Anda di halaman 1dari 4

RUMAH ADAT ACEH

Rumah adat Krong Bade atau juga biasa disebut Rumoh Aceh, adalah sebuah rumah dengan
struktur panggung dengan tinggi tiang 2,5 sd 3 meter dari permukaan tanah. Keseluruhan
rumah ini dibuat dari bahan kayu, kecuali atapnya yang terbuat dari bahan daun rumbia atau
daun enau yang dianyam, serta lantainya yang dibuat dari bambu. Karena memiliki struktur
panggung, pada rumah adat Aceh ini kita dapat menemukan ruang bawah. Ruang ini biasanya
digunakan sebagai gudang tempat penyimpanan bahan pangan, serta sebagai tempat para
wanita untuk melakukan aktivitas, misalnya aktivitas menenun kain khas Aceh. Untuk
memasuki rumah, kita perlu meniti tangga di bagian depan rumah. Tangga tersebut biasanya
memiliki jumlah anak tangga yang ganjil. Adapun setelah naik ke bagian atas, kita akan
menemukan banyak sekali lukisan yang menempel di dinding-dinding rumah sebagai hiasan.
Jumlah lukisan pada dinding luar rumah dapat menjadi simbol tingkat ekonomi pemiliknya.

Selain memiliki fungsi sebagai identitas budaya, rumah Krong Bade juga memiliki fungsi
praktis yaitu sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh. Untuk menunjang fungsi praktisnya
tersebut, rumah adat Aceh ini dibagi menjadi beberapa ruangan dengan kegunaannya masing-
masing, yaitu: Ruang Depan atau biasa disebut seuramo keu. Ruangan ini berfungsi sebagai
ruang santai dan tempat berisirahat bagi seluruh anggota keluarga. Ruangan ini juga digunakan
sebagai tempat menerima tamu. Ruang Tengah atau biasa disebut seuramo teungoh. Ruangan
ini adalah ruang inti dari sebuah rumah adat Aceh (ruang inong) dan di tandai dengan lantai
yang lebih tinggi dari ruang depan. Karena termasuk ruang inti, maka ruangan ini termasuk
sangat privat. Para tamu yang datang tidak akan pernah diijinkan untuk memasukinya. Fungsi
dari kamar-kamar yang terdapat di ruang tengah ini antara lain sebagai tempat tidur kepala
keluarga, kamar anak, ruangan kamar pengantin, serta sebagai ruang pemandian mayat ketika
ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Ruang Belakang atau biasa disebut sebagai
seurameo likot. Ruangan ini adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat makan, dapur, dan
tempat bercengkrama bagi sesama anggota keluarga. Lantai ruangan ini biasanya lebih rendah
dibanding lantai rangan tengah. Sama seperti ruang depan, ruang belakang juga tidak memiliki
kamar-kamar.

PAKAIAN ADAT ACEH


Pakaian Adat Aceh Pakaian adat Aceh untuk pria disebut Linto Baro, sementara yang untuk
wanita disebut Daro Baro.
Pakaian Adat Aceh untuk Laki-laki Linto Baro dahulunya merupakan pakaian adat yang
dikenakan oleh pria dewasa saat menghadiri upacara adat atau upacara kepemerintahan.
Pakaian ini diperkirakan mulai ada sejak zaman kerajaan Perlak dan Samudra Pasai. Baju Linto
Baro sendiri terdiri atas baju atasan yang disebut baju Meukasah, celana panjang yang disebut
siluweu, kain sarung bernama ijo krong, sebilah siwah atau rencong yang menjadi senjata
tradisional khas Aceh, serta tutup kepala bernama Meukeutop.

1. Baju Meukeusah adalah baju yang terbuat dari tenunan kain sutra yang biasanya
memiliki warna dasar hitam. Warna hitam dalam kepercayaan adat Aceh disebut
sebagai perlambang kebesaran. Oleh karena itulah tak jarang baju Meukeusah ini
dianggap sebagai baju kebesaran adat Aceh. Pada baju meukeusah kita dapat
menemukan sulaman benang emas yang mirip seperti kerah baju China. Kerah dengan
bentuk tersebut diperkirakan karena adanya asimilasi budaya aceh dengan budaya
China yang dibawa oleh para pelaut dan pedagang China di masa silam.
2. Celana Sileuweu Sama seperti baju, celana panjang yang dikenakan pada pakaian adat
Aceh untuk laki-laki juga berwarna hitam. Akan tetapi, celana atau dalam Bahasa Aceh
disebt Sileuweu ini dibuat dari bahan kain katun. Beberapa sumber menyebut nama
celana ini adalah Celana Cekak Musang. Celana khas dari adat Melayu. Sebagai
penambah kewibawaan, celana cekak musang dilengkapi dengan penggunaan sarung
dari kain songket berbahan sutra. Kain sarung yang bernama Ija Lamgugap, Ija krong,
atau ija sangket tersebut diikatkan ke pinggang dengan panjang sebatas lutut atau 10
cm di atas lutut.
3. Tutup Kepala Pengaruh budaya Islam dalam adat Aceh juga terasa dengan adanya
kopiah sebagai penutup kepala pelengkap pakaian adat Aceh. Kopiah ini bernama
Meukeutop. Meukotop adalah kopiah lonjong ke atas yang dilengkapi dengan lilitan
Tangkulok, sebuah lilitan dari tenunan sutra berhias bintang persegi 8 dari bahan emas
atau kuningan. Anda bisa melihat bagaimana bentuk Meukotop pada gambar di bawah
ini.
4. Senjata Tradisional Sama seperti kebanyakan pakaian adat dari provinsi lainnya,
pakaian adat Aceh juga dilengkapi dengan penggunaann senjata tradisional sebagai
pelengkap. Senjata tradisional Aceh atau Rencong umumnya diselipkan pada lipatan
sarung di bagian pinggang dengan bagian gagang atau kepala menonjol keluar.

Pakaian Adat Aceh untuk Perempuan Pakaian adat Aceh untuk perempuan atau pakaian Daro
Baro umumnya memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan pakaian Linto Baro. Beberapa
warna yang biasa digunakan adalah warna merah, kuning, hijau, atau ungu. Adapun untuk
desainnya sendiri, pakaian ini terbilang sangat Islami dan tertutup. Berikut ini adalah bagian-
bagian dari pakaian adat Aceh Daro Baro tersebut.

1. Baju Kurung Baju atasan untuk wanita adalah baju kurung lengan panjang. Baju ini
memiliki kerah dan motif sulaman benang emas yang khas seperti baju China. Adapun
dari bentuknya, baju ini terbilang gombor panjang hingga pinggul untuk menutup
seluruh lekuk dan aurat tubuh dari si pemakainya. Dari bentuk dan motifnya tersebut,
menunjukan bahwa baju ini adalah hasil perpaduan budaya Melayu, Arab, dan
Tionghoa.
2. Celana Cekak Musang Secara umum, celana yang dikenakan pada pakaian adat Aceh
untuk pria dan wanita sama saja. Celana cekak musang dilengkapi dengan lilitan sarung
sepanjang lutut sebagai penghiasnya. Kita akan dengan mudah melihat wanita Aceh
menggunakan celana ini terutama saat ada pertunjukan tari saman.
3. Penutup Kepala dan Perhiasan Sesuai dengan julukan serambi Mekkah yang di
sandangnya, pakaian adat dari Provinsi Aceh untuk wanita sebisa mungkin dibuat
menutup seluruh auratnya, termasuk pada bagian kepalanya. Bagian kepala wanita
Aceh ditutup dengan kerudung bertahtakan bunga-bunga segar yang disebut patham
dhoi. Kepala dan bagian tubuh lainnya juga akan dilengkapi dengan beragam pernik
perhiasan seperti tusuk sanggul anting, gelang, kalung, dan lain sebagainya. Nah,
demikianlah penjelasan mengenai pakaian adat Aceh baik untuk pria maupun untuk
wanitanya. Pakaian adat khas Aceh saat ini umumnya hanya digunakan saat ada upacara
adat, seperti upacara pernikahan (dikenakan oleh pengantin), atau saat pertunjukan seni
tari saman.
SENJATA TRADISIONAL ACEH
Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa setempat disebut Rintjong.
Rencong adalah sebilah pedang pendek dengan gagang atau pegangan yang dibuat melengkung
90 derajat. Senjata tradisional ini telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh pada
kepemimpinan sultan pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah. Dahulunya rencong
digunakan sebagai alat perlindungan diri bagi para pria bangsawan. Namun, kini ia lebih
berfungsi sebagai pelengkap hiasan pakaian adat Aceh Ulee Balang. Karena kepopuleran
Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan sampai menjuluki Aceh dengan sebutan "Tanah
Rencong".

Anda mungkin juga menyukai