masalah sehingga merupakan research for action. Selama pelaksanaan
dilakukan monitoring dan pembenahan tindakan yang lebih berkait dengan apa yang dapat
dilakukan sehingga merupakan research in action. Pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi
akhir untuk mengevaluasi tindakan yang lebih berfokus untuk mengevaluasi kinerja yang
telah dilakukan sehingga merupakan research of action. Uraian ini jika disajikan dalam
bentuk bagan seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini:

Penelitian Sadun dkk (2006) berkesimpulan bahwa Model-model pembelajaran


tematis untuk kelas-1 dan 2 SD yang berhasil disusun secara kolaboratif adalah model-
model modul (worksheet) untuk tema-tema; Diri Sendiri, Keluarga, Lingkungan,
Pengalaman, Kegemaran, Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan. Dari sejumlah model dan
modul (worksheet) yang telah disusun tersebut kualitasnya masih bervariasi, dan masih
dalam bentuk matrik, yang selanjutnya perlu di narasikan secara mengalir, disederhanakan,
difinishing, sehingga lebih mudah difahami dan dapat diterapkan. Penelitian lain yang
dilakukan Agus Marsidi dkk (2006), berkesimpulan; pada waktu mengajar mata pelajaran
IPA, Matematika, IPS, dan Bahasa, guru menekankan pada berbagai aspek seperti
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pemecahan masalah, pengetahuan prosedural,
dan proses berpikir logis.
Lesson study sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan kompetensi
pendidik dan kualitas pembelajaran serta keprofesionalan pendidik bisa dikembangkan di
SD, SLP,SLA dan Perguruan Tinggi sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik
pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset PTK (Penelitian
Tindakan Kelas), kolaborasi dengan teman sejawat, berbasis siklus untuk menemukan
inovasi pembelajaran tertentu. Lesson Study dan PTK ini pada dasarnya adalah salah satu
bentuk kegiatan pengembangan profesional pendidik yang bercirikan, dalam pembelajaran
ada kesempatan guru sejawat, dosen serumpun lainnya sebagai observer, sehingga
memungkinkan guru dan dosen dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan
sejawatnya.
Penelitian Tjipto Subadi (Hibah Kompetisi PHK-A2 Dikti untuk Prodi Pendidikan
Matematika, 2007) dengan judul; Peningkatan Kualitas Micro Teaching dan PPL (Program
Pengalaman Lapangan) Melalui Lesson Study bagi Calon Guru Matematika Pada Program
Studi Pendidikan Matematika FKIP-UMS.
Permasalah utama penalitian ini adalah: (1) Hal-hal apa saja yang menjadi kendala
dalam peningkatan kualitas micro teaching dan PPL melalui lesson study bagi calon guru
matematika pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UMS? (2) Bagaimana
rancangan model untuk meningkatkan kualitas micro teaching dan PPL dengan pendekatan
lesson study bagi calon guru matematikan FKIP-UMS (model konseptual pembelajaran yang
dirancang berdasarkan masalah-masalah pembelajaran yang teridentifikasi tersebut di atas)?
(3) Bagaimana model peningkatan kualitas micro teaching dan PPL malalui lesson study
bagi calon guru matematika pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UMS?
Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk berupa (a) Identifikasi masalah
peningkatan kualitas micro teaching dan PPL melalui lesson study bagi calon guru
matematikan pada Program Studi Pendidikan Matematikan FKIP-UMS (b) rancangan model
untuk meningkatkan kualitas micro teaching dan PPL dengan pendekatan lesson study bagi
calon guru matematikan FKIP-UMS (model konseptual pembelajaran yang dirancang
berdasarkan masalah-masalah pembelajaran yang teridentifikasi tersebut di atas) (c) model
peningkatan kualitas micro teaching dan PPL (Program Pengalaman Lapangan) malalui
lesson study bagi calon guru matematika pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-
UMS.
Manfaat penelitian. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan sosial tentang (1) rancangan model untuk meningkatkan kualitas micro
teaching dan PPL dengan pendekatan lesson study bagi calon guru matematikan FKIP-UMS
(model konseptual pembelajaran yang dirancang berdasarkan masalah-masalah
pembelajaran yang teridentifikasi tersebut di atas) (2) model peningkatan kualitas micro
teaching dan PPL malalui pendekatan lesson study bagi calon guru matematika pada
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UMS. Sedangkan secara praktis penelitian ini
bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru, LPTK dan birokrasi pendidikan
(pemerintah) dalam menyusun strategi kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran cagi
calon guru/guru.
Kesimpulan Penelitian ini adalah; Pertama; Kendala Peningkatan Kualitas Micro
Teaching dan PPL. Kendala utama peningkatan kualitas pengajaran micro teaching dan PPL
bagi calon guru Program Pendidikan Matematika FKIP-UMS adalah (a) kemampuan calon
guru dalam penguasaan dan pengembangan kurikulum menjadi pembelajaran berkualitas (b)
minimnya ketersediaan sumber belajar yang dimiliki siswa dan pola pemanfaatan potensi
alam sekitar untuk mendukung kegiatan pembelajaran (c) masalah pola interaksi
pembelajaran dan pola pengembangan pembelajaran yang berkaulitas (d) pengembangan
instrumen penilaian hasil pembelajaran berkualitas (e) permasalahn kesulitas calon guru
dalam penguasaan kompetensi guru yang profesional (f) kemampuan dosen dalam
penguasaan Micro Teaching sebagai in service training bagi calon guru dan pre service
training bagi guru dan dosen dan (g) kurangnya peran dosen Mata Kuliah Keahlian (Mata
Kuliah yang menunjang materi bidang studi matematika) dalam pengembangan materi
pembelajaran berkualitas, (h) kurang memperhatikan sistem magang, padahal ini sangat
dibutuhkan mahasiswa.
Kedua; Rancangan Model Untuk Meningkatkan Kualitas Micro Teaching dan PPL
dengan Pendekatan Lesson Study. Rancangan model peningkatan kualitas micro teaching
dan PPL yang efektif dengan pendekatan lesson studyberbasis PTK yang mencakup 3 (tiga)
tahap kegiatan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) implementasi (action) pembelajaran
dan observasi (3) refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran
tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengembangan dari ketiga
tahapan tersebut, masing-masing tahapan terdapat aspek-aspek yang juga dilaksanakan oleh
calon guru dalam melaksanakan tugas meningkatan kalitas pembelajaran, yaitu
menggunakan modelnya Saito, dkk (2005). Dalam hal ini ia mengenalkan lesson study yang
berorientasi pada praktik. Lesson study yang dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahap
pokok, yakni: (1) Merencanakan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan
alat-alat pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya disebut tahap Plan. (2)
Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang
disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati, kegiatan ini disebut
tahap Do. (3) Melaksanakan refleksi melalui berbagai pendapat/tanggapan dan diskusi
bersama pengamat/observer, kegiatan ini disebut tahap See. Lebih jelasnya diilustrasikan
dengan Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Tahapan Lesson Study Menurut Model Saito


Selanjutnya rancangan model tersebut di atas kemudian dikembangkan dalan 3 (tiga)
model peningkatan kualitas pembelajaran, yaitu:
1. Model Peningkatan Kualitas Kooperatif (Improvement Model of Quality of Co-
Operative), model ini di samping diperoleh pencapaian aspek akademik yang tinggi di
kalangan siswa, juga bermakna dalam membantu guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang berdimensi sosial.
2. Model Peningkatan Kualitas Berdasar Masalah (Improvement Model of Quality of Based
on Problem), model ini merupakan peningkatan kualitas guru yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir di kalangan siswa lewat latihan penyelesaian
masalah.
3. Model Peningkatan Kualitas Langsung (Improvement Model of Quality of Direct), fokus
utama dari pembelajarn ini adalah adanya pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari
keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Ketiga: Peningkatan Kualitas Micro Teaching dan PPL. Peningkatan Kuailitas Micro
Teaching dilakukan dengan sistem SLPKP (Siklus Laboratoris Penguasaan Ketrampilan
Pembelajaran) model PTK. Model ini menggunakan sistem siklus:

Siklus I
Pada tahap awal kegiatan siklus I ini dimualai dengan aktivitas kolaborasi, sedangkan
kegiatannya meliputi; (1) Kajian Akademik, yakni kajian awal untuk melakukan penyidikan
dalam upaya kajian pendalaman materi ajar, kajian membuatan RMP (Rencana Mutu
Pembelajaran) secara keseluruhan. (2) Membuat RMP (Rencana Mutu Pembelajaran). (3)
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi. (4) Refleksi dan Evaluasi.

SiklusII
Memasuki siklus berikutnya dimulai dengan (a) Kajian Akademik, yakni kajian
lanjutan untuk melakukan penyidikan dalam upaya kajian pendalaman materi ajar, dan
kajian memperbaiki RMP (b) Perbaikan RMP sebagai revisi atas perencanaan yang disusun
sebelumnya, (c) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Lanjutan, dan (c) Refleksi dan
Evaluasi Lanjut. Dan seterusnya. Jika dirasa belum cukup maka dilanjutkan silkus III
Siklus III
Memasuki siklus ketiga dimulai dengan (a) Kajian Akademik lanjutan untuk
melakukan penyidikan dalam upaya kajian pendalaman materi ajar, kajian memperbaiki
RMP dan lain-lain (b) Perbaikan RMP sebagai revisi atas perencanaan sebelumnya (c)
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Lanjutan, dan (c) Refleksi dan Evaluasi Lanjut.
Peningkatan kualitas pembelajaran Micro Teaching dilakukan dengan sistem SLPKP
(Siklus Laboratoris Penguasaan Ketrampilan Pembelajaran). Ketrampilan Pembelajaran
yang dilatihkan dalam pembelajaran micro teaching adalah; (1) Ketrampilan mengelola
kelas (2) Ketrampilan membuka pelajaran (3) Ketrampilan bertanya (pre-test, saat
menerangkan, dan pos-test) (4) Ketrampilan menerangkan (5) Ketrampilan menggunakan
multi media (6) Ketrampilan menggunakan multi metode (7) Ketrampilan memberikan
motivasi (8) Ketrampilan memberikan ganjaran (9) Ketrampilan menutup pelajaran.
SLPKP putaran 1 menghasilkan 4 calon guru dari 20 calon guru (25 %) yang berhasil
(nilai B), kemudian meningkat mejadi 10 calon guru (50 %) pada putaran ke 2, dan
kemudian meningkat lagi mencapai 15 calon guru (75 %) pada putaran ke 3.
Sedangkan kesimpulan yang berkaitan dengan peningkatan PPL, bahwa Peningkatan
PPL dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut;
(1) Persiapan PPL (koordinasi dengan sekolah-sekolah praktikan, pendaftaran dan
penempatan mahasiswa, penetapan dosen pem- bimbing dan guru pamong, pembekalan
dosen pembimbing dan guru pamong, dan pembekalan mahasiswa)
(2) Kegiatan PPL (observasi lapangan, praktik pembelajaran, praktik persekolahan, dan
penyusunan laporan PPL).
(3) Pendekatan Sistem Magang.
(4) Berpedoman pada Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) yang meliputi penilaian;
(a) Prapembelajaran.
(b) Membuka pembelajaran.
(c) Kegiatan inti pembelajaran yang ditekankan pada; penguasaan materi, srtategi
pembelajaran yang inovatif, pemanfaatan sumber pembelajaran, pebelajaran yang
memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar,
penggunaan bahasa yang benar.
(5) Evaluasi kinerja.
Penelitian Tjipto Subadi (Hibah Kompetisi PHK PGSD-B, 2008) yang berjudul;
Peningkatan Kualitas Pembalajaran Mata Kuliah Psikologi Umum dengan Model Lesson
Study pada Program Studi PGSD FKIP-UMS.
Permasalahan penalitian ini adalah (1) bagaimana permasalahan peningkatan kualitas
pembelajaran psikologi umum dengan pendekatan lesson study pada Program Studi PGSD-
FKIP-UMS? (2) bagaimana langkah-langkah lesson study yang efektif untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran mata kuliah psikologi umum pada Program Studi PGSD-FKIP-UMS?
(3) bagaimana model pembelajaran inovatif dengan menggunakan pendekatan lesson study
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah psikologi umum pada Program Studi
PGSD-FKIP-UMS?
Tujuan Penelitian. Penelitian ini menghasilkan produk berupa:
(1) Identifikasi permasalahan peningkatan kualitas pembelajaran psikologi umum dengan
pendekatan lesson study pada Program Studi PGSD-FKIP-UMS.
(2) Langkah-langkah lesson study yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
mata kuliah psikologi umum pada Program Studi PGSD-FKIP-UMS
(3) Model pembelajaran inovatif dengan menggunakan pendekatan lesson study untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah psikologi umum pada Program Studi
PGSD-FKIP-UMS.
Manfaat Penelitian. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan sosial tentang;
(1) Permasalahan peningkatan kualitas pembelajaran psikologi umum dengan pendekatan
lesson study pada Program Studi PGSD-FKIP-UMS.
(2) Langkah-langkah lesson study yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
mata kuliah psikologi umum pada Program Studi PGSD-FKIP-UMS.
(3) Model pembelajaran inovatif dengan menggunakan pendekatan lesson study untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah psikologi umum pada Program Studi
PGSD-FKIP-UMS. Secara praktis, memberikan sumbangan pemikiran bagi guru/dosen,
LPTK dan birokrasi pendidikan (pemerintah) dalam menyusun strategi kebijakan
peningkatan kualitas pembelajaran bagi guru/dosen.
Kesimpulan penelitian ini adalah;
Pertama; Permasalahan yang dihadapi dosen dalam peningkatan kualitas perkuliahan
Psikologi Umum dengan pendekatan lesson study adalah permasalahan internal dan
eksternal. Permasalahan internal (permasalahan yang timbul dari dosen itu sendiri)
yaitu kemampuan dosen untuk menciptakan dan mengubah pola pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efekti dan menyenangkan). Sedangkan permasalahan eksternal
(permasalahan yang timbul dari luar dosen) yaitu permasalahan yang bersumber dari
mahasiswa, pimpinan, kurikulum, sarana dan prasarana. Peneliti sependapat saran dari
Thompson (2007) dalam penelitiannya yang berjudul: Inquiry in the Life Sciences: The
Plant-in-a-Jar as a Catalyst for Learning. Penelitian ini berkesimpulan bahwa
pentingnya pengembangan profesional para pendidik yang lebih kreatif dan inovatif
yang dapat mempengaruhi pembelajaran sehingga menjadi pembelajaran yang
menyenangkan dan demokratis.
Kedua; Langkah-langkan pendekatan lesson study yang efektif untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran (perkuliahan) Psikologi Umum adalah dengan menggunakan Model
Lesson Study Berbasis PTK Modifikasi. Model modifikasi ini disesuaikan dengan kondisi
permasalahan yang ada, terdapat 4 tahap yaitu:
(1) Tahap kajian akademik/orientasi akademik.
(2) Tahap perencanaan.
(3) Tahap pelaksanaan dan observasi dan
(4) Tahap refleksi.
Model ini dimodifikasi dari modelnya Mc Taggart (1991) dan McKernan (Hopkins,
1993). Model modifikasi ini sesuai penelitian Stewart (2005), yang berjudul judul: A Model
for Teacher Collaboration, yang menjelaskan bahwa; cara yang terbaik untuk
menyempurnakan perbaikan yang sifatnya positif di setiap tingkatan kelas pada suatu
sekolah adalah dengan mengadopsi suatu model.
Model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
untuk meningkatkan pembelajaran Psikologi Umum;
(a) Terdapat tiga tahap; pendahuluan, inti kuliah, dan penutup.
(b) Menggunakan Model peningkatan kualitas kooperatif (Improvement Model of Quality of
Co-operative).
(c) Teknik yang digunakan Jigsaw Modifikasi.
Implementasi Model Peningkatan Kualitas Kooperatif menuntut peran dosen dalam 6
fase pembelajaran, antara lain:
(1) Rumusan tujuan, apersepsi dan motivasi.
(2) Penjelasan dan penyajian informasi lewat IT.
(3) Organisasi kelompok-kelompok belajar.
(4) Keterlibatan dosen dalam bimbingan kelompok mahasiswa untuk bekarja dan belajar.
(5) Evaluasi/penilaian.
(6) Memberikan hadiah (rewards).
Secara sederhana ke 6 fase pembelajaran tersebut dapat diilustrasikan seperti
Bagan 1 di bawah ini:

Bagan 1 Fase Pembelajaran dan Peran Dosen


Dalam Model Peningkatan Kualitas Kooperatif

No Fase Pembelajaran Peran Dosen


1 Rumusan tujuan, Kontrak pembelajaran dengan
apersepsi dan menyampaikan SK dan KD, tujuan
motivasi pembelajaran, pokok bahasan,
referensi, sistem pembelajar, dan
sistem evaluasi
2 Penjelasan dan Memberikan informasi melalui
penyajian media misalnya; kotak informasi, IT,
informasi lewat IT, internet, jika perlu email,
demonstrasi
3 Organisasi Membentuk kelompok belajar, dan
kelompok- menjelaskan macam-macam kegiatan
kelompok belajar, kelompok
4 Keterlibatan dosen Memberikan bimbingan saat
dalam bimbingan mahasiswa mengerjakan tugas dan
kelompok menampung kesulitan mahasiswa
mahasiswa untuk untuk dipecahkan bersama
bekarja dan belajar,
5 Evaluasi Memberikan evaluasi atas apa yang
sudah dihasilkan oleh kelompok dan
masing-masing anggota kelompok
6 Memberikan Memilih cara yang sesuai untuk
hadiah (rewards). memberi penghargaan.

Adapun Langkah-langkah perkuliahan psikologi umum sebagai berikut;


Pertemuan pertama;
1) Dosen kontrak kuliah dengan mahasiswa, yaitu dosen menyampaikan Silabus (SK, KD,
Indikator, Tujuan, pokok-pokok bahasan yang akan dipelajari dalam satu semester,
strategi kuliah yang digunakan dengan model pembelajaran kooperatif, teknik
pembelajarannya Jigsaw, menganjurkan buku wajib dan buku tambahan, sistem
penilaian antara lain aktifitas di kelas, ujian tengah semester, tugas kelompok
(makalah), tugas individu (makalah), tugas mandiri, dan ujian semester). Kontrak kuliah
ini dengan persetujuan mahasiswa.
2) Dosen menyampaikan reorientasi Psikologi Umum (mendiskusikan tujuan psikologi
umum, pentingnya mahasiswa PGSD mempelajari psikologi umum, konsep dasar, ruang
lingkup dan lain-lain).
3) Rangkuman, pos-test, pesan-pesan akademik.
4) Sebelum kuliah diakhiri dosen menyampaikan PR (Pekerjaan Rumah) pokok bahasan ke
2 untuk dipelajari, pokok bahasan ini akan didiskusikan pada kuliah berikutnya, kulias
selesai.
Pertemuan kedua, teknik Jigsaw Modifikasi.
1) Dosen membuka kuliah psikologi umum, apersepsi dan pre-test dan menjelaskan secara
singkat pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan dikaji.
2) Dosen membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 6 orang.
3) Setiap kelompok mendapatkan 1 sub topik yang berbeda untuk didiskusikan, setelah
selesai diskusi kelompok masing-masing kelompok mengeluarkan 5 anggotanya untuk
bertukar dengan anggota kelompok yang lain dan membantu kelompok baru.
4) Kelompok yang baru ini keanggotaannya harus berasal dari kelompok yang berbeda,
dan masing-masing anggota kelompok ini harus membawa hasil diskusi dari
kelompoknya.
5) Secara bergantian masing-masing anggota menjelaskan hasil diskusi dari kelompok
lama, dan yang lain mencatatnya.
6) Setelah selesai, masing-masing anggota kelompok baru kembali bergabung dengan
anggota kelompok lama, mendiskusikan ke tujuh sub topik dan hasilnya dilaporkan
pada diskusi kelas.
7) Pelaporan (dosen menunjuk salah satu kelompok agar membacakan hasilnya)
8) Dosen menyimpulkan, dan memberi kesempatan mahasiswa untuk bertanya,
9) Sebelum kuliah diakhiri dosen menyampaikan PR (Pekerjaan Rumah) topik yang akan
di bahas pada kuliah berikutnya, kuliah selesai.
Pertemuan ketiga, teknik Jigsaw
1) Kelas dibagi beberapa kelompok dengan karakteristik mahasiswa heterogen.
2) Setiap kelompok memperoleh materi berbeda tetapi masih dalam satu topik.
3) Setiap kelompok mengirim anggota untuk bergabung dalam kelompok pakar.
4) Setelah berdiskusi dalam kelompok pakar kemudian setiap anggota kelompok tadi
kembali pada kelompok semula.
5) Setiap anggota kelompok pakar menjelaskan materi pada kelompoknya, terjadi diskusi
kelompok.
6) Setiap kelompok secara bergantian presentasi materi dan ditanggapi oleh kelompok lain.
7) Sebelum kuliah diakhiri dosen menyampaikan PR (Pekerjaan Rumah) topik yang akan
di bahas pada kuliah berikutnya, kuliah selesai.
Pertemuan keempat dan seterusnya.
Kuliah keempat, kelima dan seterusnya dilaksanakan seperti pertemuan kedua, dan
ketiga, dan setiap akhir perkuliahan dosen wajib menyampaikan tugas/PR untuk pokok
bahasan yang akan didiskusikan minggu yang akan datang, hal ini dilakukan agar
mahasiswa mempersiapkan materi-materi kuliah minggu berikutnya.
Penelitian Tjipto Subadi (Hibah Pascasarjana Dikti, 2009) yang berjudul;
Pengembangan Model Peningkatan Kualitas Guru Melalui Pelatihan Lesson Study bagi Guru
SD Se-Eks Karesidenan Surakarta.
Permasalahan utama penelitian ini adalah sebagai berikut;
(1) Masalah-masalah apa saja yang dihadapi guru-guru SD dalam mengembangkan model
peningkatan kualitasnya, seberapa besar tingkat kesulitan dalam peningkatan kualitas
guru melalui pelatihan lesson stady bagi guru SD Eks Karesidenan Surakarta?
(2) Bagaimana model-model konseptual peningkatan kualitas guru melalui pelatihan lesson
study bagi guru SD Eks Karesidenan Surakarta?
(3) Bagaimana validasi model/pengujian efektivitas model peningkatan kualitas guru secara
teoritis melalui pelatihan lesson study bagi guru SD Eks Karesidenan Surakarta?
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan memahami;
(1) Identifikasi masalah yang dihadapi guru-guru SD dalam mengembangkan model
peningkatan kualitasnya, seberapa besar tingkat kesulitan dalam penerapan peningkatan
kualitas guru melalui pelatihan lesson study bagi guru SD Eks Karesidenan Surakarta.
(2) Model-model konseptual peningkatan kualitas guru melalui pelatihan lesson study bagi
guru SD Eks Karesidenan Surakarta.
(3) Validasi model/pengujian efektivitas model peningkatan kualitas guru secara teoritis
melalui pelatihan lesson study bagi guru SD Eks Karesidenan Surakarta.
Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan sosial tentang;
(1) Identifikasi masalah yang dihadapi guru-guru SD dalam mengembangkan model
peningkatan kualitasnya, seberapa besar tingkat kesulitan dalam penerapan peningkatan
kualitas guru melalui pelatihan lesson study bagi guru SD Eks Karesidenan Surakarta.
(2) Model-model konseptual peningkatan kualitas guru melalui pelatihan lesson study bagi
guru SD Eks Karesidenan Surakarta.
(3) Validasi model/pengujian efektivitas model peningkatan kualitas guru secara teoritis
melalui pelatihan lesson study bagi guru SD Eks Karesidenan Surakarta. Sedangkan
manfaat peneltian secara praktis, memberikan sumbangan pemikiran bagi guru, LPTK
dan birokrasi pendidikan (pemerintah) dalam menyusun strategi kebijakan peningkatan
kualitas pembelajaran bagi guru dan calon guru.
Kesimpulan penelitian ini adalah,
Pertama; Permasalahan Guru dalam Pengembangan Model peningkatan kualitas
melalui pelatihan lesson study adalah permasalahan internal dan Eksternal. Permasalahan
internal (permasalahan berasal dari guru), antara lain: (1) Kemampuan guru dalam
pengembangan kurikulum menjadi pembelajaran berkualitas. (2) Kemampuan guru dalam
pengembangan instrumen penilaian hasil pembelajaran berkualitas, (3) Kemampuan guru
dalam penguasaan micro teaching sebagai in service training dan pre service training bagi
guru, (4) Kemampuan guru dalam penguasaan konsep keilmuan dan langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran inovatif, dan (5) Kemampuan guru dalam penguasaan lesson
study sebagai model untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan permasalahan
eksternal (permasalahan berasal dari siswa, kepala sekolah, pengawas, lingkungan,
kurikulum, sarana dan prasarana), antara lain: (1) Kemampuan siswa dalam berinteraksi
dengan guru, materi, media, dan sesawa teman dan pola pengembangannya. (2) Kemampuan
siswa dalam penguasaan kompetensi yang diajarkan guru. (3) Rendahnya frekuensi supervisi
dari Kepala Sekolah, Pengawas. (4) Potensi alam sekitar yang kurang mendukung kegiatan
pembelajaran. (5) Sosialisasi pengembangan kurikulum yang kurang merata. (6)
Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.
Tingkat kesulitan guru SD dalam pengembangan model peningkatan kualitas melalui
pelatihan lesson study ditunjukkan dengan pencapaian skor rata-rata untuk seluruh
komponen pengembangan adalah tingkat kesulitan berfariatif yakni; (1) Sangat banyak
mengalami kesulitan sebesar (61:353) x 100% = 17,28%. (b) Cukup banyak mengalami
kesulitan sebesar (09:353) x 100% = 30,88%. (c) Sedikit mengalami kesulitan sebesar
(120:353) x 100% = 33,99%. (d) Merasa sangat mudah sebesar (63:353) x 100% = 17,85%.
Kedua. Model konseptual lesson study untuk meningkatkan kualitas guru SD adalah
Model Lesson Study Berbasis PTK Modifikasi. Adapun siklusnya sebagai beriku;
Siklus pertama,
(1) Kajian Akademik (Kajian silabus, SK, KD, indikator, tujuan pembelajaran,
pengembangan materi ajar, penggunaan multi metode, dan multi media, dan
pengembangan alat evaluasi).
(2) Perencanaan (pembuatan RMP /Rencana Mutu Pembelajaran).
(3) Pelaksanaan Pembelajaran Inti dan Pengamatan.
(4) Refleksi dan diskusi.
Siklus kedua;
(1) Kajian Akademik lanjutan (Kajian silabus, SK, KD, indikator, tujuan pembelajaran,
pengembangan materi ajar, penggunaan multi metode, dan multi media, dan
pengembangan alat evaluasi).
(2) Perencanaan (pembuatan RMP/Rencana Mutu Pembelajaran) lanjutan.
(3) Pelaksanaan Pembelajaran Inti dan Pengamatan lanjutan.
(4) Refleksi dan diskusi lanjuta.
Siklus ketiga;
(1) Kajian Akademik lanjutan (Kajian silabus, SK, KD, indikator, tujuan pembelajaran,
pengembangan materi ajar, penggunaan multi metode, dan multi media, dan
pengembangan alat evaluasi).
(2) Perencanaan (pembuatan RMP/Rencana Mutu Pembelajaran) lanjutan.
(3) Pelaksanaan Pembelajaran Inti dan Pengamatan lanjutan.
(4) Refleksi dan diskusi lanjuta. Dan seterusnya sampai dinyatakan cukup dan tidak perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Sedangkan teknik pembelajaran yang efektif dan kreatif adalah: Model Peningkatan
Kualitas Kooperatif (Improvement Model of Quality of Co-Operative), model ini di samping
diperoleh pencapaian aspek akademik yang tinggi di kalangan siswa, juga bermakna dalam
membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial.
Ketiga: Validasi Model Peningkatan Kualitas Guru. Validasi model siklus dan
model peningkatan pembelajaran yang di hasilkan dari penelitian ini menggunakan 4
validasi yaitu;
(1) Validasi Administrasi Akademik, validasi ini menghasilkan model RPP.
(2) Validasi Konsep, validasi ini menghasilkan PTK Model Modifikasi.
(3) Validasi Aktivitas Pembelajaran, validasi ini menghasilkan imple-mentasi lesson study
guru SD melalui empat tahap yaitu;
(a) tahap pengkajian/orientasi akademik (Akadekic oriended),
(b) tahap perencanaan (plan),
(c) tahap pelaksanaan dan observasi (do) dan
(d) tahap tindak lanjut (refleksi).
(4) Validasi Pakar, validasi ini menghasikan model pembelajaran yang kreatif dan efektif
yaitu Model Peningkatan Kualitas Kooperatif (Improvement Model of Quality of Co-
Operative)
Model lesson study yang dihasilkan dari penelitian ini disebut Model Lesson
Study Berbasis PTK Modifikasi, sebagaimana Gambar 3 di bawah ini.
SIKLUS I

TAHAP II TAHAP III TAHAP IV


Perencanaan Pelaks.Pemb Refleksi
(Membuat (Inti) (Masukan,
RMP) Diskusi,
Observasi Perbaikan
RMP,
Metode,
Media, Alat
Evaluasi dll)

TAHAP I

Kajian SIKLUS II
kademik:
Silabus,
SK/KD, TAHAP II TAHAP III TAHAP IV
Indikator, Perencanaan Pelaks.Pemb Refleksi
Tujuan, (Membuat (Inti) (Masukan,
Materi, RMP) Diskusi,
Media, Perbaikan
Metode, Observasi
RMP,
Sumber, Metode,
Strategi KBM, Media,
Pengemb. alat Evaluasi dll)
Evaluasi

SIKLUS III

TAHAP II TAHAP III TAHAP IV


Perencanaan Pelaks.Pemb Refleksi
(Membuat (Inti) (Masukan,
RMP) Diskusi,
Observasi Perbaikan
RMP,
Metode,
Media,
Evaluasi dll)

Gambar 3 Model Lesson Study Berbasis PTK Modifikasi


(Model Tjipto Subadi, 2009)
BAB II
MEMAHAMI LESSON STUDY

A. Pengertian Lesson Study


Lesson Study bukan suatu metode mengajar atau bukan suatu strategi pembelajaran
tetapi lesson study adalah suatu model pembinaan profesi guru melalui belajar mengajar
(pengkajian pembelajaran) secara kolaboratif dengan system siklus dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning
community. Lesson study dalam aktivitasnya guru dapat memilih dan menerapkan berbagai
metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang
dihadapi guru.
I Wayan Santosa (2009) menjelaskan bahwa lesson study merupakan terjemahan
dari bahasa Jepang jugyou (instruction = pengajaran, atau lesson = pembelajaran) dan
kenkyuu (research = penelitian atau study = kajian). Jadi lesson study, yang dalam
bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran
tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru.
Wang-Iverson dan Yoshida (2005) mendefinisikan lesson study sebagai berikut;
1. Lesson study (jugyokenkyu) is a form of long-term teacher-led professional learning,
developed in Japan, in which teachers systematically and collaboratively conduct
research on teaching and learning in classroom in order to enrich students learning
experiences and improve their own teaching.A lesson study cycle generally involves a
team of teachers planning colla-boratively based upon a research theme,
implementing the lesson in the classroom, collecting observation data, reflecting upon
and discussing the data, and developing a record of their activity.
2. Lesson study is more than a studying instructional materials and developing useful
lessons. It also explores ideas for improved teaching that bring out students thinking
and thinking processes, helps students to develop mental images for solving problem
and understanding the topic, and expands those skills and abilities.

Anda mungkin juga menyukai