Anda di halaman 1dari 9

Ikan Berwajah Aneh Terdampar, Warga

Klaim Pertanda Bencana Alam

Penduduk di pesisir Cebu, Filipina, digegerkan penemuan ikan terdampar dengan bentuk
wajah yang aneh. Kemunculan mahluk mengerikan itu dipercaya sebagai pertanda adanya
bencana yang akan berlangsung di desa tersebut.

Dilansir Viral4real, Jumat (3/3/2017), sebelum gempa 6,7 skala Richter yang terjadi di
Surigao Del Norte, Filipina, penduduk setempat melihat banyak mahluk laut aneh yang
disebut 'Oarfish' di sekitar wilayah pesisir.

Vulkanologi Filipina (Phivolcs) sebelumnya telah memberikan sebuah peringatan mengenai


bencana besar gempa 7,2 skala Richter yang akan melanda Luzon.

Kabar tersebut kontan membuat warga setempat percaya jika kemunculan mahluk aneh itu
menjadi salah satu pertada bencana akan masuk ke wilayah mereka.

Warga yang tinggal di sepanjang West Valley Fault, bahkan disarankan untuk bersiaga jika
prediksi mengenai gempa benar-benar terjadi.

Namun setelah diselidiki, beberapa ahli menegaskan jika ikan aneh itu adalah hiu bermulut
besar yang jarang terlihat manusia karena dia merupakan mahluk yang hanya muncul di
dasar laut.
Longsor dan Angin Puting Beliung
Kembali Landa Bogor

Bogor - Longsor dan angin puting beliung kembali melanda Kota Bogor, Jawa Barat.
Bencana alam terjadi setelah hujan deras disertai angin kencang pada Selasa sore
kemarin.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor melaporkan peristiwa


pertama angin puting beliung terjadi di RT 04/RW 03 Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan
Tanah Sareal.

Dua rumah milik Imah dan Aduh rusak pada bagian atap akibat diterpa angin kencang.

Tak hanya itu, sejumlah pohon di dekat rumah warga pun bertumbangan hingga
menimpa beberapa rumah warga wilayah tersebut. Pohon bambu berukuran besar
tumbang sampai akarnya. Dan pohon keras tumbang menutupi jalan warga.

"Tidak ada korban jiwa. Namun rumah warga rusak akibat tertiup angin dan tertimpa
pohon tumbang," kata Kepala BPBD Kota Bogor Ganjar Gunawan, Rabu (1/3/2017).

Longsor juga terjadi di Jalan Tentara Pelajar, Cimanggu, Kecamatan Tanah, Sareal.
Longsor mengakibatkan trotoar jalan amblas hingga kedalaman satu meter. Tak hanya
trotoar, pagar milik Balitro pun rusak tergerus longsor.

Panjang trotoar yang amblas diperkirakan lebih dari 10 meter. Peristiwa itu terjadi saat
hujan mengguyur kawasan Bogor.

Sebelumnya, 33 kasus bencana alam juga terjadi di Kota Bogor pada Senin 27
Februari. Peristiwa didominasi longsor, banjir dan kebakaran.

Tiga warga meninggal dunia, satu karena tertimbun longsor dan dua orang lainnya
terseret banjir akibat luapan saluran air dari anak Kali Cipakancilan.
BUKU
Buku ...
Kau adalah sumber ilmu
Dimana aku bisa belajar dan membaca
Dari aku tidak tahu sampai aku tahu

Kau adalah jendela ilmu


Jendela untuk menuju kehidupan yang lebih sukses

Menuju kehidupa yang lebih indah

Sayang ..
Tak semua orang bisa mendapatkan kehudupan yang indah itu
Tanpa membaca dirimu dan selalu menyepelekan dirimu
Dan selalu percaya kalau membaca itu sangat membosankan

Banyak oramg berkata kalu membaca adalah untuk menambah wawasan ..


Terima kasih buku atas jasamu
Berkat dirimu aku jadi serba bisa dan wawasanku lebih luas
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17.
Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang
mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah
suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada
Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama
adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya,
termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin
berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-
masa akhir menjelang keruntuhannya.

Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia
meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti
kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat,
penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa
batas administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.

Masa awal[sunting | sunting sumber]

Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan
gelar Panembahan Senopati. Pada saat itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah saat ini,
mewarisi wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok, wilayah yang terletak
kira-kira di timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton
(tempat kedudukan raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah
ke Kotagede. Sesudah ia meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan
putranya Mas Jolang yang setelah naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena dia wafat karena kecelakaan
saat sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu ia juga disebut Susuhunan Seda
Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang artinya Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Setelah itu
tahta beralih sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro.
Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas
Jolang yang bernama Mas Rangsangpada masa pemerintahan Mas Rangsang,Mataram
mengalami masa keemasan.

Sultan Agung[sunting | sunting sumber]

Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau lebih
dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari
pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa
Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang). Ia memindahkan lokasi kraton ke Karta (Jw. "kert",
maka muncul sebutan pula "Mataram Karta"). Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan
perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi
dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebondan terlibat dalam beberapa peperangan
antara Mataram melawan VOC. Setelah wafat (dimakamkan di Imogiri), ia digantikan oleh putranya
yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I).

Terpecahnya Mataram[sunting | sunting sumber]

Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang
Diponegoro. Pada peta ini terlihat bahwa Kasunanan Surakartamemiliki banyak enklave di
wilayah Kasultanan Yogyakarta dan wilayah Belanda. Mangkunagaran juga memiliki sebuah
enklave di Yogyakarta. Kelak enklave-enklave ini dihapus.

Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tidak jauh dari Karta. Selain itu, ia
tidak lagi menggunakan gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang
Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan
pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan
memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Ia wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi
sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat
patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus
terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5 km sebelah barat
Pajang karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.

Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (1703-1708), Pakubuwana I (1704-


1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat
III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja.
Akibatnya Mataram memiliki dua raja dan ini menyebabkan perpecahan internal. Amangkurat III
memberontak dan menjadi "king in exile" hingga tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.

Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah
Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13
Februari 1755. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti (nama diambil dari lokasi
penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram
sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa
beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari
Kesultanan Mataram.

C. Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung

Kemajuan yang dicapai meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya, yaitu :

a. Bidang Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa
dan menyerang Belanda di Batavia.

a. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam

Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha inidimulai dengan
menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,Pasuruhan, kemudian Surabaya.
Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islamdi Pulau Jawa ini ada yang dilakukan dengan
ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik
dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari

b. Anti penjajah Belanda

Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini terbukti dengan
dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang kedua tahun
1629. Kedua penyerangan ini mengalami kegagalan.Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:

- Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus
menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
- Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi
lemah.
- Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba
modern.
- Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin
memperlemah kekuatan.
- Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut,sedangkan
Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai
Belanda tanpa bantuan Portugis.
- Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam
menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
- Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata
angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini
diketahui Belanda.
- Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini diketahui
Belanda sebelumnya.

b. Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:

- Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan
beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk
(transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan
usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
- Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik,tetapi
juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung
ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.

c. Bidang sosial Budaya


Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:

a. Timbulnya kebudayaan kejawen


Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa denganIslam. Misalnya
upacara Grebeg yang semula merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan
dengan doa-doa agama Islam. Sampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg
Maulud dan sebagainya.

b. Perhitungan Tarikh Jawa


Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram menggunakan
tarikh Hindu yang didasarkan peredaran matahari (tarikh syamsiyah).Sejak tahun 1633 M (1555
Hindu), tarikh Hindu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah).
Caranya, tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah.
Tahun perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagaitahun Jawa.

c. Berkembangnya Kesusastraan Jawa


Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat,termasuk di
dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra
Gending yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan.Kitab-kitab yang lain adalah
Nitisruti, Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang
baik.Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645
M.Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut:
- Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono III dengan
pusat pemerintahan di Surakarta.
- Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi
yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di
Yogyakarta.Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan
dan Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757). Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas
Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam
usahanya memperlemah kekuatan Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai.Sultan Agung
meninggal pada Februari 1646. ia dimakamkan di puncak Bukit Imogiri, Bantul ,Yogyakarta.
Selanjutnya,Mataram diperintah oleh putranya, SunanTegalwangi, dengan gelar Amangkurat I (
1646 1677). Dalam masa pemerintahan Amangkurat I, kerajaan mataram mulai mundur. Wilayah
kekuasaan mataram berangsur-angsur menyempit karena direbut oleh kompeni VOC. Yang paling
mengenaskan, pada tahun1675, Rade Trunajaya dari Madura memberontak. Pemberontakannya
demikian tak terbendung, sampai-sampai Trunajaya berhasil menguasai keraton Mataram yang
waktu ituteletak di Plered. Amangkurat terlunta-lunta mengungsi, dan akhirnya meninggal di
Tegal.Sepeninggal Amangkurat I, Mataram dipegang oleh Amangkurat II yang menurunkanDinasti
Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana di Yogyakarta. Amangkurat II meminta bantuan
VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya. Setelah berakhirnya Perang Giyanti (1755),
wilayah kekuasaan mataram semakin terpecah belah. Berdasarkan perjanjian giyanti, mataram
dipecah menjadi dua, yakni mataram sukrakarta dan mataram yogyakarta. Pada tahun 1757 dan
1813, perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara dan pakualaman. Di masa
pemerintahan Hindia Belanda, keempat pecahan kerajaan mataram ini disebut sebagai
vorstenlanden. Saat ini, keempat pecahan Kesultanan Mataram tersebut masih melanjutkan dinasti
masing-masing. Bahkan peran dan pengaruh pecahan mataram tersebut, terutama kesultanan
Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat.

Aspek Kehidupan Sosial


Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa
meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di
bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin
upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang
bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan,
diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada
di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa
yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus
perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan
Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah
Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di
samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup
terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat
istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.E.

Puncak Kejayaan Mataram Islam


Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-
1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura,
dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde
Oost Indische Compagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang
sangat anti kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629).
Menurut Moejanto sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan Agung memakai konsep politik
keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat,
tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.

Kemunduran Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan
menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak
terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

Anda mungkin juga menyukai