Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh sekresi Growth Hormon (GH) yang berlebihan
dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis.

Keadaan ini dapat diakibatkan tumor hipofisis yang mensekresi GH atau karena kelainan
hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.

Gigantisme sangat jarang dijumpai, di Eropa setiap tahunnya hanya dilaporkan 3 4 kasus/1 juta
penduduk. Kejadiannya pada wanita dan laki laki sama. Laporan adanya kasus di
Indonesia juga sangat jarang.

Dalam KIONAS PERKEM II Tahun 1989 di Surabaya, Wijasa dkk melaporkan adanya kasus
yang dirawat di RSUD Dr. Soeteomo Surabaya.

Sasaran pengobatan Gigantisme adalah mengendalikan pertumbuhan atau menormalkan sekresi


GH dan mengangkat massa tumor.

Terdapat 3 macam pengobatan gigantisme yaitu pengobatan medis, bedah dan radiasi
dimana pengobatan medis bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala efek lokal dari tumor
dan/kelebihan GH. Untuk itu mahasiswa diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan yang
baik pada klien dengan gigantisme.

1.2. Tujuan

Tujuan Umum : Mampu memahami dan membuat Askep pada Anak dengan Gigantisme.

Tujuan Khusus :

a. Mengidentifikasi pengkajian pada Anak dengan Gigantisme.

b. Mengidentifikasi masalah keperawatan pada Anak dengan Gigantisme.

c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada Anak dengan Gigantisme.

d. Mengidentifkasi tindakan keperawatan pada Anak dengan Gigantisme.

e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada Anak dengan Gigantisme.


1.3. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan studi kepustakaan dimana
penulis mempelajari buku buku dan sumber ilmiah yang ada hubungannya dengan Kasus
Gigantisme.

1.4. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun secara sistematis terdiri dari 3 Bab yaitu :

Bab I : Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka terdiri dari Konsep Dasar Teori dan Konsep Dasar Askep
Gigantisme.

Bab III : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Gigantisme : Kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormon pertumbuhan atau
Growth hormon yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan
epifisis (Brunner & Suddarth, 2001).

Gigantisme : Suatu keadaan yang abnormal pada anak yang disebabkan oleh
produksi Growth hormon yang berlebihan (Nelson, 2000).

Gigantisme : Seseorang yang tumbuh hingga ketingian yang berlebihan diatas rata- rata
normal orang dewasa (Price A. Sylvia, 2005).

2.1.2. Etiologi

Penyebab gigantisme dapat digolongkan sebagai berikut :

* Gigantisme primer atau hipofisis, penyebabnya adenoma hipofisis.

* Gigantisme sekunder atau hipotalamik, disebabkan oleh karena dari hipotalamus.

* Giganstisme yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (Paru, Pankreas).

2.1.3. Patofisiologi

Sel asidofilik sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat
aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi
hormon pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan
cepat sekali termasuk tulang. Pada gigantisme hal ini terjadi sebelum masa remaja yaitu sebelum
epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat
seperti raksasa.

Biasanya penderita gigantisme juga mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena


produksi hormon pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormon pertumbuhan tersebut
menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di
pembuluh darah dan sel-sel beta pulau langerhans pankreas menjadi terlalu aktif akibat
hiperglikemia dan akhirnya sel sel tersebut berdegenerasi.

Akibatnya kira kira 10 persen pasien gigantisme menderita DM.


Pada sebagian besar penderita gigantisme akhirnya akan menderita panhipopituitarisme bila
gigantisme tetap tidak diobati sebab gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada
kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.

2.1.4. Manifestasi Klinis

* Lingkar kepala bertambah

* Hidung melebar

* Lidah membesar

* Wajah kasar

* Mandibula tumbuh berlebihan

* Gigi menjadi terpisah pisah

* Jari dan ibu jari tumbuh menebal

* Kifosis

* Kelelahan dan kelemahan

* Hipoganadisme

* Keterlambatan maturasi seksual

* Pembesaran kaki dan tangan

* Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku

2.1.5. Pemeriksaan Diagnostik

* Laboratorium

- Kadar GH berlebihan mencapai 400 mg/ml

- Tes Toleransi Glukosa, hiperglikemia

- Kadar Somatomidin meningkat 2,6 21,7 /ml (0,31 1,4 /ml)

* CT Scan

* MRI

2.1.6. Penatalaksanaan

Tujuan Pengobatan adalah :


* Menormalkan kembali kadar GH atau EGF 1

* Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor

* Menormalkan fungsi hipofisis

Macam macam terapi yang diberikan untuk mengobati penyakit gigantisme antara lain :

a. Terapi Pembedahan

Intervensi bedah dilakukan apabila terjadi peningkatan tekanan intra cranial. Tindakan
pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari
besarnya tumor yaitu : Bedah Makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala atau TC
(Trans Kranial) dan Bedah Mikro atau TESH (Trans Etmoid Sphenoid Hypophysectomy).

Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah infra
orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.

Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 20 % kasus namun pada umumnya dapat diatasi.
Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan cerebro spinal (CSF leak), fistula Oro
Nasal, Epitaksis, Sinusitis dan infeksi pada luka operasi.

Keberhasilan therapi ditandai dengan menurunnya kadar GH dibawah 5 g/l/

b. Terapi Radiasi

Indikasi radiasi adalah sebagai therapi pilihan secara tunggal kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan, kalau masih terjadi gejala akut setelah
terapi pembedahan dilaksanakan. Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan
kadar GH tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya
mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi dilaksanakan.

Eastment, dkk menyebutkan bahwa terjadi penurunan GH 50 % dari kadar sebelum disinar/base
line level setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun dan 75 % setelah 5 tahun
penyinaran.

Peneliti hanya menyebutkan bahwa kadar GH mampu diturunkan di bawah 5 g/l setelah
pengobatan berjalan 5 tahun pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan s/d
10 tahun maka 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut.

2.2. KONSEP DASAR ASKEP

2.2.1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit, manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi tergantng pada hormon
mana yang disekresi berlebihan. Tanyakan manisfestasi klinis dari peningkatan GH mulai
dirasakan.

b. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.

c. Keluhan utama, mencakup :

* Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ organ tubuh seperti jari jari, tangan.

* Perubahan tingkat energi, kelelahan.

* Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.

* Nyeri kepala

* Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.

d. Pemeriksaan Fisik mencakup :

* Amati bentuk wajah khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, hilang supra
orbita menjorok.

* Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan.

* Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik.

* Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak, pada
pemeriksaan ditemukan mobilitas terbatas.

* Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat komprosi syaraf optikus akan dijumpai penurunan
visus.

* Hipertensi

* Disfagia akibat lidah membesar

* Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar

e. Pemeriksaan Diagnostik, mencakup :

* Kadar prolaktin serum : ACTH, GH.

* Foto tengkorak

* CT Scan otak

* Angiografi
* Tes toleransi glukosa

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan bodi image b/d perubahan struktur tubuh.

2. Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gigi tumbuh terpisah pisah, lidah membesar.

4. Gangguan integritas kulit b/d wajah kasar, kulit tebal.

5. Kurang pengetahuan b/d kurang terpapar sumber informasi.

2.2.3. Intervensi

Dx. I. : Gangguan bodi image b/d perubahan struktur tubuh.

Tujuan : Mulai menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri.

Kriteria Hasil : * Klien dapat menerima perubahan diri.

* Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan.

Intervensi :

1) Kaji klien dengan mengidentifikasi dan mengembangkan mekanisme koping untuk


mengatasi perubahan fisik.

R/ : Dapat mengetahui sejauh mana mekanisme koping yang dimiliki klien dalam
penerimaan diri.

2) Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan perubahan


fisik.

R/ : Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup.

3) Diskusikan perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang dialami oleh klien.

R/ : Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan


membantu pemecahan masalah.

4) Pertahankan lingkungan yang kondusif untuk membicarakan perubahan citra tubuh.

R/ : Meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai yang dapat mempengaruhi penilaian


situasi.
5) Bantu pasien dalam mengembangkan rencana untuk menyelaraskan semua perubahan ke
dalam gaya hidup.

R/ : Membantu adaptasi lanjut yang optimal dan membantu dalam penerimaan diri.

Dx. II. : Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan kemampuan berpartisipasi dalam melakukan aktivitas.

Kriteria Hasil : * Tidak terjadi kelelahan yang berarti pada klien setelah melakukan aktivitas.

* Menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi :

1) Observasi tanda tanda vital, catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan
aktivitas.

R/ : Nadi secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat takikardia mungkin akan
ditemukan.

2) Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur.

R/ : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.

3) Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/masase.

R/ : Dapat menurunkan energi dalam syaraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.

4) Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil.

R/ : Dorongan dan saran orang terdekat untuk berespon secara positif dan memberikan
dukungan pada pasien.

5) Berikan aktivitas pengganti yang menyenangkan dan tenang seperti membaca,


mendengarkan radio.

R/ : Memungkinkan untuk menggunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin


juga menurunkan ansietas.

Dx. III. : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gigi tumbuh terpisah pisah, lidah
membesar.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan.

Kriteria Hasil : Mempertahankan/meningkatkan berat badan.


Intervensi :

1) Timbang BB sesuai indikasi.

R/ : Mengkaji pemasukan yang adekuat.

2) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki klien.

R/ : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan
dapat membantu kebutuhan nutrisi.

3) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi.

R/ : Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk


memahami kebutuhan nutrisi.

4) Berikan makanan sedikit tapi sering.

R/ : Membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan dan meningkatkan


pemasukan.

5) Berikan kebersihan atau sebelum makan.

R/ : Meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan yang baik.

Dx. IV. : Gangguan integritas kulit b/d wajah kasar, kulit tebal.

Tujuan : Berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk mencegah kerusakan kulit.

Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman akan faktor penyebab terjadinya gangguan integritas
kulit.

Intervensi :

1) Inspeksi seluruh area kulit.

R/ : Kulit biasanya cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer, ketidakmampuan


untuk merasakan tekanan, gangguan pengaturan suhu.

2) Anjurkan pada klien untuk memberikan perawatan pada kulit.

R/ : Kelembaban meningkatkan pertumbuhan bakteri yang dapat menimbulkan infeksi.

3) Anjurkan menggunakan buku buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
R/ : Menurunkan potensial cedera kulit.

4) Hindari komentar tentang penampilan pasien.

R/ : Meminimalkan stress psikologis sehubungan dengan perubahan kulit.

2.2.4. Implementasi : sesuai intervensi.

2.2.5. Evaluasi : sesuai tujuan dan kriteria hasil.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormon pertumbuhan atau
Growth Hormon yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan
epifisis.

Penyebab terbanyak gigantisme adalah adanya adenoma hipofisis.

Manifestasi klinis dari gigantisme : lingkar kepala bertambah, hidung lebar, lidah membesar,
wajah kasar, mandibula tumbuh berlebihan, pembesaran pada kaki dan tangan.

Tujuan pengobatan dari gigantisme :

* Menormalkan kembali kadar GH/IGF 1.

* Memperkecil tumor/menstabilkan besarnya tumor.


* Menormalkan fungsi hipofisis.

Selain pengobatan medis terapi pembedahan dan terapi radiasi juga menjadi pilihan untuk
pengobatan gigantisme dimana terapi pembedahan merupakan cara pengobatan utama.

3.2. Saran

* Bagi pasien gigantisme diharapkan untuk mengikuti program pengobatan secara teratur
sesuai anjuran dokter.

* Bagi mahasiswa/i keperawatan mampu memahami tentang penyakit gigantisme sehingga


dapat berguna dalam praktek pelayanan di masyarakat

Anda mungkin juga menyukai