Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Definisi belajar dari sumber modul Drs. H. M. Hadiyat, M.pd merupakan proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

Shertzer dan stone (yusuf dan Nurihsan, 2009 :6) mengemukakan bahwa Process of
helping an individual to understand him self and his world. Artinya bimbingan merupakan
proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat belajar memahami diri dan
lingkungannya. Sedangkan tujuan bimbingan belajar itu sendiri meliputi :

1. Pencapaian kemandirian belajar siswa di sekolah akan lebih baik


2. Kemampuan belajar yang dimiliki siswa dapat optimal
3. Dengan adanya program layanan dasar bimbingan dan layanan aktual bimbingan
belajar, siswa mampu meningkatkan kemandirian belajar di sekolah.
4. Dengan adanya program layanan bimbingan belajar ini dapat dipergunakan oleh
sekolah.
5. Dengan adanya program layanan bimbingan belajar diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran para siswa tentang pentingnya mandiri dalam belajar.

Dalam bimbingan belajar di sekolah, tentunya tak luput dari sebuah masalah pada diri
individu. Dimana individu mengalami ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataannya. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi diri individu dalam proses belajarnya, yaitu faktor
internal dan eksternal. Didalam masalah bimbingan dan belajar, peran guru sangatlah penting
karena dengan bantuan guru masalah dalam pembelajaran siswa dapat teratasi dan potensi
yang dimiliki oleh peserta didik dapat berkembang secara optimal.

B. Tujuan Pelaksanaan studi kasus


1. Mengenal keadaan pribadi individu dengan segala keunikkannya.
2. Mengadakan inteMAretasi dan diagnosis tingkah laku individu sesuai dengan
kasusnya
3. Membantu menentukan masalah yang dihadapi individu
4. Memperoleh gambaran tentang diri peserta didik secara menyeluruh
C. Konfidensial
Semua data yang berkaitan dengan peserta didik dijamin kerahasiaan.
Sehingga studi kasus ini bersifat rahasia. Sesuai dengan kode etik konselor bahwa
dilarang membuka data peserta didik (konseli) untuk umum .
Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk menjaga rahasia klien
sesuai kode etik jabatan konselor

D. Identifikasi Kasus

BIODATA SISWA

Nama Lengkap : M.A (Inisial)

Jenis Kelamin : Laki-laki


Agama : Islam
Umur : 15 Tahun
Kelas :X
Status dalam keluarga : anak Kandung
Anak ke : 1 (Tunggal)
Tinggal Bersama : Orang tua

E. Gambaran Secara MenyeluruhTentang Konseli

1. Psycal Apperence ( Penampilan Fisik)


Sesuai hasil pengamatan terhadap konseli ini MA (inisial) , mempunyai fisik
normal, tinggi kurus dan tingginya sekitar 115 cm. Jika tidak disapa MA tidak
akan berbicara. Wajahnya selalu tampak murung.

2. Personal Apperence ( Penampilan Pribadinya)


Dilihat dari kesehariannya, konseli merupakan anak yang cukup baik
kepribadiannya, MA selalu ingin sendiri saat istirahat, MA tidak bisa
mengungkapkan apa yang dirasakannya.
F. Gambaran Masalah

Masalah LAMBAT DALAM MENANGKAP PELAJARAN

Gambaran Masalah
MA merupakan anak satu-satunya. MA merupakan anak kesayangan neneknya,
sehingga neneknya akan melakukan apapun agar MA pintar. Namun, MA selalu diantar oleh
bibinya. Dan sangat akrab dengan bibinya. MA sangat takut dengan bundanya. Karena
bundanya selalu memaksakan kehendak pada saat MA belajar.
MA mulai bersekolah pada usia 3 tahun. Sepanjang perjalanan pembelajaran, MA
memang anak yang pendiam. MA tidak akan berbicara jika tidak ada pertanyaan yang
ditujukan oleh dirinya. MA pernah mengalami trauma ditinggal bibinya. Trauma disini
adalah di tinggal bibinya ke toilet pada saat jalan-jalan. Diusia 3 tahun MA diantar dan
ditunggu oleh bibinya. Bibinya, tidak boleh lepas dr pandangan matanya. Sedikit saja bibinya
bergeser, MA pun akan menangis terisak-isak. Pada saat pelajaran motorik(menggunting),
MA di suruh mengikuti gurunya menggunting garis lurus meski belum sempurna. Saat itu
teman-temannya yang aktif dalam kelas ada yang mengatakan bisa atau bahkan meminta
bantuan. Namun, ini tidak terjadi pada MA. Saat guru membantu teman temannya justru MA
terdiam dan menangis.Tanngisan MA pun bukan tangisan yang dapat diketahui oleh orang,
MA selalu menangis tanpa suara. Saat itu temannya melaporkan bahwa MA menangis. Guru
pun bergegas menghampiri MA dengan menanyakan ada apa dan kenapa?. MA
mengutarakan bahwa dirinya tidak bisa. Kebiasaan ini terus berlanjut hingga usia 4 tahun.
Namun ketika usia 4 tahun, peraturan sekolah tidak membolehkan pengantar
menunggu. Artinya, bibinya pun harus pulang dan tidak ada di dekatnya. Hari pertama
dilakukan, MA pun mulai mengeluarkan air matanya dan tidak mengizinkan bibinya untuk
pergi. Guru pun memeberikan pengertian kepada MA, kalau ada sesuatu dan mau sesuatu
bilang pada bu guru. MA pun mulai mengerti meski isakan tangis tak berhenti sampai saat
pelajaran dimulai. Guru kelas pun bertanya pada MA guru mana yang ingin dijadikan MA
untuk berteman? Lalu MA memilih saya. Selama kurang lebih 6 bulan saya mencoba
menstimulasi MA dengan pemikiran bahwa saat ini MA sudah besar, MA harus mampu
mengungkapkan apa yang MA rasakan. MA pun mulai bisa mengatakan jika ia kesulitan
dalam sesuatu. Ketika MA sudah mulai berbicara, saya pun mencoba mencari tahu apa
penyebab MA sulit mengugkapkan apa yang ia rasakan. Kurang lebih satu minggu saya
mencoba berkomunikasi dengan MA, dan MA pun mulai mengutarakan kenapa dirinya selalu
dihantui rasa takut yang berlebihan ketika belajar.MA mengatakan bahwa ibu atau neneknya
yang selalu membuat MA gemeter memegang pensil. Karena pada saat MA mulai
mengerjakan PR, ibu atau nenek MA ingin pekerjaan rumah MA terlihat sempurna hingga
muncul hentakan hentakan pada dirinya.
Namun, kini usia MA sudah menginjak 5 tahun. MA pun mulai terbiasa dengan
stimulasi yang saya lakukan sebelum belajar. Saat ini MA sudah mulai mengoceh seperti
anak lainnya, namun kebiasaan gemetar pada tangannya masih saja berlanjut tapi tidak
seperti saat awal MA memegang pensil.
BAB III
PROSEDUR PEMBERIAN BANTUAN
A. Analisis
Berdasasrkan data yang telah terkumpul, maka analisis data tersebut dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran mengenai kasus yang di tangani sekaligus untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan dari proses penanganan kasus siswa adalah
sebagai berikut :
Wawancara
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap konseli maka dapat di simpulkan
bahwa MA mengalami trauma yang menyebabkan MA tidak dapat mengutarakan apa
Zyang dirasakannya, dan hanya dengan tangisan.
Sintesis
Adapun Faktor pendukung yaitu :
1. Penilaian yang membuat MA mengerjakan tugasnya dengan baik
2. Motivasi guru yang selalu membuat MA mampu melakukan pekerjaannya sendiri
Adapun faktor penghambat :
1. Konseli tidak dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya
2. Konseli selalu bergetar kektika memulai pembelajaran

B. Diagnosi
Melihat uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa masalah yang dialami MA
di sebabkan oleh
1. Kurangnnya kesempatan MA berbicara pada saat belajar
2. Kerasnya arahan orang tua terhadap MA
3. Lingkungan yang tidak nyaman pada saat dirumah.

C. Prognosis
Berdasarkan hasil diagnosis masalah yang dihadapi konseli. Kemungkinan pemberian
bantuan sebagai berikut
1. Memberikan bimbingan belajar
Informasi tentang bagaimana belajar itu menyenangkan
Melakukan apresiasi ketika pembelajaran berhasil dikerjakan
2. Melaksanakan latihan assertive
Mendorong kemampuan konseli mengekspresikan berbagai hal yang
berhubungan dengan emosi
Membangkitkan kemampuan konseli dalam mengungkapkan hak asasinya
Mendorong konseli meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri

D. Terapi Pemberian Bantuan / Rencana Usaha Mencapai Tujuan


Adapun Usaha bantuan yang yang dapat di berikan kepada konseli, dengan tehnik
directive counseling adalah memberikan pelayanan yang cukup nyaman agar konseli
bisa terbuka dengan konselor. Tujuannya untuk membimbing konseli dengan mencari
penyebab rasa takut yang berlebihan ketika pembelajaran dimulai, serta membuka
pikiran konseli bahwa belajar merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Adapun usaha yang dapat diberikan pada konseli, adalah dengan Adapun cara
pelaksanannya
1. Konselor memberikan pertanyaan yang bersifat menyenangkan
2. Memberikan rasa aman kepada konseli agar mau berbicara / mengungkapkan apa
yang dirasakannya.
3. Jika Konseli menjawab, maka konselor menanyakan hal tersebut secara bertahap
tidak mengulang pada waktu yang sama.
4. Konselor menawarkan diri untuk menyalurkan masalahnya.
5. Jika konseli setuju, mulai melakukan bantuan.

E. Tindak lanjut atau Follow UP


Untuk mencapai hasil yang maksimal terhadap usaha bantuan dalam bentuk
pelimpahan dan tindak lanjut ini di perlukan untuk mengetahui dan mengikuti
perkembangan atas kemajuan konseli nantinya, berhubungan dengan keterbatasan
waktu penulis dalam melaksanakan tugas mata kuliah ini. Maka dalam kegiatan ini
sangat diharapkan peranan dari pihak konselor dan orang tua siswa untuk memberikan
perhatian yang lebih intensif dan berkesinambungan kepada konseli. Untukitu penulis
menghrapkan kepada masing-masing kepada :
1. Guru pembimbing atau konselor di sekolah senantiasa memperhatikan
perkembangan konseli khususnya pada saat konseli berada dilingkungan sekolah
2. Guru pembimbing dan orang tua konseli membina hubungan kerja sama yang
baik, sehingga konselor lebih mudah memperoleh informasi tentang konseli di
rumah.
3. Diharapkan kepada orang tua agar lebih memperhatikan keadaan psikologis
anaknya.
4. Konseli yang bersangkutan diharapkan mulai terbuka dengan perrmasalahan yang
dihadapi nya
F. Komitmen Konseli / Klien
Dalam hal ini Konseli menyatakan kesanggupannya dengan sukarela menceritakan
permasalahan yang di hadapinya. Konseli dan konselor melakukan kesepakatan atas
sebuah pembelajaran yang akan dihadapi hari esok dan seterusnya.
BAB IV

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
MA merupakan anak semata wayang dan ia tinggal dengan ibu dan ayah tirinya,
MA adalah anak yang sangat pendian introfet, dalam belajar ia termasuk anak
yang lambat dalam menangkap pelajaran dan sulit untuk menghapal.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada guru pembimbing atau orang tua
konseli yaitu :
1. Selalu memberinya semangat dalam proses belajar
2. Memberinya waktu untuk berfikir dalam berfikir
3. Selalu memberinya kepercayaan terhadap apa yang ingin ia lakukan dengan
pengawasan

Anda mungkin juga menyukai