TERMINOLOGI
1. Emergensi = atau kasus gawat darurat Serangan penyakit atau cedera yang bila tidak segera ditolong oleh
dokter beserta timnya yang tepat dengan peralatan medis yang juga tepat, dapat mengancam jiwa orang
tersebut.hhh
2. Luka robek = Luka adalah rusak atau hilangnya sebagian jaringan tubuh. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)
adalah Jenis luka yang disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka tidak
rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.njhjhhhh
3. Krepitasi = merupakan istilah serapan dari bahasa Latin, yakni crepitus yang berarti gemeretak. Bunyi ini dapat
muncul berupa derik akibat gesekan ujung-ujung tulang patah, juga dari pergerakan sendi.
4. Fraktur terbuka = diskontinuitas struktur tulang yang mempunyai hubungan dengan lingkungan luar melalui
sebuah lukahhh
5. Spalk = Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang
digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi)
6. Visum et repertum= keterangan dokter tentang apa yang dilihat dan ditemukan dalam melakukan pemeriksaan
barang bukti guna kepentingan peradilan. Jadi dalam hal ini visum et repertum merupakan kesaksian tertulis
dalam proses peradilan.
7. GEA dengan syok = Gastroenteritis (diare) adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak,
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat disertai frekuensi yang meningkat
(Mansjoer, 2000:501). Dengan syok berarti pasien sudah menunjukkan adanya gejala syok (turogor lambat, mata
cekung)
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana interpretasi pada pasien kecelakaan tsb?
2. Kenapa dokter mendiagnosis fraktur terbuka kruris dextra?
3. Kenapa dokoter merujuk?
4. Kenapa dokter memasang spalk sebelum merujuk pasien?
5. Kenapa dokter mengisi visum et repertum dari polisi?
6. Kenapa pasien kedua mencret sejak 2 hari yang lalu dan disertai muntah-muntah?
7. Bagaimana interpretasi pasien kedua?
8. Kenapa dokter mendiagnosis GEA dengan syok?
9. Kenapa dokter memberikan cairan ringer lactat?
10. Kenapa pasien hanya dirawat dipuskesmas saja dan tidak dirujuk?
11. Kenapa pemberian penyuluhan bisa mencegah terjadinya wabah penyakit pasien kedua?
C. ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana interpretasi pada pasien kecelakaan tsb?
Luka robek di cruris dextra = ditemukan lukanya tidak rapi atau tepi luka tidak rata serta diikuti
dengan keluarnya darah pada tungkai bawah kanan pasien
Dengan ukuran 5x4x3 cm = penilaian luka secara 3 dimensi yang berarti panjang luka 5cm, lebar luka
4cm dan kedalamannya 3cm
Ada krepitasi = menandakan ada tulang yang patah atau bisa juga hanya dislokasi
2. Kenapa dokter mendiagnosis fraktur terbuka kruris dextra?
Karena dari hasil pemeriksaan fisik tersebut didapatkan krepitasi pada pasien yang menandakan adanya
fraktur, selain itu diikutu juga dengan luka robek maka dokter menegakkan pasien tsb mengalami fraktur
terbuka.
2. Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang
terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat
tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
PRINSIP PEMBIDAIAN
1. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami cidera ( korban yang dipindahkan)
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada
tidaknya patah tulang
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan
SYARAT SYARAT PEMBIDAIAN
1. Siapkan alat alat selengkapnya
2. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur dulu pada anggota badan
korban yang tidak sakit
3. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan
5. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah
6. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
7. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas
Maksud pembuatan VeR adalah sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di pengadilan
karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan
barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan KUHP pasal 184.
Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:
1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim
2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat
3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan VeR yang lebih baru
2. VeRjenazah, yaitu VeR yang dibuat terhadap korban yang meninggal. Tujuan pembuatan VeR ini
adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian.
3. Ekspertise, yaitu VeR khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian tubuh korban, misalnya
darah, mani, liur, jaringan tubuh, tulang, rambut, dan lain-lain. Ada sebagian pihak yang menyatakan
bahwa ekspertise bukan merupakan VeR.
a. Pembukaan
Ditulis pro justicia yang berarti demi keadilan dan ditulis di kiri atas sebagai pengganti materai.
b. Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi:
- Identitas tempat pembuatan visum berdasarkan surat permohonan mengenai jam, tanggal, dan
tempat
- Pernyataan dokter, identitas dokter
- Identitas peminta visum
- Wilayah
- Identitas korban
- Identitas tempat perkara
c. Pemberitaan
Pemberitaan memuat hasil pemeriksaan, berupa:
- Apa yang dilihat, yang ditemukan sepanjang pengetahuan kedokteran
- Hasil konsultasi dengan teman sejawat lain
- Untuk ahli bedah yang mengoperasi ? dimintai keterangan apa yang diperoleh. Jika diopname ?
tulis diopname, jika pulang ? tulis pulang
- Tidak dibenarkan menulis dengan kata-kata latin
- Tidak dibenarkan menulis dengan angka, harus dengan huruf untuk mencegah pemalsuan.
- Tidak dibenarkan menulis diagnosis, melainkan hanya menulis ciri-ciri, sifat, dan keadaan luka.
d. Kesimpulan
Bagian kesimpulan memuat pendapat pribadi dokter tentang hubungan sebab akibat antara apa
yang dilihat dan ditemukan dokter dengan penyebabnya. Misalnya jenis luka, kualifikasi luka, atau
bila korban mati maka dokter menulis sebab kematiannya.
e. Penutup
Bagian penutup memuat sumpah atau janji, tanda tangan, dan nama terang dokter yang membuat.
Sumpah atau janji dokter dibuat sesuai dengan sumpah jabatan atau pekerjaan dokter.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR korban
hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarganya. Juga tidak
boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
5. Ada identitas korban.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa
6. Kenapa pasien kedua mencret sejak 2 hari yang lalu dan disertai muntah-muntah?
Mencret dengan frekuensi >20x/sehari berarti pasien mengalami diare, dan sudah sejak 2 hari yang lalu
menandakan kondisinya bersifat akut.
Diare yang disertai muntah disebut juga gastroenteritis akut, penyebabnya :
- Gastroenteritis Choleriform -> Vibrio Parachemolitica, Vibrio Eltor, E. Coli, Clostridia, keracunan
makanan. Biasanya bentuk ini sering mengakibatkan dehidrasi dengan gejala utama diare dan muntah.
Tinja seperti air cucian beras
- Gastroenteritis disentriform -> Entamoeba Histolytica, Shigella, Salmonella, bentuk ini jarang
mengakibatkan dehidrasi. Gejala yang timbul kolik, diare, tenesmus dan tinja berlendir + berdarah.
10. Kenapa pasien hanya dirawat dipuskesmas saja dan tidak dirujuk?
Karena pada pasien kedua ini merupakan kondisi yang harus selesai penatalaksanaannya ditingkat layanan
primer -> 4A. sehingga pasien bisa ditatalaksana tanpa harus dirujuk untuk mendapatkan pelayanan ke
faskes yg lebih tinggi.
11. Kenapa pemberian penyuluhan bisa mencegah terjadinya wabah penyakit pasien kedua?
Karena pada penyakit kedua ini termasuk penyakit yang berbasis lingkungan, yang penyebabnya dari
lingkungan hygiene masyarakat. Sehingga penanganan yang lebih baik agar penyakit tersebut tidak
mengenai warga lain adalah dengan tatalaksana preventif melalui penyuluhan.