Anda di halaman 1dari 14

PORTOFOLIO KASUS JIWA

Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta : dr. Kaharudin
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kab. Muna

Topik : Gangguan histeria konversi


Tanggal (kasus) : 02 Februari 2017
Pendamping : dr. La Ode Baynuddin

Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa


Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi :
Nn. S, 16 tahun, datang ke IGD diantar orang tuanya dengan keluhan
dada tiba-tiba sakit sekitar jam 00:00 WITA tanggal 02 Februari 2017. Lemas.
Suara kecil dan sulit ditanya-tanya. Dalam observasi IGD membaik dan
rencana akan pulang. Di depan IGD kemudian pingsan sambil mengerang-
ngerang memegang dada di antara kerumunan keluarga.
Alloanamnesis dengan ayah kandung: pasien mengeluh nyeri dada sakit
sekali dan sesak tengah malam. Kemudian pingsan. Demam (-), Mual (+)
kadang, Muntah (-) pusing (+). Ada riwayat sakit maag. Pingsan 5-10 menit.
Kemudian dibawa ke IGD. Kejadian serupa sering terjadi sering pingsan.
Orang tua pasien tinggal jauh karena pekerjaan. Merasa tidak ada masalah
khusus pada keponakannya.
Alloanamnesis dengan ayah kandung :
Pasien mulai sering pingsan sejak 6 bulan lalu tanpa diketahui sebabnya.
Pasien anak kandung pertama dan Sering dimanja sejak kecil. Ayah bekerja
sebagai kuli kontrak dan ibu bekerja sebagai penjahit. Ayah kandung merasa
sering komunikasi per telepon dengan anaknya. Pasien pernah tinggal kelas di
SD kelas 5 karena ayahnya merasa usia belum cukup untuk bisa mengikuti
kelas dengan baik. Tetangga rumah pasien sering berkata kurang baik kepada
pasien. Ayah pasien tahu anaknya punya pacar dan menurut pacar pasien,
pasien memiliki suatu masalah dengan teman sekolahnya.
Autoanamnesis
Pasien mengeluh nyeri dada tiba-tiba seperti ditindih tengah malam.
Kemudian pingsan seperti mimpi. Pasien sering mengalami hal tersebut.
Sejak 6 bulan yang lalu. Pasien mengaku sering telat makan dan nyeri uluhati.
Kadang mual. Pusing (+). Lemas seluruh tubuh.

Tujuan: mengetahui penatalaksanaan Gangguan Histeria Konversi


Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus

Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail
Pos
Data Pasien
Nama : Nn. S
Usia : 16 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Alamat : Laino
TanggalMasuk : 02 Februari 2017
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ gambaran klinis
Nn. S, 16 tahun, datang ke IGD diantar orang tuanya dengan keluhan
dada tiba-tiba sakit sekitar jam 00:00 WITA tanggal 01 Februari 2017. Lemas.
Suara kecil dan sulit ditanya-tanya. Dalam observasi IGD membaik dan
rencana akan pulang. Di depan IGD kemudian pingsan sambil mengerang-
ngerang memegang dada di antara kerumunan keluarga.
Alloanamnesis dengan ayah kandung: pasien mengeluh nyeri dada sakit
sekali dan sesak tengah malam. Kemudian pingsan. Demam (-), Mual (+)
kadang, Muntah (-) pusing (+). Ada riwayat sakit maag. Pingsan 5-10 menit.
Kemudian dibawa ke IGD. Kejadian serupa sering terjadi sering pingsan.
Merasa tidak ada masalah khusus pada keponakannya.
Pasien anak kandung pertama. Sering dimanja sejak kecil. Ayah kandung
merasa sering komunikasi per telepon dengan anaknya. Pasien pernah tinggal
kelas di SD kelas 5 karena ayahnya merasa usia belum cukup untuk bisa
mengikuti kelas dengan baik. Tetangga rumah pasien sering berkata kurang
baik kepada pasien. Ayah pasien tahu anaknya punya pacar dan menurut pacar
pasien, pasien memiliki suatu masalah dengan teman sekolahnya.

Autoanamnesis
Pasien mengeluh nyeri dada tiba-tiba seperti ditindih tengah malam.
Kemudian pingsan seperti mimpi. Pasien sering mengalami hal tersebut.
Sejak 6 bulan setelah persami. Pasien mengaku sering telat makan dan nyeri
uluhati. Kadang mual. Pusing (+). Lemas seluruh tubuh.
2. Riwayat Pengobatan:
Tidak ada
3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Sering pingsan 2-3 kali sebulan tanpa penyebab tertentu, dada sakit, dan
nyeri uluhati. Keluhan sudah sejak 6 bulan di tempat banyak orang. Kadang
mendengar bisikan tidak jelas seperti laki-laki.
4. Riwayat keluarga:
Mengaku hubungan dengan orang tua baik-baik saja. Ada perasaan sedih
bila jauh dari orang tua. Hubungan dengan nenek baik. Dekat dengan rumah
keluarga yang lain seperti paman dan bibi. Tidak ada masalah dengan
keluarga. Memiliki seorang adik kelas 1 SMP usia 11 tahun yang suka usil.
5. Riwayat Sosial :
Hubungan kurang baik dengan orang tua dari keluarga tetangga. Difitnah
mempengaruhi anak tetangga untuk pacaran padahal tidak kenal dengan teman
pria anak tetangga tersebut. Tetangga sering berkata buruk pada pasien.
Pasien mengaku sudah punya pacar. Orang tua mengetahui. Tidak ada
masalah dengan pacar.
Menurut pacarnya, ada masalah dengan hubungan pertemanan pasien
dengan seorang teman sekolahnya. Memiliki seorang sahabat dan mengaku
hubungan mereka baik-baik saja.
6. Riwayat pekerjaan:
Siswa kelas 1 SMA. Pernah tinggal kelas di SD kelas 5. Dapat mengikuti
pelajaran rata-rata. Hubungan dengan guru mengaku baik-baik saja.
7. Riwayat Spiritual
Pasien beragama Islam yang kurang taat beribadah.

Hasil pembelajaran : mengetahui penatalaksanaan Gangguan Histeria


Konversi

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


1. Subyektif
1. Diagnosis/ gambaran klinis
Nn. S, 16 tahun, datang ke IGD diantar orang tuanya dengan keluhan
dada tiba-tiba sakit sekitar jam 00:00 WITA tanggal 02 Februari 2017. Lemas.
Suara kecil dan sulit ditanya-tanya. Dalam observasi IGD membaik dan
rencana akan pulang. Di depan IGD kemudian pingsan sambil mengerang-
ngerang memegang dada di antara kerumunan keluarga.
Alloanamnesis dengan Ayah kandung: pasien mengeluh nyeri dada sakit
sekali dan sesak tengah malam. Kemudian pingsan. Demam (-), Mual (+)
kadang, Muntah (-) pusing (+). Ada riwayat sakit maag. Pingsan 5-10 menit.
Kemudian dibawa ke IGD. Kejadian serupa sering terjadi sering pingsan.
Orang tua pasien tinggal jauh karena pekerjaan. Merasa tidak ada masalah
khusus pada keponakannya.
Ayah kandung merasa sering komunikasi per telepon dengan anaknya.
Pasien pernah tinggal kelas di SD kelas 5 karena ayahnya merasa usia belum
cukup untuk bisa mengikuti kelas dengan baik. Tetangga rumah pasien sering
berkata kurang baik kepada pasien. Ayah pasien tahu anaknya punya pacar dan
menurut pacar pasien, pasien memiliki suatu masalah dengan teman
sekolahnya.
Autoanamnesis
Pasien mengeluh nyeri dada tiba-tiba seperti ditindih tengah malam.
Kemudian pingsan seperti mimpi. Pasien sering mengalami hal tersebut.
Sejak 6 bulan setelah persami. Pasien mengaku sering telat makan dan nyeri
uluhati. Kadang mual. Pusing (+). Lemas seluruh tubuh.
2. Riwayat Pengobatan:
Tidak ada
3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Sering pingsan 2-3 kali sebulan tanpa penyebab tertentu, dada sakit, dan
nyeri uluhati. Keluhan sudah sejak 6 bulan di tempat banyak orang. Kadang
mendengar bisikan tidak jelas seperti laki-laki.
4. Riwayat keluarga:
Tinggal jauh dari orang tua. Mengaku hubungan dengan orang tua baik-
baik saja. Ada perasaan sedih bila jauh dari orang tuanya. Hubungan dengan
nenek baik. Dekat dengan rumah keluarga yang lain seperti paman dan bibi.
Tidak ada masalah dengan keluarga. Memiliki seorang adik kelas 1 SMP usia
11 tahun yang suka usil.
5. Riwayat Sosial :
Hubungan kurang baik dengan orang tua dari keluarga tetangga. Difitnah
mempengaruhi anak tetangga untuk pacaran padahal tidak kenal dengan teman
pria anak tetangga tersebut. Tetangga sering berkata buruk pada pasien.
Pasien mengaku sudah punya pacar. Orang tua mengetahui. Tidak ada
masalah dengan pacar.
Menurut pacarnya, ada masalah dengan hubungan pertemanan pasien
dengan seorang teman sekolahnya. Memiliki seorang sahabat dan mengaku
hubungan mereka baik-baik saja.
6. Riwayat pekerjaan:
Siswa kelas 1 SMA. Pernah tinggal kelas di SD kelas 5. Dapat mengikuti
pelajaran rata-rata. Hubungan dengan guru mengaku baik-baik saja.
7. Riwayat Spiritual
Pasien beragama Islam yang kurang taat beribadah.
2. Obyektif
Keadaan umum : tampak lemas dan terengah-engah
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg palpasi
Nadi : 84 x/menit, isi dan tegangan lemah, reguler
Suhu : 36C (per axiller)
Pernapasan : 20x/menit, reguler,
GDS : 143 mg/dl
Status Generalis
Kepala : Nyeri tekan (-), rambut mudah dicabut (-) sebaran rata,venektasi
temporal (-)
Wajah : Nyeri tekan sinus -. Tampak pucat (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+,
diameter pupil 3mm/3mm, mata cekung -/-
Telinga : Nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, sekret -/-
Hidung : Sekret -/-, NCH -/-
Mulut : tonsil T1/T1, uvula di tengah, faring hiperemis (-), bibir kering -.
Sianosis (-)
Leher : KGB : Tidak teraba.
Tiroid : Tidak terdapat pembesaran.
Dada :
Paru : I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-),
ketinggalan gerak (-), pectus excavatum (-), pectus
carinatum(-), spider nevi (-), sikatriks (-).
P: Krepitasi (-), massa (-), Vokal fremitus lapang paru
kiri=kanan.
P: Sonor pada seluruh lapang paru.
A: Sd vesikuler +/+ meningkat di kedua basal, Rbh-/-, Rbk -/-,
Wh-/-
Jantung: I : Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba di SIC 5 2 jr medial linea midklavikula
kiri
P: Batas jantung kiri di SIC 5 2 jr medial linea midklavikula
kiri, batas jantung kanan di ICS 5 linea sternalis kanan.
A: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-).
Abdomen: I : Abdomen datar, caput medusa -, sikatriks -, striae +, venektasi
-. darm countour (-), darm steifung (-)
A : Bising usus (+) normal, metalic sound (-), borborigmi (-)
P : Timpani, pekak hepar (+), liver span dbn.
P : Supel, nyeri tekan (+) minimal di epigastrik, Nyeri ketok CV
(-)
H/L: tidak teraba
Ekstremitas: CRT <2, Tidak ada edema, akral hangat, turgor kulit baik, tidak
ada gangguan gerak pada ekstrimitas superior dan inferior.

Status Psikiatri :
Keadaan umum: tidak tampak sakit jiwa
Sikap: normoaktif
Tingkah laku : normal
Orientasi : waktu/tempat/orang : baik/baik/baik
Kesadaran : CM/ baik
Proses Pikir:
Bentuk pikir: normal
Isi pikir: Waham bersalah
Progresi Pikir: normal
Roman muka: normo mimic
Persepsi: halusinasi dengar
Hubungan Jiwa: mudah ditarik dan mudah dicantum
Insight: kurang
Sindrom :
Sindrom Gangguan Konversi: gangguan defisit motorik sensorik (pingsan),
bukan malingering, tidak ada efek langsung zat atau kondisi medis umum, di
tempat umum
Sindrom Gangguan Psikosis: halusinasi dengar, waham bersalah
Diagnosis Axis
Axis I : Gangguan Konversi
Axis II: -
Axis III: Dispepsia
Axis IV : perkembangan remaja dan pertengkaran dengan tetangga
Axis V: 50-60

1. Assessment(penalaran klinis):
Pengertia Histeria Konversi
Karakteristik gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik yang
menggambarkan kondisi medis umum (gangguan somatoformnya) dan tidak
dapat dijelaskan secara penuh dengan suatu kondisi medis umum, efek
langsung bahan tertentu, atau gangguan mental lainnya (yaitu gangguan
panik). Gejala seharusnya disebabkan oleh distress yang signifikan atau
gangguan dalam sosial, pekerjaan, atau lainnya. Sedangkan, gangguan
faktitius dan Malingering memiliki gejala fisik yang tidak intense.
Gejala yang muncul diduga kuat disebabkan faktor psikologi dan dugaan
tersebut dibuktikan dengan observasi inisiasi atau eksaserbasi gejala atau
defisit yang dipicu oleh konflik atau stressor lain. Gejala-gejala yang ada tidak
dimunculkan secara sengaja atau pura-pura seperti gangguan factitious
maupun malingering. Gangguan konversi tidak didiagnosis jika gejala atau
tanda yang ada dapat dijelaskan secara neurologis atau kondisi medis umum,
dengan efek langsung bahan, atau perilaku kultural setempat ataupun
pengalaman kultural. Permasalahan yang signifikan dibuktikan dengan tanda
distress, gangguan hubungan sosial, pekerjaan, maupun fungsi lainnya, atau
fakta lain yang dapat dievaluasi secara medis. Gangguan konversi tidak
didiagnosis jika gejala-gejala terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, atau
lebih termasuk ke gangguan mental lainnya baik somatoform maupun lainnya
(APA, 1994).
Gejala konversi berkaitan dengan motorik voluntar atau sensorik yang
merujuk pada pseudoneurologis. Gejala motorik atau defisit meliputi
gangguan koordinasi atau keseimbangan, kelumpuhan atau kelemahan lokal,
afonia, kesulitan menelan, atau sensasi mengganjal di tenggorokan, dan
retensi urin. Gejala sensorik atau defisitnya meliputi kehilangan sensasi sentuh
atau nyeri, penglihatan ganda, kebutaan, ketulian, dan halusinasi. Kejang atau
konvulsi juga termasuk di dalamnya. Semakin dekat seseorang dengan dunia
medis, semakin baik menampilkan gejala. Semakin kompleks seseorang
mengetahui gejala dan defisit akan mendekati kondisi medis umum maupun
neurologis (APA, 1994).
Diagnosis gangguan konversi sebaiknya didiagnosis setelah sekian lama
investigasi sehingga dapat menyingkirkan etiologi dari kondisi neurologis
maupun medis. Hal ini dapat menyita waktu hingga bertahun-tahun. Dalam
beberapa kasus yang terdiagnosis gangguan konversi akhirnya ditemukan
etiologi medisnya.

KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis Gangguan Somatoform
A. Adanya riwayat keluhan-keluhan fisik yang dimulai sebelum usia
30 tahun yang berlangsung dalam periode beberapa tahun dan mencari-
cari penyembuhannya atau terjadi hambatan bermakna dalam fungsi-
fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya.
B. Setiap kriteria berikut selama ini harus terpenuhi dimana gejala-
gejala individu terjadi pada suatu waktu dalam perjalanan gangguan:
4 gejala nyeri: riwayat nyeri pada minimal 4 tempat atau fungsional
(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum,
sewaktu coitus atau miksi).
2 gejala-gejala gastrointestinal: riwayat sedikitnya 2 gejala
gastrointestinal selain nyeri (misalnya nausea, meteorismus, vomitus
diluar kehamilan, diare, intoleransi beberapa jenis makanan).
1 gejala sexual: riwayat sedikitnya ada 1 gejala sexual atau reproduksi
selain nyeri (misalnya indiferen sexual, disfungsi ereksi atau
ejakulasi, haid irregular, hipermenorrhea, vomitus sepanjang masa
kehamilan).
1 gejala pseudoneurologis: riwayat sedikitnya 1 gejala atau deficit
yang mengarah pada suatu kondisi neurologis yang tidak hanya nyeri
(gejala-gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau
keseimbangan, paralisa atau kelemahan lokal, sukar menelan atau
terasa adanya massa di tenggorok, aphonia, retensi urinae, halusinasi,
kehilangan sensasi nyeri dan raba, visus ganda, kebutaan, tuli, kejang;
gejala-gejala disosiatif seperti amnesia; kehilangan kesadaran selain
pingsan).
C. Adanya 1 atau 2:
Setelah penelitian yang sesuai; gejala-gejala pada kriteria B tidak
dapat dijelaskan berdasarkan kondisi medis umum yang dikenal atau
efek langsung dari zat (penyalahgunaan obat atau medikasi)
Ketika ada kaitan dengan suatu kondisi medis umum, keluhan-
keluhan fisik atau hambatan sosial atau pekerjaan adalah berlebihan
berdasarkan riwayat, pemeriksaan fisik atau temuan-temuan
laboratorium.
Gejala2 tidak (dimaksudkan) dibuat-buat atau disengaja (seperti pada
gangguan buatan atau malingering).
Kriteria Diagnosis Gangguan Konversi
1. Satu atau lebih gejala atau defisit pada fungsi
motorik volunter atau sensoris yang mencerminkan gangguan neurologis
atau kondisi medis umum lain.
2. Faktor psikologis ditenggarai berhubungan dengan
gejala atau defisit oleh karena permulaan atau eksaserbasinya didahului
konflik atau stresor lainnya.
3. Gejala-gejala atau defisit-defisit tidak dimaksudkan
demikian atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau
malingering).
4. Sebuah penelitian yang sesuai, gejala atau defisit
tidak dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi medis umum atau efek
langsung zat, atau sebagai budaya lokal atau pengalaman.
5. Gejala dan defisit menyebabkan penderitaan klinis
atau hambatan nyata dalam fungsi-fungsi sosial, pekerjaan atau area
penting lainnya atau dapat surat evaluasi status kesehatan.
6. Gejala dan defisit tidak terbatas pada nyeri atau
disfungsi sexual, tidak terjadi dalam perjalanan gangguan somatisasi dan
bukanjenis gangguan mental lainnya.
Tentukan tipe gejala dan defisit:
dengan gejala atau defisit motorik
dengan gejala atau defisit sensoris
dengan kejang atau konvulsi tampil campuran
EPIDEMIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS
Gejala konversi tidak mengikuti anatomi dan fisiologi yang ada, tetapi
mengikuti konseptualisasi pasien. Kelumpuhan yang dapat terjadi baik
gerakan tertentu maupun kelemahan umum terjadi tidak sesuai defisit motorik.
Gejala konversi sering inkonsisten. Kelumpuhan yang terjadi kadang hilang
saat memakai pakaian atau saat perhatian dialihkan ke tempat lain.
"Kelumpuhan" bila diletakan di atas kepala dan dilepaskan akan tetap di posisi
itu secara cepat kemudian baru jatuh ke samping dibandingkan menyentuh
kepala. Kekuatan motorik normal, otot antagonis kuat, dan reflex baik.
Elektromiogram akan normal. Kesulitan menelan terjadi baik dengan cairan
maupun padat. Konversi "anestesia" pada sebuah tangan atau sebuah kaki
disebut stocking-glove dengan distribusi merata tanpa gradien, serta
kehilangan modalitas lainnya seperti sentuhan, suhu, nyeri yang jelas dibatasi
area organ tubuh dibandingkan secara dermatom. Konversi "kejang" juga
bervariasi dari konvulsi ke konvulsi dan aktivitas paroksismal tidak ada dalam
EEG (APA, 1994).
Konversi berupa gangguan somatik ini diduga akibat representasi hasil
konflik psikologis yang tidak disadari, menurunkan kecemasan, dan
menghilangkan konflik yang ada untuk tidak diperhatikan. Akibat sekunder,
pasien menjadi tidak melakukan kewajibannya dan tanggung jawabnya (APA,
1994).
Gangguan Konversi lebih banyak terjadi di daerah pedesaan dengan status
sosioekonomi yang rendah dan kurangnya pengetahuan medis dan konsep
fisiologi tubuh. Gangguan konversi lebih banyak dilaporkan di negara
berkembang. Perubahan status mental dan penurunan kesadaran adalah
karakteristik variasi dari gejala-gejala yang terkait budaya. Gejala konversi
adalah cerminan idea dari budaya lokal yang diterima dan dapat menampilkan
kesan distress. Klinisi harus bisa membedakan gejala konversi yang dapat
diterima sebagai ritual penyembuhan dan ritual agama dengan gejala yang
terkait dengan distress atau gangguan. Gejala pada anak usia kurang dari 10
tahun umumnya terbatas pada kejang dan gangguan berjalan. Gangguan
konversi lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki bervariasi
2:1 hingga 10:1. Gejala pada wanita lebih sering muncul di sebelah kiri.
Angka kejadian gangguan konversi ini bervariasi mulai dari 11/100.000
populasi hingga 300/100.000 dalam populasi umum. Pernah dilaporkan 1%-
3% pasien dirujuk ke klinik kesehatan jiwa (APA, 1994).
Gangguan konversi ini dapat terjadi pada anak-anak hingga dewasa,
namun jarang terjadi di bawah usia 10 tahun atau di atas 35 tahun. Pernah
dilaporkan pada usia dekade 9. Jika gejala pertama muncul di usia
pertengahan atau usia tua, kemungkinan gangguan neurologis hingga kondisi
medis umum masih besar dimungkinkan. Umumnya terjadi secara akut,
namun dapat meningkat menjadi gejala. Gangguan konversi yang dirawat di
RS umumnya akan remisi dalam dua minggu. Gejala umumnya berdurasi
singkat. Rekurensi umumnya terjadi 1/5 hingga 1/4 pasien dalam 1 tahun.
Faktor yang mempengaruhi prognosis yang bagus adalah onset akut,
menampilkan stress yang jelas dari onset, cepat diterapi, dan intelejensi rata-
rata. Gejala kelumpuhan, afonia, dan kebutaan berkaitan dengan prognosis
yang baik, sedangkan tremor dan kejang tidak (APA, 1994).
DIAGNOSIS BANDING
- miastenia gravis, distonia, multiple sclerosis.
- Gangguan nyeri
- disfungsi seksual
- gangguan somatisasi
- Psikosis (APA, 1994).
- Gangguan mood
- Gangguan Body Dismorfik
- Faktitious
- Malingering (APA, 1994).
2. Plan:
Diagnosis: Post Sinkop ec. Gangguan Konversi
Axis I : Gangguan Konversi
Axis II: -
Axis III: Dispepsia
Axis IV : perkembangan remaja dan pertengkaran dengan tetangga
Axis V: 50-60
Terapi:
O2 2 lpm
Posisi trendelenberg, selimutkan, diberikan penghangat
IVFD RL 15 tpm
Inj. Omeprazole 40 mg iv.
Diazepam 2 mg malam hari

TERAPI
Terapi gangguan konversi prinsipnya adalah membuat pasien sadar akan
gejala yang muncul berkaitan dengan faktor psikologis. Namun, pasien yang
telah mengetahui bahwa hal ini adalah masalah psikologis jarang akan follow
up kembali. Hindari terapi invasive dan intervensi.
Trik menghadapi pasien Gangguan Konversi :
Hindari menunjukan sikap bahwa sebenarnya tidak ada apa-apa
yang salah
Jangan menginformasikan diagnosis pada kunjungan pertama
Pastikan gejala pasien benar dan jauh dari gangguan organik
Cari gejala organik yang mungkin terkait stress seperti ulkus
peptikum maupun hipertensi.
Ceritakan bahwa alam bawah sadar mempengaruhi perilaku
Emosi dapat membentuk gejala
Pastikan tidak ada fakta gangguan neurologis yang mendasari
Ceritakan bahwa usaha positif akan memperbaiki sendiri gejala
Informasikan bahwa gejala yang diderita tidak seperti pura-pura
Merawat pasien di tempat perwatan neurologi dengan gangguan
berjalan sehingga tampak gejala yang dideritanya membaik dengan
cepat atau gejalanya memang belum hilang dengan cepat.
Tidak ada farmakologi yang spesifik untuk diberikan, terapi untuk
gangguan mood atau kecemasan dapat dipertimbangkan.
Fisioterapi dapat membantu perbaikan
Edukasi keluarga dan tempatkan pasien secara perlahan.

Raha, 02 Februari 2017


DOKTER INTERNSHIP DOKTER PENDAMPING

dr. Kaharudin dr. LA Ode Baynuddin


Daftar Pustaka

1. American Psychiatric Assosiation. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorder: DSM IV. 4th-Ed. Washington DC: APA.
2. Marshall SA. 2013. Terapi dan Manajemen Gangguan Konversi. Medscape.
available from : http://emedicine.medscape.com/article/287464-overview.
Buku Saku DSM IV.

Anda mungkin juga menyukai