Anda di halaman 1dari 11

GOOD GOVERNANCE

By: Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I

(Guru Sang Dewo (SMPN 2 Pagerwojo) & Akademisi UIN Maliki Malang)

A. Pengertian Good Governance

Tata Pemerintahan adalah suatu mekanisme interaksi para pihak terkait yang berada di
lembaga pemerintah, lembaga legislatif dan masyarakat, baik secara pribadi maupun
kelompok untuk bersama-sama merumuskan berbagai kesepakatan yang berkaitan dengan
manajemen pembangunan dalam suatu wilayah hukum atau administratif tertentu. Dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan di daerah memerlukan dasar atau prinsip Tata Pemerintahan daerah yang baik,
yang dapat menjadi acuan bagi tercapainya tujuan pemberian otonomi, yang adalah:

1. peningkatan pelayanan aparatur pemerintah di daerah dan peningkatan kesejahteraan


masyarakat,
2. pengembangan kehidupan demokrasi, peningkatan rasa kebangsaan, keadilan,
pemerataan, dan kemandirian daerah serta,
3. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.

Dalam publikasi yang diterbitkan oleh sekretariat Partnership for Governace


menyebutkan bahwa good governance is a concensus reached by government, citiziens and
the privat sector for the adminstration of country or state. Artinya, kepemerintahan yang
baik itu adalah suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama
oleh pemerintah, masyarakat madani dan sektor swasta. Karena itu, untuk terwujudnya
kepemerintahan yang baik, diperlikan dialog antara pelaku-pelaku penting dalam negara.
Agar semua pihak merasa memiliki tata pengaturan tersebut. Tanpa kesepakatan yang
dilahirkan dari dialog ini, kesejahteraan tidak akan tercapai karena aspirasi politik maupun
ekonomi rakyat tersumbat.

LAN & BPKP (2000) mengemukakan bahwa, arti Good Governance mengandung dua
pengertian :

Pertama, nilai-nilai yang menjujung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang
dapat meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan (nasional)
kemandirian, pemabangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.

Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Beberapa pendapat lain tentang Good Governance diantaranya adalah :

OECD dan World Bank mendefinisikan Good Governance dengan penyelenggaraan


manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan
korupsi, baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal and political frameworks bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.

UNDP memberikan definisi good governance sebagai hubungan yang sinergis dan
konstruktif di antara negara, sektor swasta dan masyarakat (society)

Selain itu, pendapat lainnya sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101
Tahun 2000. Dirumuskan pengertian Good Governance, yaitu : kepemerintahan yang
mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi,
pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas, supermasi hukum dan dapat diterima oleh
selurh masyarakat.

Kashi Nisjar (1997) dalam Domai (2001) mengemukakan bahwa secara umum good
governance mengandung unsur utama yang terdiri dari akuntablitas, transparansi,
keterbukaan dan aturan hukum.

Dengan demikian, pada dasarnya unsur-unsur dalam kepemerintahan dapat dikelompokkan


menjadi 3 kategori yaitu :

1. Negara/Pemerintah : Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan


kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan
masyarakat madani.
2. Sektor Swasta : Pelaku sektor swasta menangkup perusahaan swasta yang aktif dalam
interaksi dalam sistem pasar, seperti : industri pengolahan perdagangan, perbankan
dan koperasi termasuk kegiatan sektor informal.
3. Masyarakat Madani : Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya
berada diantara atau ditengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang
mencangkup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi
secara sosial, politik dan ekonomi.

Beberapa pendapat diatas telah jelas dikemukakan apa yang dimaksud dengan makna Good
Governance, namun pada prinsipnya dalam Good Governance memiliki kandungan makna
atau arti yang sangat dalam yaitu bagaimana penyelenggaraan atau pengelolaan yang baik.
konsep ini dapat berlaku pada setiap organisasi apapun, apakah pemerintah, swasta maupun
organisasi masyarakat lainnya yang dibentuk untuk suatu tujuan yang mulia.

B. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance

Dalam Rencana Strategi Lembaga Administrasi Negara tahun 2000-2004, disebutkan


perlunya pendekatan baru dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan yang terarah
dalam terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance) yakni : .proses
pengelolaan pemerintahan yang demokratis, profesional menjunjung tinggi supremasi hukum
dan hak asasi manusia desentralistik, partisipatif, transparansi, keadilan, bersih dan akuntabel,
selain berdaya guna, berhasil guna dan berorientasi pada peningkatan daya saing bangsa.

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di


dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu
pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan
semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-
prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini.
Berikutnya Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia (2006) mengemukakan bahwa
karakteristik atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek
penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, meliputi :

Partisipasi Masyarakat

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara
langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan
mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan
mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.

Tegaknya Supremasi Hukum

Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya
hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.

Transparansi

Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan,
lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan,
dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

Peduli pada Stakeholder

Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak
yang berkepentingan.

Berorientasi pada Konsensus

Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi


terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-
kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur.

Kesetaraan

Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan


kesejahteraan mereka.

Efektifitas dan Efisiensi

Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan


warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal
mungkin.

Akuntabilitas

Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat


bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang
berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya
tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.

Visi Strategis

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata
pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang
dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus
memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar
bagi perspektif tersebut.

Keseluruhan karakteristik atau prinsip good governance tersebut adalah saling memperkuat
dan saling terkait serta tidak bisa berdiri sendiri. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa
terdapat empat unsur atau prinsip utama yang dapat memberi gambaran administrasi publik
yang berciri kepemerintahan yang baik yaitu sebagai berikut :

1. Akuntabilitas : Adanya kewajiban bagi aparatur pemerintah untuk bertindak selaku


penanggung jawab dan penanggung gugat atas segala tindakan dan kebijakan yang
ditetapkannya.
2. Transparansi : Kepemerintahan yang baik akan bersifat transparan terhadap
rakyatnya, baik ditingkat pusat maupun daerah.
3. Keterbukaan : menghendaki terbukanya kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan
tanggapan dan kritik terhadap pemerintah yang dinilainya tidak transparan.
4. Aturan Hukum : Kepemerintahan yang baik mempunyai karakteristik berupa jaminan
kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang
ditempuh.

Karakteristik good governance di atas menunjukkan dimensi yang sangat potensial jika
diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan suatu organisasi apapun bentuknya. Perlu
keyakinan atau kepercayaan yang sungguh-sungguh dari sumber daya manusia yang
merekayasa dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi suatu organisasi apapun bentuknya
sesuai dengan atribut yang terkandung dalam karakteristik good governance. Namun untuk
itu juga diperlukan kemampuan profesionalisme yang berkualitas potensial.

Konsep good governance diatas perlu ditranformasikan ke dalam kinerja suatu organisasi.
Misalnya dalam penelitian ini terkait dengan otonomi daerah khususnya penyelenggaraan
desentralisasi kewenangan oleh pemerintah daerah, maka nilai atau atribut good governance
perlu ditranformasikan ke dalam proses implementasi otonomi daerah guna mencapai
keberhasilan yang berarti (signifikan).

Berbicara tentang penerapan good governance pada sektor publik tidak lepas dari visi
Indonesia masa depan sebagai fokus tujuan pembangunan kepemerintahan yang baik.
Pemerintah yang baik dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang menghormati kedaulatan
rakyat, memiliki tugas pokok yang mencakup:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah darah Indonesia.


2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan berbangsa.
4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dipahami bahwa dalam ketetapan MPR
No.VII/MPR/2001 telah ditetapkan visi Indonesia Masa Depan dengan kurun waktu 20 tahun
tang disebut Visi Indonesia 2020, yaitu: terwujudnya masyarakat indonesia yang religius,
manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negarasedangkan pada bab IV butir 9 ditegaskan bahwa baik dan bersih
dalam penyelenggaraan negara adalah mencangkup:

1. Terwujudnya penyelenggaraan negara yang profesional, transparan, akuntabel,


memiliki kredibilitas dan bebas korupsi kolusi dan nepotisme.
2. Terbentuknya penyelenggaraan negara yang peka dan tanggap terhadap kepentingan
dan aspirasi rakyat di seluruh wilayah negara termasuk derah terpencil dan
perbatasan; Berkembangnya transparansi dalam budaya dan perilaku serta aktivitas
politik dan pemerintah.

Terselenggaranya good governance merupakan persyaratan bagi setiap pemerintahan untuk


mewujudkan aspirasi masyrakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara. Dalam
rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
jelas dan legitimate, sehingga pnyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas
korupsi, kolusi, dan nepotisme.

C. Pilar-Pilar Good Governance

Good Governance hanya bermakna bila keberadaannya ditopang oleh lembaga yang
melibatkan kepentingan publik. Jenis lembaga tersebut adalah:

Negara
Menciptakan kondisi politik, ekonomidan sosial yang stabil
Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
Menyediakan public service yang efektif dan acountable
Menegakkan HAM
Melindungi lingkungan hidup
Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik

Sektor Swasta

1. Menjalankan industri
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Menyediakan insentif bagi karyawan
4. Meningkatkan standar hidup masyarakat
5. Memelihara lingkungan hidup
6. Mentaati peraturan

Masyarakat

1. Menjaga agar hak-hak masyrakat terlindungi


2. Mempengaruhi kebijakan publik
3. Sebagai sarana chek and balance pemerintah
4. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
5. Sarana komunikasi agar anggota masyarakat
Agar Good Governance dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan dari semua pihak. Baik itu
pihak pemerintah, swasta dan masyarakat. Dan untuk mencapai good governance yang
efektif dan efisien, kesetaraan, interpretasi, serta etos kerja dan moral yang tinggi yang akan
digunakan sebagai nilai dasar yang harus dipegang teguh oleh seluruh komponen yang harus
langsung dengan good governance.

Ketiga lembaga di atas merupakan pendukung utama dalam terciptanya good governance.
Sistem pemerintahan yang baik dapat diwujudkan apabila terciptanya sinergi antara
pemerintah, swasta dan masyrakat dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Negara harus mampu menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi terselnggaranya suatu
pemerintahan yang baik. adanya perbaikan mengenai sistem politik , sistem pemerintahan
dan lebih memperhatikan dalam pelayanan publik. Kondisi seperti ini dapat menarik minat
kalangan swasta untuk berkembang lagi. Jika usaha swasta ini meningkat maka
pengangguran dapat teratasi dengan adanya investasi di negeri ini. Dan masyrakat harus lebih
kritis terhadap pemerintah mengenai apa yang dilakukan dalam pembangunan ini.

D. Indikator Keberhasilan Good Governance (Secara Makro, Mikro Sektoral)

Dalam Bintoro (2002:148-152) mengatakan bahwa dalam praktek good governance perlu
dikembangkan indikator keberhasilan dalam pelaksanaan good governance. Ini sangat
penting karena dalam good governance yang akan menjadi alat ukur, penilaian akuntabilitas
pelaksanaan suatu kebijakan, program ataupun proyek, kinerja badan usaha, organisasi dan
unit kegiatan/usaha manajemen pemerintahan dan pembangunan. Keberhasilan secara umum
dapat dilihat dari indikator ekonomi makro atau tercapainya tujuan pembangunan yang dituju.
Untuk negara-ngara terkena krisis. Misalnya dipakai indikator recovery. Untuk indonesia
masa reformasi ini indikator praktek good governance bisa dilihat seberapa jauh tercapainya
tujuan reformasi pembangunan seperti tercantum dalam TAP MPR No.X/1998: Tujuan-
tujuan Reformasi Pembangunan (Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam rangka
Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara).

1. Mengatasi krisis ekonomi dalam waktu sesingkat-singkatnya terutama untuk


menghasilkan stabilitas moneter yang tanggap terhadap pengaruh global dan
pemulihan aktivitas usaha nasional.
2. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara melalui perluasan dan peningkatan partisipasi politik rakyat
secara tertip untuk menciptakan stabilitas nasional.
3. Menegakkan hukum berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, HAM menuju
terciptanya ketertiban umum dan perbaikan sikap mental.
4. Meletakkan dasar-dasar kerangka dan agenda reformasi pembangunan, agama dan
sosial budaya dalam usaha mewujudkan masyarakat madani.

Tetapi bisa juga indikator keberhasilan disusun secara sektoral, misalnya produk tertentu,
peningkatan ekspor, investasi, jaringan kemiskinan. Dan juga secara mikro seperti laporan
hasil audit atau badan usaha. Tidak saja perusahaan tetapi juga unit-unit birokrasi (misalnya
dalam pelayanan).

Dalam hal ini Lembaga Administrasi Negara telah mengembangkan Modul tentang
Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah dan Modul tentang Evaluasi Kinerja Instansi
Pemerintah yang bisa juga untuk pengukuran kinerja badan usaha yang diukur dalam
pengukuran kinerja adalah aspek-aspek berikut:
Aspek Finansial

Kalau di Pemerintah pelaksanaan anggaran rutin dan pembangunan. Kalau dalam perusahaan
juga cast flow, neraca laba-rugi dan penilaian audit Report

Kepuasan Pelanggan

Posisi pelanggan sangat krusial dalam penetuan strategi perusahaan. Hal serupa juga terjadi
pada instansi pemerintah.

Operasi Bisnis Internal

Untuk memastikan/memantau apakah seluruh kegiatan operasi internal sudah in concert


(seirama) sesuai dengan rencana strategi.

Kepuasan Pegawai

Untuk memastikan/memantau apakah seluruh kegiatan operasional organisasi.

Kepuasan komunitas dan share holders dan stake holders

Kegiatan suatu usaha, pemerintah maupun badan usaha dalam pengukuran kinerjanya juga
didesain untuk mengakomodasikan kepuasan lingkungan.

Ratio Analysis

Untuk mengukur sehatnya operasi usaha digunakan antara lain analisis rasio, seperti
profitability ratios.

Rambu-rambu perbankan seperti CAR (Capital Adequacy Ratio).

SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT

Definisi Good Governance


Good governance sering diterjemahkan sebagai tata pemerintahan yang baik atau disebut

juga dengan istilah civil society. Good governance bisa juga didefinisikan sebagai suatu

penyelenggaraan manajemen pembangunan, pemberdayaan, dan pelayanan yang sejalan

dengan demokrasi (pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat).


Tuntutan untuk mewujudkan good governance sudah menjadi salah satu isu penting di

Indonesia sejak terjadinya krisis finansial yang terjadi pada tahun 1997 s.d. 1998. Krisis

tersebut kemudian meluas menjadi krisis multidimensi dan telah mendorong arus balik yang

menuntut reformasi dalam penyelenggaraan negara termasuk pemerintahannya. Salah satu

penyebab terjadinya krisis multidimensi tersebut adalah karena buruknya/salahnya manajemen

dalam penyelenggaraan tata pemerintahan (poor governance) yang diindikasikan oleh

beberapa masalah, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Dimensi kekuasaan oleh satu pihak terhadap pihak lainnya, sehingga pengawasan menjadi

sulit dilakukan.

2. Terjadinya tindakan KKN; dan

3. Rendahnya kinerja aparatur termasuk dalam pelayanan kepada publik atau masyarakat di

berbagai bidang.

Dalam penyelenggaraannya, good governance memiliki beberapa prinsip, yaitu sebagai

berikut :

a. Partisipasi

Adalah prinsip yang mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan perumusan kebijakan.

Selain itu, menurut Dwiyanto (2002:42) Keberadaan masyarakat menjadi satu keniscayaan

dalam reformasi tata pemerintahan

Partisipasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua macam bentuk, yaitu :

1. Partisipasi masyarakat muncul karena ketidakmampuan pemerintah; atau

2. Partisipasi murni swadaya masyarakat dikarenakan masyarakat membutuhkan sesuatu.

Partisipasi dapat dilakukan dalam siklus kebijakan publik yang memiliki lima tahapan

(Dunn, 2003:25; Nugroho D., 2004:73), yaitu :

1. Penyusunan agenda (agenda setting).


2. Formulasi kebijakan (merumuskan alternatif).
3. Adopsi kebijakan (proses pemilihan dari sekian alternatif yang tersedia untuk dijadikan sebagai
suatu kebijakan).
4. Implementasi kebijakan.
5. Penilaian kebijakan.

b. Transparansi

Transparansi (transparency) adalah terbukanya proses perumusan kebijakan publik bagi

masyarakat (terbuka bagi partisipasi masyarakat). Semua urusan kepemerintahan berupa

kebijakan publik, baik yang berkenaan dengan pelayanan publik maupun pembangunan di

daerah harus diketahui publik. (Yuswanto, 2003).

Transparansi juga didefinisikan sebagai Keterbukaan (opennes) adalah tersdianya

data/informasi bagi masyarakat yang dapat diakses sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Keterbukaan dapat juga merujuk pada ketersediaan informasi dan kejelasan bagi

masyarakat umum untuk mengetahui proses penyusunan, pelaksanaan, serta hasil yang telah

dicapai melalui sebuah kebijakan publik.

c. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik adalah suatu ukuran atau standar yang menunjukkan seberapa besar

tingkat kesesuaian penyelenggaraan penyusunan kebijakan publik dengan peraturan hukum

dan perundang-undangan yang berlaku untuk organisasi yang bersangkutan. (Yuswanto, 2003)

Rasa tanggung jawab merupakan syarat mutlak untuk penerapan good governance, karena

sebagaimana menurut Alhadist, bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan akan dimintai

pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban itu dilaporkan bukan hanya kepada publik, akan

tetapi dilaporkan juga kepada Tuhan Yang Mahaesa.

d. Efektif dan Efisien

Efektif/tepat sasaran, serta efisien/hemat. Pemerintah diupayakan untuk melakukan pelayanan

yang cepat dan tepat terhadap masyarakat.

e. Kepastian Hukum

Peradilan hukum harus independen dari intervensi, anti suap dan tidak dapat dijual beli dengan

segelintir uang.
f. Responsif

Tanggap terhadap kondisi dan kebutuhan masyarakat.

g. Konsensus (Mufakat)

Negara musyawarah bukan negara Kerajaan (Qardhawy, 1999:36). Sebab, Negara ini bukan

kerajaan yang dipaksakan, akan tetapi diselenggarakan atas landasan musyawarah untuk

mencapai mufakat demi kepentingan umat/masyarakat.

h. Setara dan Inklusif

Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan, perlakuan, dan hak yang sama untuk ikut

serta dalam pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pada dasarnya, penerapan tata pemerintahan yang baik adalah pelayanan Publik yang lebih

baik kepada masyarakat. Untuk mencapai cita-cita ideal tersebut, maka sistem birokrasi perlu

direformasi. Selama ini birokrasi cenderung tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Birokrasi yang ada tidak bisa menciptakan efisiensi dan efektivitas kerja, sehingga birokrasi

sering dianggap menjadi penghambat untuk mencapai tujuan pemerintahan.

Pihak-pihak yang dituntut untuk melakukan reformasi tidak hanya negara saja, aka tetapi

juga dunia usaha (corporate) dan masyarakat luas (civil society). Secara umum, tuntutan

reformasi berupa penciptaan good corporate governance di sektor swasta, good public

governance dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, dan pembentukan good civil society

atau masyarakat luas yang mampu mendukung terwujudnya good governance. Menurut

Yuswanto (2003), bahwa dalam governance terdapat tiga pilar yang terlibat, yaitu:

1. Public governance yang merujuk pada lembaga pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
tata kepemerintahan yang baik di lembaga-lembaga pemerintahan;
2. Corporate governance yang merujuk pada dunia usaha, sehingga dapat diartikan sebagai tata
kelola perusahaan yang baik;
3. Civil society atau masyarakat luas.

Ketiga pilar tersebut tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terintegrasi utuh. Sebab, perubahan itu

adalah tugas semua elemen yang membuthkan koordinasi serta konsolidasi yang baik.
Dari uraian tersebut di atas, penulis mendapatkan entry point, diantaranya bahwa good

governance tidak mungkin tercapai apabila ketiga pilar (pemerintah, swasta, dan masyarakat)

enggan untuk bekerja sama, apalagi jika saling menyalahkan. Semua aspek saling terintegrasi

dan tidak bisa dipisahkan, karena good governance merupakan sistem yang akan tegak jika

elemen-elemennya bekerja harmonis dan koordinatif sesuai dengan aturan/mekanisme yang

berlaku.

Anda mungkin juga menyukai