Anda di halaman 1dari 90

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan

kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi

perekonomian nasional, dengan adanya sistem dual banking dimana bank

konvensional yang mendirikan bank syariah akan bersinergi meningkatkan

perekonomian di indonesia, semua industri jasa keuangan ikut dalam menghadapi

kondisi dimana semua perbankan syariah berusaha untuk memperoleh laba yang

maksimal dari kegiatan operasionalnya.

Pada praktiknya bank syariah sebagai lembaga yang menghimpun dana,

menyalurkan dana dan memberikan jasa jasa lainnya dengan prinsip syariah dari

proses tersebut bank syariah akan memperoleh retrun berupa laba yang menjadi

cerminan atas kinerja manajemen yang diperoleh pada periode tertentu. Pada bank

syariah laba merupakan indikator terpenting dalam tujuannya apabila laba tesebut

diperoleh secara halal dan thayyib. Bank syariah akan mendapatkan laba apabila

penghasilan yang diperoleh lebih besar dari pada total bebannya, dikatakan rugi

apabila dirasakan pendapatan lebih kecil dari pada total bebannya. Besarnya laba

dapat dihat pada laporan laba atau rugi masing masing bank syariah.

Laba selain menjadi indikator kinerja yang telah dicapai oleh manajemen

pada suatu periode, dengan adanya laba maka laba dijadikan sebagai sarana

perhitungan Zakat. Selain itu laba dijadikan sebagai pengambilan keputusan

1
2

dan kontrak kerja sama dalam transaksi syariah, Laba juga dijadikan sebagai alat

peramal dalam pembuatan keputusan investasi dan memprediksikan disribusi

pembagian deviden dimasa depan. (Triyuwono 2001 : 91)

Tabel 1.1
PEMBIAYAAN MURABAHAH, NPF SERTA LABA PADA BANK
UMUM SYARIAH TAHUN 2011 2015

Tahun Pembiayaan Peruba NPF Peruba Laba Perub


murabahah han (persentase) han (miliar) ahan
(juta)
2011 56.356 2,52% 1.028

2012 88.004 2,22% 2.466

2013 110.565 2,62 % 3.230

2014 117.375 4,95 % 1.733

2015 122.111 4,84% 1.786

Sumber : Statistik Perbankan syariah OJK (2017)

Dikutip dalam berita satu.com (25 Maret 2015) Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) menilai perkembangan bisnis perbankan syariah pada 2015 sedang

memasuki masa suram. Pertumbuhan profitabiltas yang sempat mencapai 49%

pada 2013, tidak bisa terulang lagi pada tahun ini dan harus puas dengan

pertumbuhan di angka 7,98 % pada 2015 berdasarkan data statistik Otoritas Jasa

Keuangan total laba perbankan syariah diproyeksikan mencapai Rp 2,6 triliun

pada akhir 2015. Kendati meningkat dibanding realiasi tahun 2014, profitabilitas

industri bank syariah masih di bawah realisasi tahun 2013. NPF perbankan syariah

mencapai 2,22% akhir tahun 2012. Kemudian, NPF tersebut meningkat menjadi

2,62% pada 2013. Posisi NPF perbankan syariah kemudian melesat menjadi

2
3

4,95% pada akhir Desember 2014 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rata-

rata bank syariah menargetkan pembiayaan tumbuh 25,8%. Tetapi, pada

pertengahan tahunrencana bisnis bank (RBB) tersebut direvisi sehingga menjadi

di bawah 20%

Fenomena ini terjadi pada Tabel 1.1 laba yang diharapkan dari tahun ke

tahun mengalami pertumbuhan oleh sektor perbankan tetapi laba justru

mengalamipenurunanpada tahun 2014 sedangkan pembiayaan murabahah dari

tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, penurunan laba yang terjadi

dilatarbelakangi oleh besarnya rasio non performing financing serta meningkatnya

biaya pencadangan yang harus dikeluarkan perbankan syariah untuk menangani

masalah pembiayaan bermasalah serta menjaga rasio pembiayaan yang

bermasalah agar tetap sehat menurut Edy Setiadi Kepala Depertemen Perbankan

Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Penelitian yang dilakukan Fatmawati dkk. (2016) hasil penelitian

menunjukan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan negatif

terhadap laba bersih, pembiayaan mudharabahah berpengaruh signifikan negatif

pada laba bersih sedangkan pembiayaan musyarakah dan ijarah tidak berpengaruh

signifikan terhadap laba bersih. Penelitian yang dilakukan Sigit S & Winarsih

(2016) menunjukan bahwa permodalan, pembiayaan, dan dana masyarakat

berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan NPF dan

dan biaya operasional memilik pengaruh yang negatif signifikan.Penelitian yang

dilakukan Novi Fadila (2015) pembiayaan murabahah berpengaruh positif

signifikan pada laba, sedangkan pembiayaan mudharabahah tidak berpengaruh

3
4

signifikan terhadap laba bersih Bank Syariah Mandiri Penelitian yang dilakukan

Zaim Nur dan Imron M (2014) menunjukan hasil bahwa pembiayaan murabahah

berpengaruh positif signifikan terhadappembiayaan bermasalah, pembiayaan

bermasalah tidak berpengaruh pada laba, serta pembiayaan murabahah

berpengaruh positif terhadap laba. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Siti

Fatimah (2014) hasil penelitian menunjukan bahwa tabungan, deposito dan

pembiayaan murabahah tidak memiliki pengaruh terhadap laba.

Berdasarkan fenomena gap terkait data awal yang diperoleh untuk meneliti

laba pada bank umum syariah dan terdapat research gap dari peneliti peneliti

terdahulu maka harus dilakukan penelitian selanjutnya untuk menemukan hasil

baru untuk menentukan kebenaran atas fenomena yang ada. Berdasarkan

penjelasan diatas maka peneliti tertatik untuk melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Laba Dengan Non

Performing Financing (NPF) Sebagai Variabel Intervening Pada Bank

Umum Syariah Di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang terdapat di latar belakang diatas maka dapat

dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :

1. Apakah pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap laba pada Bank

Umum Syariah di Indonesia periode 2011 2015 ?

4
5

2. Apakah pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap non performing

financing (NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011

2015 ?

3. Apakah non performing financing (NPF) berpengaruh terhadap laba pada

Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011 2015 ?

4. Apakah pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap laba dengan non

performing financing (NPF) sebagai variabel intervening pada Bank Umum

Syariah di Indonesia periode 2011 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah :

1. Menguji dan mengetahui pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba

pada bank umum syariah di Indonesia periode 2011 2015

2. Menguji dan mengetahui pengaruh pembiayaan murabahah terhadap non

performing financing (NPF) pada bank umum syariah di Indonesia periode

2011 2015

3. Menguji dan mengetahui pengaruh non performing financing (NPF)

terhadap laba pada bank umum syariah di Indonesia periode 2011 2015

4. Menguji dan mengetahui pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba

dengan non performing financing (NPF) sebagai variabel intervening bank

umum syariah di Indonesia periode 2011 2015

5
6

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penyusunan penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas wawasan dan sekaligus

memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh langsung maupun tidak

langsung pembiayaan murabahah, non performing financing pada laba

2. Bagi Bank Syariah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak bank

bank yang menjadi sampel, untuk mengevaluasi kinerjanya terkait produk

produk pembiayaan untuk melakukkan pegembangan inovasi pada

produknya agar dapat meningkatkan kinerjanya.

3. Bagi Investor

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah

pengetahuan investor, serta dapat mempengaruhi keputusan untuk

menanamkan modalnya di perbankan syariah yang ada di Indonesia.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan dijelaskan mengenai latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

serta sistematika penulisan skripsi

6
7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tentang penelitian terdahulu, landasan teori

yang akan dijadikan pedoman untuk penyelesaian masalah

penelitian, serta kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan secara jelas tentang rancangan penelitian,

batasan penelitian, identifikasi penelitian, definisi operasional dan

pengukuran variabelyang terdiri dari variabel independen dan

dependen, populasi dan sampel, pengumpulan data, serta analisis

data.

BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini menguraikan secara jelas tentang gambaran subyek

penelitian, analisis data serta pengujian hipotesis

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini menguraikan secara jelas tentang kesimpulan,

keterbatasan serta saran untuk penelitian selanjutnya.

7
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait pada penelitian penelitian sebelumnya, dan

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan sekarang digunakan untuk

perbandingan untuk menghindari tindakan plagiarism. Penelitian terdahulu yaitu

sebagai berikut :

1. Indayatul Maulidiyah dan Jeni Susyanti (2017)

Penelitian Maulidiyah dan Jeni bertujuan untuk menganalisis pengaruh

pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dan rahn (gadai) emas

terhadap laba bersih PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Sampel penelitian yaitu

bank Syariah Mandiri. Periode penelitian pada tahun 2012 2015. Variabel

penlitian meliputi pembiayaan murabahah, mudharabahah, musyarakah dan rahn

sebagai variabel independen sedangkan laba bersih menjadi variabel dependen.

Teknik analisis data yang diguanakan adalah regresi liniear berganda. Hasil

penelitian menunjukan pembiayaan murabahah berpengaruh positif dan signifikan

terhadap laba bersih, pembiayaan mudharabah berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap laba bersih, pembiayaan musyarakah negatif dan signifikan

terhadap laba bersih, dan rahn (gadai) emas berpengaruh positif dan signifikan

terhadap laba bersih

8
9

Persamaan penelitian :

1. Variabel independen pembiayaan murabahah serta dependen laba menjadi

fokus penelitian

2. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi liniear berganda

Perbedaan penelitian :

1. Periode penelitian terdahulu pada tahun 2012 2015, sedangkan penelitian

sekarang pada tahun 2011 2015

2. Sampel penelitian terdahulu hanya 1 bank syariah saja yaitu Bank Syariah

Mandiri sedangkan penelitian sekarang menggunakan Bank umum syariah.

2. Fatmawati dkk. (2016)

Penelitian fatmawati dkk bertujuan meneliti pengaruh pembiayaan

murabahah, mudharabahah, musyarakah, dan ijarah terhadap laba bersih Bank

Umum Syariah di Indonesia. Sampel penelitian yaitu bank umum syariah. Periode

penelitian pada tahun 2011 2015. Variabel penelitian meliputi pembiayaan

murabahah, mudharabah, musyarakah, dan ijarah sebgai variabel independen

sedangkan laba bersih sebagai variabel dependen. Teknik analisis data yang

digunakan adalah Analis regresi liniear berganda. Hasil penelitiannya menunjukan

pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan negatif terhadap laba bersih dan

pembiayaan mudharabah berpengaruh signifikan positif terhadap laba bersih,

sedangkan pembiayaan musyarakah dan ijarah tidak berpengaruh signifikan

positif terhadap laba bersih

9
10

Persamaan Penelitian :

1. Variabel laba dan pembiayaan murabahah menjadi fokus penelitian.

2. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi liniear berganda

3. Sampel penelitian yang digunakan adalah Bank Umum Syariah

Perbedaan penelitian :

Perbedaan penelitian terletak pada periode penelitian, periode penelitian

terdahulu adalah 2012 2016 sedangkan periode penelitian sekarang tahun 2011

2015.

3. Masyrifa Zahro (2016)

Penelitian Mayrifa Zahro bertujuan meneliti pengaruh kontribusi bank

panin syariah terhadap total laba bersih bank panin konvensional.Sampel

penelitian yaitu bank panin konvensional. Periode penelitian pada tahun 2010

2015. Variabel penelitian Net Profit Margin, Deviden Payout Ratio, Pertumbuhan

laba bersih dan pertumbuhan aset bank panin syariah merupakan variabel

independen sedangkan laba bersih bank panin konvensional sebagai variabel

dependen. Teknik analisis data yang digunakan adalah VAR (Vector Auto

Regressive). Hasil penelitian menyatakan variabel NPM memiliki pengaruh

terhadap laba sebesar 6,01%, DPR memiliki pengaruh terhadap laba sebesar

9,81%, pertumbuhan aset pengaruh terhadap laba sebesar 21,19%. dari uji

kausalitas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki hubungan 2 arah dengan

variabel lainnya.

10
11

Persamaan penelitian:

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang menggunakan variabel

labasebagai fokus penelitian.

Perbedaan penelitian :

1. Variabel independen yang diguanakan peneliti terdahulu adalah variabel

NPM, DPR, PA sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel

pembiayaan murabahah dan variabel NPF sebagai variabel intervening

2. Analisis data yang digunakan penelitian terdaulu adalah VAR sedangkan

penelitian sekarang menggunakan analisis jalur.

3. Sampel penelitian terdaulu adalah bank panin konvensional sedangkan

sampel penelitian sekarang menggunakan bank umum syariah.

4. Sigit Setiawan & Winarsih (2016)

Tujuan penelitian Sigit S & Winarsih menguji faktor faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan laba pada bank syariah. Sampel penelitian meliputi

bank Mega Syariah, Bank Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. peride

penelitian pada tahun 2005 2010. Variabel yang digunakan dalam penelitian

terdahulu laba sebagai variabel dependen sedangkan permodalan, pembiayaan dan

non performing financing, dana masyarakat, biaya operasional sebagai variabel

independen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi liniear

berganda. Hasil penelitian terdahulu menujukan bahwa secara parsial permodalan,

pembiayaan, dan dana masyarakat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

11
12

laba, sedangkan NPF dan biaya operasional memiliki pengaruh yang negatif

terhadap pertumbuhan laba, secara simultan permodalan, pembiayaan, non

performing financing berpengaruh pada pertumbuhan laba pada bank syariah

Persamaan penelitian :

1. Variabel yang digunakan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

adalah laba

2. Teknik analisis data penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

menggunakan analisis regresi liniear berganda.

3. Sampel penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang menggunakan Bank

Umum Syariah

Perbedaan penelitian :

1. Variabel yang digunakan penelitian terdahulu meliputi permodalan,

pembiayaan dan non performing financing, dana masyarakat, biaya

operasional sebagai variabel independen sedangkan penelitian sekarang

variabel independen adalah pembiayaan murabahah dan NPF sebagai variabel

intervening.

2. Periode penelitian yang dilakukan penelitia terdahulu pada tahun 2005 2010

sedangkan penelitian sekarang pada tahun 2011 2015.

5. Novi Fadhila (2015)

Tujuan penelitian Novi Fadila menguji pengaruh pembiayaan mudharabah

dan murabahah terhadap laba pada Bank Syariah Mandiri. Sampel penelitian yaitu

bank syariah mandiri. periode penelitian pada tahun 2002 2011. Variabel yang

12
13

digunakan ada tiga variabel meliputi pembiayaan mudharabah, pembiayaan

murabahah sebagai variabel independen satu variabel dependen yaitu laba. teknik

analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitiannya secara

simultan pembiayaan mudharabahserta murabahah menunjukkan berpengaruh

positif terhadap laba. secara parsial pembiayan mudharabah tidak berpengaruh

terhadap laba bersih Bank Syariah Mandiri, sedangkan pembiayaan murabahah

mempunyai pengaruh positifsignifikan terhadap laba.

Persamaan penelitian :

1. Variabel indepeden serta dependen yang digunakan sama yaitu pembiayaan

murabahah serta laba

2. Teknik analisis data yang digunakan penelitian terdahulu dengan penelitain

sekarang menggunakan analisis regresi liniear berganda.

Perbedaan penelitian :

1. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah bank syariah mandiri,

sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan sampel bank umum

syariah

2. Periode penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu pada tahun 2002 2011

sedangkan penelitian yang sekarang pada tahun 2011 2015

6. Siti Fatimah (2014)

Tujuan penelitian Siti Fatimah adalah menguji pengaruh simpanan pihak

ketiga dan pembiayaan murabahah terhadap laba pada PT BPR Syariah

Baktimakmur Indah. Sampel penelitian yang digunakan adalah BPRS

13
14

Baktimakmur Indah. Periode penelitian pada tahun 2008 2013. Variabel dalam

penelitiannya yaitu variabel laba sebagai variabel dependen sedangkan deposito,

tabungan, dan pembiayaan murabahah sebagai variabel independen. Teknik

analisis data yang digunakan regresi linier berganda dengan analisi deskriptif dan

uji asumsi klasik. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara parsial tabungan,

deposito dan pembiyaan murabahah tidak memiliki pengaruh terhadap laba,

berdasarkan uji F bahwa tabungan, deposito, dan pembiayaan berpengaruh

signifikan terhadap laba.

Persamaan Penelitian :

1. Variabel penelitian yang diguanakan laba dan pembiayaan murabahah

merupakan fokus penelitian

2. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

Perbedaan Penelitian :

1. Sampel penelitian terdahulu adalah BPRS Baktimakmur Indah sedangkan

sampel penelitian sekarang Bank Umum Syariah.

2. Periode penelitian terdahulu pada tahun 2008 2013 sedangkan penelitian

sekarang pada tahun 2011 2015.

7. Zaim Nur A & Imron M (2014)

Tujuan penelitian Zaim Nur dan Imron M adalah untuk mengetahui

pengaruh pembiayaan murabahah pada laba melalui pembiayaan bermasalah

sebagai variabel intervening bank syariah di indonesia.Sampel dalam penelitian

ini menggunakan 5 bank yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri,

14
15

Bank Mega Syariah, Bank BRI Syariah, dan Bank Syariah Bukopin. Periode

penelitian pada tahun 2009 2013. Variabel yang digunakan adalah pembiayaan

murabahah sebagai variabel independen, variabel kredit bermasalah sebagai

variabel intervening dan laba sebagai variabel dependen. teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembiayaan

murabahah berpengaruh positif terhadap pembiayaan bermasalah bank umum

syariah, pembiayaan bermasalah tidak berpengaruh terhadap laba bank umum

syariah. Pembiayaan murabahah berpengaruh positif terhadap laba bank umum

syariah hasil analisis jalur untuk pengaruh tidak langsung sebesar 0,053. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pengaruh tidak langsungnya lebih kecil

dibandingkan dengan pengaruh langsung sebesar 0,793 karena dari hasil

penelitian ini adalah bahwa pembiayaan bermasalah tidak berpengaruh terhadap

laba.

Persamaan penelitian :

1. Variabel pembiayaan murabahah dan variabel non performing financing

sebagai variabel intervening, dan varibel laba menjadi fokus penelitian

2. Sampel yang digunakan adalah bank umum syariah

3. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan analisis

jalur

Perbedaan penelitian :

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang pada periode

penelitian yang digunakan penelitian terdahulu adalah tahun 2009 2013

sedangkan untuk penelitian sekarang menggunakan tahun 2011 2015.

15
16

8. Lutfiyah Putri Nirwana & Dina Fitrisia Septiarini (2014)

Tujuan dari penelitan Lutfiyah Putri N & Dina Fitrisia S mengetahui

pengaruh giro wadi'ah, tabungan wadi'ah, deposito mudharabah terhadap laba

pada perbankan syariah di Indonesia. Sampel yang digunakan adalah Bank umum

syariah yang ada di Indonesia. periode penelitian 2009 2014. Variabel yang

diguanakan dalam penelitiannya adalah giro wadi'ah, tabungan wadi'ah, deposito

mudharabah sebagai variabel independen. Sedangkan untuk variabel dependen

menggunakan laba bank. Teknik analis data yang digunakan adalah analisis

regresi liniear berganda. hasil penelitian menunjukkan bahwa Giro Wadiah

memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap laba, tabungan wadiah memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap laba, deposito mudharabahah tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap laba. Secara simultan bahwa variable giro

wadi'ah, tabungan wadi'ah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba perbankan syariah.

Persamaan penelitian :

1. Variabel dependen yaitu laba menjadi fokus penelitian

2. Sampel yang digunakan adalah bank umum syariah

3. Teknik analisis data yang digunakan regresi linier berganda

Perbedaan penelitian :

1.Variabel indepeden yang digunakan penelitian terdalu adalah giro wadi'ah,

tabungan wadi'ah ,tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah

sedangkan penelitian sekarang adalah pembiayaan murabah

16
17

2. Periode penelitian terdahulu yaitu pada tahun 2009 2014 sedangkan

penelitian sekarang menggunakan tahun 2011 2015

Persamaan penelitian :

1. Variabel laba menjadi fokus penelitian

2. Teknik analisis data yang digunakan regresi liniear berganda

Perbedaan penelitian :

1. Variabel independen yang digunakan peneliti terdahulu yaitu variabel CAR,

dan BOPO. Sedangkan peneliti sekarang menggunakan Pembiayaan

murabahah.

2. Tahun dan sampel penelitian. Tahun penelitian terdahulu menggunakan tahun

2004 2011 sedangkan penelitian sekarang menggunakan tahun 2011 2015.

Sampel yang digunakan hanya Bank BRI atau bank konvensioanl sedangkan

penelitian sekarang menggunakan bank umum syariah.

17
18

Tabel 2.1
MATRIKS PENELITIAN TERDAHULU

Variabel Independen Variabel Intervening


No Keterangan
Pembiayaan Murabahah NPF
Indayatul Maulidiyah dan Jeni
1. B (+) -
Susyanti (2017)
Fatmawati dkk.
2. B(-) -
(2016)
Maysifa Zahro
3. - -
(2016)
Sigit S & Winarsih
4. B (+) -
(2016)
Novi Fadila
5. B (+) -
(2015)
Siti Fatimah
6. TB -
(2014)
Zaim N NPF tidak menjadi
7. B (+)
A & Imron M(2014) variabel intervenig
Lutfiyah Putri Nirwana &
8. - -
Dina Fitrisia Septiarini (2014)

Keterangan :

B + : Berpengaruh Positif

B - : Berpengaruh Negatif

TB : Tidak Berpengaruh

- : Tidak diteliti
19

2.2 LANDASAN TEORI

Teori Teori dibawah ini teori yang tepat dan digunakan untuk

mendukung penelitian ini antara lain :

2.2.1 Teori Sikap Melayani (stewardship theory)

Menurut Ikhsan dan Bambang (2008 : 85) Teori stewardship merupakan

teori yang berdasarkan tingkah laku, perilaku manusia, pola manusia, motivasi

dan kekuasaan dalam sebuah organisasi yang mempraktikan kepemimpinan

sebagai aspek yang memainkan peran penting untuk pencapaian tujuan bagi suatu

entitas. Teori ini didasarkan pada sifat manusia yang dapat di percaya serta

bertanggung jawab. Teori ini merupakan suatu pandangan baru cara mengelola

dan mengoperasionalkan suatu organisasi dimana organisasi merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri kepemimpinan dan manajemen.

Sikap melayani dapat menggantikan kepentingan pribadi dengan pelayanan

merupakan pedoman bagi penggunaan kekuasaan. (Donalson dan Davis, 1989

dalam Ikhsan dan Bambang 2008).

Teori ini menggambarkan dimana pengelola (steward) termotivasi tidak

hanya pada tujuan individu tetapi lebih kepada sasaran hasil untuk kepentingan

pemilik (principal). Terdapat adanya hubungan yang kuat antara organisasi

dengan kinerja perusahaan karena steward percaya bahwa kepentingan mereka

akan disejajarkan dengan kepentingan pemilik (principal). Asumsi terpenting

pada stewardship adalah pengelola akan meluruskan tujuan sesuai dengan tujuan

pemilik dengan berperilaku sesuai kesepakatan dan kepentingan bersama. Ketika


20

terjadi benturan kepentingan dua pihak, steward akan berusaha berkerja sama

daripada menentangnya, karena steward lebih melihat pada usaha untuk mencapai

tujuan organisasi bukan pada tujuan individu. Kunci keberhasilan pada teori ini

terletak pada prisipal yang memiliki kepercayaan apakah steward dapat dibentuk

untuk melayani dan mencapai tujuan organisasi dalam membentuk mitra

bisnisnya.

Teori ini digunakan untuk menjelaskan hubungan harmonisasi antara bank

umum syariah dengan nasabah terkait pembiayaan yang disalurkan dengan tujuan

untuk kesejahteraan bersama. Impikasi Stewardship theory dalam bentuk produk

pembiayaan lembaga perbankan. Bank syariah sebagai principal yang

mempercayakan nasabah sebagai steward untuk mengelola dana yang idealnya

mampu diajak membangun mitra bisnis berdasarkan kepentingan bersama antara

principal dan steward yang didasarkan pada perilaku pelayan yang memiliki

karakter dimana steward dapat dibentuk agar selalu dapat diajak bekerjasama

dalam organisasi, memiliki perilaku berkelompok dengan memberikan manfaat

tinggi daripada kepentingan individu serta bersedia untuk melayani. Dimana salah satu

bentuk kepuasan principal dapat diwujudkan melalui pencapaian profit dari dana

yang dikelolanya yang di berikan oleh pihak principal agar mencapai sasaran hasil

bersama (Riadi, 2014)


21

2.2.2 Landasan Hukum Bank Syariah

Qs. Al Baqarah ayat 278 279

) 278(




)279(

Ya ayyuhallazina amanuttakullaha wa zaru ma bakiya minar riba in kuntum

muminin. Fa in lam tafalu fazanu bi harbin minallahi wa rasulih(rasulihi), wa

in tubtum fa lakum ruusu amwalikum, la tazlimuna wa la tuzlamun(tuzlamuna).

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan

tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut). Jika kamu orang-orang yang

beriman.Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka

ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya memerangimu. Dan jika kamu bertobat

(dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya

dan tidak (pula) dianiaya.

2.2.2 Pengertian Perbank Syariah

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 15 / 13/ PBI/ 2008 tentang Bank

Umum Syariah Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum

Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Prinsip Syariah merupakan prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan

berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan


22

dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Bank Umum Syariah (BUS) adalah

Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah. Sedangkan menurut Muhammad (2005 : 13)

Bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan dimana praktiknya memberikan

pembiyaan dan jasa jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran

uang bedasarkan prinsip syariah.

1. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Bank Syariah

Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan

Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Tujan Perbankan

Syariah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Fungsi bank syariah antara lain :

1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat.

2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk

lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,

sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada

organisasi pengelola zakat.

3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosialyang berasal

dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir)

sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif)


23

4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Kegiatan Bank Syariah

Berdasarkan UU No.21 Tahun 2008 Kegiatan usaha Bank Umum Syariah

meliputi:

(a) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa Giro, Tabungan,

ataubentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad

wadiahatau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah

(b) Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito,

Tabungan,atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan Akadmudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan

dengan PrinsipSyariah; (c) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil

berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang

tidak bertentangan dengan prinsipsyariah; (d) Menyalurkan Pembiayaan

berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna, atau Akad

lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; (e) Menyalurkan

Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yangtidak

bertentangan dengan prinsip syariah; (f) Menyalurkan Pembiayaan

penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah

berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah

muntahhiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah
24

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/ 16/ PBI/ 2008 tentang

pelaksanaan prinsip syariah dala kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana

bank syariah pasal 2 yang berbunyi :

(1) Kegiatan usaha penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan

jasa bank berdasarkan Prinsip Syariah yang dilakukan oleh Bank

merupakan jasa perbankan. (2) Dalam melaksanakan jasa perbankan

melalui kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan

jasa bank, Bank wajib memenuhi Prinsip Syariah. (3) Pemenuhan Prinsip

Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan

memenuhi ketentuan pokok hukum Islam antara lain prinsip keadilan dan

keseimbangan (adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan

universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, riba,

zalim dan objek haram.

2.2.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Harahap (2015:105) merupakan laporan

keuangan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu

perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu, serta laporan keuangan

juga dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan,

dan arus kas perusahaan dalam periode terntentu.

2.2.3.1 Tujuan Laporan keuangan Bank Syariah

Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah tahun 2003. Tujuan

laporan keuangan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak


25

pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional

seperti : 1) shaibul maal / pemilik dana; 2) pihak pihak yang memanfaatkan dan

menerima penyaluran dana; 3) Otoritas Pengawasan; 3) Bank Indoneisa; 4)

Pemerintahan; 5) Masyarakat. Selain itu juga laporan keuangan merupakan sarana

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka.

2.2.3.2 Komponen komponen laporan keuangan Bank syariah

1) Neraca

Neraca adalah laporan yang menggambarkan aktiva, kewajiban, investasi

tidak terikat, dan ekuitas pada saat tertentu. Penyajian aktiva pada neraca atau

pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan atas aktiva yang dibiayai oleh

bank sendiri dan aktiva yang dibiayai oleh bank bersama pemilik dana investasi

tidak terikat, dilakukan secara terpisah

2) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang menggambarkan kinerja dan kegiatan

usaha bank syariah pada suatu periode tertentu yang meliputi pendapatan

3) Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan bertujuan memberikan penjelesan mengenai

gambaran umum bank syariah, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos pos

laporan keuangan dan informasi penting lainnya.

2.2.4 Pembiayaan
26

Menurut UU No. 21 Tahun 2008 Pembiayaan adalah penyediaan dana atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan

istishna

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh dan

e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa

Sedangkan menurut Antonio (2001 : 160), menjelaskan bahwa

pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana

untuk memenuhi kebutuhan pihak - pihak yang merupakan deficit unit.

2.2.4.1 Jenis jenis pembiayaan

Menurut Wiroso (2011 : 68) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip bank

syariah meliputi prinsip titipan atau simpanan (al-wadiah), prinsip bagi hasil

(profit-sharing), prinsip jual beli (sale and purchase), prinsip sewa (al-ijarah) dan

prinsip jasa (Fee-Based Service)

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Wadiah)

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,

baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan

saja si penitip menghendaki.


27

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Bagi hasil merupakan bentuk perolehan kembalinya dari suatu kontrak

investasi yang tidak dapat dapat dipastikan perubahan nilai nominal yang telah di

setujui. Dimana besar kecilnya perolehan kembali retrun bergantung pada hasil

usaha yang telah terjadi. dalam prinsip bagi hasil yang dialkukkan oleh bank

syariah dapat dilakukkan dengan beberapa akad yaitu :

a. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak

lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah

dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

b. Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi

dana dengan kesepakatan bahwa keuntungandan risiko akan ditanggung

bersama sesuai dengan kesepakatan.

3. Prinsip Jual Beli (Sale and Purchase)

Prinsip jual beli dalam bank syariah dapat dilakukkan melalui beberapa akad

diantaranya : Murabahah, Salam Dan Istishna.

a. Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan

dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.


28

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman

oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang

pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak

sebagai pembeli ataupenjual dalam suatu transaksi salam.

c. Istishna

Istishna adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak

sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka,

cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan

harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi

teknis, kualitas,dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau

penjual.

4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas

barang itu sendiri. Prinsip ini hampir sama dengan prinsip jual beli hanya saja

yang membedakan terletak pada objek transaksinya adalah barang, sedangkan

ijarah adalah jasa sebagai objek transaksinya

5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain: 1) Al- wakalah; 2) al

kafalah; 3) al- hawalah; 4) ar- rahn ; 5) al- qardh.


29

2.2.5 Pembiayaan Murabahah

1. Landasan hukum pembiayaan murabahah

1) Qs. al Baqarah

...
...

wa ahallallahul baya wa harramar riba

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (Qs. al

Baqarah : 275)

2) Al Hadist

Dari Suhaib ar Rumi r.a bahwa Rasullulah saw bersabda, Tiga hal yang

didalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah

(mudharabah),dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,

bukan untuk dijual. (HR Ibnu Majah)

2. Pengertian pembiayaan murabahah

Pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli, dimana pihak bank

syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli dengan harga jual

dari bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan dalam presentase

tertentu bagi bank syariah sesuai kesepakatan. Murabahah adalah akad jual beli

barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang

disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah dapat dilakukan untuk pembelian
30

secara pesanan atau disebut murabahah kepada pemesanan pembelian (KPP).

(Wiroso, 2011 : 170).

Skema dibawah ini dapat menggambarkan pengaplikasian pembiayaan

murabahah dalam bank syariah

Gambar 2.1
SKEMA PEMBIAYAAN MURABAHAH

1. Negosiasi & Persyaratan

3. Akad jual beli


Bank Nasabah

6. Bayar 5. Terima
barang &
2. Beli 4. Kirim dokumen
Supplier / Penjual

(Sumber : Antonio, 2001 : 104)

3. Rukun dan syarat - syarat pembiayaan murabahah

Rukun murabahah menurut Wiroso (2011: 169)

1) Penjual ( pihak yang memiliki barang)

2) Pembeli ( Pihak yang akan membeli barang)

3) Barang yang diperjual belikan

4) Harga dan Serah terima (Ijab Qabul)


31

4. Jenis Pembiayaan Murabahah.

Menurut Wiroso (2011 : 171) Murabahah dalam praktek perbankan dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Murabahah dengan pesanan, konsep ini dapat dilakukan berdasarkan

pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank

melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah dan

dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli

barang yang dipesannya (bank dapat meminta uang muka pembelian

kepada nasabah).

b. Murabahah tunai atau cicilan Pembayaran murabahah dapat dilakukan

secara tunai atau cicilan. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya

perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang

berbeda. Murabahah muajjal dicirikan dengan adanya penyerahan barang

diawal akad dan pembayarannya kemudian (setelah awal akad), baik

dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus)

2.2.6 Laba

Menurut Maulidiyah dalam Triyuwono (2017) konsep laba dalam

akuntansi syariah tekait produk pembiayaan syariah bagi hasil, jual beli atau jasa

(sistem tanpa bunga) sangat diperlukan untuk menentukan laba yang distribusian

kepada pihak pihak yang berkepentingan, selain itu konsep laba diperlukan

dalam menentukan besarnya zakat yang harus dikeluarkan badan usaha. Laba

yang halal adalah hak yang sesungguhnya bagi perusahaan atas usaha yang
32

dilakukannya, menanggung seluruh risikonya, mendapatkan secara fiqih dengan

memperhatikan serta menjaga hak - hak pihak lain, serta tidak memakan harta

orang lain dengan cara yang batil. (Saputro, 2010)

Menurut Muhammad (2014: 276) Laba dalam bank syariah merupakan

indikator kinerja manajemen yang didapatkan pada pengelolaan operasionalnya,

besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan

pengukuran pendapatan dan biaya. Keuntungan atau laba merupakan kenaikan

dari aset akibat dari aset yang mengalami peningkatan nilai selama periode

tertentu dan dinyatakan oleh akun pendapatan. laba diperoleh dari bagi hasil atas

kontrak musyarakah serta mudharabah, keuntungan atas akad murabahah, hasil

sewa atas akad ijarah dan fee dan administrasi jasa lainnya.

Menurut Bambang dan Herculanus (2008 : 291) Laba berasal dari semua

transaksi semua kejadian yang terjadi pada suatu entitas akan mempengaruhi

kegiatan perusahaan pada periode tertentu, laba diperoleh dari selisih pendapatan

dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dibandingkan beban maka bank

akan mengalami laba, sedangkan pendapatan lebih kecil dari beban suatu entitas

akan menderita rugi. Bukti empiris dari Afif dan Imron (2014) terdapat faktor

faktor yang dapat mempengaruhi laba pada bank syariah sebagai berikut :

a. Faktor perbedaan asset maupun liabilitas, pengaruh globalisasi, inflasi

serta suku bunga.

b. Pembiayaan yang diberikan, pembiayaan murabahah merupakan

penyusun komponen aset terbesar di bank syariah dan hampir tujuh


33

puluh persen digunakan karena resiko yang rendah dapat menghasilkan

retrun yang tinggi

Sedangkan Menurut Pramuka (2010) pembiayaan bermasalah dapat

disebabkan oleh :

a. Volume pembiayaan (FDR) jumlah pendanaan yang dikeluarkan bank

untuk mendukung investasi dari hasil penghimpunan dana pihak ketiga

b. Pembiayaan Bermasalah (NPF) pembiayaan yang muncul akibat nasabah

tidak dapat menyelesaikan pinjaman yang diberikan bank syariah

2.2.7 Non Performing Financing (NPF)

Menurut Ismail (2013 : 124) pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan

atau kredit yang ketegori kolektibilitasnya kurang lancar, pembiayaan yang

diragukan, dan macet, Sedangkan Menurut Muhammad (2014 : 359) Resiko

pembiayaan merupakan suatu risiko bank syariah yang diakibatkan karena

kesulitan pelunasan kembali pinjaman yang diberikan atau investasi yang

dilakukan oleh pihak bank. NPF merupakan rasio yang digunakan bank syariah

untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang dihadapinya dengan

membandingkan pembiayaan bermaslah dengan total pembiayaan yang diberikan.

Apabila Non Performing Financing (NPF) semakin rendah maka

profitabilitas akan semakin tinggi dan sebaliknya. Dibawah ini rumus yang

digunakan untuk mengihitung NPF menurut (Muhamad 2014 : 213) sebagai

berikut :

Pembiayaan Bermasalah
NPF = x 100..(1)
Total Pembiayaan
34

Berdasarkan Bank Indonesia rasio NPF, dapat menggambarkan kategori

perusahaan perbankan dapat dikategorikan kedalam peringkat sangat baik, baik,

cukup, kurang dan tidak baik, dan rasio tersebut dapat diketahui ari laporan

keuangan yang dipublikasikan oleh bank bank syariah yang terdaftar dalam

Bank Indonesia. Dibawah ini Tabel 2.2 menyajikan penilaian kriteria peringkat

Non Performing Financing (NPF)

Tabel 2.2
PENILAIAN KRITERIA PERINGKAT NON PERFORMING FINANCING

Peringkat Nilai NPF Predikat / kategori

1 NPF < 2% Sangat Baik

2 2% < NPF < 5% Baik

3. 5% < NPF < 8% Cukup Baik

4. 8% < NPF < 12% Kurang Baik

5. NPF 12% Tidak Baik

(Sumber :Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004)

2.2.7.1 Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah (Non Performing

Financing)

Menurut Ismail (2013 : 126) Pembiayaan yang diberikan terlalu banyak

akan menimbulkan suatu resiko yang di hadapi bank syariah dimana penyebab

pembiayaan bermasalah terjadi karena dua faktor sebagai berikut :

1. Faktor Internal bank

a. Analisis yang kurang tepat sehingga tidak dapat memprediksi

prospek kedepan pada nasabah


35

b. Keterbatasan pengetahuan staff bank terhadap usaha nasabah,

sehingga analisis kurang tepat

c. Adanya campur tangan pada pihak terkait, misalnya Komisaris,

direktur bank akibatnya keputusan yang di ambil tidak independen

d. Kelemahan dalam melakukkan pembianaan dan monitoring

pembiayaan nasabah.

2. Faktor Eksternal Bank

a. Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah tidak melakukkan

pembayaran angsuran kepada bank

b. Nasabah mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian, tetapi

kemampuan perusahaan terbatas

c. Perusahaan tidak dapat bersaing dengan pasar

d. Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak

pada nasabah

2.2.8 Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba

Berdasarkan teori stewardship dimana steward termotivasi tidak hanya

pada tujuan individu melainkan pada sasaran hasil yang akan dicapai bersama

maka mengindikasikan bahwa ada hubungan yang kuat antara kesuksesan

organsisai dengan kinerja perusahaan. Penyaluran pembiayaan kepada nasabah

didasarkan bahwa nasabah dapat mampu mengakomodasikan dana yang

dikelolanya untuk kepentingan bersama, nasabah termotivasi untuk bertindak


36

sesuai dengan kepentingan pemilik dana dengan pencapaian profit yang diperoleh

untuk kepentingan bersama.

Pembiayaan murabahah merupakan skema jual beli dengan penentuan

harga jual yang disepakti oleh kedua pihak. Bank akan memperoleh pendapatan

margin yang diperoleh dari selisih harga jual yang diberikan dari supplier dengan

harga beli yang disepakati bersama antara nasabah dengan bank syariah, maka

pendapatan tersebut akan masuk menjadi laba atas transaksi yang diberikan.

Muhammad (2014 : 157) menyatakan produk yang paling popular adalah

pembiayaan murabahah karena murabahah adalah suatu mekanisme investasi

jangka pendek dan cukup memudahkan dibandingkan dengan sistem bagi hasil,

menjauhkan dari ketidak pastian dari pendapatan bisnis - bisnis dengan sistem

bagi hasil dan murabahah tidak memungkinkan bank-bank islam untuk

mencampuri manajemen bisnis karena bank bukanlah mitra nasabah, sebab

hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan

debitur.

Hasil penelitian dari Fatima (2016) menujukan bahwa pembiayaan

murabahah memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap laba, penelitian

Fadila (2014) menyatakan bahwa pembiayaan murabahah memiliki pengaruh

yang positif signifikan dan penelitian Afif dan Imron (2014) menujukan hasil

penelitian yang sama bahwa pembiayaan murabahah memiliki pengaruh yang

positif signifikan pada laba.


37

2.2.9 Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap non performing financing

(NPF)

Pembiayaan murabahah merupakan penentuan harga perolehan ditambah

dengan margin keuntungan di sepakati apabila nasabah tidak mampu

menyelesaikan akad murabahah dan bukan disebabkan dari faktor kelalaian bank

maka bank selaku pemberi modal harus menunda tagihan hingga nasabah sanggup

kembali (Efrinandra dan Meutia, 2014).

Skema pembiayaan murabahah yang mudah maka bank syariah maupun

nasabah memanfaatkan pembiayaan tersebut tetapi dengan pemberian pembiayaan

yang terlalu besar kepada nasabah maka munculnya resiko, resiko yang

ditimbulkan adalah pembiayaan bermasalah sehingga bank syariah harus

melakukkan restrukturisasi (upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah)

maupun manajemen resiko untuk mengatasinya

Berdasarkan teori yang digunakan teori sikap melayani (stewardship

theory) asumsi terpenting pada teori sterwardship apabila terjadi benturan

kepentingan antara steward maupun principal maka steward akan berkerja sama

dengan principal dibandingkan menentangnya karena steward melihat pada

sasaran hasil yang ingin di capai bersama. Ketika nasabah tidak dapat membayar

sejumlah uang maupun cicilan, bank syariah akan melakukkan evaluasi terhadap

investasi yang di lakukannya, apabila dirasa investasi atau dana masih memiliki

prospek yang bagus bank akan melakukan restrukturisasi dengan mengurangi

margin keuntungan atau meresceduling pembayaran angsuran karena tujuan

keduanya menghasilkan keuntungan yang halal.


38

Hasil Penelitian dari Afif dan Imron (2014) pembiayaan murabahah

memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan bermasalah, dengan arah yang

positif artinya semakin tinggi pembiayaan murabahah yang dihasilakan semakin

tinggi pula resiko atau pembiayaan bermasalah yang dihadapi bank syariah.

2.2.10 Pengaruh non performing financing (NPF) terhadap laba pada bank

Laba merupakan kenaikan akibat dari aset yang mengalami peningkatan

nilai selama periode tertentu dan dinyatakan oleh akun pendapatan. Laba

seringkali di anggap sebagai pengukur kinerja manajemen, menurut pramuka

(2010) laba dapat dipengaruhi oleh pembiayaan bermasalah yang di proyeksikan

dengan NPF. Bank yang tidak mampu menjaga kualitas pembiayaannya maka

potensi terjadinya pembiayaan bermasalah akan semakin besar. Menurut Kasmir

(2014:148) bahwa pemberian suatu fasilitas pembiayaan mengandung suatu

risiko kemacetan. Akibatnya kredit tidak dapat ditagih sehingga menimbulkan

kerugian yang harus ditanggung oleh bank dan mengakibatkan laba perusahaan

menurun, Dengan semakin besarnya jumlah pembiayaan bermasalah, maka bank

harus mengalokasikan biaya kualitas aktiva produktif yang semakin banyak

akibatnya berdampak pada berkurangnya laba bank syariah.

Teori stewardship merupakan teori berdasarkan sikap, perilaku, tingkah

laku manusia, motivasi serta kekuasaan yang memiliki peran penting untuk suatu

tujuan entitas. pengelola akan meluruskan tujuan sesuai dengan tujuan pemilik

dengan berperilaku sesuai kesepakatan dan kepentingan bersama. Bank syariah

selaku principal dapat memotivasi serta menggunakan kekuasannya untuk

membentuk steward agar dapat diajak berkerjasama dan mengesampingkan


39

kepentingan dirinya. Hasil penelitian dari Riyadi (2014) pembiayaan bermasalah

memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan laba, maka setiap

kenaikan pada pembiayaan murabahah akan menurunkan laba yang diperoleh

bank syariah, Berbeda dengan penelitian Rahman dan Rohmandika (2014) rasio

NPF memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap profitabilitas.

2.2.11 Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba melalui non

performing financing (NPF)

Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba melalui non performing

financing dapat dijelaskan dengan stewardship theory, menurut Ikhsan dan

Bambang (2008 :86) kunci utama tercapainya tujuan organisasi apabila prinsipal

meyakini apabila steward dapat dipercaya untuk membangun mitra bisnisnya.

Meskipun keyakinan dan kepercayaan sudah diterapkan dengan baik terdapat

faktor yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi, ketika akad

pembiyaan murabahah dilakukan bank syariah memiliki kepercayaan bahwa

nasabah dapat menyelesaikan akad hingga selesai dengan asumsi bank

memberikan pembiayaan kepada nasabah akan meningkatkan pendapatan serta

diharapkan nasabah dapat mengembalikan sejumlah uang yang dipinjamkan

untuk investasi maupun barang yang dibutuhkan tetapi timbul faktor yang tidak

dapat dikendalikan oleh pihak bank yaitu ketidak mampuan nasbah untuk

mengembalikan pinjaman tersebut yang dapat mempengaruhi profit bank, maka

kepercayaan sulit diberikan mengingat semakin banyaknya pembiayaan

bermaslah yang selalu di hadapi bank syariah.


40

Pembiayaan murabahah merupakan akad jual beli berdasarkan

kepercayaan dan transparansi, karena pihak pembeli mempercayai dan meyakini

bahwa pihak penjual telah memberikan informasi dan penjelasan yang benar

tentang harga perolehan barang serta margin keuntungan yang diperoleh.

Pembiayaan murabahah adalah produk jangka pendek yang paling besar

diterapkan pada bank bank syariah yang diberikan pada nasabah. Dengan

pembiayaan murabahah yang disalurkan maka bank syariah akan memperoleh

manfaat dan bisa juga resiko pada pembiayaan tersebut.

Menurut Wiroso (2011: 171) manfaat yang dapat diperoleh yaitu

keuntungan yang muncul atas selisih harga beli dari penjual dengan harja jual

yang diberikan kepada nasabah. Perolehan margin yang disepakati dapat

meningkatkan pendapatan dan mengakibatkan peningkatan pada laba yang

diperoleh bank syariah. Sedangkan untuk risiko yang dihadapinya salah satunya

yang sering terjadi yaitu kelalaian nasabah ketika membayar angsuran secara

sengaja atau tidak sengaja. Kelalaian tersebut dapat menyebabkan bank syariah

akan mengalami pembiayaan bermasalah yang dapat menurunkan laba

dikarenakan nasabah tersebut tidak dapat mengembalikan sejumlah uang atau

cicilan akibatnya bank selaku pemberi modal akan menunda penagihan hingga

nasbah dapat menyanggupinya. Hasil penelitian Fadila (2015) menunjukan

bahwa pembiayaan murabahah memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

laba. Penelitian Afif dan Imron (2014) pembiayaan murabahah memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap laba dan NPF memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap laba. Karena pengaruh tidak langsung lebih lebih


41

dibandingkan pengaruh langsungnya maka penelitian Afif dan Imron tidak dapat

membutikan bahwa NPF sebagai variabel intervening

2.3 Kerangka pemikiran

Kerangka di bawah ini diperoleh dari landasan teori

Gambar 2.2
KERANGKA PEMIKIRAN

H1
Pb_mrbh LB
(pembiayaan (laba)
murabahah)

H4
H2 H3

NPF

(non performing
financing)

Pada Gambar 2.2 kerangka pemikiran diatas menggambarkan model

analisi jalur (path analysis) dimana dari kerangka pemikiran menggunakan tiga

variabel yaitu variabel endogenus atau dependen (Y) yaitu laba, variabel

pembiayaan murabahah sebagai variable independen (X) dan non performing

financing sebagai variabel intervening (Z). Pembiayaan murabahah berpengaruh

langsung pada laba serta pembiayaan murabahah berpengaruh tidak langsung

terhadap laba melalui NPF. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba serta pembiayaan murabahah

terhadap laba melalui NPF sebagai variabel intervening.


42

2.4 Hipotesis

Berikut ini adalah hipotesis yang digunakandalam penelitian ini adalah :

H1 : Pembiayaan Murabahah berpengaruh terhadap laba

H2 : Pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap non performing financing

(NPF)

H3 : Non performing financing (NPF) berpengaruh terhadap laba

H4 : Pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap laba melalui Non

Performing Financing
43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Jenis penelitian yang dilakukkan dalam penelitian ini terdari dari dua

aspek, yaitu :

1. Menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

jenis penelitian yang menghasilkan penemuan penemuan yang dapat

diperoleh dengan menggunakan prosedur prosedur statistik. Dimana

penelitian ini membutuhkan alat bantu statistik. (Sujarweni 2016 : 2)

2. Jenis data pada penelitian ini menggunakan data sekunder, dimana data

sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui sumber lain, maupun tulisan data yang

diperoleh dari laporan keuangan tahunan Bank Umum Syariah yang

diakses melalui website masing masing bank syariah seta website

Bank Indonesia mulai tahun 2011 sampai dengan 2015.

3.2 Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini terletak pada jumlah sampel yang digunakan yang

memenuhi kriteria Bank Umum Syariah yang mempublikasikan laporan keuangan

tahunan (annual report) selama periode pengamatan pada tahun 2011 2015.

Kemudaian variabel yang digunakan hanya terbatas pada pembiayaan murabahah,

43
44

rasio Non Performing Financing sebagai variabel intervening dan laba pada bank

umum syariah di Indonesia.

3.3 Identifikasi Variabel

Penelitian ini terdiri atas variabel dependen, variabel intervening dan

variabel independen. pada penelitian ini yaitu Laba bank sebagai variabel

dependen. Non perforning financing sebagai variabel intervening, pembiayaan

murabahah sebagai variabel independen. berikut ini variabel yang digunakan yang

meliputi :

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi karena adanya

variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah

Laba

2. Variabel Intervening (Z)

Variabel intervening adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen dan variabel independen menjadi hubungan yang tidak

langsung. Dalam penelitian ini variabel interveningnya adalah non

performing financing.

3. Variabel Independen (X)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

dependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah Pembiayaan

murabahah
45

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Operasional variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah variabel

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis, yaitu

variabel dependen (terkait) variabel intervening dan variabel independen (bebas).

1. Variabel Independen (X)

Pembiayaan murabahah merupakan akad jual beli barang dengan

menyatakan harga perolehan dan margin yang disepakati oleh penjual dan

pembeli (Wiroso, 2011 : 170). Data yang digunakan dalam total pembiayaan

murabahah adalah piutang murabahah yang tampak pada necara masing

masing bank syariah dan menggunakan pengukuran skala nominal yang

dinyatakan dalam jutaan Rupiah.

2. Variabel Intervening (Z)

Non Performing Fiancing (NPF) merupakan suatu risiko bank syariah

yang diakibatkan karena kesulitan pelunasan kembali pinjaman yang diberikan

atau investasi yang dilakukan oleh pihak bank. Data yang digunakan pada non

performing financing diperoleh dari laporan keuangan yang tampak pada setiap

bank syariah menggunakan skala rasio yang dinyatakan dalam persentase. Maka

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pembiayaan Bermasalah
NPF = x 100 %
Total Pembiayaan
46

3. Variabel Dependen (Y)

Laba merupakan kenaikan dari aset akibat dari aset yang mengalami

peningkatan nilai selama periode tertentu dan dinyatakan oleh akun

pendapatan (Muhamad 2014 : 276). Data yang digunakan pada variabel laba

adalah laba bersih diperoleh dari laporan laba atau rugi setiap bank syariah

yang menggunakan skala nominal yang dinyatakan dalam bentuk jutaan

rupiah.

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang ada di

Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan 2015. Sampel penelitian diambil

dengan metode purposive sampling merupakan metode pemilihan sampel pada

karakterikstik yang akan dipilih sesuai dengan kriteria berikut ini :

a. Bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia tahun 2011

hingga 2015

b. Bank umum syariah yang mempublikasikan laporan keuangan

pada BI tahun 2011 hingga 2015

c. Bank umum syariah yang mengalami laba positif

3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk laporan keuangan tahunan yang didapatkan dari Bank Indonesia dan

website resmi masing masing bank syariah yang menjadi sampel penelitian
47

periode 2011 2015. Sedangkan untuk pengumpulan data yang digunakan adalah

teknik pengambilan data dengan cara mencari data dan mengumpulkan data.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukkan adalah analisis kuantitatif yang berupa

angka angka dan penghitungannya menggunkan metode statistik yang dibantu

dengan program SPSS versi 23. Kemudian analisis data yang akan digunakan

dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda, dan analisis jalur

3.7.1 Statistik Deskriptif

Menurut suwarjeni (2016 : 43) statistik deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan berbagai karakteristik data seperti mean, median, modus,

quartile, varian, standar deviasi. Statistik deskriptif lebih berhubungan dengan

pengumpulan dan peringkasan data serta hasil penyajian hasil ringkasan dari

karakteristik data. Dimana pada penelitian ini akan menjelaskan secara deskriptif

variabel pembiayaan murabahah, non performing financing, dan laba berdasarkan

output spss.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas ini adalah menguji apakah model dalam regresi,

variabel independen dan variabel dependen memiliki distribusi normal. Apabila

asumsi ini tidak memenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid. Alat uji yang

digunakan apabila data berdistribusi normal adalah uji kolmogrov smirnov test.

dan apabila data tidak berdistribusi normal maka peneliti harus mencari data
48

(outline) dan membuangnya (Ghozali, 2016 : 160). Dasar pengambilan keputusan

dilakukkan berdasarkan probabilitas, yaitu :

a. Jika probabilitas > 0,05 maka data berdistirbusi normal

b. Jika probabilitas < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

2. Uji Multikolinearitas

Tujuan dari uji multikolinearitas ini adalah mengetahi apakah menunjukkan

tidak terdapat hubungan antara variabe bebas atau tidak terjadi gejala

multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dideteksi atau dilihat dari nilai

Tolerance (TOL) dan metode VIF (Variance Inflation Factor). Nilai tolerance

adalah besarnya variasi dan satu variabel bebas yang tidak dijelaskan oleh variabel

bebas lainnya. Sedangkan VIF adalah derajat suatu variabel bebas yang dijelaskan

oleh variabel lainnya. (Ghozali 2011 : 105) Untuk nilai TOL yang rendah yaitu

sama dengan nilai VIF yang tinggi (Karena VIF = 1/ Tolerance). maka nilai TOL

< 0,10 atau (10%) sama dengan nilai VIF>10

3. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari uji heteroskedastisitas ini adalah untuk menguji suatu model

apakah terdapat varian variabel dalam model yang tidak sama. Atau dengan kata

lain dalam model terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada pengamatan

model regresi. Pengujian heteroskedastisitas umumnya menggunakan Scatterplot

dengan melihat ada tidaknya titik data pada pola tertentu pada grafik scatterplot,

apabila titik titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka dapat

diidentifikasikan telah terjadi heterokedastitas. Namun ada uji yang dapat

digunakan dalam medeteksi terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas dengan hasil


49

yang lebih akurat yaitu dengan uji Glejser yang dapat dilakukan dengan meregresi

nilai absolut residual terhadap variabel bebas. Model dikatakan tidak mengalami

heteroskedastisitas apabila nilai signifikansi variabel independen dengan nilai

absolut residual > 0.05. (Ghozali 2016: 137)

4. Uji Autokolerasi

Tujuan dai uji autokorelasi ini adalah menguji apakah dalam suatu model

regresi linier berganda ada hubungan korelasi antara kesalahan penggangu pada

periode t dengan kesalahan periode t 1 (sebelumnya) (Ghozali, 2016 : 110), dan

apabila terjadi korelasi, maka dapat dikatakan terdapat problem autokorelasi.

dalam autokorelasi terdapat cara yang bisa mendeteksinya dengan Run Test

Run test digunakan untuk menguji apakah antara residual terdapat korelasi

yang tinggi. Apabila residual tidak memiliki hubungan yang korelasi maka

dikatakan bahwa residual adalah acak atau random (Ghozali, 2016 : 116). Dasar

pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas, yaitu :

a. Jika probabilitas > 0,05 maka residual random (acak)

b. Jika probabilitas < 0,05 maka residual tidak random

3.7.3 Uji Hipotesis

Tujuan dari Uji hipotesis ini adalah untuk menetapkan suatu dasar agar

dapat mengumpulkan bukti berupa data-data yang digunkan untuk menentukan

keputusan apakah menolak atau menerima kebenaran dari pernyataan atau asumsi

yang telah dibuat.


50

1. Uji kelayakan model ( Uji F)

Tujuan dari Uji F ini menunjukkan apakah semua variabel independen yang

ada akan diuji fit atau tidaknya model regresi. Uji F ini dapat di lihat di tabel

ANOVA dengan taraf signifikansi 0,05. Pengambilan keputusan dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

1. Dimana hipotesis H0 dan H1. :

H0 : Tidak ada pengaruh dari seluruh variabel independen (Pembiayaan

Murabahah) secara bersama sama terhadap laba, maka model

dikatakan tidak fit.

H1 : Ada pengaruh dari seluruh variabel independen (Pembiayaan

Murabahah) secara bersama sama terhadap Laba, maka model fit.

2. a. Melihat Signifikansi, Apabila sig > 0,05 maka H0 diterima

b. Melihat Signifikansi, Apabila sig < 0,05 maka H0 ditolak.

2. Koefisien Determinasi (R2)

Tujuan dari koefisien determinasi yaitu untuk mengetahui seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya . Nilai R2

yaitu 0 sampai dengan 1. Apabila R2 = 1 maka variable independen memiliki

hubungan yang sempurna terhadap variabel dependennya. Semakin tinggi R 2

mendekati 1, maka semaik baik regresi tersebut. Apabila R2 = 0, maka tidak

terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dan

apabila R2 mendekati 0 maka variabel independen tidak mampu

menjelaskanadanya variasi pada variabel dependen. secara umum koefisien

determinasi untuk data silang (cross section) relative rendah karena adanaya
51

variasi yang besar antara masing masing pengamatan, sedangkan untuk data

runtun waktu (time series) biasanya memiliki nilai koefisien yang tinggi

(Ghozali,2016 : 96)

3. Uji signifikan parameter individual (Uji t)

Tujuan dari Uji t ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh satu variabel

independen untuk menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini

dilakukkan untuk melihat pengaruh variabel indepeden secara parsial dengan

rumus hipotesis sebagai berikut. (Ghozali, 2016 : 98)

1. Menentukan H0 dan Ha

H01 : Tidak Ada pengaruh antara pembiayaan murabahah terhadap laba

Ha1 : Ada Pengaruh antara pembiayaan murabahah terhadap laba

H02: Tidak Ada pengaruh antara variabel pembiayaan murabahah

terhadap laba melalui non performing financing

Ha2: Ada Pengaruh antara pembiayaan murabahah terhadap laba melalui

non performing financing

Hipotesis akan diuji dengan software SPSS dengan menggunakan

signifikansi sebesar 0,05.

2. Menetukan kriteria penerimaan dan penolakan pada hipotesis.

a. Apabila tingkat signifikansi > 0,05 maka H0 diterima

b. Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.


52

3.7.4 Mendeteksi Pengaruh Mediasi

Menurut Ghozali (2016 : 236) Pengaruh variabel mediasi dapat dideteksi

secara langsung dengan melihat model dan merumuskan kedalam tiga persamaan

regresi sebagai berikut :

a. Persamaan regresi sederhana variabel Y pada variabel X atau variabel

X secara signifikan mempengaruhi variabel Y, maka (c 0)

b. Persamaan regresi sederhana variabel Z pada variabel X atau variabel

X secara signifikan mempengaruhi variabel Z, maka (a 0)

c. Persamaan regresi berganda variabel Y pada variabel X menontrol

variabel Z atau variabel X secara signifikan mempengaruhi Y dengan

mengontrol X, maka b 0

Apabila pengaruh dari variabel X terhadap variabel Y signifikan dan

menurun ke angka nol dengan memasukan variabel Z maka (c = 0) dinyatakan

sebagai mediasi sempurna (full mediation) atau koefisien (a) serta (b) signifikan

dan koefisien (c) tidak signifikan. Sebaliknya, Apabila pengaruh variabel X

terhadap variabel Y menurun tetapi tidak menjadi nol dengan memasukan variabel

Z (c 0) maka terjadi mediasi parsial (partial mediation) atau pengaruh

variabel X terhadap Y yang tadinya signifikan sebelum memasukan variabel Z

dalam persamaan regresi tetap signifikan, tetapi mengalami penurunan nilai pada

koefisien regresi (c < c). (Wijaya, 2015)


53

3.7.5 Analisis Jalur (Path Analysis)

Pada penelitian ini menguji pengaruh variabel intervening menggunakan

analisis jalur dengan metode causal step dan Product of Coefficient (Uji Sobel).

Menurut Suwarjeni (2016 : 304) analisis jalur sebenarnya sama dengan model

regresi berganda hanya saja yang membedakan terletak pada variabel bebas yang

saling berkorelasi, dalam analisis jalur pola hubungan dalam penelitian dapat diuji

karena terdapat pola hubungan yang mempengaruhi variabel lain, baik secara

langsung maupun menggunkan variabel lain sebagai variabel intervening.

Diagram jalur memberikan gambaran mengenai hubungan kausal antar

variabel. Anak panah satu arah menujukan hubungan kausal atau pengaruh

langsung dari variabel independen (eksogen) terhadap variabel dependen

(endogen). Dimana nilai p menujukan koefisien jalur pada digram jalur,

Sedangkan e (error) muncul sebagai akibat dari kekeliruan pengukuran variabel.

(Ghozali, 2016 : 250)

Gambar 3.1
PERSAMAAN STRUKTURAL ANALISIS JALUR

p1
e2
Pb_mrbh LB
(pembiayaan (laba)
murabahah)
e1

p2 p3

NPF

(non performing
financing)
54

Berdasarkan gambar diatas berdasarkan teori, pembiayaan murabahah

mempunyai hubungan langsung dengan laba bank akan menghasilkan nilai

koefisien jalur p1, untuk pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba melalui

NPF akan menghasilkan nilai koefisien jalur p2 dan p3. Total pengaruh hubungan

dari pembiayaan murabahah ke laba bank yaitu pengaruh langsung pembiayaan

murabahah ke laba ditambah pengaruh tidak langsung pembiayaan murabahah ke

laba di kalikan dengan NPF ke laba bank sebagai berikut :

Pengaruh langsung Pb_mrbh ke Laba = p1

Pengaruh langsung Pb_mrbh ke Laba melalui NPF = p2 x p3

Total pengaruh (Korelasi Pb_mrbh ke Laba) = p1+(p2xp3)

Maka persamaan analisis jalur dapat dirumuskan sebagai berikut :

Persamaan I:

NPF = a + b1Pb_mrbh+e1..(2)

Persamaan Ke II :

LB = a + b1Pb_mrbh + b2NPF+e2 ..(3)

Keterangan :

NPF = Non Performing Financing


LB = Laba
Pb_mrbh = pembiayaan murabahah
a = konstanta
b1,b2 = koefisien regresi
e1,e2 = error
55

Standarized koefisien Beta untuk pembiayaan murabahah pada

persamaan I akan memberikan nilai P2, Sedangkan koefisien untuk pembiayaan

murabahah dan Non Performing Financing, akan memberikan nilai P1 dan P3 pada

persamaan ke II.

Non Performing Financing (NPF) dikatakan sebagai variabel intervening

apabila memenuhi kriteria yang ditentukan yaitu :

1. Apabila pada persamaan I, koefisien p2 signifikan (p < 0,05)

2. Apabila pada persamaan I dan II, koefisien p1, p2 dan p3 signifikan,

dimana nilai koefisien unstardarized Beta p1 kurang dari

unstandardized (p2 x p3)

Menurut Ghozali (2016 : 237) hubungan kausalitas antar variabel telah

dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis. Analisis jalur juga dapat

menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel tetapi tidak dapat

digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas, untuk itu

diperlukan pengujian hipotesis untuk variabel mediasi atau intervening

menggunakan Uji Sobel tes sebagai berikut :

Sab = b 2 2 + 2 2 + 2 2 ...(4)

Keterangan :

a = koefisien regresi variabel independen terhadap variabel mediasi

b = koefisien regresi variabel mediasi terhadap variabel dependen

Sa = standard error dari variabel independen terhadap variabel mediasi

Sb = standard error dari variabel mediasi terhadap variabel dependen


56

Untuk menguji signifikansi perngaruh tidak langsung, diperlukan t hitung

sebagai berikut :

t=
........................................................................................(5)

Pengambilan keputusan :

d. Jika t hitung > t tabel maka Tolak H0

e. Jika t hitung < t tabel maka terima H0


57

BAB IV

GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Gamabaran Subyek Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang populasi penelitian yang digunakan adalah

seluruh Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia sebanyak 12 Bank,

Sedangkan teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunkan metode

purposive sampling, dengan menggunkan beberapa kriteria sebagai berikut :

c. Bank umum syariah yang terdaftar di bank Indonesia tahun 2011

hingga 2015

d. Bank umum syariah yang mempublikasikan laporan keuangan

pada BI tahun 2011 hingga 2015

e. Bank umum syariah yang mengalami laba positif

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan

tahunan bank umum syariah pada tahun 2011 2015. Data sekunder diperoleh

dengan cara mendowload laporan keuangan bank umum syariah pada website

Bank Indonesia www.bi.go.id dan website resmi masing masing bank syariah.

57
58

Tabel 4.1
SELEKSI PEMILIHAN SAMPEL

Kriteria Sampel Jumlah


Bank Umum Syariah yang ada di Bank Indonesia selama 55
5 Tahun (11 Bank x 5 Tahun)

Dikurangi Kriteria :
Bank Umum Syariah yang tidak mempublikasikan
laporan keuangan pada BI tahun 2011 2015 -
S
u
m Umum Syariah yang mengalami laba negatif
Bank (3)
b
e
Jumlah sampel akhir 52
r

: Bank Indonesia (diolah)

Tabel 4.2
DAFTAR BANK YANG SAMPEL PENELITIAN

No. Kelompok Bank Nama Bank


1. Bank BNI Syariah
2. Bank Mega Syariah
BUSN Devisa
3. Bank Muamalat Indonesia

4. Bank Syariah Mandiri

5. Bank BCA Syariah


6. Bank BRI Syariah

7. Bank Jabar Banten Syariah


BUS Non Devisa
8. Bank Panin Syariah

9. Bank Syariah Bukopin

10 Bank Victoria Syariah

11 Campuran Bank Maybank syariah


Sumber : Bank Indonesia (diolah)
59

Populasi pada penelitian ini adalah 12 Bank umum syariah di Indonesia,

dengan teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling maka

jumlah sampel yang digunakan berdasarkan tabel 4.2 diatas sebanyak 52. Jumlah

bank umum syariah di Indonesia sebanyak 12 bank. Satu bank yang belum

terdaftar pada Bank Indonesia yaitu BTPN Syariah, maka bank umum syariah

yang terdaftar di bank indonesia pada tahun 2011 2015 ada 11 bank syariah, dan

terdapat 2 bank yang yang mengalami laba negatif yaitu Bank Victoria Syariah,

pada tahun 2014 yang mengalami laba negatif kemudian tahun 2015 yaitu Bank

Victoria Syariah serta Bank Maybank Syariah, maka dikeluarkan dari sampel pada

tahun tersebut karena tidak memenuhi kriteria yang sudah ditentukan.

4.2 Analisis Data

Bab ini menjelaskan tentang analisis serta hasil dari output SPSS

menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan objek penelitian maupun

pengelolaan data secara statistik menggunkan software SPSS 23. Berikut ini akan

menguraikan analisis data tentang analisis dekriptif, uji normalitas, uji asumsi

klasik, uji analisis jalur serta uji hipotesis.

4.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif akan memberikan gambaran variabel penelitian yaitu

pembiayaan murabahah, NPF dan Laba dengan nilai minimum, maximum, rata

rata dan standar deviasi dari data yang telah di olah dengan menggunakan

software SPSS
60

Tabel 4.3
HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


TotPem_Mrbh 10.297.836,94
52 195.530 49.914.035 7.616.269,38
6
Laba Bersih 52 4.075 805.690 110.618,12 172.878,443
NPF 52 0,00 7,11 3,0287 1,87343
Valid N
52
(listwise)
Sumber : Hasil Output SPSS, Lampiran 7

Pada tabel 4.3 merupakan hasil ouput spss tentang statistik deskriptif

variabel yang digunakan dalam penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu 52.

berikut ini masing masing analisis desktiptif yang digunakan pada penelitian :

1. Total Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah merupakan akad jual beli dengan

penentuan harga pokok ditambah margin keuntungan yang disepakati,

Total pembiayaan murabahah diukur dengan menggunakan nilai piutang

pada masing masing bank syariah dengan adanya pembiayaan

murabahah yang diberikan kepada nasabah maka bank memperoleh

pendapatan atas markup dari barang ataupun jasa sehingga mempengaruhi

laba bagi bank tersebut. Berdasarkan tabel 4.3 diatas pembiayaan

murabahah dengan nilai minimum sebesar Rp 195.530 juta nilai

pembiayaan murabahah tersebut dimiliki oleh bank Victoria syariah pada

tahun 2011 dan nilai maxium Rp. 49.914.035 juta nilai pembiayaan

murabahah tersebut dimiliki oleh dari bank Syariah mandiri pada tahun

2015.
61

Nilai mean sebesar 7.616.269,38 lebih kecil dibandingkan Standar

deviasi sebesar 10.297.836,94 6 maka data tersebut tergolong heterogen

maka variabel total pembiayaan murabahah secara statistik memiliki

sebaran data yang besar. Berikut ini menyajikan perkembangan rata rata

pembiayaan murabahah pada periode 2011 2015

Gambar 4.1
PERKEMBANGAN RATA RATA PEMBIAYAAN
MURABAHAH

12,000,000 10,047,354
10,000,000 8,065,254
7,705,503
8,000,000 6,157,601
6,000,000 4,211,637
4,000,000
2,000,000
0
2011 2012 2013 2014 2015

PMB

Berdasarkan gambar 4.1 diatas diatas rata rata pembiayaan

murabahah pembiayaan murabahah dari tahun ke tahun, pada tahun 2011

sebesar Rp. 4.211.637 juta mengalami kenaikan menjadi Rp. 6.157.601

juta, tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi Rp. 7.705.503 juta tahun

2014 juga mengalami kenaikan menjadi Rp. 8.065.254 juta dan tahun

2015 tetap mengalami kenaikan menjadi 10.047.354

Rata rata pembiayaan murabahah yang disalurkan dari tahun ke

tahunnya selalu mengalami kenaikan berarti banyak nasabah yang

menikmati produk murabahah, Mengingat pembiayaan murabahah adalah

pembiayaan jual beli dengan jangka waktu yang relatif singkat dengan
62

menetapkan margin keuntungan diawal perjanjian maka bank syariah

dapat memperoleh keuntungan yang tinggi dibandingkan prinsip bagi hasil

yang beresiko. Kenaikan nilai rata rata pembiayaan murabahah yang

stabil artinya banyak nasabah yang meminati produk murabahah,

mengingat pembiayaan murabahah memiliki resiko yang rendah dan

menghasilkan retrun yang tinggi maka dapat berpengaruh pada laba yang

diperoleh bank syariah.

2. Laba

Laba merupakan kenaikan aset akibat dari aset yang mengalami

peningkatan nilai selama periode tertentu dan dinyatakan oleh akun

pendapatan, maka laba seringkali dianggap indikator yang penting karena

laba dapat mencerminkan hasil yang diperoleh dari kinerja perusahaan

tersebut. Berdasarkan tabel 4.3 diatas Laba minimum sebesar Rp. 4.075

juta yang dihasilkan dari bank BCA Syariah Tahun 2011 sedangkan laba

maksimum diperoleh dari bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 805.690 juta.

Nilai mean pada tahun ini sebesar 110.618,12 lebih kecil dari nilai standar

deviasi sebesar 172.878,443 nilai mean lebih besar dibandingan nilai

standar deviasi maka maka data pada tahun ini merupakan data heterogen

yang memiliki variasi data untuk setiap variabel sangat besar. Berikut ini

merupakan grafik yang menyajikan rata rata laba bersih pada tahun 2011

2015
63

Gambar 4.2
PERKEMBANGAN RATA RATA LABA

200000
153,310 150,099
150000

96,728
100000 76,473
44,217
50000

0
2011 2012 2013 2014 2015
LABA BERSIH

Berdasarkan gambar 4.2 diatas laba berih secara keseluruh dari

tahun ke tahun mengalami perubahan (fluktualif) dikarenakan banyak

unsur unsur diperolehnya laba. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi laba yaitu pembiayaan yang disalurkan sudah maximal

tetapi nilai pada akun pendapatan yang dihasilkan kecil sedangkan beban

operasional bank syariah memiliki nilai yang besar ditambah dengan nilai

pajak pengasilan yang harus di salurkan ke negara maka laba bersih yang

diperoleh bank syariah menurun.

3. Non Performing Financing (NPF)

Non performing financing merupakan suatu risiko bank syariah

yang diakibatkan karena kesulitan pelunasan kembali pinjaman yang

diberikan atau investasi yang dilakukan oleh pihak bank, semakin tinggi

nilai NPF semakin buruk kinerja bank yang dianggap tidak dapat

mengontrol sumber dana yang dirasa dapat memberikan keuntungan tapi

tidak menguntungkan. Berdasarkan tabel 4.3 diatas nilai NPF yang rendah
64

pada tahun 2011 ada pada Maybank Syariah sebesar 0% bank tersebut

tidak memiliki rasio NPF dimana nilai NPF pada periode tersebut sebesar

0%, maka bank maybank syariah memiliki predikat yang sangat bagus

pada tingkatan penilaian NPF yang di ditetapkan Bank Indonesia. Nilai

NPF tertinggi ada pada bank Muamalat Indonesia sebesar 7,11% nilai

yang tinggi membuat bank tersebut waspada, dengan nilai NPF yang

semakin besar maka laba yang diperoleh semakin kecil dikarenakan

digunakan untuk menunutupi pembiayaan bermasalah, nilai NPF dapat

dihitung dengan rumus :

Pembiayaan Bermasalah
NPF = x 100 %
Total Pembiayaan

NPF = 289.481.012 x 100 % = 7,11%

40.714.629

Berdasarkan perhitungan diatas pembiayaan bermasalah pada

tahun ini sangatlah besar dibandingkan dengan total pembiayaan itulah

yang membuat rasio NPF sangat besar. Nilai mean sebesar 3,02% dengan

standar deviasi sebesar 1,87 % dimana nilai standar deviasi lebih kecil

dibandingkan dengan nilai rata ratanya maka data tergolong homogen

yang memiliki variasi data pada variabelnya sangat kecil. Berikut ini

menyajikan grafik rata rata rasio NPF sebagai berikut


65

Gambar 4.3
PERKEMBANGAN RATA RATA NPF

8.00 7.54
7.00
6.00
5.00 4.22
4.00 2.96
3.00 2.40
1.91
2.00
1.00
0.00
2011 2012 2013 2014 2015
NPF

Berdasarkan gambar 4.3 diatas secara keseluruhan rata - rata nilai

NPF selama 5 tahun selalu mengalami kenaikan hingga melampaui batas

minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia karena < 5%, nilai NPF

yang semakin naik artinya bank bank syariah dianggap kurang mampu

menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah baik faktor internal maupun

faktor eksternal dari bank. NPF yang semakin meningkat maka laba bersih

yang diperoleh menurun karena prndapatan yang dihasilakan dari investasi

yang di lakukkan mengalami kesulitan pelunasan akibatnya bank harus

menunda pelunasan hingga nasabah dapat membayar sejulamlah dana

yang diberikan bank syariah, pembiayaan bermasalah yang dikategorikan

macet maka bank harus mencadangkan nilai kualitas aktiva produktif

untuk menekan nilai NPF. Apabila NPF yang semakin tinggi

mencerminkan bahwa kinerja bank syariah semakin memburuk maka

harus dilakukan restukturisasi untuk mengatasi masalah pembiayaan yang

bermasalah.
66

4.2.1 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji asumsi klasik

tujuannya sampel atau data memiliki distribusi yang normal atau tidak, serta

model yang diusulkan bebas dari gejala multikolinieritas, heteroskedastisitas, serta

autokorelasi karena regresi yang baik harus memenuhi asumisi tersebut,

Sujarweni (2016: 223). Dengan menggunakan variabel intervening pada penelitian

ini maka digunakan analisis jalur dengan metode causal step dan sobel test.

Analisi jalur untuk mengetahui pengaruh tidak langsung dan pengaruh langsung

serta total pengaruh sedangkan untuk menuntukan penerimaan serta penolakan

hipotesis menggunkan Sobel Tes. Kemudian menggunakan Uji F, R square serta

Uji t.

4.2.1.1 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah model dalam regresi, variabel

independen dan variabel dependen memiliki distribusi normal atau tidak.

Tabel 4.4
HASIL UJI NORMALITAS
DATA TIDAK BERDISTRIBUSI NORMAL
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 52
Normal Parametersa,b Mean 0,0000000
Std. Deviation 115.777,50538324
Most Extreme Absolute 0,178
Differences Positive 0,178
Negative -0,150
Test Statistic 0.178
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000c
67

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Hasil Output SPSS, Lampiran 8

Pada tabel 4.4 diatas telah dilakukan uji normalitas dengan kriteria data

normal KS > 0,05 dikatakan data berdistribusi normal, tetapi pada tabel diatas

data yang digunakan belum berdistribusi normal maka dilakukan transformasi,

transformasi bisa digunakan untuk mengatasi masalah data tidak berdistribusi

normal.

Tabel 4.5
HASIL UJI NORMALITAS
DATA BERDISTRIBUSI NORMAL

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 52
Normal Parametersa,b Mean 0,0000000
Std.
0,96470204
Deviation
Most Extreme Differences Absolute 0,062
Positive 0,055
Negative -0,062
Test Statistic 0,062
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Hasil Output SPSS, Lampiran 8

Setelah dilakukan transformasi ke dalam bentuk Logaritma Natural maka

data menjadi normal. Berdasarkan tabel diatas maka sampel yang digunakan

sebanyak 52, besarnya nilai Kolmogorov Smirnov atau pada Test Statistic sebesar
68

0,062 dengan taraf sinifikansi sebesar 0,200 > 0,05 maka data residual

berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.6
HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 0,499 1.477 0,338 0,737
LN_PmbMr
0,724 0,107 0,815 6,780 0,000 0,712 1,405
bh
NPF -
-0,205 0,087 -0,282 0,023 0,712 1,405
2,348
a. Dependent Variable: LN_LB
Sumber : Hasil Output SPSS, Lampiran 9

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahi apakah variabel bebas

terjadi gejala multikolinearitas. Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai

Tolerance dan VIF. Dikatakan bebas gejala multikolinieritas bila Nilai TOL >

0,10 dan nilai VIF < 10. Berdasarkan tabel 4.6 nilai Tol LN_PmbMrbh sebesar

0,712, nilai NPF 0,712 lebih besar dari 0,10 dan Nilai VIF LN_PmbMrbh dan

NPF sebesar 1,405 < 10,00 maka variabel independen keseluruhan dalam model

terbebas dari gejala multikolinieritas

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji model apakah terjadi

ketidaksamaan varian dari residual pada pengamatan model regresi. Untuk

mendeteksi adanya heterskedastisitas digunakan uji Glejser dengan kriteria sig >

0,05 maka terbebas heteroskedastisitas


69

Tabel 4.7
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.129 0,860 2,474 0,017
LN_PmbM
-0,102 0,062 -0,271 -1,643 0,107
rbh
NPF 0,054 0,051 0,175 1,061 0,294
a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber : Hasil Output SPSS, Lampiran 10

Berdasarkan tabel 4.6 diatas hasil uji Glejser pada variabel

LN_TotPmb_Mrb sebesar 0,229 > 0,05 dan variabel NPF dengan nilai

signifikansi sebesar 0,619 > 0,05 maka variabel yang akan diuji bebas dari gejala

heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Tujuan dai uji autokorelasi ini adalah menguji apakah dalam suatu model

regresi linier berganda ada hubungan korelasi antara kesalahan penggangu pada

periode sekarang dengan kesalahan periode sebelumnya, Uji autokorelasi pada

penelitian ini menggunakan Run Tes dengan kriteria sig < 0,05 maka H0 diterima

residual random (acak)

Tabel 4.8
HASIL UJI AUTOKORELASI

Runs Test
Unstandardized Residual
a
Test Value 0,10667
Cases < Test Value 26
Cases >= Test Value 26
Total Cases 52
70

Number of Runs 28
Z 0,280
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,779
a. Median
Sumber : Hasil Output SPSS, Lampiran 11

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dengan uji Run Test didapatkan nilai p-value

sebesar 0,779 lebih besar dari 0,05 (5%) maka H0 diterima dan tidak mengalami

gejala autokorelasi.

4.2.1.2 Analisis dan Pengujian Hipotesis

Tabel 4.9
HASIL ANALISIS REGRESI SEDERHANA

Variabel B Std Error Beta t- Stat Sig


Constant -6,792 2,194 - -3,096 0,003
LN_PmbMrbh 0,657 0,146 0,537 4,499 0,000
F Stat = 20,242 Sig = 0,000 R2 = 0,288 Adj R2 =0 ,274

Sumber : Hasil output SPSS, Lampiran 12 (diolah)

Berdasarkan tabel 4.9 diatas maka persamaan regresi (I) sebagai berikut :

NPF = - 6,792 + 0,657 LN_PmbMrbh + e1

Berikut ini hasil intrepretasi pada tabel 4.8 diatas sebagai berikut :

1. Diperoleh nilai F hitung sebesar 20,242 dengan nilai sig (0,000) < 0,05,

maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima, artinya model regresi pada

penelitian ini fit atau baik.

2. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,288 maka pengaruh variabel

pembiayaan murabahah terhadap NPF 28,8% sedangkan sisanya sebesar

71,2% dipengaruhi oleh variabel lainnya lainnya yang tidak masuk dalam

model
71

3. Berdasarkan uji t diatas diperoleh nilai sig (0,000) < 0,05 maka maka

hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima maka NPF berpengaruh signifikan

terhadap laba.

4. Nilai konstan sebesar -6,792 artinya apabila variabel pembiayaan

murabahah dianggap konstan, maka rata rata NPF sebesar -6,792 persen

5. Koefisien regresi LN_PmbMrbh (X) sebesar 0,657 artinya setiap 65,7

persen perubahan pada pembiayaan murabahah, maka NPF mengalami

kenaikan sebesar 65,7 persen

Tabel 4.10
HASIL ANALISIS REGRESI BERGANDA
Variabel B Std Error Beta t- Stat Sig
Constant 0,499 1,477 - .338 0,737
LN_PmbMrbh 0,724 0,107 0,815 6.780 0,000
NPF -0,205 0,087 -0,282 -2.348 0,023

F Statistik = Sig =0 ,000 R Square = 0,496 Adj


2
24,155 R =0,476
Sumber : Hasil SPSS, Lampiran 12 (diolah)

Berdasarkan tabel 4.10 diatas maka persamaan regresi (II) sebagai berikut :

LB = 0,499+ 0,724Pb_mrbh -0,205NPF+e2

Berikut ini hasil intrepretasi pada tabel 4.8 diatas sebagai berikut :

1. Diperoleh nilai F hitung sebesar 24,155 dengan nilai sig (0,000) < 0,05,

maka hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima, artinya model regresi pada

penelitian ini fit atau baik.

2. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,476 maka pengaruh variabel

pembiayaan murabahah dan NPF terhadap laba sebesar 47,6% sedangkan


72

sisanya sebesar 52,4% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak masuk

dalam model

3. Berdasarkan uji t diatas, nilai thitung sebesar 6,780 dengan signifikansi

untuk pembiayaan murabahah sebesar (0,000) < 0,05 maka maka hipotesis

H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel pembiayaan murabahah

memiliki pengaruh yang signifikan pada laba. Nilai NPF upada t hitung

adalah -2,348 dengan signifikansi sebesar (0,023) < (0,05) maka hipotesis

H0 ditolak dan H1 diterima, maka NPF berpengaruh signifikan terhadap

laba.

4. Nilai konstan sebesar 0,499 artinya apabila variabel pembiayaan

murabahah dianggap konstan, maka rata - rata laba sebesar 0,499 juta

rupiah

5. Koefisien regresi LN_PmbMrbh (X) sebesar 0,724 artinya setiap satu

persen perubahan pada pembiayaan murabahah, maka laba akan mengalami

kenaikan sebesar 72,4 persen. Koefisien regresi NPF sebesar -0,205 artinya

setiap satu persen perubahan pada NPF, maka laba akan mengalami

penurunan sebesar 20,5 persen.

4.2.1.3 Mendeteksi Pengaruh Mediasi

Mendeteksi pengaruh mediasi dapat dapat dideteksi dengan melihat model,

berikut ini hasil tiga persamaan regresi yang dihipotesiskan sebagai berikut:
73

Gambar 4.4

MENDETEKSI PENGARUH MEDIASI

0,724
c (sig 0,000)
X Y
0,589
c (sig 0,000)

0,657 -0,205
a (sig 0,000) Z b (sig 0,023)

Berdasarkan gambar 4.7 diatas dapat ditarik kesimpulan koefisisien

regresi (c) pengaruh X Y signifikan. Koefisien regresi (a) dimana pengaruh X

Z signifikan, koefisein regresi (b) dimana pengaruh Z Y signifikan.

Koefisien (c) dimana pengaruh X ke Y dengan mengontrol Z signifikan. Maka

model bukan menjadi mediasi sempurna (Full Mediation).

Mediasi parsial terjadi apabila nilai koefisien regresi pengaruh variabel X

terhadap Y signifikan kemudian memasukan variabel Z dalam persamaan regresi

menjadi tetap signifikan, tetapi mengalami penurunan nilai pada koefisien regresi

(c < c). Pada gambar diatas menujukan koefisein (a), (b) dan setelah memasukan

variabel Z tetap signifikan dan nilai (c) mengalami kenaikan (c > c) maka bukan

sebagai mediasi sempurna atau mediasi parsial artinya variabel indepeden dapat

mempengaruhi secara langsung tanpa melibatkan mediator

4.2.1.4 Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur digunakan untuk menaksir hubungan kausalitas antar

variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori, dan analisis jalur
74

tidak dapat mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner. Berikut

ini persamaan analisis jalur :

Persamaan I : NPF = - 6,792 + 0,657 LN_PmbMrbh + e1

Petrsamaan II : LB = 0,499+ 0,724Pb_mrbh -0,205NPF+e2

Maka digram jalur berdasarkan persamaan diatas sebagai berikut :

Gambar 4.8
HASIL PERSAMAAN STRUKTURAL ANALISIS JALUR

Sig e1= 0,709


0,724 (p1)
Pembiayaan Laba (Y)
murabahah (X)

Sig sig
0,657 (p2) - 0,205 (p3)
e2= 0,843
Non performing
financing (Z)

Berdasarkan gambar 4.8 diatas maka intrepretasi dari hasil analisis jalur diatas

adalah :

a. Besarnya pengaruh langsung pembiayaan murabahah terhadap laba

sebesar 0,724

b. Besarnya pengaruh langsung pembiayaan murabahah terhadap NPF

sebesar 0,657

c. Besarnya pengaruh langsung NPF terhadap laba sebesar 0,205

d. Besarnya pengaruh tidak langsung pembiayaan murabahah terhadap

laba melalui NPF dihitung dengan mengalikan (p2 x p3) = 0,657 x

0,205 = - 0,134
75

e. Besarnya Total pengaruh (Korelasi PmbMrbh) sebesar :

Total Pengaruh = Pengaruh langsung + pengaruh tidak langsung

= 0,724 - 0,134 = 0,590

f. Koefisen Beta pengaruh langsung sebesar 0,724 > - 0,134 pengaruh

tidak langsung

Berdasarkan keterangan diatas NPF dijadikan sebagai variabel apabila menemuhi

kriteria :

(i) Apabila pada persamaan I, koefisien p2 signifikan (p-value < 0,05)

(ii) Apabila pada persamaan I dan II, koefisien p1, p2 dan p3 signifikan,

dimana nilai koefisien unstardarized Beta p1 kurang dari

unstandardized (p2 x p3)

NPF bukan sebagai variabel intervening pada analisis jalur dikarenakan

tidak memenuhi kriteria ke (ii) karena nilai p1 > (p2 x p3) yang seharusnya

pengaruh langsung lebih kecil dibandingkan pengaruh tidak langsung. Uji

pengujian hipotesis melakukan penolakan atau penerimaan menggunkan Uji Sobel

Sab = b 2 2 + 2 2 + 2 2

= 0,2052 0,1462 + 0,6572 0,0872 + 0,1462 0,0872

= (0,0420 x 0,0213) + (0,4316 0,0075) + (0,0213 0,0075)

= (0,000894) + (0,003237) + (0,0001597)

= 0,06


t hitung =
76

0,134
= = - 2,06
0,065

Berdasarkan hasil uji sobel untuk pengaruh NPF sebagai intervening pada

pembiayaan murabahah terhadap laba dengan menggunakan sobel test maka

didapatkan nilai t hitung (test statistic) sebesar -2,06 < 1,68 t tabel maka

keputusannya terima H0, artinya NPF tidak sebagai variabel mediasi (intervening)

pembiayaan murabahah terhadap laba, Berdasarkan penjelasan tersebut NPF tidak

menjadi variabel mediasi dan didukung hasil temuan pada uji causal step

sebelumnya.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan

murabahah terhadap laba dengan NPF sebagai variabel intervening. Pengujian

dilakukan dengan melakukkan regresi sebanyak 2 (dua) kali. Sampel yang

digunakan sebanyak 11 bank umum syariah yang terdaftar di BI, periode

penelitian pada tahun 2011 2015. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

beberapa tahap yaitu Uji Asumsi klasik, Uji variabel intervening dengan analisis

jalur dengan metode causal step dan uji sobel serta uji hipotesis. Hasil dari

pengujian membuktikan bahwa pembiayaan murabahah memiliki kontribusi

pengaruh 42,9 % dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang

digunakan, berdasarkan uji F diketahui nilai signifikan sebesar 0,000 artinya

model yang diusulkan fit atau baik. Hasil uji t menunjukkan variabel pembiayaan

berpengaruh signifikan terhadap laba. Hasil uji pengaruh intervening dengan

analisis jalur dan uji sobel membuktikan bahwa NPF bukan menjadi variabel

intervening. Berikut ini pembahasan masing masing variabel.


77

4.3.1 Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba

Pembiayaan murabahah merupakan akad jual beli antara bank dan

nasabah, dimana bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, dimana

kedua belah pihak sepakat untuk penentuan harga pokok barang ditambah dengan

margin keuntungan yang disepakati. Akad murabahahah sah apabila syarat

syarat pembiayaan murabahah terpenuhi. Pembiayaan ini merupakan pembiayaan

yang popular pada bank syariah dan mendominasi pada pembiayaan jual beli

lainnya karena pembiayaan ini memiliki jangka waktu yang relatif singkat,

pembiayaan jual beli yang digunakan bank syariah sekitar lebih dari tujuh puluh

persen disalurkan, dikarenakan hubungan kedua belah pihak hanya sebatas

kreditur dan debitur dan memiliki resiko yang rendah. Pembiayaan murbahah

yang diberikan maka bank menetapkan penambahan margin keuntungan dengan

tujuan antisipasi timbulnya kemungkinan kerugian akibat nasabah tidak dapat

melunasi akad murabahah, dengan penetapan margin akan memperoleh

penghasilan berupa mark-up selisih harga jual dan harga beli barang atau jasa,

dimana markup yang dihasilkan merupakan pendapatan bagi bank maka dapat

meningkatkan laba bank syariah.

Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana pengaruh pembiayaan

murabahah terhadap laba dapat dilihat berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0,000

maka Hipotesis pertama (H1) dengan keputusan terima Ha1 maka pembiayaan

murabahah berpengaruh signifikan terhadap laba. Berikut ini data rata rata

pembiayaan murbahah terhadap laba .


78

Tabel 4.11

PERBANDINGAN RATA RATA PEMBIAYAAN MURABAHAH


TERHADAP LABA

Tahun Pmb Laba


2011 4.211.637 96.728
2012 6.157.601 153.310
2013 7.705.503 150.099
2014 8.065.254 44.217
2015 10.047.354 76.473

Berdasarkan tabel 4.11 nilai rata rata kedua variabel tidak stabil, pada

tahun 2011 2012 nilai pembiayaan murabahah sebesar 4.211.637 juta rupiah

mengalami peningkatan menjadi 6.157.601 juta rupiah dan laba pada periode

tersebut mengalami peningkatan dari 96.728 menjadi 153.310 juta rupiah.

Berbeda dengan tahun 2012 2013 pembiayaan murabahah sebesar 6.157.601

juta rupiah menjadi 7.705.503 juta rupiah tetapi laba justru mengalami penurunan

tahun 2012 laba sebesar 153.310 juta rupiah sedangkan tahun 2013 dengan nilai

laba sebesar 150.099 juta rupiah Pembiayaan murabahah meningkat dari tahun

sebelumnya pada tahun 2013 sebesar 7.705.503 juta rupiah kemudian tahun 2014

sebesar 8.065.254 juta rupiah sedangkan laba pada tahun 2013 di peroleh sebesar

150.099 juta rupiah mengalami penurunan, tahun 2014 2015 pembiayaan

murabahah mengalami peningkatan dari nilai sebesar 8.065.254 juta rupiah

menjadi sebesar 10.047.354 juta rupiah kemudian laba yang diperoleh juga

mengalami peningkatan pada tahun 2014 laba sebesar 44.217 meningkat menjadi

sebesar 76.473. Kinerja bank syariah semakin baik dibuktikan dengan

peningkatan pembiayaan murabahah yang disalurkan setiap tahunnya semakin


79

banyak artinya nasabah banyak yang meminati produk tersebut maka fungsi dan

tujuan bank syariah selaras.

Nilai rata rata yang tidak stabil maka tidak sesuai dengan teori yang

menyatakan semaikin tinggi pembiayaan maka semakin tinggi laba yang diperoleh

hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya yang mengakibatkan laba menurun,

mengingat laba terdiri dari komponen pendapatan, beban operasional maupun

beban pajak pada masing - masing bank syariah. Berikut contoh data yang

digunakan untuk menjelaskan hubungan pembiayaan murabahah terhadap laba.

Tabel 4.12
CONTOH LAPORAN LABA RUGI GABUNGAN BANK UMUM
SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH TAHUN 2013 2014

Indikator Tahun Tahun


2013 2014
A. Pendapatan
Pendapatan Operasional 23,251 32,615
Pendapatan Operasional Lainnya 5,736 7,715
Pendapatan non operasional 6,765 477
Bagi hasil investasi tidak terikat 8,545 16,096
Total Pendapatan 27,207 24,712
B. Beban
Beban operasional 16,644 14,021
Beban operasional lainnya 1,297 1,966
Beban non operasional 4,722 6,855
Total Beban 22,663 22,843
C. Laba tahun berjalan 4,544 2,049
D. Penambahan/pengurangan Laba 556 - *)
tahun berjalan
E. Laba tahun berjalan sebelum 3,988 2,049
taksira pajak
F. Taksiran pajak penghasilan -/- 578 137
G. Laba setelah taksiran pajak 3,410 1,004
penghasilan
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (OJK), Tahun 2017
80

Berdasarkan Tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa dana yang diberikan kepada

nasabah menghasilkan pendapatan apabila nasabah dapat membayar sejumlah

uang atau cicilan dengan lancar tetapi jika nasabah wanprestasi maka bank akan

menundah penagihan sejulah uang atau angsuran hingga nasabah dapat

membayarnya akibatnya pendapatan pada tahun berjalan berkurang dengan nilai

beban yang hampir sama atau tinggi laba yang diperoleh bank syariah semakin

kecil.

Sesuai dengan teori yang digunakan yaitu Stewardship theory bank syariah

sebagai principal mempercayakan nasabah selaku steward mengelola dana dan

dapat mengembalikan dana yang dipinjam dengan harapan nasabah dapat

bertindak sesuai dengan tujuan bersama dimana bentuk kepuasan principal

merupakan laba dari hasil usaha yang diperolehnya. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian Maulidiyah dan Jeni (2017) serta Novi Fadila (2015) hasil

penelitian keduanya membuktikan bahwa pembiayaan murabahah memiliki

pengaruh positif signifikan terhadap laba berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan Siti Fatimah (2014) bahwa pembiayaan murabahah tidak berpengaruh

signifikan terhadap laba.

4.3.2 Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap non performing financing

(NPF)

Penyaluran dana kepada nasabah berdasarkan prinsip syariah kepada yang

membutuhkan merupakan suatu fungsi bank syariah sebagai deficit utama

lembaga keuangan, Produk-produk pembiayaan yang ditawarkan oleh bank


81

syariah salah satunya berdasarkan prinsip murabahah, Bank yang berhasil

menjaga kualitas pembiayaannya maka akan memperkecil kemungkinan

terjadinya pembiayaan bermasalah. Sedangkan bank yang tidak mampu menjaga

kualitas pembiayaannya maka potensi terjadinya pembiayaan bermasalah.

Menurut Antonio dalam Afif dan Imron (2014) penyebab terjadinya resiko kredit

adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman untuk pengadaan suatu

investasi karena dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, akibatnya

penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi kemungkinan resiko yang

dialami bank syariah.

Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana pengaruh pembiayaan

murabahah terhadap NPF dapat dilihat pada uji t berdasarkan nilai signifikansi

sebesar 0,000 maka Hipotesis kedua (H2) dengan keputusan terima Ha2 maka

pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan terhadap NPF. Berikut ini data

rata rata pembiayaan murbahah terhadap NPF :

Tabel 4.13
PERBANDINGAN RATA RATA PEMBIAYAAN
MURABAHAH TERHADAP NPF

Tahun Pmb NPF


2011 4.211.637 1,91
2012 6.157.601 2,40
2013 7.705.503 2,96
2014 8.065.254 4,22
2015 10.047.354 7,54

Berdasarkan tabel 4.13 nilai rata rata variabel pmb (pembiayaan

murabahah) dengan NPF mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun

2011 2012 nilai pembiayaan murabahah sebesar 4.211.637 juta rupiah


82

mengalami peningkatan menjadi 6.157.601 juta rupiah dan NPF pada periode

tersebut mengalami peningkatan dari 1,91 % menjadi 2,40 % . Tahun 2012 2013

pembiayaan murabahah sebesar 6.157.601 juta rupiah menjadi 7.705.503 juta,

nilai NPF tahun 2012 sebesar 2,40 % menjadi 2,96% pada tahun 2013.

Pembiayaan murabahah meningkat dari tahun sebelumnya pada tahun 2013

sebesar 7.705.503 juta rupiah kemudian tahun 2014 sebesar 8.065.254 juta rupiah

NPF yang di hasilkan semakin meningkat hingga mencapai angka 4,22 % pada

tahun 2014. tahun 2014 2015 pembiayaan murabahah terus mengalami

peningkatan dari nilai sebesar 8.065.254 juta rupiah menjadi sebesar 10.047.354

juta rupiah kemudian NPF yang di peroleh pada bank syariah mencapai 7,54 % di

akhir tahun 2015. Hubungan pembiayaan murabahah dengan pembiayaan

bermasalah menggunakan rasio NPF sesuai dengan teori pembiayaan yang

diberikan terlalu besar akan meningkatkan resiko pembiayaan bermasalah yang

akan di hadapi bank.

Hipotesis ini mendukung dengan teori stewardship, ketika pemberian

pembiayaan murabahah bank mempercayai nasabah untuk mengelola dananya dan

dapat bertindak sesuai dengan kesepakatan dan tujuan yang ingin dicapai. Ketika

bank mengalami pembiayaan bermasalah yang dapat di ketahui oleh laporan

keuangan dimana bank tersebut mengalami kesulitan pelunasan yang di

kategorikan pada pembiayaan ytang kurang lancar, macet maupun tidak lancar

bank tidak membebankan semua pembiayaan tersebut tetapi bank akan membantu

nasabah agar dapat membayar sejumlah dan yang dipinjamnya karena bank

sebenarnya menggunakan prinsip proft and loss. Dengan hubungan keduanya


83

yang saling mendukung keberlangsungan kinerja bank syariah yang baik maka

keduanya akan berkerja sama menyelesaikan pembiayaan bermasalah.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Afif dan Imron (2014)

pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah, dengan

koefisien yang positif maka setiap kenaikan pembiayaan murabahah akan

meningkatkan NPF, peningkatan pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor

mudahnya bank memberikan pembiayaan dan tidak mampu menganalisis calon

nasabahnya bisa jadi dikarenakan nasabah yang memiliki kemauan membayar

tetapi usaha yang di lakukkan nasabah mengalami kerugian dan mengakibatkan

membesarnya pembiayaan bermasalah dibandingkan pembiayaan yang

diberikannya.

4.3.3 Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap laba

Pembiayaan bermasalah yang semakin tinggi menandakan bank tersebut

tidak dalam kategori sehat serta berdampak pada penurunkan laba sehingga bank

terancam mengalami likuiditas. pendapatan yang harusnya di terima tetapi bank

justru melakukan upaya untuk menyelamatkan pembiayaan bermaslah agar tidak

berdampak terlalu tinggi pada laba. Menurut Kasmir (2014 : 129 ) semakin tinggi

NPF maka semakin kecil laba yang dihasilkan karena pendapatan yang diterima

bank akan berkurang dan biaya pencadangan penghapusan piutang bertambah dan

bank mengalami rugi. Semakin tinggi nilai NPF maka semakin kecil peluang

menghasilkan keuntungan dari total pembiayan yang diberikan dan laba akan

mengalami penurunan.
84

Teori stewardship mendukung hasil penelitian ini pembiayaan yang

diberikan kepada nasabah dengan asumsi bahwa steward dapat

mengakomodasikan dana dengan baik, maka kemungkinan pembiayaan

bermasalah yang ditimbulkan kecil, disini peran principal sangat penting dengan

memberikan pengarahan berupa motivasi agar terhindar dari perbedaan

kepentingan, maka keberlangsungan usaha akan sesuai dengan tujuan yang ingin

di capai bersama.

Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana pengaruh NPF terhadap laba

dapat dilihat pada uji t berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0,023 maka

Hipotesis ketiga (H3) dengan keputusan terima Ha3 maka NPF berpengaruh

signifikan terhadap laba. Berikut ini data rata rata NPF terhadap laba :

Tabel 4.14
PERBANDINGAN RATA RATA NPF TERHADAP LABA
Tahun NPF Laba
2011 1,91 96.728
2012 2,40 153.310
2013 2,96 150.099
2014 4,22 44.217
2015 7,54 76.473
Berdasarkan tabel 4.14 nilai rata rata NPF dengan laba tidak stabil

pada tahun 2011 2012 nilai NPF dari 1,91 % menjadi 2,40 %, laba pda tahun

2011 2012 sebesar 96.728 juta rupiah naik menjadi 96.728. nilai NPF tahun

2012 sebesar 2,40 % meningkat menjadi 2,96% pada tahun 2013, laba pada tahun

2012 sebesar 153.310 juta rupiah menurun menjadi 150.099 juta rupiah. NPF

mencapai angka 4,22 % pada tahun 2014 dan melonjak mencapai angka 7,54 %

pada tahun 2015, sedangkan laba tahun 2014 sebesar 44.217 juta rupiah
85

meningkat menjadi 76.743 juta rupiah pada tahun 2015. Tidak stabilnya hubungan

pemiayaan bermasalah atau NPF dengan laba tidak sesuai dengan terori yang

menyatakan semakin tinggi pembiayaan bermasalah maka semakin rendah laba

yang di hasilkan, rata rata data di dukung dengan hasil penelitian rahman dan

rohmandika (2014) dikarenakan return dari penyaluran dana selain pembiyaan

seperti penempatan pada bank lain, investasi surat berharga, atau penyertaan

mampu menutupi kerugian yang terjadi atas pembiyaan bermasalah, sehingga

NPF seolah-olah berpengaruh positif tehadap profitabilitas.

Hipotesis ini didukung oleh penelitian Riyadi (2014) bahwa NPF memiliki

pengaruh negatif terhadap laba, semakin tinggi nilai NPF maka laba yang

dihasilkan semakin menurun.

4.3.4 Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba dengan NPF sebagai

variabel intervening

Alokasi dana dalam bentuk pembiayaan mempunyai beberapa tujuan, yaitu

mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah serta

mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi agar posisi

likuiditas tetap aman Rahman dan Rohmandika (2012). Hal tersebut dikarenakan

pembiayaan merupakan kegiatan yang mendominasi pengalokasian dana bank 35

dengan penggunaan dana mencapai 70 sampai 80 persen dari volume usaha bank.

Pembiayaan murabahah adalah produk jangka pendek yang paling besar

diterapkan pada bank bank syariah yang diberikan pada nasabah.

Berdasarkan rukun atau syarat pembiayaan murabahah adalah harus

adanya transparansi sikap keterbukaan terhadap biaya perolehan kepada nasabah


86

dan harus bebas riba maka hubungan keduanya berdasarkan kepercayaan atas

penyerahan akad murabahah. Dengan pembiayaan murabahah yang disalurkan,

maka bank syariah akan memperoleh manfaat dan bisa juga resiko Manfaat dari

pembiayaan murabahah adalah perolehan mark up menjadi pendapatan bank dan

mengakibatkan peningkatan pada laba yang diperoleh bank syariah. Sedangkan

untuk risiko yang dihadapinya salah satunya yang sering terjadi yaitu kelalaian

nasabah ketika membayar angsuran secara sengaja atau tidak sengaja. Kelalaian

tersebut dapat menyebabkan bank syariah akan mengalami pembiayaan

bermasalah yang dapat menurunkan laba (Wiroso, 2011 : 171)

Hasil uji hipotesis pada uji t semua variabel memiliki pengaruh terhadap

laba dan signifikan < 0,05. Pembiayaan murabahah berpengaruh positif terhadap

laba maka pembiayaan murabahah meningkat dan laba juga meningkat.

sedangkan uji variabel intervening pada analisis jalur dengan metode causal step

dan uji sobel ditemukan bahwa NPF bukan sebagai variabel intervening antara

pembiayaan murabahah terhadap laba melalinkan pengaruhnya dapat diuji secara

langsung dan menjadi variabel independen. Berikut ini rata rata pengaruh

pembiyaan murabahah terhadap laba dengan NPF sebagai variabel intervening.

Tabel 4.15
PERBANDINGAN RATA RATA PEMBIAYAAN MURABAHAH
TERHADAP LABA DENGAN NPF SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
Tahun Pmb Laba NPF
2011 4.211.637 96.728 1,91
2012 6.157.601 153.310 2,40
2013 7.705.503 150.099 2,96
2014 8.065.254 44.217 4,22
2015 10.047.354 76.473 7,54
87

Berdasarkan tabel 4.15 diatas pembiayaan murabahah setiap tahunnya mengalami

peningkatan dan nilai laba berfluktuatif, Pada tahun 2011 2012 nilai pembiayaan

murabahah sebesar 4.211.637 juta rupiah mengalami peningkatan menjadi

6.157.601 juta rupiah dan nilai laba sebesar 96.728 juta rupiah meningkat menjadi

153.310 juta rupiah hal tersebut dikarenakan nilai NPF yang semakin meningkat.

Menurut Zaim dan Afif (2014) Jika nilai pembiayaan bermasalah meningkat maka

laba akan menurun akan mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh

keuntungan dari pembiayaan yang diberikan dan akhirnya akan menurunkan laba

bersih. Berdasarkan penjelasan diatas mendukung teori yang digunakan yaitu teori

stewardship, kunci utama tercapainya tujuan bersama adalah kepercayaan yang

diberikan principal pada steward, principal selaku bank syariah memberikan

sejumlah pembiayaan kepada steward dengan penuh kepercayaan akad murabahah

dilakukan dan diharapkan steward dapat mengembalikan sejumlah dana yang

dipinjamkan. Meskipun secara teori pembiayaan yang diberikan dapat

menhasilkan laba tetapi pada praktiknya rasio NPF bank syariah terus membesar

yang mengerus laba. Untuk pengaruh pembiayaan murabahah terhadap laba

dengan NPF variabel intervening sesuai dengan teori stewardship.

Berdasarakan Hipotesis ke empat (H4) NPF tidak terbukti sebagai

pengaruh tidak langsung (memediasi) pembiayaan murabahah terhadap laba maka

pengaruhnya dapat langsung diuji sebagai variabel independen. Hasil penelitian

ini konsisten dengan penelitian Afif dan Imron (2014) NPF memiliki pengaruh

langsung lebih besar dibandingkan pengaruh tidak langsungnya.


88

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh pembiayaan murabahah

terhadap laba dengan NPF (Non Performing Financing) sebagai variabel

intervening. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

website masing masing bank syariah dan Bank Indonesia (BI). Periode

penelitian tahun 2011 2015. Variabel pembiayaan murabahah diukur dengan

menggunakan nilai piutang masing masing bank syariah, laba diukur

menggunakan nilai laba bersih dan NPF diukur dengan rasio diperoleh dari

perbandingan total pembiaan bermasalah dengan total pembiayaan.

Metode pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling dan sampel

akhir diperoleh sebanyak 52 data. Analisis data menggunakan SPSS 23 dengan

beberapa uji statistik seperti uji asumsi klasik yaitu uji statistik deskriptif, uji

normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Uji

variabel mediasi (intervening) meliputi uji analisi jalur, uji causal step dan uji

sobel serta uji hipotesis yaitu uji F (uji kelayakan model), uji koefisien

determinasi (R2) dan uji t.

Berdasarkan hasil pengujian maka pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap laba pada Bank Umum

Syariah di Indonesia tahun 2011 2015. Hal tersebut disebabkan produk

murabahah yang paling mendominasi dibandingkan pembiayaan lainnya

88
89

karena pembiayaan ini memiliki resiko yang rendah dan mendapatkan

retrun yang tinggi.

2. Pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap Non Performing Financing

(NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011 2015. Hal

tersebut dikarenakan setiap pembiayaan yang diberikan mangandung

resiko pembiayaan bermasalah apabila nasabah tidak dapat menyelesaikan

akad sesuai dengan kesepakatan bersama.

3. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap laba pada Bank

Umum Syariah di Indonesia tahun 2011 2015. Hal tersebut diakibatkan

membesarnya rasio NPF laba akan mengalami penurunan dikarenakan

bank akan melakukan pencadangan kualitas aktiva produktif untuk

mengatasi resiko pembiayaan bermasalah.

4. Non Performing Financing terbukti tidak mampu memediasi atau bukan

sebagai variabel intervening hubungan antara pembiayaan murabahah

dengan laba bank umum syariah di Indonesia tahun 2011 2015. Hal

tersebut didukung dengan uji analis jalur bahwa pengaruh langsung

memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan pengaruh tidak langsungnya

p1 > (p2 x p3) berdasarkan hasil uji sobel yang tidak signifikan maka

variabel NPF sebenarnya memiliki pengaruh langsung dan menjadi

variabel indepen.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang tidak dapat diselesaikan

pada penelitian ini diantaranya masih terdapat bank syariah yang belum terdaftar
90

di BI dan tidak mempublikasikan laporan keuangannya yaitu BTPN Syariah yang

mulai beroperasi pada tahun 2014, bank ini tidak dimasukan ke dalam sampel

karena pada variabel yang diteliti data tidak tersedia di Bank Indonesia sehingga

sampel penelitian berkurang.

5.3 Saran

Penelitian ini memiliki keterbatasan, oleh karena itu diberikan saran yang

diharapkan umtuk penelitian selanjutnya lebih baik lagi. Saran yang diberikan

sebagai berikut :

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menggunakan sampel unit usaha

syariah atau Badan Perkreditan Rakyat Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia

agar sampel penelitian semakin representativ atau banyak

Anda mungkin juga menyukai