Anda di halaman 1dari 9
ANALISIS PENDAPATAN PETANI JAGUNG PESERTA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DI KABUPATEN NABIRE Decky Wenno Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Satya Wiyata Mandala — Nabire ABSTRACT This study is aimed to analyze the income difference between the recipient crop farmers of PUAP finds and the non recipients in Kabupaten Nabire. The data collected are presented descriptively and analyzed by using qualitative and quantitative methods with some tables. Linear regression is employed to investigate the determinants of crop farmers'income, The result shows that the income of the recipient crop farmers is higher than the non recipients, The crops of the recipients are also higher than the non recipients. The recipients are also able to create more stable price because they have wider access. The status of the farmers is positively influence the production of crops. The amounts of the labor is negatively influence the production of corn. Farming cost is higher because the farmers have to use earned labor. Keywords: crop, income, PUAP, production PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk Indonesia umumnya bermukim di pedesaan dengan mata pencaharian pokok disektor pertanian sehingga boleh dikatakan pembangunan pedesaan (rural development) berkaitan erat dengan permbangunan pertanian. Rural development adalah merupakan program/ strategi/proyek yang didesain untuk meningkatkan kesejabteraan target group tertentu di pedesaan. Revitalisasi pertanian dan kawasan pedesaan akan memperbaiki dua hal sekaligus yaitu meningkatkan kesejahteraan sebagian besar rakyat dan menciptakan landasan yang kokoh bagi pembangunan ekonomi. Pertumbuhan wilayah maupun ekonomi tidak terlepas dari pengaruh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Apakah suatu masyarakat termasuk masyarakat miskin, karena erat hubungannya antara pendapatan dengan pengangguran dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Hal ini dapat diterima karena di Indonesia pada daerah pedesaan terlihat tingginya tingkat pengangguran. Kurangnya ketrampilan dari masyarakat itu sendiri dan tidak adanya modal untuk melakukan kegiatan usaha yang produktif, menyebabkan kesenjangan pada masyarakat maupun kesenjangan antar daerah. Suatu strategi pengembangan masyarakat adalah dengan menciptakan ekonomi lokal dengan pembangunan sistem agribisnis. Pembangunan sistem agribisnis yang dimaksud adalah merupakan pembangunan yang mengintegrasikan, pembengunan sektor pertanian dalam arti Ives dengan pembangunan industry yang mencakup empat sub sistem, yaitu (a) sub sistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) sub sistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (©) sub sistem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas pertanian; (d) dan sub sistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara Jain permodalan, teknologi dan lain-lain. Pelaku utama agribisnis adalah petani dan dunia usaha meliputi usaha rumah tanga (home industry), koperasi, usaha kelompok, usaha menengah maupun usaha besar. Pelaku agribisnis tersebut merancang, merekayasa dan melakukan kegiatan agribisnis itu sendiri mulai dari identifikasi pasar yang kemudian diterjemahkan ke dalam proses produksi Pemerintah berkewajiban memberilcan fasilitas dan mendorong berkembangnya usaha-usaha agribisnis tersebut. Program pengembangan agribisnis tersebut dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan sistem dan usaha-usaha agribisnis, yang mengarahkan seluruh subsistem agribisnis agar dapat secara Jumnal Agrotorestri_ Volume V Nomor 2 Juni 2010 produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi, Salah satu usaha mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan pengangguran di perdesaan ‘melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah, maka Departemen Pertanian pada tahun 2008 meluncurkan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang dikoordinasikan oleh Menko KESRA. Kabupaten Nabire yang ditetapkan sebagai salah satu target dari Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Nabire, terutama bagi pelaku usaha agribisnis di perdesaan dan kelembagaan perdesaan lainnya yang akan menjadi motor penggerak utama program ini. Ditetapkannya Kabupaten Nabire sebagai salah satu kabupaten penerima dana PUAP berdasarkan pertimbangan bahwa masih banyak petani yang masuk kategori sebagai petani berpendapatan rendah babkan miskin. Oleh sebab itu Departemen Pertanian menetapkan 30 desa di Kabupaten Nabire yang akan menerima dana PUAP. Dana PUAP ini diperuntukken bagi 30 gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang ada di 30 desa tersebut. Penetapan 30 Gapoktan penerima dana didasarkan pada Keputusan Bupati Kabupaten Nabire Nomor 133 tahun 2008 tentang penetapan Gapoktan penerima dana PUAP Kabupaten Nabire tahun 2008 dan Keputusan Menteri Pertanian nomor: 1313 /Kpts/ KU.340/9/2008 tentang penetapan Gapoktan penerima dana PUAP tahun 2008. Ke- 30 Gapoktan yang ada menggunakan dana bantuan untuk membiayai kegiatan produktif pertanizn seperti kegiatan perkebunan, pertanian dan petemaken baik secara perorangan maupun kelompok. Salah satu komoditi pertanian adalah jagung, yang merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Dalam perkembangan ekonomi saat ini disamping sebagai bahan makanan pokok, jagung telah menjadi lebih sangat penting karena merupakan Ly bahan baku bagi industri pakan temak. Meskipun Jagung disebut sebagai komoditas unggulan lahan kering, namun secara ekonomi belum mampu memberikan jaminan kehidupan yang layak kepada sebagian besar pelaku utamanya, yaitu petani. Secara kuantitatif, ingginya impor jagung Indonesia terjadi bukan karena sempitnya lahan usahatanj atau luas tanam jagung, tetapi lebih disebabkan oleh masih rendahnya produlktivitas lahan, produktivitas jagung, dan produktivitas kerja petani jagung. Produktivitas yang rendah disebabkan oleh belum optimalnya aplikasi teknologi budidaya, karena lemahnya kekuatan modal dan motivasi petani Lemahnya modal dan motivasi petani antara lain disebabkan oleh rendah dan terbatasnya pendapatan petani, yang bukan hanya disebabkan oleh rendahnya harga yang diterima oleh para petani (akibat tidak efisiennya rantai pemasatan), tetapi juga disebabkan oleh kurang berkembangnya Komoditi olahan yang berbasis pada komoditi Jagung. Selama ini, produk jagung yang dihargai dan dijual petani baru sebatas bijinya, sementara tongkol jagung, batang pohon jagung, daun Jagung, dan kolobot jagung belum termanfaatkan secara optimal. Hal itu terjadi karena belum ada dan atau belum optimalnya upaya pengolahan untuk menciptakan peningkatan nilai tambah (value added) jagung. Kandungan jagung dalam pakan ternak yang meneapai lebih dari 50% yang masih harus diimpor, akan menelan biaya yang tidak sedikit. Keadaan dan Iuas wilayah serta kondisi lingkungan (iklim) di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Nabire, seharusnya impor jagung bisa ditekan sekecil- kecilnya apabila ada upaya untuk mendorong, petani memanfaatkan lahannya dengan baik untuk. penanaman jagung Bertitik tolak dari tujuan pemberian dana PUAP, yakni untuk mengupayakan peningkatan pendapatan kelompok petani di pedesaan, maka pemberian bantuan dana kepada petani guna penanaman jagung, disertai dengan adanya bantuan pembinaan budidaya serta control yang baik terhadap serangan hama dan penyakit diharapkan dapat memberikan hasil. Selanjutnya, usahatani jagung hanya akan berkelanjutan apabila disertai dengan diperolehnya pendapatan yang memadai untuk kesejahteraan keluarganya. Mengacu pada ‘Decky Wenno 158 uraian tersebut di atas, maka penulis menyoroti kebijakan tersebut dan mengadakan penelitian dengan topik “Analisis Pengaruh Bantuan Modal Usaha Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Pendapatan Petani Jagung di Kabupaten Nabire”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pendapatan petani jagung yang menerima bantuan dana PUAP dan non PUAP, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung, Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah pada besamya pendapatan yang diperoleh antara petani jagung ¢nggota Gapoktan yang menerima bantuan dana PUAP dan yang tidak menerima bantuan dana PUAP. Manfaat yang dapat diperoleh hasil dari penelitian ini adalah : 1) Pemerintah Daerah, sebagai bahan pertimbangan dalam upaya perencanaan dan penentuan kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan dan pengembangan wilayah, 2) Sebagai bahan masukan bagi Departemen Pertanian dalam penyusunan kebijakan yang berkenaan dengan upaya pengentasan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja yang berwawasan regional. METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Nabire yaitu pada anggota Gapoktan penerima dana PUAP, yang dilakukan dengan pendekatan studi kepustakaan dan analisis data primer dan sekunder, Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan memilih sampling yang sesuai dengan tujuan penelitian, dalam hal ini Gapoktan penerima dana PUAP di 30 kampung. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah = 1) Data primer, adalah data yang dikumpul- kan melalui observasi Iangsung pada objek yang diteliti, yaitu kelompok tani yang telah menerima bantuan sebagai sampel pene- litian, wawancara langsung dengan petani untuk mengetahui tingkat pendapatan petani juga dengan pihak yang berkompeten ter- ‘masuk diantaranya dengan Dinas Pertanian dan Petermakan Kabupaten Nabire. Jumma} Agroforestrl Volume V Nomor 2 Juni 2010 2) Data skunder, adalah data yang diperoleh melalui literature, buku, laporan tentang anggaran yang disediakan, jumlah kelompok tani penerima bantuan dana PUAP sebagai bahan masukan dalam penelitian. Pengambilan petani sampel dilakukan pada petani yang melaksanakan usahatani jagung dengan sengaja (purposive). Petani yang diteliti ada dua macam yaitu petani yang menerima bantuan dana PUAP dan petani non PUAP. Karena jumlah petani yang menerima dan non PUAP masing-masing adalah 50 orang dan 40 orang, maka pengambilan sampel baik yang ‘menerima maupun non yaitu masing-masing 16 orang yang dianggap sudah dapat mewakili secara keseluruhan dari petani sampel Analisis Data Data yang telah dikumpulkan tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu berupa uraian dan penjelasan disertai tabulasi data, sedangkan untuk mengetabui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung digunakan model persamaan regresi berganda Dummy (Djarwanto, 2001:198) sebagai berikut: Y=B,+B, X,+B,X,+B,X,+B,X,+D+e dimana: YY: pendapatan petani jagung B, : konstanta B,, By, B, : Koefisien regresi masing-masing variabel bebas : upah tenaga kerja > harga beni harga pupule harga pestisida dummy untuk status petani jagung, menerima : swadana eror (kesalahan pengganggu). Selanjutnya dengan metode Ordinary Teast square (OLS) dari analisis regresi, akan diperoleh Koefisien regresi dari masing-masing variabel. Koefisien ini merupakan optimasi masing-masing faktor yang berpengaruh dan sejauh mana hubungan dari faktor-faktor tersebut ‘Analisis Pendapatan Petani Jagung Peserta Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kabupaten Nabire Jurmal Agroforestri_ Volume V Nomor 2 Juni 2010 secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan usabatani jagung. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor atau variabel bebas yang dimasukan dalam model digunakan uji R? Untuk melihat apa variabel bebas yang dimasukkan dalam model secara simultan mempengaruhi variabel terikat digunakan uji F. Sedangkan untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel tersebut digunakan uji t statistik HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani dan Usahatani Berdasarkan hasil studi terhadap responden yang diwawancerai, karakteristik petani jagung dapat diamati pada Tabel.1 Tabel 1. Karakteristik Petani Uraian Jumlah Persentase Tenis keleminy a. Laki-laki 25 78,13 tee— the a. Tidak sekolah 1 3.12 b. SD 1 3.12 c. SMP 3 9,37 d. SMA 23 71,87 e D2/D3 2 6.25 f_ Pr 2 6.25 “Status Kependudukan — _ a Asli 12 37,5 b. Pendatang 20 62,5 Pekerjaan Pokok: a, Petani 20 62,5 b. Peternak 5 15,62 c. PNS 4 12,5 d. TNIPOLRI 2 6.25 Sumber : Data Primer, 2009. 1. Jenis Kelamin Jenis kelamin responden didominasi oleh laki-laki yaitu mencapai 78,13 %. Keadaan ini menggambarkan bahwa usahatani jagung mayoritas diusahakan oleh kaum laki-laki dan hanya sedikit kaw wanita yang tertarikc untuk menggeluti usaha ini. Usahatani jagung dianggap sebagai suatu usaha yang membutuhkan banyak tenaga fisik sehingga leboh cocok bagi laki-laki yang memiliki kemampuan secara fisik pada ‘umumaya lebih kuat dibanding dengan wanita. 159 2. Pendidikan Petani jagung sebesar 84,57 % telah menyelesaikan pendidikan formal setingkat SLTA ke atas, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sudah tinggi. Pendidikan merupakan salah satu factor penting dalam ‘meningkatkan produktivitas tanaman, Dengan pendidiken kita bisa melihat seberapa besar kualitas sumberdaya petani sebab diharapkan dengan pendidikan yang tinggi dapat merubah pola pikirmaupun pols hidup petani yang mungkin awalnya kurang rasional menjadi rasional. Bagi petani, pendidikan yang tinggi diperlukan sebagai bekal dalam mengelola usahataninya agar lebih efektif dan efisien. 3. Status kependudukan Status kependuduikan petani menunjukkan bahwa_sebesar 62,5 % merupakan pendatang sedangkan sisanya merupakan penduduk asli. Kendisi ini menunjukan bahwa usaha ini banyak diminati oleh pendatang, meskipun demikian dalam pelaksanaan pembangunan era otonomi daerah sekarang ini, diharapkan pemerintah dan masyarakat mampu memanfaatkan potensi wilayah masing-masing. 4. Pekerjaan Petani jagung sebagai pekerjaan pokok dapat dilihat pada Tabel 1. Sejumlah 20 responden atau 62,5 % responden memiliki pekerjaan pokok sebagai petani, hal ini berarti bahwa petani jagung dipandang sebagai suatu usaha yang dianggap mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup atau dengan kata lain sebagian besar responden mengganggap usahatani jagung dapat dipakai sebagai tumpuan dan sumber financial utama untuk mencukupi kebutuhan keluarga. 5. Umur Umur merupakan salah satu indikator produktifitas kerja petani karena berhubungan dengan tingkat kemampuan fisik petani dalam mengelola usahanya, Rata-rata umur responden 44 tahun dengan spesifikasi penduduk berumur < 15 tahun masuk dalam kategori belum produktif, karena masih dalam usia sekolah. Umur 16 — 55 tahun termasuk dalam usia produktif, sedangkan penduduk berumur > 56 tahun masuk. Decky Wenno dalam kategori tidak produktif karena pada usia tersebut merupakan masa pensiun dimana kemampuan fisik seseorang sudah mengalami banyak penurunan dan sulit menerima inovasi baru. Pada penelitian ini sejumlah 87,5 % petani berumur 16 — 55 tahun yang termasuk dalam Kategori usia produktif sehingga diharapkan akan ‘mampu bekerja secara maksimal, ‘Tabel2 Distribusi Responden Menurut Kelompok Urmur ~Kelomapok amar —Jumnlah (orgy Persentase— i). ——__, ——— 58S Sumber: Data Primer, 2009 6. Pengalaman Bertani Pengalaman seorang petani dalam melakukan kegiatan usaha dapat berpengaruh positif terhadap ketrampilan dalam manajemen pengelolaan usaha, Petani dengan pengalaman cukup cenderung dapat mengatasi masalah- masalah yang timbul dalam pelaksanaan usaha dan mampu menggunakan alternatif pemecahan masalah yang efisien sehingga mampu ‘menghasilkan keuntungan usaha yang maksimal Distribusi responden menurut pengalaman bertanam jagung disajikan dalam tabel 3 Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Bertani REIOMPOR——jurntah (orgy PESERTRSE <5 25 78,13 6-10 F 15,62 =u 2 625 ‘Sumber Data Primer, 2009 Hasil penelitian menunjukkan bahwa 78,13 % petani justru termasuk pendatang baru dan 21,87 % merupakan petani yang sudah cukup memiliki pengalaman usaha yaitu di atas 5 tahun. B. Analisa Pendapatan Usabatani Jagung Pendapatan merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usahataninya. Dalam analisis usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai indicator penting karena Jumal Agroforestri_ Volume V Nomor 2 Juni 2010 merupakan sumber utama dalam meneukupi kebutuhan sehari-hari, Pendapatan petani merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Penerimaan, biaya produksi dan pendapatan usahatani jagung dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya dan Pen- dapatan Usahatani Jagung per | ha Lahan Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Non PUAP Uraian Penerima Non PUAP Biaya Beni (Rp) 852.1875 781.875 Popuk (Rp) 254.250 122.250 Pestisida (Ro) 249.375 165.250 pei eos ae 2.142.500 1.417.500 Jumlsh 34983125 2.487.875 Penerimaan(Rp) _--9.605.343,75_6:284.843,75 Pendapatan (Rp) 6:107.031,25 _3.796,968,75 Sumber : Data Primer, 2009 Pendapatan Petani Penerima PUAP dan Non PUAP Pendapatan kelompok tani penerima adalah pendapatan anggota kelompok tani sesudah menerima dana PUAP yang diperoleh dari selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya produksi yang dikeluarkan selama satu musim tanam yang dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan petani jagung non PUAP adalah petani yang tidak menerima bantuan modal usaha dan menjalankan usahataninya dengan biaya sendiri atau petani swadana. Petani jagung yang mengusahakan dengan biaya sendiri telah bercocok tanam jagung secara mandiri dengan tetap menyediakan faktor-faktor produksi untuk ‘memperoleh pendapatan dari usahataninya dalam jangka waktu tertentu. Data Tabel 4 di atas, menunjukkan babwa penggunaan biaya pada usahatani jagung pada petani penerima sebanyak Rp 3.498.312,5 lebih besar dari petani swadana (Rp 2.487.875). Hal ini disebabkan karena dengen adanya dana yang cukup dimiliki petani sehingga petani mampu menyediakan modal atau saprodi yang sesuai Znalisis Pendapatan Petani Jagung Peserta Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan dt Kabupaten Nebire Jurmal Agroforestti_Volume V Nomor 2 Juni 2010 dengan kebutuhan dan luas lahan untuk bertanam jagung. Selain itu terdapat pengeluaran yang culup besar untuk membayar upah tenaga kerja Juar keluarge karena ada pekerjaan atau kegiatan tertentu yang harus mengejar waktu sehingga meminta bantuan tenaga kerja luar. Pendapatan usahatani jagung pada petani penerima sebanyak Rp 6.107.031,25 lebih tinggi dibandingkan petani swadana yang berjumlah Rp. 3.796.968,75. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya kelebihan penerimaan berupa jumlah panen yang lebih banyak dibandingkan petani yang tidak menerima bantuan, Hal ini sesuai dengan tujuan pemberian bantuan dana yaitu diharapkan adanya control yang baik terhadap serangan hama dan penyakit, pemasaran yang pasti serta pembinaan budidaya sehingga dapat diperoleh pendapatan yang memadai untuk kesejahteraan keluarganya. Selain dengan jumlah panen yang lebih banyak dibanding petani Jagung non PUAP, petani penerima juga mampu memasarkan hasil panennya dengan harga yang lebih stabil sebab mendapatkan akses yang lebih as. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung Ketepatan model regresi pada persamaan di atas diketahui dengan menggunakan nilai koefisien determinasi (R’). Hasil analisis regresi dengan menggunakan software SPSS versi 11 diperoleh hasil nilai koefisien determinasi (R?) sebesar 0,697 atau 69,70% yang berarti variabel dependen pendapatan usahatani jagung dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu upah tenaga kerja, harga benih, harga pupuk, harga pestisida dan status petani, sedangken 30,3% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Pada pengujian selanjutnya dilakukan dengan uji F. hasil uji F,,,., sebesar 11,96. Nilai Fy, Pada tingkat kesalahan 5 % sebesar 2,59 sehingga F hitung > F tabel, yang berarti bahwa semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung Hasil analisis regresi memperlihatkan koefisien untuk masing-masing variabel adalah 5156 untuk koefisien konstanta, - 526,3 untuk 161 koefisien upah tenaga kerja (x1), -50 untuk koefisien harga benih (x2), -3,358 untuk koefisien harga pupuk (x3), 215 untuk koefisien harga pestisida (x4), dan 2864 untuk koefisien status petani (D). dengan hasil tersebut, persamaan regresi berganda dengan variabel dummy dirumuskan sebagai berikut: Y = 5156 - 526 X1 - 50 X2 - 3,36 X3 +215 X4 +2864 D Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Predictor Coef P Constant 5156 2,05 0,050 XI (Upah TK) 5263 =1,74 0,093" X2(HargaBenih) —-50,0 0,360,724 ‘X3 (Harga Pupuk) —-3,358-0,37 0,717 X4 (HargaPestisida) 2146 0,800,432 D (status) 28645 2,93 0,007" Sumber : Data Primer, 2009 Ket. * = significan pada a 10% Hasil pengujian untuk koefisien persamaan regresi diperoleh nilai t-,,.. untuk konstanta sebesar 2,05 dengan nilai P sebesar 0,05, nilai sjuap untuk Koefisien upah tenaga kerja sebesar -1,74 dengan nilai P sebesar 0,093, nilai t,,.,, untuk koefisien harga benih adalah sebesar -0,36 dengan nilai P sebesar 0,724, nilai t hitung untuk koefisien harga pupuk sebesar -0,37 dengan nilai P sebesar 0,717, nilai t hitung untuk koefisien harga pestisida sebesar 0,80 dengan nilai P sebesar 0,432, nilai t ,., untuk koefisien status petani sebesar2,93 dengan nilai P sebesar 0,007. Dengan hasil tersebut, kesimpulan yang bisa diambil adalah koefisien variabel bebas upah tenaga kerja ddan status petani adalah significan secara statistic, Kecuali untuk koefisien harga benih, harga pupuk dan harga pestisida dimana koefisiennya tidak significan secara statistik. Harga benih bemilai negatif karena pada saat penanaman terjadi kekeringan atau curah hujan Kurang sehingga daya tumbul beni kurang optimal atau banyak yang tidak tumbuh dan menyebabkan petani harus mengganti dengan membeli benih baru untuk ditanam kembali. Harga pupuk bernilai negatif sebab pemberian pupuk yang dilakukan petani tidak seimbang dengan kebutuhan, disamping penyediaan pupuk Decky Wenno 162 oleh toko pertanian terbatas dan harus menunggu pemesanan selanjutnya, juga sering menunggu untuk memesan pada petani lain yang akan turun ke kota. Jumlah pemakaian pestisida bergantung, kepada tingkat serangan hama yang terjadi. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel bebas yang diamati yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan adalah tenaga kerja dan status petani sebagai penerima dana PUAP dan bukan. Selanjutnya dilakukan analisis regresi lanjutan untuk mendapat_ model terbaik yaitu ‘melibatkan X1 (tenaga kerja) berdasarkan status petani penerima PUAP dan yang bukan, maka hasil analisis regresi dengan menggunakan software SPSS versi 11, diperoleh hasil nilai koefisien determinasi (R?) sebesar 0,684 atau 68,4 % yang berarti variabel dependen pendapatan usahatani jagung dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu upah tenaga kerja, dan status petani, sedangkan 31,6% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Hasil pengujian selanjutnya dilakukan dengan uji F menunjukkan nilai F ,,.., Sebesar 31,40. Nilai F ,,.,, pada tingkat Kesalahan 5 % sebesar 3,33 Sehingga F ouay > P gop YAR berarti bahwa semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model secara bersama- sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung. Hasil analisis regresi memperlihatkan koefisien untuk masing-masing variabel adalah 4527 untuk koefisien konstanta, - 584 untuk koefisien upah tenaga kerja (x1), dan 2712 untuk koefisien status petani (D). dengan hasil tersebut, persamaan regresi berganda dengan variabel dummy dirumuskan sebagai berilcut: Y= 4527 - 584 X1+2712D ‘Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Lanjutan Predictor Coef T P Constant 4527,3 11,270,000 XI 5842-215 0,040 D 2711,7 7,620,000 Sianber = Data Primer, 2009 —_ Ket. * = significan pada tingkat kesalahan 5% Hasil pengujian untuk koefisien persamaan regresi diperoleh nilai t+... untuk konstanta Jurnal Agroforestti_ Volume V Nomor 2 Juni 2010 sebesar 11,27 dengan nilai P sebesar 0,000. Nilai thitung untuk koefisien upah tenaga kerja sebesar -2,15 dengan nilai P sebesar 0,040 dan nilai t+ sinng untuk koefisien dummy sebesar 7,26 dengan nilai P sebesar 0,000. Dengan hasil tersebut, kesimpulan yang bisa diambil adalah koefisien variabel bebas upah tenaga kerja dan status petani adalah significan secara statistik, Hasil uji t tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Upah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Nilai negatif berarti terdapat hubungan negatif antara upah tenaga kerja terhadap pendapatan. Semakin sedikit jumich tenaga kerja yang dipakai untuk mengolah lahan dan memelihara tanaman, maka pendapatan semakin besar. Sebaliknya apabila jumlah tenaga kerja besar, maka pendapatan berkurang. Biaya usahatani menjadi lebih tinggi karena harus memanfeatkan tenaga kerja luar yang diupah. Sebaliknya petani lahan sempit dengan tenaga kerja keluarga dapat menyelesaikan usahataninya tanpa bantuan tenaga kerja luar, Dumny status petani berpengaruh significan terhadap pendapatan. Terbukti dengan diperoleh koefisien regresi untuk variable dummy status petani penerima sebesar 2711,7. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa dengan adanya bantuan dana PUAP, maka petani penerima dana PUAP memperoleh pendapatan lebih tinggi dibandingkan petani non PUAP. Selanjutnya dibuat grafik Persamaan Regresi Hubungan antara pendapatan petani jagung dengan jumlah tenaga kerja untuk petani yang memperoleh dana PUAP dan yang tidak memperoleh dana PUAP. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1, Pendapatan petani jagung yang menerima bantuan dana PUAP lebih tinggi daripada petani non PUAP. 2. Status petani berpengaruh positif terhadap pendapatan petani jagung. Jumilah tenaga kerja berpengaruh negatif ter- hadap pendapatan jagung. Biaya usahatani menjadi lebih tinggi Karena harus meman- faatkan tenaga kerja luar yang diupah. ‘Analisis Pendapatan Petani Jagung Peserta Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kabupaten Nabire Jurnal Agroferestti_Volume V Nomor 2 Juni 2010 163 Saran 2. Petani harus mengupayakan untuk menekan 1, Pemberian bantuan dana PUAP perlu di- biaya tenaga kerja misalnya dengan mem- lakukan secara intensif kepada petani yang bentuk kelompok yang bekerja secara melakukan usaha produktif guna mening- bersama sehingea mampu meningkatkan katkan pendapatan, pendapatan petani jagung. Grafik Persamaan Regresi ¥ dengan 1 raise P= Pondesa | 80 —— YPUAP =7289-504x, tan v=o 4 Petani . sagung | sao a ae ribuan’ : 0 )_ | smo ! YNPUAP =4527-584X1 amo | { 3000.) 200 + “ T 1 T 1 # 3 x1 Gambar 2, Grafik Persamaan Regresi Lanjutan DAFTAR PUSTAKA Akmal, 2006. Dampak Bantuan Modal Usaha Ekonomi Produbtif Program Pengembangan Kecamatan (PPK) terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu, Tesis $2. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Arifiyanto, P Miar. 2005. Dampak Program Pengembangan Agribisnis Bawang Merah Kota Pal terhadap Pendapatan Usahatani (Studi Kasus Petani Penerima BPLM di Kecamatan Palu Timur). Tesis S2. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Deptan. Jakarta. Departemen Pertanian. 2002. Kebijaksanaan Nasional Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Djarwanto Ps. 2001. Mengenal Beberapa wji Statistik dalam Penelitian. Edisi ke 2, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Decky Wenno 164 Jurnal Agroforestri Volume ¥ Nomor2 Juni 2010 Downey, D W dan E P. Steven. 1999. Manajemen Agribisnis. Terjemahan Erlangga. Jakarta. Effendi, TIN, 2007, Pendekaran Pembangunan Perdesaan: Pengalaman Masa Lalu dan Pilihan Masa ‘Depan Dalam Hendayana, R; D, Arsyad, E. Jamal, 2007. Prosiding Lokakarya Nasional ‘Alselerasi Diseminasi Inovasi Pertanian, Mendukung Pembangunan Berawal dari Desa. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor Pou Endrit, A Gusasi, dan A Wahab. Tingkat Adopsi Inovasi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) di Kelurahan Borongloe, Kee. Bontomarannu, Kab, Gowa. Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2. Jamal, E. 2008. Kajian Kritis Terhadap Pelaksanaan Pembangunan Perdesaan di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26 no.2. Desember, 92 — 102. Kasryno, F. 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Jakarta : yayasan Obor Indonesia. Mubyarto, 1973. Pengantar Ekonomi pertanian. Jakarta : LP3S. Mubyarto. 1988. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta:Edisi ketiga, LP3S. Pratikno, 2004, Dinamika Politik dan Sumber daya Daerah. Makalah Program Latihan Otonomi Daerah, Jogja Global Media, Yogyakarta Dalam Akmal, 2006. Dampak Bnatuan Modal Usaha Ekonomi Produktif Program Pengembangan Kecamatan (PPK) terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Tesis $2. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasi Raharjo, S. 2004. Analisis Dana bantuan Penguatan modal usaha Bagi Kelompok Tani Kedelai di Kabupaten Keerom. Tesis $2. Program Pascasarjana Universitas Cenderawasih. Jayapura, Saragih, B, 1998, Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, Kumpulan "Pemikiran, Editor Tungkot Sipayung, dkk. Yayasan Mulia Persada, PT. Surveyor Indonesia dan Pusat Studi Pembangunan LP-IPB, Jakarta Sumodiningrat, G, 1998, Pembangunan Daerah Dan Pemberdayaan Masyarakat, Edisi Kedua, PT. Bina Rena Pariwisata, Jakarta Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi, Dengan Pokok Bahasan Analisa Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta: Rajawali Press. Sahib, Ali. 2005. Dampak Program pembinaan Peningkatan pendapatan Petani Nelayan Kecil (P4K) terhadap Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah. Tesis, $2. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tidak dipublikasi. Santoso, S., D Hidayat, P, Indroyono. 2003. Program penanggulangan Kemiskinan Bersasaran di Propinsi DIY, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Volume 18 no. 2. April, 144-160. Sugiyono, 2003. Statistika Untuk Metode Penelitian. Penerbit CV Alfabeta, Bandung. Suhardino. 1990. Penyuluhan, Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. CV. Yasaguna, Jakarta ‘nalisis Pendapaten Petani Jagung Peserta Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Kabupaten Nabire

Anda mungkin juga menyukai