PORTOFOLIO KASUS ANAK Fix
PORTOFOLIO KASUS ANAK Fix
Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta : dr. Kaharudin
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kab. Muna
Topik : Diare akut tanpa dehidrasi, kejang demam
Tanggal (kasus) : 23 Desember 2016
Pendamping : dr. La Ode Baynuddin
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Deskripsi :
Pasien Baru perempuan berusia 12 bulan datang ke IGD dengan keluhan
utama kejang sekitar 1 jam sebelum masuk RS sebanyak 1 kali. Kejang berupa
kaku tubuh, kepala agak tengadah, kedua bola mata melirik ke atas, kedua
tangan kaku mendekat ke tubuh. Saat kejang, pasien tidak sadar, sebelum dan
setelah kejang pasien sadar. Kejang berlangsung antara 5-10 menit. Kejang
disertai demam sejak 1 malam terakhir, naik perlahan. Demam agak turun
dengan obat penurun panas. Pasien juga diare 5-10 kali sejak 2 hari yang lalu.
Diare disertai nyeri perut di antara serangan diare, sedikit-sedikit, berampas,
warna kekuningan, tidak disertai lendir maupun darah. DIare tidak nyemprot.
Anak tampak lebih rewel, perut kembung. Tidak ada mual maupun muntah.
Anak mau minum seperti biasa, nafsu makan menurun, BAK (+) normal.
Riwayat kejang demam beberapa bulan lalu. RIwayat minum sirup sebelum
sakit. Riwayat kelahiran normal. Riwayat imunisasi lengkap.
Tujuan : Penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Diare Akut dengan Kejang
Demam
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas :
Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos
Data Pasien
Nama : An. M
Usia : 12 bulan
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Made Sabara
TanggalMasuk : 23 Desember 2016
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Gambaran Klinis
Pasien baru laki-laki berusia 12 bulan datang ke IGD dengan
keluhan utama kejang sekitar 1 jam sebelum masuk RS sebanyak 1 kali.
Kejang berupa kaku tubuh, kepala agak tengadah, kedua bola mata melirik
ke atas, kedua tangan kaku mendekat ke tubuh. Saat kejang, pasien tidak
sadar, sebelum dan setelah kejang pasien sadar. Kejang berlangsung antara
5-10 menit. Kejang disertai demam sejak 1 malam terakhir, naik perlahan.
Demam agak turun dengan obat penurun panas. Pasien juga diare 5-10 kali
sejak 2 hari yang lalu. Diare disertai nyeri perut di antara serangan diare,
sedikit-sedikit, berampas, warna kekuningan, tidak disertai lendir maupun
darah. DIare tidak nyemprot. Anak tampak lebih rewel, perut kembung.
Tidak ada mual maupun muntah. Anak mau minum seperti biasa, nafsu
makan menurun, BAK (+) normal. Riwayat kejang demam beberapa bulan
lalu. RIwayat minum sirup sebelum sakit. Riwayat kelahiran normal.
Riwayat imunisasi lengkap.
2. Riwayat Pengobatan: Amoksisilin dan parasetamol
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Riwayat kejang demam (+) beberapa bulan sebelumnya
b. Riwayat diare disangkal
c. Riwayat bayi lahir biru (-), riwayat kuning (-), meconium terlambat (-),
lahir langsung menangis (+), lahir cukup bulan spontan (+)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa
5. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
KU/Kesadaran : sedang/composmentis
Heart Rate : 120 x/menit reguler
Suhu : 37,7 C
Pernapasan : 24 x/menit, reguler,
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Status Generalis
Kepala: CS (-), CH (-),rambut tidak mudah dicabut, sebaran merata,
tipis
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+,
diameter pupil 3mm/3mm, mata cekung (-).
Telinga: Nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, serumen -/-,
sekret -/-, membran timpani intak/intak.
Hidung : Sekret -/-, deviasi septum -, mukosa hiperemis -.
Leher : Deformitas (-) kaku kuduk (-)
KGB : Tidak teraba.
Dada :
Paru : I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-),
ketinggalan gerak (-), pectus excavatum (-), pectus
carinatum(-), spider nevi (-), sikatriks (-).
P: Krepitasi (-), massa (-), Vokal fremitus lapang paru
kiri=kanan.
P: Sonor pada seluruh lapang paru.
A : Sd bronkovesikuler +/+, Rbh -/-, Rbk -/-, Wh-/-
Jantung: I : Ictus cordis tidak terliha
A: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: I : Abdomen agak cembung, darm contour (-), sikatriks (-)
A : Bising usus (+) meningkat
P : hipertimpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
P : Dinding abdomen supel, distensi (-), turgor <2 detik,
Hepar dbn, Lien dbn.
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik, Reflex fisiologis dbn keempat
extremitas, Reflex patologis (-)
Meningeal sign (-)
Hasil Pembelajaran :
1. Untuk mengetahui penegakan diagnosis diare akut tanpa dehidrasi dengan
kejang demam simpleks.
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan diare dan kejang demam pada anak.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
Subyektif
Diagnosis/ gambaran klinis :
Anak berusia 12 bulan dengan keluhan diare dan kejang demam. Kasus diare pada
balita masih menjadi permasalahan dalam dunia kesehatan Indonesia. Usia balita
ini merupakan masa perkembangan otak anak dengan masa pika di dalamnya.
Rasa ingin tahu dan kurangnya pengawasan orang tua menjadi risiko untuk
terjadinya diare dan infeksi lainnya terutama infeksi gastrointestinal. Risiko
infeksi pada balita juga lebih tinggi akibat belum sempurnanya sistem kekebalan
tubuh anak balita sehingga berisiko menimbulkan demam akibat infeksi sehingga
meningkatkan risiko terjadinya kejang demam pada anak.
Objektif
Tanda-tanda Vital
KU/Kesadaran : sedang/composmentis
Heart Rate : 120 x/menit reguler
Suhu : 37,7 C
Pernapasan : 24 x/menit, reguler,
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Status Generalis
Kepala : CS (-), CH (-), rambut tidak mudah dicabut, sebaran merata, tipis
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+,
diameter pupil 3mm/3mm, mata cekung (-). Air mata (+)
Telinga : Nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, serumen -/-, sekret
-/-, membran timpani intak/intak.
Hidung : Sekret -/-, deviasi septum -, mukosa hiperemis -.
Leher : Deformitas (-) kaku kuduk (-)
KGB : Tidak teraba.
Dada :
Paru : I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-),
ketinggalan gerak (-), pectus excavatum (-), pectus
carinatum(-), spider nevi (-), sikatriks (-).
P: Krepitasi (-), massa (-), Vokal fremitus lapang paru
kiri=kanan.
P: Sonor pada seluruh lapang paru.
A : Sd bronkovesikuler +/+, Rbh -/-, Rbk -/-, Wh-/-
Jantung: I : Ictus cordis tidak terliha
A: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: I : Abdomen agak cembung, darm contour (-), sikatriks (-)
A : Bising usus (+) meningkat
P : hipertimpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
P : Dinding abdomen supel, distensi (-), turgor <2 detik, Hepar
dbn, Lien dbn.
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik, Reflex fisiologis dbn keempat
extremitas, Reflex patologis (-)
Meningeal sign (-)
Laboratorium DL: dbn
RENCANA TERAPI A
UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
Diare tanpa dehidrasi
Bila terdapat dua tanda atau lebih
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH
1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA
Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan
oralit atau
cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit
demi sedikit.
- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak.
Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila:
- Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C.
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk.
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
2. BERI OBAT ZINC
Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara
dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
- Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
- Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI
Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat
Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.
Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4
jam)
Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu
4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI. MISAL:
DISENTERI, KOLERA dll
5. NASIHATI IBU/ PENGASUH
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
Berak cair lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan dan minum sangat sedikit
Timbul demam
Berak berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Diare dehidrasi Ringan/ Sedang
Bila terdapat dua tanda atau lebih
JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI
SARANA KESEHATAN
Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.
Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air
masak selama masa ini.
Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI
dan oralit
Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
Pencegahan diare :
1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun
2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih
yang cukup
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang
air besar
5. Buang air besar di jamban
6. Membuang tinja bayi dengan benar
7. Memberikan imunisasi campak
KEJANG DEMAM
Definisi : Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5
tahun.
Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Penjelasan
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar.
Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam,
atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit dan gula darah.
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%.
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu
pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan
EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau
kejang demam fokal.
Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik
umum atau fokal.
Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam
adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya
kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian
epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan
kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49% (Level II-2). Kemungkinan menjadi
epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang
demam.
Penatalaksanaan saat kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang
kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-
lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal
adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat
badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau
diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau
dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan
kejang demam).
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan
ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan
dosis 0,3-0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan
dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8
mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di
ruang rawat intensif.
Pemberian obat pada saat demam
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di
Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan (level III,
rekomendasi B). Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15
mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen
5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali sehari.
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C
(level I, rekomendasi A). Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan
ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.
Plan:
Pemeriksaan penunjang yang belum dilakukan untuk penegakkan diagnosis
adalah feses rutin.
Diagnosis:
Diagnosis: anak 15 bulan dengan diare akut tanpa dehidrasi susp. Ec. Infeksi
bakteri
Terapi dan tindakan:
IVFD Asering 11 tpm makro.
Awasi urine output
Injeksi Cefotaxim 500 mg / 12 jam / iv
Injeksi Dexamethason 2,5 mg / 12 jam / iv
Injeksi Diazepam 3 mg iv. Jika kejang (bolus pelan selama 15 menit)
Laiprolac 1 x 1 sachet
Zink syrup 1 x 20 mg
Paracetamol syr 3 x 125 mg jika suhu 38oC
ASI dan diet biasa
Pengobatan: pengobatan bertujuan untuk:
1. Menjaga stabilitas hemodinamik dan cegah dehidrasi
2. Memberi cukup nutrisi dan memberikan gizi untuk perbaikan fungsi
pencernaan dan gangguan elektrolit
3. Mencegah kejang berulang
4. Eradikasi kuman
5. Mencegah komplikasi
Lampiran
Rencana Terapi C
DAFTAR PUSTAKA
Antonius H Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah Salamia Idris,
Ellem P. Gandaputra, Eva Devita Harmionita dan Klara Yuniarti (eds).
Pedoman Pelayanan Medis: Ikatan Dokter Anak Indonesia edisi II.
Jakarta: badan penerbit IDAI. 2011: 14-17.
Daulika Yusna, Huriawati Hartanto (ed). Dasar-dasar Pediatri edisi 3. Jakarta:
penerbit buku kedokteran EGC. 2008: 58-59.
Susilawati, dewi Asih Maharani (ed). Buku Saku Dokter Keluarga Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006: 447-448.