Bisa juga disebut sebagai menu bar, letaknya disebelah pojok kiri atas
layar, tepatnya diatas menu toolbar, fungsi dari menu ini adalah
untuk memberikan akses ke semua fasilitas dari STAAD
2. Menu Toolbar
5. Menu Window
Sebelum kita akan membahas cara mengoperasikan STAAD lebih
lanjut, maka ada baiknya kita perlu tahu dulu 7 (tujuh) tahapan dalam
rancang bangun pemodelan struktur pada STAAD.
1. Menentukan geometri model struktur
2. mendenisikan data2
- Jenis & kekuatan bahan
- Menentukan dimensi penampang elemen struktur
- Macam beban (load) yang bekerja
- Kombinasi pembebanan (load combination)
3. Menempatkan (Assign) data yang sudah didenisikan ke model
struktur yang direncanakan, ini meliputi :
- Data beban
- Data penampang
4. Cek input data (memeriksa kembali input data)
- Apakah jenis materialnya sudah didenisikan dan sudah
ditempatkan (assign) dengan benar ?
- Apakah dimensinya elemen penampang yang di input sudah sesuai
dengan yang direncanakan?, apakah sudah di tempatkan (assign)
dengan benar?
- Apakah beban-beban sudah ditempatkan dengan benar ?
- Apakah kombinasi pembebanan sudah didenisikan dengan benar
?
5. Analisa Struktur ( Mekanika Teknik)
6. Desain model struktur (baja, beton atau jenis bahan yang lain)
dengan aturan-aturan ada (yang berlaku di negara kita seperti
SKSNI, PBI)
7. Modikasi struktur / re-design
Tampak Depan
Denah LT 1
Denah LT 2
Rencana Balok LT 2
Rencana Balok Atap
Untuk menjaga agar postingan tidak terlalu memanjang kebawah.
Pembahasan perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu
STAAD Pro 2004, saya bagi menjadi empat bagian, sebagai berikut :
10. Setelah anda mengklik tombol view from Z+, tampilan page view
akan menjadi seperti dibawah ini
11. Sekarang perhatikan kotak dialog Snap node Beam yang terletak
disebelah kanan dari kotak page view. Atur parameter grid dari kotak
dialog Snap Node/Beam tersebut seperti gambar dibawah ini
Perhatikan pada frame Construction Lines (Yang saya lingkari No. 3).
Karena bangunan kita lebarnya adalah 6 meter dan tinggi
bangunannya adalah 7.70 meter, maka gridnya bisa kita isi X = 6, dan
Y = 8, kemudian spasinya kita isi 1. Ini artinya tiap garis grid arah X
dan Y, antara grid satu dengan grid yang lainnya berjarak 1 meter.
12. Setelah anda atur parameter diatas, maka modus view gridnya
akan jadi seperti ini
18. Nah, dengan cara yang sama lakukan juga untuk yang lantai dua (
turunkan nodes dan batang nya sejauh 4m 3.80 m = 0.2 m),
sehingga secara keseluruhan bentuk portalnya akan menjadi seperti
ini, yaitu :
Elevasi Lantai 2 = + 3.80
Elevasi Atap = + 7.40
19. Selanjutnya kita akan menduplikat portal diatas sebanyak 5 kali
atau istilah teknik sipilnya adalah generasi batang. Caranya pilih
semua batang dengan cara dari menu pulldown klik Select > By All >
Beams
20. Lihat hasilnya pada portal anda. Semua telah terseleksi sempurna
(warnanya berubah jadi merah).
- Ubah display dalam modus isometri, klik tool yang dilingkari pakai
warna merah
21. Kemudian dari menu toolbar generate klik icon translational
repeat (lihat yang saya lingkari pakai warna merah)
akan keluar kotak dialog 3D repeat. isi sesuai gambar dibawah ini, lalu
klik OK
Catatan :
- Global direction = Arah duplikasi
- No of step = Jumlah bentang duplikasi
- Default Step Spacing = Jarak antar duplikasi
Untuk global direction klik Z, karena kita akan duplikasi portal ke arah
Z, kemudian isi No of Step = 4, karena jumlah bentangnya = 4,
Selanjutnya isi juga Default Step Spacing = 4, karena jarak duplikasi
antar portalnya sejauh 4 m.
Jika benar maka hasilnya seperti ini
Semua jarak antar portal yang ada di layar tampilan STAAD anda
sekarang adalah 4 meter, padahal di gambar denah rencana kita,
jarak antara As C dan D adalah 3 meter. Supaya jarak antara portal As
C dan D menjadi 3 meter, maka kita harus me-move (menggeser)
portal As A, B dan C sejauh 1 meter mundur kebelakang (perhatikan
ilustrasinya pada gambar dibawah ini)
3 meter, maka kita cek dengan meng klik icon kemudian klik titik
1 dan 2, maka dimensi jaraknya akan muncul secara otomatis (lihat
gambar dibawah)
29. Sekarang kita akan pasang balok anak. Klik tool add beam,
kemudian klik titik 1 dan titik 2 (lihat gambar)
Jika benar maka hasilnya seperti ini
- Klik balok tersebut, kemudian klik kanan pada mouse, pilih insert
node
- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Isi distance = 1.5, kemudian klik Add New Point, Klik Ok. Jika langkah
anda sudah benar, maka sekarang element balok as 2,(D - E) telah
terpisah menjadi 2 bagian.
31. Jika anda sudah melakukannya dengan benar, maka sekarang
balok anak yang menyangga kamar mandi sudah bisa kita pasang.
33. Jika sudah, sekarang kita pasang balok anak berikutnya. Klik ,
kemudian klik titik 1 dan titik 2 (lihat gambar dibawah ini)
Tekan Esc pada keyboard
34. Sekarang kita akan membuat balok anak lantai 2, pada posisi
antara as B dan C.
- Klik balok lantai 2 as B, kemudian klik kanan, pilih insert node
- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Karena posisi balok anaknya tepat di tengah, maka cukup di klik
tombol Add mid point saja, kemudian klik OK
- Jika sudah, maka lakukan hal yang serupa terhadap balok lantai 2 as
C, sehingga secara keseluruhan dua balok tersebut (yaitu balok as B
dan C) telah terpisah tepat ditengah bentang.
35. Pasang balok anak yang menghubungkan antara balok induk as B
dan as C, dengan cara seperti yang sudah kita bahas sebelumnya,
sehingga hasilnya akan seperti ini
36. Sekarang kita akan membuat balkon
- Tekan Esc pada keyboard
- Klik balok ini (lihat gambar dibawah ini)
- Setelah itu akan muncul kotak dialog renumbers. Isi nilai awal
batang dengan 1 dengan konsekuensi ascending.Lalu klik Accept
4. Lihat portal anda. Balok induk yang tergroup tadi telah terselect
secara otomatis
- Klik Yes
Jika sudah maka hasilnya akan seperti
ini, elemen yang terdenisi diberi notasi oleh STAAD dengan notasi R1
3. Lihat portal anda. Balok anak yang tergroup tadi telah terselect
secara otomatis
- Klik Yes
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini, elemen yang terdenisi
diberi notasi oleh STAAD dengan notasi R2
2. Ok! jika sudah, maka akan keluar kotak dialog Create Support. Klik
Fixed > Klik Add
Catatan : Fixed = Jepit
3. Sekarang di kotak Dialog Supports-Whole Structure, telah muncul
Support (Perletakan) baru, dan STAAD menamainya dengan S2
Support 2 (lihat gambar dibawah ini).
6. Jika semua node telah terpilih dengan benar, maka pada kotak
dialog Supports-Whole Structure klik radio button Assign To Selected
Nodes, kemudian klik Assign, setelah itu akan muncul kotak
konrmasi yang menanyakan mengenai metode assign yang
digunakan, apakah diproses lebih lanjut?. Klik Yes
7. Jika sudah, maka pada portal kita
sekarang telah terpasang
Support/Perletakan Jepit
2. Mendenisikan Beban
2.1 Beban Pelat Lantai
Data-data :
- Tebal Pelat = 0.12 m
- Tebal Spesi = 0.10 m
- Tebal Keramik = 0.10 m
- Bj. Beton = 2400 kg/m2
- Bj. Spesi per 1 cm tebal = 21 kg/m2
- Bj. Keramik per 1 cm tebal = 24 kg/m2
Beban Mati Akibat Pelat Lantai :
- Beban Pelat = 0.12 m x 2400 kg/m2 = 288 kg/m2
- Beban Plafond + Penggantung = 18 kg/m2
- Beban Spesi = 21 kg/m2
- Beban Keramik = 24 kg/m2
Total berat beban mati pelat lantai = 288 + 18 + 21 + 24 = 351 kg/m2
2.2 Beban Pelat Atap
Data-data :
- Tebal Pelat = 0.10 m
- Tebal Spesi = 0.10 m
- Bj. Beton = 2400 kg/m2
- Bj. Spesi per 1 cm tebal = 21 kg/m2
Beban Mati Akibat Pelat Atap :
- Beban Pelat = 0.10 m x 2400 kg/m2 = 240 kg/m2
- Beban Plafond + Penggantung = 18 kg/m2
- Beban Spesi = 21 kg/m2
Total berat beban mati pelat atap = 240 + 18 + 21 = 279 kg/m2
2.3. Beban Dinding Bata
Data-data :
- Tinggi dinding lantai 1 = 3.80 m
- Tinggi dinding lantai 2 = 3.60 m
- Bj. dinding bata = 250 kg/m2
Beban dinding lantai 1 per meter lari = 3.80 m x 250 kg/m2
= 950 kg/m
Beban dinding lantai 2 per meter lari = 3.60 m x 250 kg/m2
= 900 kg/m
2.4 Beban Hidup
- Untuk pelat lantai = 250 kg/m2
- Untuk pelat atap = 100 kg/m2
2.3 Beban Kombinasi
Beban Mati ( DL )
- Berat sendiri struktur, Beban pelat lantai, pelat atap & dinding
Beban Hidup ( LL )
Beban Kombinasi (COMB)
Kombinasi 1 = 1.4 DL
Kombinasi 2 = 1.2 DL + 1.6 LL
3. Mendenisikan Beban Terdenisi Ke Struktur
1. Yang pertama kita lakukan adalah menentukan beban akibat
berat sendiri yang termasuk dalam kategori beban mati (DL).
Caranya dari Page menu General, klik Load. Secara otomatis
kotak dialog Set Active Primary Load Case akan muncul. klik
Create New Primary Load Case. Pastikan nomor
pembebanan yang terisi adalah 1. Pada Loading Type List pilih
Dead. Terakhir isi Title yang sifatnya optional dengan Berat
Sendiri, lalu klik OK
2. Tampilan layar anda sekarang akan berubah pada mode loading
dengan tab aktif yaitu Loads, dimana data area tampil kotak dialog
Load Values dan Loads
Di posisi lantai dua, ada bagian yang tidak boleh di Assign beban pelat
yaitu bagian Void Tangga. Untuk itu kita mulai Assign beban pelat
pada area A,B,C & D
6. Biar lebih mudah dalam menempatkan beban pelat ke struktur,
maka tidak ada salahnya jika kita menampilkan dimensi (ukuran) dari
elemen struktur portal kita. Yang mana tujuannya adalah sebagai
rujukan untuk memudahkan dalam menentukan range dari tributary
area pembebanan. Caranya Klik tool dimension (yang saya lingkari
pakai warna merah) kemudian klik display
Langkah selanjutnya, anda klik New Load pada kotak dialog Loads.
Maka aka keluar kotak dialog New Create Load. Pastikan di Listbox
nya pada pilihan Dead, dan isi Titlenya dengan nama BERAT MATI
PELAT. Klik OK
7. Sekarang pada kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak
dialog Beam Load muncul klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi
seperti dibawah ini. Lalu klik Add
Untuk itu, dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog
Beam Load muncul klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi seperti
dibawah ini. Lalu klik Add
Force = 279 kg/m2 (ingat karena ini beban pelat atap, jadi bukan
351 kg/m2 lagi lho.hehehe)
Perhatikan untuk yang bagian Y Range. Kenapa kok tidak diisi dengan
min = 0 dan max = 7.4. ?
Karena apabila nilai minimumnya kita isi dengan 0 dan maximumnya
kita isi dengan 7.40 m. Berarti denisi beban akan berada pada
rentang ketinggian antara 0 sampai 7.40. Ini artinya beban plat
dilantai dua akan menjadi dobel karena beban pelat atapnya ikut ter
assign dilantai 2
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini
Catatan :
Beban yang bekerja pada ketinggian 3.8 meter adalah beban pelat
lantai, sedangkan beban yang bekerja pada ketinggian 7.40 m adalah
beban pelat atap, Nahuntuk itu kita kasih catatan kecil, agar kita
lebih mudah nantinya dalam membaca script. Untuk itu sisipkan
kata-kata berikut dengan diawali tanda *.
LOAD 2 BEBAN MATI PELAT
FLOOR LOAD
*PELAT LANTAI
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 6 ZRANGE 4 16
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 2.9 ZRANGE 0
4
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 2.9 6 ZRANGE 0
1.5
*PELAT ATAP
YRANGE 7.4 7.4 FLOAD -279 XRANGE 0 6 ZRANGE 0
16 FINISH
Kode script diatas adalah kode script dari beban mati pelat lantai dan
pelat atap.
Nah.sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana cara
memasukan beban hidup pelat lantai dan pelat atap melalui STAAD
EDITOR ini ?
Gampang.!. Kita tinggal Copy kode script dari beban mati pelat
lantai & atap diatas, kemudian kita Paste dibawahnya. Tapi ingat,
Paste nya diatas kata FINISH lho. Biar lebih jelas perhatikan langkah-
langkahnya.
Catatan:
Ganti hasil paste tadi dengan angka-angka yang saya blok pake warna
kuning. Ingat hanya pada bagian yang berwarna kuning saja yang
dirubah, selain itu tidak.
Sehingga secara keseluruhan hasilnya akan menjadi seperti ini.
3. Jika sudah, maka klik Save (atau juga bisa tekan Ctrl + S). Klik Close
(pojok kanan atas). Klik OK
Sekarang kita telah memiliki 3 Pembebanan yaitu berat sendiri, beban
mati pelat, dan beban hidup pelat
Catatan : W1 = 75 Kg/m
Pastikan directionnya pada pilihan GY
- Sekarang anda lihat. Di kotak dialog Loads-Whole Structure telah
terdenisi beban atap yaitu beban dinding seberat 75 kg/m (UNI GY
75 kg/m). Klik mouse pada pilihan UNI GY 75 kg.m (lihat gambar
dibawah ini)
- Kita beralih dulu ke gambar portal. Sekarang pilih elemen balok
seperti gambar dibawah ini (warna merah). Karena pada lokasi
tersebut, akan dipasang dinding setinggi 30 cm
2. Setelah itu akan keluar kotak dialog Create New Load. Anda klik
radio button New Load Combination (Manual), kemudian isi pada
kotak text box Title dengan nama BEBAN KOMBINASI, jika sudah
lanjutkan dengan mengklik OK!.
17. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN BEAM > Klik Assign.
Maka akan keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah
perintah akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.
18. Sekarang kita akan melakukan juga langkah diatas untuk yang
bagian kolomnya. Pilih G5: KOLOM pada kotak dialog Select Groups.
sehingga semua kolom teseleksi semua
19. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN COLUMN > Klik
Assign. Maka akan keluar kotak dialog informasi yang menanyakan
apakah perintah akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.
20. OK! Semua parameter sudah kita denisikan semua. sekarang kita
tinggal melakukan analisa strukturnya.(untuk itu mari kita berdoa
dulu agar pada waktu proses analisa struktur tidak ada yang error
atau input kita tidak ada yang salah nantinya hehehe.)
21. Bismillahirrohmanirrohim!
22. Sekarang pada menu pulldown klik Analyze. atau boleh juga
dengan menekan Ctrl + F5. Jika sudah maka akan keluar kotak dialog
Select Analyze Engine. Anda klik STAAD Analyze kemudian klik Run
Alhamdullillah, ternyata doa kita terkabul. semua input tidak ada yang
error, sehingga runningnya berjalan sukses.Klik done untuk menutup
kotak dialog
Pengkajian Hasil Analisa (Modeling)
Untuk melihat Diagram Momen Lentur, Gaya Lintang (Shear Force) &
Gaya Axial, bisa anda akses pada menu toolbar Result
- Jika sudah, klik tool Fx (Axial Force), maka hasilnya sebagai berikut :
4.2. Hasil tulangan dari kolom yang kita klik diatas ( disini akan tampak
bahwa kolom di desain dengan bar size (diameter tulangan) = 12 dan
Bar No (jumlah tulangan) = 8, atau dengan kata lain 8D12. dengan As
perlu = 900mm2
4.4 Untuk mengetahi hasil desain secara lengkap, dapat anda akses
melalui menu STAAD Output. Klik icon yang saya lingkari pakai warna
merah seperti tergambar dibawah ini. Maka laporan hitungan secara
lengkap akan keluar secara otomatis.
Pengkajian Hasil Analisa (Post Processing)
Sekarang kita akan melihat hasil analisa dlam bentuk Gras.
1. Dari menu pulldown klik Mode > Post Processing
2. Kotak dialog Result akan muncul dengan tabs aktif Loads. Dimana
pada frame Selected terdapat list dari kasus pembebanan yang telah
didenisikan.
3. Untuk kajian analisa, anda dapat memilih sebagian kasus beban
atau semuanya. Untuk kasus ini kita akan konsentrasi ke beban
kombinasinya saja. Untuk itu pilih beban 1 s/d 4, kemudian klik
tombol < . Klik OK
- Cek juga balok dengan no 56, 14, 57, 28, 47, 48, 2, 8 & 53.
Balok-balok yang saya sebutkan ini adalah balok yang diawal tadi saya
tandai dengan X merah dan X biru. Kemungkinan gagal lentur dari
balok-balok ini sangat tinggi sekali.
Nahsekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara
mengatasi agar balok tersebut tidak FAIL.
Ada dua cara yang bisa kita lakukan :
1. Yang paling ideal dan paling baik adalah menambahkan kolom
penyangga tepat ditengah bentang dari balok tersebut (khususnya
balok no 56, 20, 14 & 57 ), sehingga kemungkinan dimensi baloknya
bisa diperkecil karena disesuaikan dengan lebar bentangnya.
2. Jika tidak memungkinkan dengan menggunakan cara diatas
dikarenakan untuk alasan kebutuhan ruang, sehingga dikhawatirkan
dengan adanya kolom tersebut malah akan mengganggu
pemandangan dan ruang toko menjadi terkesan sempit. Maka mau
tidak mau kita harus memperbesar dimensi balok.
OK! sekarang anggap saja ownernya tidak mau ada kolom di ruang
depan toko. maka solusi diambil adalah memperbesar dimensi balok.
Sekarang kita ambil H balok adalah 1/10 dari lebar bentang, sehingga
H = 1/10 x 600 = 60 cm, lebar balok diambil 1/2 H = 1/2 x 60 = 30 cm,
jadi dimensi baloknya adalah 30/60.
9. Sekarang kita akan denisikan dimensi balok 30/60 ke STAAD.
Caranya dari page menu General, klik tab Property, kemudian pada
menu page sebelah kanan, klik Dene, Lanjutkan dengan memasukan
dimensi balok melalui kotak YD dan ZD. Klik Add.
10. Sekarang Assign balok yang sudah kita denisikan tadi ke elemen
no 56, 14, 57, 28, 20, 47, 48, 2, 8 & 53. Untuk jelasnya lihat balok yang
saya kasih tanda X (merah) dan X (biru) pada gambar dibawah (bisa
toh caranya..jadi saya gak perlu ngulang-ngulang lagi hehehe..)
11. Lakukan analisa struktur ulang. Jika sudah cek kembali balok
tersebut, apakah masih FAIL atau tidak?. Jika masih FAIL, maka balok
perlu didimensi ulang. Silahkan Anda bereksplorasi sendiri.
Sekedar sebagai catatan :
Ternyata setelah saya inputkan balok dengan ukuran 30/60 masih
tidak memenuhi (FAIL). Dan baru ketika saya memasukan balok
dengan dimensi 30/90 struktur baloknya stabil (alias tidak FAIL). Tapi
lha masak baloknya sebesar itu toh..lha kalau baloknya sebesar itu
berarti spase vertikal ruang tinggal 3.80 0.90 = 3.1
mhmmmm..jadi pendek ya kalau untuk ukuran ruko. tapi tidak
apalahcobalah tanya ke arsiteknyakira-kira elevasi plafondnya
berapa? masih memenuhi ndak kalau dengan balok setinggi itu.
Sebenarnya ada cara lain lagi agar baloknya tidak sebesar itu, yaitu
dengan mengubah ukuran kolom yang saya blok pakai warna hijau ini
dengan ukuran 40/40, sehingga baloknya bisa diperkecil menjadi
30/60. Coba deh kalau gak percaya. nih hasilnya penulangan dari
balok 30/60 tersebut (lihat gambar bawah).
Lho kok bisa???
Ok! disini saya tidak akan serta merta untuk menjawab..silahkan
untuk dipecahkan sendiri. Jika belum ketemu jawabannya jangan
segan-segan untuk bertanya kepada sayahehehehehe..Cuman
pesan saya adalah :
Materi Tambahan :
- Kalau anda ingin melihat struktur secara Full Section yang artinya
ketebalan strukturnya ditampilkan anda bisa klik kanan dilayar
tampilan. Pilih Labels, kemudian klik tab Structure. Pilih Full section
> kemudian klik OK. Maka hasilnya akan seperti dibawah ini :
Share 0
1 comment:
Add comment
Home
Powered by Blogger