Anda di halaman 1dari 90

MY SUMMARY

Wednesday, June 6, 2012

BELAJAR STAAD PRO


Repost: http://kampustekniksipil.blogspot.com
STAAD adalah salah satu program analisa program analisa struktur
yang pada saat ini telah banyak dipakai diseluruh dunia. STAAD
menggunakan teknologi yang paling modern dalam rekayasa elemen
hingga, dengan metode input data berbasis object oriented. Program
ini dikembangkan oleh tim dengan pengalaman lebih dari 20 tahun
riset yang diadakan di USA, Kanada, dan eropa dalam merumuskan
metode ini. Dengan ketepatan numerik dan esiensi perhitungan,
metode ini memberikan hasil yang lebih baik daripada metode lain
yang diketahui pada semua aplikasi rekayasa strukutur.
Kelebihan yang sangat dominan yang dimilki oleh STAAD adalah
adalah kemudahan dalam penggunaannya. GUI (Graphical User
Interface) dirancang sedemikian rupa agar user/pengguna lebih
mudah menggunakan aplikasi dari program ini. Untuk lebih jelasnya,
bila anda membuka program STAAD maka anda akan mendapat
tampilan GUI seperti dibawah ini.

gambar diatas adalah GUI (elemen interface) dari program STAAD,


dimana fungsi dari elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menu Pulldown

Bisa juga disebut sebagai menu bar, letaknya disebelah pojok kiri atas
layar, tepatnya diatas menu toolbar, fungsi dari menu ini adalah
untuk memberikan akses ke semua fasilitas dari STAAD
2. Menu Toolbar

Terletak tepat dibawah menu pulldown. Menu ini berguna untuk


mengakses perintah yang sering anda gunakan, jadi anda tidak perlu
repot-repot lagi untuk mengakses perintah dari menu pulldown.
Keberadaan dari menu toolbar akan sangat membantu sekali ketika
anda bekerja dengan banyak pengeditan atau modikasi rancang
bangun struktur, sehingga pekerjaan anda akan semakin efektif dan
tidak membuang-buang waktu karena harus mondar-mandir di menu
pulldown. Selain itu anda juga bisa membuat customized toolbar
sendiri.
3. Menu Halaman
Terletak disamping kiri layar. Menu halaman adalah
sekumpulan tab yang mana setiap tab dari kumpulan tab
tersebut memiliki page control didalamnya, dimana didalam
page control tersebut terdapat tool-tool yang berguna untuk
memberikan perintah spesik yang akan memudahkan dalam
pemodelan dan verikasi hasil analisa. Organisasi dari tab-tab
tersebut menggambarkan operasi yang berurutan dari atas
ke bawah, sehingga betul-betul akan mengarahkan anda
pada pemodelan yang sistematis (berurutan mulai dari
pemodelan analisa hingga verivikasi ), sehingga akan
memudahkan pekerjaan anda. Tidak hanya itu saja, setiap tab
dirancang dengan nama yang spesik dan icon tool tersendiri,
sehingga betul-betul memanjakan dan memudahkan anda ketika
bekerja pada program ini.
4. Menu Data Area
Terletak disamping kanan layar. Menu ini adalah
menu tampilan dari operasi yang anda lakukan pada
menu halaman. Jika anda menjalankan program
STAAD dan anda mengoperasikan fungsi menu
halaman, maka penjelasan dan menu apa saja yang
terkandung didalamnya akan ditampilkan pada
menu data area. Sebagai contoh, jika anda memilih
general > support page pada menu halaman, maka
pada menu data area akan menampilkan informasi
support-node dan description-support (jenis
perletakan/restraint) yang akan digunakan, seperti
jepit, sendi, roll, atau anda bisa mendenisikannya
sendiri.

5. Menu Window
Sebelum kita akan membahas cara mengoperasikan STAAD lebih
lanjut, maka ada baiknya kita perlu tahu dulu 7 (tujuh) tahapan dalam
rancang bangun pemodelan struktur pada STAAD.
1. Menentukan geometri model struktur
2. mendenisikan data2
- Jenis & kekuatan bahan
- Menentukan dimensi penampang elemen struktur
- Macam beban (load) yang bekerja
- Kombinasi pembebanan (load combination)
3. Menempatkan (Assign) data yang sudah didenisikan ke model
struktur yang direncanakan, ini meliputi :
- Data beban
- Data penampang
4. Cek input data (memeriksa kembali input data)
- Apakah jenis materialnya sudah didenisikan dan sudah
ditempatkan (assign) dengan benar ?
- Apakah dimensinya elemen penampang yang di input sudah sesuai
dengan yang direncanakan?, apakah sudah di tempatkan (assign)
dengan benar?
- Apakah beban-beban sudah ditempatkan dengan benar ?
- Apakah kombinasi pembebanan sudah didenisikan dengan benar
?
5. Analisa Struktur ( Mekanika Teknik)
6. Desain model struktur (baja, beton atau jenis bahan yang lain)
dengan aturan-aturan ada (yang berlaku di negara kita seperti
SKSNI, PBI)
7. Modikasi struktur / re-design

Catatan : khusus untuk yang nomor 6, STAAD tidak menyediakan


menu/tool untuk mengedit reduksi kekuatan bahan (untuk
menyesuaikan dengan peraturan beton yang berlaku SKSNI/PBI 91)
seperti yang kita dapat kalau kita memodel struktur dengan
menggunakan SAP ( yahini adalah salah satu kelemahan STAAD),
tapi jangan khawatir, kelemahan ini bisa disiasati kok yaitu dengan
memanipulasi faktor kombinasi beban
Perlu diketahui, khusus untuk desain struktur beton bertulang, dalam
menetapkan kombinasi pembebanan sebaiknya berhati hati dan tidak
hanya melihat dari segi faktor pembebanan saja, sebab untuk metode
tertentu semisal SKSNI 91 tidak dikenal dalam STAAD, sehingga jika
hanya melihat dari faktor pembebanan sesungguhnya yang sesuai
dengan SKSNI 91 hanya beban rencananya, sedang desain
strukturnya tidak sesuai dengan SKSNI 91.
Sebagai contoh pada SKSNI 91 ingin dilakukan kombinasi sebagai
berikut :
U = 1.2 DL + 1.6 LL .(1)
U = 1.05 (DL + LLr E ).(2)
U = 0.9 DL E..(3)
Nahjika kita ingin mendesain beton bertulang dengan menggunakan
program STAAD, maka mau ndak mau kita harus menggunakan
metode (code) ACI, BS8007, BS8110, Canadian, Chinese, EC2, French,
Jerman, Indian, atau Japanese, yang mana sudah kita ketahui bahwa
metode (code)2 tersebut memiliki parameter yang berbeda denagn
SKSNI 91 terutama faktor reduksinya.
Untuk menyiasatinya supaya desain beton sesuai dengan parameter
yang ada pada SKSNI, maka dapat dilakukan dengan memanipulasi
faktor kombinasi beban. Sebagai contoh jika analisa strukturnya
menggunakan metode ACI, maka perbedaan faktor reduksinya
dengan SKSNI 91 adalah sebagai berikut
- Lentur balok
ACI = 0.9 sedangkan SKSNI = 0.8
- Aksial kolom
ACI = 0.7 sedangkan SKSNI = 0.65
- Geser balok & kolom
ACI = 0.8 sedangkan SKSNI = 0.6
contoh :
Jika faktor reduksi yang dipakai sebagai dasar perhitungan konversi
dari ACI ke SKSNI 91 adalah faktor reduksi lentur balok, maka faktor
konversi dari ACI ke SKSNI 91 = (0.9/0.8) = 1.125. Nah..faktor konversi
ini kita masukan ke faktor kombinasi pembebanan sehingga:
- U = 1.2 (1.125) DL + 1.6 (1.125) LL
- U = 1.05 (1.125) (DL + LLr E)
- U = 0.9 (1.125) DL E
.sehinga kesemua faktor pembebanannya menjadi
- U = 1.35 DL + 1.8 LL
- U = 1.81 (DL + LLr E)
- U = 1.01 DL E
Sebagai tambahan, contoh diatas hanyalah salah satu penyesuaian
dari satu parameter yaitu parameter faktor reduksi lentur balok.
Sedangkan parameter lain belum dipertimbangkan dalam konversi
ini.
PERENCANAAN RUKO 2 LANTAI DENGAN STAAD PRO 2004

Tampak Depan

Denah LT 1
Denah LT 2

Rencana Balok LT 2
Rencana Balok Atap
Untuk menjaga agar postingan tidak terlalu memanjang kebawah.
Pembahasan perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu
STAAD Pro 2004, saya bagi menjadi empat bagian, sebagai berikut :

1. Perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu STAAD Pro


2004 (Part 1) membahas cara memodel struktur
2. Perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu STAAD Pro
2004 (Part 2) membahas cara mendeniskan material dan
prol penampang
3. Perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu STAAD Pro
2004 (Part 3) membahas cara mendenisikan beban dan
assign pembebanan
4. Perencanaan ruko dua lantai dengan program bantu STAAD Pro
2004 (Part 4) membahas analisa struktur, design struktur dan
verikasi desain

Cara memodel Struktur :


Menyiapkan Main Window
Buka program STAAD, maka akan muncul kotak dialog New, atau jika
kotak dialog New tidak keluar, Klik File > New. Maka kotak dialog New
akan muncul seperti gambar dibawah ini.
1. Tentukan tipe struktur yang akan dianalisa dengan mengklik radio
button space,
2. Tentukan nama le di kotak form le name
3. Tentukan lokasi le dimana le tersebut akan disimpan dengan
cara mengklik tombol kecil disamping kotak text box Location.
4. Tentukan unit yang akan dipakai, yaitu dengan mengklik meter
pada frame length units
5. klik kilogram pada frame force units
6. Klik Next untuk melanjutkan

7 Kotak dialog selanjutnya akan muncul, dimana STAAD akan


menanyakan apa yang akan anda lakukan selanjutnya. Apakah akan
membuat model struktur ataukah mengedit informasi dari pekerjaan
anda. Disini anda akan menggambar portal 3D dengan cara
memodikasi portal 2D (di alih modif). Karena itu kliklah radio botton
Add Beams. lalu klik Finish
8. Tampilan STAAD akan seperti gambar dibawah.
9. Secara default tampilan / display dari page view ketika dibuka
adalah bermodus isometri, oleh karena itu untuk lebih mudah dalam
memodel / menggambar struktur, rubah dulu display ke modus view
from Z+ . Untuk itu pada bagian menu toolbar rotate (disebelah kiri
atas) klik ikon view from Z+ (lihat tool yang saya lingkari pakai warna
merah pada gambar dibawah ini)

10. Setelah anda mengklik tombol view from Z+, tampilan page view
akan menjadi seperti dibawah ini

11. Sekarang perhatikan kotak dialog Snap node Beam yang terletak
disebelah kanan dari kotak page view. Atur parameter grid dari kotak
dialog Snap Node/Beam tersebut seperti gambar dibawah ini
Perhatikan pada frame Construction Lines (Yang saya lingkari No. 3).
Karena bangunan kita lebarnya adalah 6 meter dan tinggi
bangunannya adalah 7.70 meter, maka gridnya bisa kita isi X = 6, dan
Y = 8, kemudian spasinya kita isi 1. Ini artinya tiap garis grid arah X
dan Y, antara grid satu dengan grid yang lainnya berjarak 1 meter.
12. Setelah anda atur parameter diatas, maka modus view gridnya
akan jadi seperti ini

13. Nahsetelah grid sudah tertata dengan benar seperti diatas,


maka sekarang kita akan memulai penggambaran. Pastikan snap
node beams dalam kondisi terselect (lihat langkah no 11, perhatikan
tool yang saya tandai dengan lingkaran warna merah dan angka 4).
Catatan : fungsi tombol snap node beams itu sama seperti fungsi
end point pada AutoCAD, yaitu untuk membantu menangkap
ujung batang atau titik (joint) secara akurat.
Sekarang buat portal seperti gambar dibawah ini. Caranya : klik dititik
(0,0), klik dititik (0,4), klik dititik (6,4), kemudian klik dititik (6,0), tekan
Esc di keyboard. Kemudian secara berlanjut klik dititik (0,4), (0,8), (6,8),
dan (6,4), tekan Esc. Jika benar maka jadinya seperti dibawah ini.
14. Tinggi lantai dua dari bangunan kita adalah + 3.80 m, dan top
atapnya adalah + 7.40 (lihat gambar tampak depan). Disekeliling atap
dipasang bata setinggi 30 cm (untuk menjaga tampias air), sehingga
tinggi total bangunan = +7.70 m. Naholeh karena portal kita
sekarang tingginya 8 m, maka kita harus edit dulu ketinggian dari
portal diatas dengan cara menurunkannya sejauh 0.6 m, supaya level
top atapnya menjadi 7.40 m.
15. Klik beams cursor

16. Seleksi frame batang sebelah atas (atap) dari portal


yang sudah kita buat sebelumnya, lihat ilustrasi dibawah
ini :
Garis yang anda seleksi tadi akan menjadi berwarna merah, ini
mengindikasikan bahwa joint dan framenya telah terselesi sempurna
dan tinggal menunggu perintah selanjutnya.
17. Tekan F2 di keyboard, maka akan muncul kotak dialog move
seperti gambar dibawah ini.

Karena yang kita edit adalah ketinggiannya, maka hubungannya


adalah dengan koordinat Y, oleh karena itu di kotak move beams
selection (arah Y) isi dengan 0.6. Artinya batang dan nodes dipindah
0.6 meter kebawah. Lihat gbr dibawah ini

18. Nah, dengan cara yang sama lakukan juga untuk yang lantai dua (
turunkan nodes dan batang nya sejauh 4m 3.80 m = 0.2 m),
sehingga secara keseluruhan bentuk portalnya akan menjadi seperti
ini, yaitu :
Elevasi Lantai 2 = + 3.80
Elevasi Atap = + 7.40
19. Selanjutnya kita akan menduplikat portal diatas sebanyak 5 kali
atau istilah teknik sipilnya adalah generasi batang. Caranya pilih
semua batang dengan cara dari menu pulldown klik Select > By All >
Beams

20. Lihat hasilnya pada portal anda. Semua telah terseleksi sempurna
(warnanya berubah jadi merah).
- Ubah display dalam modus isometri, klik tool yang dilingkari pakai
warna merah
21. Kemudian dari menu toolbar generate klik icon translational
repeat (lihat yang saya lingkari pakai warna merah)

akan keluar kotak dialog 3D repeat. isi sesuai gambar dibawah ini, lalu
klik OK

Catatan :
- Global direction = Arah duplikasi
- No of step = Jumlah bentang duplikasi
- Default Step Spacing = Jarak antar duplikasi
Untuk global direction klik Z, karena kita akan duplikasi portal ke arah
Z, kemudian isi No of Step = 4, karena jumlah bentangnya = 4,
Selanjutnya isi juga Default Step Spacing = 4, karena jarak duplikasi
antar portalnya sejauh 4 m.
Jika benar maka hasilnya seperti ini

Semua jarak antar portal yang ada di layar tampilan STAAD anda
sekarang adalah 4 meter, padahal di gambar denah rencana kita,
jarak antara As C dan D adalah 3 meter. Supaya jarak antara portal As
C dan D menjadi 3 meter, maka kita harus me-move (menggeser)
portal As A, B dan C sejauh 1 meter mundur kebelakang (perhatikan
ilustrasinya pada gambar dibawah ini)

22. Untuk me-move portal As A,B,dan C, seleksi portal A,B, dan C


dengan cara klik titik 1 kemudian klik dititik 2 (lihat gbr dibawah ini)

Sehingga hasilnya seperti ini :


Anda lihat dilayar anda, ada beberapa elemen dari portal lain yang
ikut terseleksi (elemen 1,2,3,4), untuk itu kita harus membatalkan
seleksinya dengan cara tekan ctrl di keyboard (jangan dilepas)
kemudian klik elemen 1,2,3 dan 4 sehingga sekarang hasilnya
betul-betul hanya portal A,B dan C saja yang terseleksi

23. Klik F2 di keyboard anda, kemudian di Global Z, masukan nilai 1,


artinya proses pemindahannya kearah sumbu Z sejauh 1 meter
mundur kebelakang

Jika benar maka hasilnya akan seperti ini,


Untuk membuktikan bahwa jarak portal As C dan D sekarang menjadi

3 meter, maka kita cek dengan meng klik icon kemudian klik titik
1 dan 2, maka dimensi jaraknya akan muncul secara otomatis (lihat
gambar dibawah)

24. Buat element balok yang menghubungkan setiap portal. Dengan

cara dari menu toolbar Geometri klik icon (beam cursor).


25. Sekarang ikuti saya, lihat gambar berikut sebagai ilustrasi
visualnya
Element balok lantai 2
-Klik titik 1 dan titik 2, Kemudian klik titik 2 dan titik 3, Kemudian klik
titik 3 dan titik 4, Selanjutnya klik titik 4 dan titik 5
-Klik titik 6 dan titik 7, Kemudian klik titik 7 dan titik 8, Kemudian klik
titik 8 dan titik 9, Selanjutnya klik titik 9 dan titik 10
Element balok atap
-Klik titik 11 dan titik 12, Kemudian klik titik 12 dan titik 13, Kemudian
klik titik 13 dan titik 14, Selanjutnya klik titik 14 dan titik 15
-Klik titik 16 dan titik 17, Kemudian klik titik 17 dan titik 18, Kemudian
klik titik 18 dan titik 19, Selanjutnya klik titik 19 dan titik 10
Jika langkah-langkah yang anda lakukan benar maka hasilnya akan
seperti ini :

Tekan Esc pada keyboard


Langkah selanjutnya adalah memasang balok anak,
26. Klik balok lantai 2 As-E, kemudian klik kanan, pilih insert node

Akan keluar kotak Insert Node Into Beam


27. Isi distance = 4, kemudian klik Add New Point, Klik Ok
Sekarang anda lihat, element baloknya terpisah

28. Sekarang klik elemen balok yang terpisah


(lihat gambar dibawah ini), kemudian klik
kanan pada mouse, pilih insert nodes

Akan keluar kotak Insert Node Into Beam


27. Isi distance = 2.9, kemudian klik Add New Point, Klik Ok (catatan :
2.9 didapat dari 4 1.1). Jika langkah anda sudah benar, maka
element balok lantai 2 as E sekarang telah terpisah menjadi 3 bagian.
28. Dengan cara yang sama, kita akan melakukan hal yang serupa
terhadap balok lantai 2 di posisi as D.
- Klik balok tersebut, kemudian klik kanan pada mouse, pilih Insert
Node
- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Isi distance = 2.9, kemudian klik Add New Point, Klik Ok (catatan : 2.9
didapat dari 6 3.1). Jika langkah anda sudah benar, maka element
balok lantai 2 as D sekarang telah terpisah menjadi 2 bagian.

29. Sekarang kita akan pasang balok anak. Klik tool add beam,
kemudian klik titik 1 dan titik 2 (lihat gambar)
Jika benar maka hasilnya seperti ini

Tekan Esc pada keyboard


30. Klik balok yang baru saja kita buat tadi, kemudian klik kanan pada
mouse, pilih insert node

- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam


- Isi distance = 1.5, kemudian klik Add New Point, Klik Ok. Jika langkah
anda sudah benar, maka sekarang element balok telah terpisah
menjadi 2 bagian.
- Lakukan juga langkah diatas terhadap balok as 2,( D E )

- Klik balok tersebut, kemudian klik kanan pada mouse, pilih insert
node
- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Isi distance = 1.5, kemudian klik Add New Point, Klik Ok. Jika langkah
anda sudah benar, maka sekarang element balok as 2,(D - E) telah
terpisah menjadi 2 bagian.
31. Jika anda sudah melakukannya dengan benar, maka sekarang
balok anak yang menyangga kamar mandi sudah bisa kita pasang.

Caranya klik kemudian klik titik 1 kemudian klik titik 2 (lihat


gambar dibawah ini)

Tekan Esc pada keyboard


32. Sekarang klik balok anak yang barusan saja kita buat tadi,
kemudian klik kanan pada mouse, pilih insert node
- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Isi distance = 1.1, kemudian klik Add New Point, Klik Ok. Jika langkah
anda sudah benar, maka sekarang element balok anak tersebut telah
terpisah menjadi 2 bagian

33. Jika sudah, sekarang kita pasang balok anak berikutnya. Klik ,
kemudian klik titik 1 dan titik 2 (lihat gambar dibawah ini)
Tekan Esc pada keyboard
34. Sekarang kita akan membuat balok anak lantai 2, pada posisi
antara as B dan C.
- Klik balok lantai 2 as B, kemudian klik kanan, pilih insert node
- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Karena posisi balok anaknya tepat di tengah, maka cukup di klik
tombol Add mid point saja, kemudian klik OK

- Jika sudah, maka lakukan hal yang serupa terhadap balok lantai 2 as
C, sehingga secara keseluruhan dua balok tersebut (yaitu balok as B
dan C) telah terpisah tepat ditengah bentang.
35. Pasang balok anak yang menghubungkan antara balok induk as B
dan as C, dengan cara seperti yang sudah kita bahas sebelumnya,
sehingga hasilnya akan seperti ini
36. Sekarang kita akan membuat balkon
- Tekan Esc pada keyboard
- Klik balok ini (lihat gambar dibawah ini)

- Klik Tool Translational Repeat


- Isi seperti dibawah ini

- Hasilnya seperti ini


37. Sekarang klik, balok yang baru kita buat tadi (lihat gambar bawah)

- Klik kanan pada mouse lalu pilih insert node


- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Karena posisi panjang balkon kita adalah 2m x 0.8m, maka pada
kotak Insert Node Into Beam, di bagian distance isi dengan nilai 2,
kemudian klik Add New Point, setelah itu klik Ok.
38. Sekarang lakukan hal yang sama seperti diatas terhadap balok ini
(lihat gambar dibawah ini)
- Klik Balok tersebut
- Klik kanan pada mouse, lalu pilih insert node
- Akan keluar kotak Insert Node Into Beam
- Karena posisi panjang balkon kita adalah 2m x 0.8m, maka pada
kotak Insert Node Into Beam, di bagian distance isi dengan nilai 2,
kemudian klik Add New Point, setelah itu klik Ok.

39. Sekarang klik tombol , kemudian hubungkan node nya,


sehingga terbentuk balok seperti gambar dibawah ini

- Tekan Esc, pada keyboard


- Hilangkan balok overstek (lihat gambar atas). Caranya klik balok
tersebut, kemudian tekan delete pada keyboard anda ( jangan lupa
jointnya juga harus dihapus )
- Tekan Esc, pada keyboard
40. Sekarang kita akan membuat balok atapnya. Caranya anda copy

dulu baloknya dengan translational repeat .


kemudian seperti biasa anda buat balok atau element

penghubungnya dengan tool add beam . Semua langkah dan


caranya sama seperti pada point sebelumnya. (Pasti bisa kan), dan
kalau benar, maka hasilnya akan seperti dibawah ini
1. Memberi Nomor Ulang (Renumber) Semua Element Struktur
(beam)
1. Agar sekuensi portal kita teratur nantinya dalam proses analisis,
maka kita akan merenumber beam dan node terlebih dahulu.
- Klik icon beam cursor, lalu pilih semua batang

- Klik menu pulldown Geometri > Renumber > Members

- Akan keluar kotak konrmasi seperti dibawah ini. Klik Yes

- Setelah itu akan muncul kotak dialog renumbers. Isi nilai awal
batang dengan 1 dengan konsekuensi ascending.Lalu klik Accept

- Akan muncul kotak informasi bahwasanya beam dan jointnya sudah


di renumber

2. Menentukan Jenis Material Dan Prol


Material
Material struktur adalah beton (concrete) dengan berat
jenis beton = 2400 kg/m3
fc (kuat tekan beton) = 25 MPa = 254.929 kg/cm2
fy (besi untuk tulangan utama), dipakai U-32 = 3200 kg/cm2
fys (besi untuk tulangan sengkang), dipakai U-24 = 2400
kg/cm2
Dimensi Balok
Tinggi Balok (H) diambil antara 1/10L 1/12L. ( dimana L = Lebar
bentang = 6 m = 600 cm ). Sedangkan lebar balok diambil antara 2/3 H
1/2 H
Tinggi balok (H) ditentukan = 1/12L = 1/12 ( 600 ) = 50 cm
Lebar balok ditentukan (B) = 1/2 H = 1/2 (50) = 25 cm
Jadi Ukuran Balok Utama = H/B = 25/50
Sedangkan untuk balok anak & konsol ditentukan:
Untuk balok anak diambil = H/B = 20/40
Untuk balok konsol atap diambil = H/B = 20/35
Untuk balok konsol balkon = H/B = 20/30
Dimensi Kolom
Kolom direncanakan dengan ukuran 30/30
3. Memasukan Data Material & Prol Penampang Terdenisi Ke
Program
3.1 Mendenisikan Balok Utama
1. Dari menu General klik tab property. Kemudian dari data area klik
dene pada kotak dialog properties

Kotak dialog property akan


muncul.

1. Klik Tab Rectangle


2. Isikan parameter balok ( dalam hal ini ZD/YD = B/H = 20/50 )
- YD isi = 0.5..(50 cm)
- ZD isi = 0.25..(25 cm)
3. Ceklist material
4. Pilih Material CONCRETE.
5. Klik Add
6. Klik Close
3.2 Mendenisikan Balok Anak
- Mendenisikan balok anak 20/40
1. Klik Tab Rectangle
2. Isikan parameter balok ( dalam hal ini ZD/YD = B/H = 20/40 )
- YD isi = 0.4..(40 cm)
- ZD isi = 0.2..(20 cm)
3. Ceklist material
4. Pilih Material CONCRETE.
5. Klik Add
6. Klik Close
Dengan cara yang sama seperti diatas, denisikan juga untuk balok
konsol (Atap) B = 20/35, Balok konsol (balkon) B = 20/30, dan Kolom
30/30
Jika sudah maka dikotak Properties-whole Structure, telah tercantum
data-data balok dan Kolom yang telah anda denisikan tadi.

4. Membuat Beam Group


Tujuan dari membuat Beam Group adalah untuk mempermudah
dalam pemilihan batang. Jadi nantinya kita tidak akan bersusah payah
untuk mengklik elementnya satu persatu
Untuk itu kita buat group batang dari portal kita sebanyak 5 group,
yaitu :

1. Group Balok Induk


2. Group Balok Anak
3. Group Balok konsol (atap)
4. Group Balok konsol (balkon)
5. Group Kolom

4.1 Membuat Group Untuk Balok Induk


1. Tekan Ctrl+G pada keyboard anda. Akan keluar kotak dialog Give
Group Name.

- Pada kotak Group Name ketik BALOK_INDUK. Adapun aturan


pemberian nama group, penggunaan karakter spasi tidak
diperbolehkan. Anda dapat menggunakan underscore untuk
menggantikan karakter spasi tersebut.
- Kemudian pada select type, pilih Beam
- Klik OK
2. Akan muncul kotak dialog Create Group. (jangan di apa-apakan
dulu kotak dialog Create Group ini).
3. Sekarang seleksi element balok induk dengan cara tekan Ctrl di
keyboard anda (jangan dilepas) kemudian klik satu persatu balok
sehingga terseleksi seperti gambar dibawah ini.

Jika sudah, sekarang kembali lagi ke kotak dialog Create Group.


- Klik/Pilih group BALOK_INDUK.
- Pastikan Assign method di posisi Associate to selected Geometry
- klik Associate
4.2 Membuat Group Untuk Balok Anak
1. Tekan Ctrl+G pada keyboard anda. Akan keluar kotak Create Group.
Klik Create

Akan keluar kotak dialog Give Group Name.

- Pada kotak Group Name ketik BALOK_ANAK. Adapun aturan


pemberian nama group, penggunaan karakter spasi tidak
diperbolehkan. Anda dapat menggunakan underscore untuk
menggantikan karakter spasi tersebut.
- Kemudian pada select type, pilih Beam
- Klik OK
2. Akan muncul kotak dialog Create Group. (jangan di apa-apakan
dulu kotak dialog Create Group ini).
3. Sekarang seleksi element balok anak dengan cara tekan Ctrl di
keyboard anda (jangan dilepas) kemudian klik satu persatu balok
sehingga terseleksi seperti gambar dibawah ini.

Jika sudah, sekarang kembali lagi ke kotak dialog Create Group.

- Klik/Pilih group BALOK_ANAK.


- Pastikan Assign method di posisi Associate to selected Geometry
- klik Associate
4.3 Membuat Group Untuk Balok Konsol (Atap)
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas, (beri nama group :
BKONSOL_ATAP)
4.4 Membuat Group Untuk Balok Konsol (Balkon)
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas, (beri nama group :
BKONSOL_BALKON)
4.5 Membuat Group Untuk Kolom
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas, (beri nama group :
KOLOM)
Jika telah selesai semuanya, maka selanjutnya kita akan
melakukan Assign prol terdenisi ke group-group yang sudah
kita denisikan tadi.
5. Assign Prol Terdenisi Ke Model Struktur
Karena kita sudah mengelompokan elemen secara group maka
langkah assign dapat kita lakukan dengan sangat mudah.
5.1 Assign Balok Induk 25/50
1. Dari Kotak Properties, pilih Rect 0.5x0.25

2. Sekarang pergilah ke menu Pulldown.


- Klik Select > By Group Name
3. Akan keluar kotak dibawah ini. Pilih G1: BALOK_INDUK

4. Lihat portal anda. Balok induk yang tergroup tadi telah terselect
secara otomatis

5. Sekarang kembali lagi kekotak whole structure


- Klik Assign To Selected Beams
- Klik Assign
- Akan keluar kotak konrmasi, apakah prol akan didenisi ke model
struktur?,

- Klik Yes
Jika sudah maka hasilnya akan seperti
ini, elemen yang terdenisi diberi notasi oleh STAAD dengan notasi R1

5.2 Assign Balok Anak 20/40


1. Dari Kotak Properties, pilih Rect 0.4x0.2
2. kembali ke kotak Select Group, Pilih G2:BALOK_ANAK

3. Lihat portal anda. Balok anak yang tergroup tadi telah terselect
secara otomatis

5. Sekarang kembali lagi kekotak whole structure


- Klik Assign To Selected Beams
- Klik Assign
- Akan keluar kotak konrmasi, apakah prol akan didenisi ke model
struktur?,

- Klik Yes
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini, elemen yang terdenisi
diberi notasi oleh STAAD dengan notasi R2

5.3 Assign Balok Konsol (Atap) 20/35


- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas
5.4 Assign Balok Konsol (Balkon) 20/30
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas
5.5 Assign Kolom 30/30
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas
Sehingga secara keseluruhan portal struktur kita telah terdenisi
seperti dibawah ini,

1. Mendenisikan Perletakan (dukungan) Struktur


1. Dari menu page, klik tab Geometri > Support. Kemudian pada
menu page disebelah kanan bawah akan muncul kotak dialog
Supports-Whole Structure. Klik Create

2. Ok! jika sudah, maka akan keluar kotak dialog Create Support. Klik
Fixed > Klik Add
Catatan : Fixed = Jepit
3. Sekarang di kotak Dialog Supports-Whole Structure, telah muncul
Support (Perletakan) baru, dan STAAD menamainya dengan S2
Support 2 (lihat gambar dibawah ini).

4. Sekarang klik S2 Support 2, (lihat gambar dibawah)


Ok!, kotak Dialog ini jangan diapa-apakan dulu. Sekarang klik tool
Nodes Cursor
. (posisi tool ini tepat diatasnya tool beam cursor)
5. Tekan Ctrl di keyboard anda, kemudian klik/pilih node-node di
posisi end column pada portal anda, (lakukan seperti gambar
dibawah ini).
Jika anda mengkliknya benar, maka node yang telah anda klik tadi
akan berwarna merah.

6. Jika semua node telah terpilih dengan benar, maka pada kotak
dialog Supports-Whole Structure klik radio button Assign To Selected
Nodes, kemudian klik Assign, setelah itu akan muncul kotak
konrmasi yang menanyakan mengenai metode assign yang
digunakan, apakah diproses lebih lanjut?. Klik Yes
7. Jika sudah, maka pada portal kita
sekarang telah terpasang
Support/Perletakan Jepit

2. Mendenisikan Beban
2.1 Beban Pelat Lantai
Data-data :
- Tebal Pelat = 0.12 m
- Tebal Spesi = 0.10 m
- Tebal Keramik = 0.10 m
- Bj. Beton = 2400 kg/m2
- Bj. Spesi per 1 cm tebal = 21 kg/m2
- Bj. Keramik per 1 cm tebal = 24 kg/m2
Beban Mati Akibat Pelat Lantai :
- Beban Pelat = 0.12 m x 2400 kg/m2 = 288 kg/m2
- Beban Plafond + Penggantung = 18 kg/m2
- Beban Spesi = 21 kg/m2
- Beban Keramik = 24 kg/m2
Total berat beban mati pelat lantai = 288 + 18 + 21 + 24 = 351 kg/m2
2.2 Beban Pelat Atap
Data-data :
- Tebal Pelat = 0.10 m
- Tebal Spesi = 0.10 m
- Bj. Beton = 2400 kg/m2
- Bj. Spesi per 1 cm tebal = 21 kg/m2
Beban Mati Akibat Pelat Atap :
- Beban Pelat = 0.10 m x 2400 kg/m2 = 240 kg/m2
- Beban Plafond + Penggantung = 18 kg/m2
- Beban Spesi = 21 kg/m2
Total berat beban mati pelat atap = 240 + 18 + 21 = 279 kg/m2
2.3. Beban Dinding Bata
Data-data :
- Tinggi dinding lantai 1 = 3.80 m
- Tinggi dinding lantai 2 = 3.60 m
- Bj. dinding bata = 250 kg/m2
Beban dinding lantai 1 per meter lari = 3.80 m x 250 kg/m2
= 950 kg/m
Beban dinding lantai 2 per meter lari = 3.60 m x 250 kg/m2
= 900 kg/m
2.4 Beban Hidup
- Untuk pelat lantai = 250 kg/m2
- Untuk pelat atap = 100 kg/m2
2.3 Beban Kombinasi
Beban Mati ( DL )
- Berat sendiri struktur, Beban pelat lantai, pelat atap & dinding
Beban Hidup ( LL )
Beban Kombinasi (COMB)
Kombinasi 1 = 1.4 DL
Kombinasi 2 = 1.2 DL + 1.6 LL
3. Mendenisikan Beban Terdenisi Ke Struktur
1. Yang pertama kita lakukan adalah menentukan beban akibat
berat sendiri yang termasuk dalam kategori beban mati (DL).
Caranya dari Page menu General, klik Load. Secara otomatis
kotak dialog Set Active Primary Load Case akan muncul. klik
Create New Primary Load Case. Pastikan nomor
pembebanan yang terisi adalah 1. Pada Loading Type List pilih
Dead. Terakhir isi Title yang sifatnya optional dengan Berat
Sendiri, lalu klik OK
2. Tampilan layar anda sekarang akan berubah pada mode loading
dengan tab aktif yaitu Loads, dimana data area tampil kotak dialog
Load Values dan Loads

3. Satuan dari pembebanan yang akan kita berikan ke struktur adalah


kilogram meter. Untuk itu pastikan input units nya adalah kilogram
meter. Caranya klik icon input unit (yang saya lingkari pakai warna
merah), kemudian pilih meter pada frame Length Units dan
kilogram pada frame Force Units

Jika sudah maka status unit


yang terletak di sebelah kanan bawah dari menu data area akan
berubah ke Kg-m

4. Sekarang dari kotak dialog Loads, klik Selfweight. Maka akan


muncul kotak dialog Selfweight Load. Kemudian pada frame
Direction klik Y, dan isi factor dengan nilai 1 yang berarti arahnya
kebawah. Lalu klik Assign untuk mengakhiri.

Anda lihat kotak dialog Loads di Loads Spesication list disebelah


kanan layar anda, akan nampak spesikasi beban yang telah anda
denisikan sebelumnya.

5. Setelah berat sendiri sudah kita denisikan ke struktur, maka


sekarang akan kita denisikan juga untuk beban pelatnya. Kita mulai
dari pelat lantai terlebih dahulu. Sekarang lihat gambar ini.

Di posisi lantai dua, ada bagian yang tidak boleh di Assign beban pelat
yaitu bagian Void Tangga. Untuk itu kita mulai Assign beban pelat
pada area A,B,C & D
6. Biar lebih mudah dalam menempatkan beban pelat ke struktur,
maka tidak ada salahnya jika kita menampilkan dimensi (ukuran) dari
elemen struktur portal kita. Yang mana tujuannya adalah sebagai
rujukan untuk memudahkan dalam menentukan range dari tributary
area pembebanan. Caranya Klik tool dimension (yang saya lingkari
pakai warna merah) kemudian klik display

Langkah selanjutnya, anda klik New Load pada kotak dialog Loads.
Maka aka keluar kotak dialog New Create Load. Pastikan di Listbox
nya pada pilihan Dead, dan isi Titlenya dengan nama BERAT MATI
PELAT. Klik OK
7. Sekarang pada kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak
dialog Beam Load muncul klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi
seperti dibawah ini. Lalu klik Add

Penjelasannya adalah sebagai berikut :


Force = 351 kg/m2,
Artinya beban mati akibat pelat sebesar 351 kg/m2 dengan
arah kerja beban kebawah
Dene Y Range : Min = 0, Max = 3.80,
Dene X Range : Min = 0, Max = 6.00,
Dene Z Range : Min = 4, Max = 16.00,
Artinya Tributary Area Pembebanan, akan ditempatkan
pada rentang ketinggian antara 0 sampai 3.80 m, dengan
range area sepanjang 0 sampai 6 m arah sumbu X. Dan 4
sampai 16 m arah sumbu Z.

Sampai disini paham kan!


Sekarang lihat layar anda. Portal kita sudah ter Assign beban pelat
dengan range area yang sudah kita denisikan seperti diatas

8. Denisikan juga untuk pelat dengan area seperti tergambar


dibawah ini.
Caranya dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog
Beam Load muncul klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi seperti
dibawah ini. Lalu klik Add

Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini.

8. Lanjutkan juga untuk pelat dengan area seperti tergambar dibawah


ini.
Caranya dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog
Beam Load muncul klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi seperti
dibawah ini. Lalu klik Add

Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini.


9. Sekarang kita akan menempatkan beban mati akibat pelat atap.
Caranya sama seperti sebelumnya, bedanya hanya pada masalah
dene range untuk tributary area bebannya saja.

Untuk itu, dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog
Beam Load muncul klik tab Floor With Y Range. Kemudian isi seperti
dibawah ini. Lalu klik Add
Force = 279 kg/m2 (ingat karena ini beban pelat atap, jadi bukan
351 kg/m2 lagi lho.hehehe)
Perhatikan untuk yang bagian Y Range. Kenapa kok tidak diisi dengan
min = 0 dan max = 7.4. ?
Karena apabila nilai minimumnya kita isi dengan 0 dan maximumnya
kita isi dengan 7.40 m. Berarti denisi beban akan berada pada
rentang ketinggian antara 0 sampai 7.40. Ini artinya beban plat
dilantai dua akan menjadi dobel karena beban pelat atapnya ikut ter
assign dilantai 2
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini

Dan di menu data area, yaitu di kotak Loads - Whole Structure,


sekarang telah terdenisi data beban mati pelat lantai & pelat atap
Untuk menampilkan tributari area. Caranya klik kanan pada area
kosong di gambar tampilan, maka akan keluar oating menu. Pilih
Labels, kemudian pada frame Loading Display Option, Ceklist
Load Values. Klik OK

3.1 Menempatkan Baban Terdenisi Ke Struktur


3.1. Beban Hidup Pelat lantai & Pelat Atap
Beban hidup sebesar 250 kg/m2 akan kita tempatkan ke pelat lantai.
Ada dua cara yang bisa kita lakukan.
Yang pertama adalah anda mengulangi kembali langkah no
5 s/d 9 pada posting saya di PART.3. Caranya sama seperti
itu, cuma bedanya anda harus denisikan beban baru pada
kotak dialog Create New Load dengan nama BEBAN HIDUP
PELAT, kemudian di kotak Beam Loads>Floor With Y Range,
anda isi bebannya menjadi 250 kg/m2 untuk beban hidup
pelat lantai, dan 100 kg/m2 untuk beban hidup pelat atap.
Sedangkan Range bebannya (Dene X,Y & Z Range) tidak
usah diganti.
Beban Baru (Hidup)

Beban Hidup Pelat Lantai


Beban Hidup Pelat Atap

Yang kedua adalah mendenisikannya melalui menu


STAAD EDITOR, yang merupakan menu record yang berisi
rekaman semua perintah yang telah kita berikan kepada
STAAD dari pertama kali kita buka program hingga sampai
detik ini. ( cara ini yang kita bahas )
Sekarang ikuti saya,
1. Klik icon STAAD EDITOR, (yang saya lingkari pakai warna merah),
maka akan muncul kotak Script Editor

2. Sekarang perhatikan Script diatas, pada bagian ini


LOAD 2 BEBAN MATI PELAT
FLOOR LOAD
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 6 ZRANGE 4 16
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 2.9 ZRANGE 0
4
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 2.9 6 ZRANGE 0
1.5
YRANGE 7.4 7.4 FLOAD -279 XRANGE 0 6 ZRANGE 0
16 FINISH
Arti dari scrip diatas adalah sebagai berikut :

1. YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 6 ZRANGE 4 16 artinya :


beban sebesar 351 kg/m2 bekerja pada pelat dengan range area
sepanjang 0 s/d 6 meter arah sumbu X, dan 4 s/d 16 meter arah
sumbu Z, dengan rentang ketinggian beban antara 0 s/d 3.8
meter
2. YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 2.9 ZRANGE 0 4
artinya : beban sebesar 351 kg/m2 bekerja pada pelat dengan
range area sepanjang 0 s/d 2.9 meter arah sumbu X, dan 0 s/d 4
meter arah sumbu Z, dengan rentang ketinggian beban antara 0
s/d 3.8 meter
3. YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 2.9 6 ZRANGE 0 1.5
artinya : beban sebesar 351 kg/m2 bekerja pada pelat dengan
range area sepanjang 2.9 s/d 6 meter arah sumbu X, dan 0 s/d
1.5 meter arah sumbu Z, dengan rentang ketinggian beban
antara 0 s/d 3.8 meter
4. YRANGE 7.4 7.4 FLOAD -279 XRANGE 0 6 ZRANGE 0 16
artinya : beban sebesar 279 kg/m2 bekerja pada pelat dengan
range area sepanjang 0 s/d 6 meter arah sumbu X, dan 0 s/d 16
meter arah sumbu Z, dengan rentang ketinggian beban 7.4
meter

Catatan :
Beban yang bekerja pada ketinggian 3.8 meter adalah beban pelat
lantai, sedangkan beban yang bekerja pada ketinggian 7.40 m adalah
beban pelat atap, Nahuntuk itu kita kasih catatan kecil, agar kita
lebih mudah nantinya dalam membaca script. Untuk itu sisipkan
kata-kata berikut dengan diawali tanda *.
LOAD 2 BEBAN MATI PELAT
FLOOR LOAD
*PELAT LANTAI
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 6 ZRANGE 4 16
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 2.9 ZRANGE 0
4
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 2.9 6 ZRANGE 0
1.5
*PELAT ATAP
YRANGE 7.4 7.4 FLOAD -279 XRANGE 0 6 ZRANGE 0
16 FINISH
Kode script diatas adalah kode script dari beban mati pelat lantai dan
pelat atap.
Nah.sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana cara
memasukan beban hidup pelat lantai dan pelat atap melalui STAAD
EDITOR ini ?
Gampang.!. Kita tinggal Copy kode script dari beban mati pelat
lantai & atap diatas, kemudian kita Paste dibawahnya. Tapi ingat,
Paste nya diatas kata FINISH lho. Biar lebih jelas perhatikan langkah-
langkahnya.

Catatan:
Ganti hasil paste tadi dengan angka-angka yang saya blok pake warna
kuning. Ingat hanya pada bagian yang berwarna kuning saja yang
dirubah, selain itu tidak.
Sehingga secara keseluruhan hasilnya akan menjadi seperti ini.

3. Jika sudah, maka klik Save (atau juga bisa tekan Ctrl + S). Klik Close
(pojok kanan atas). Klik OK
Sekarang kita telah memiliki 3 Pembebanan yaitu berat sendiri, beban
mati pelat, dan beban hidup pelat

Beban Hidup Pelat Lantai & Atap

4. Sekarang kita akan pasang beban dinding di Lantai 2 dan di Atap.


Dimana tinggi dinding lantai 2 adalah 3.60 m, dan tinggi dinding bata
di atap adalah 30 cm (biar air hujan tidak tampias kebawah),
Beban dinding Lt 2 = 3.60 m x 250 kg/m2 = 900 kg/m..
(catatan: 250 kg/m2 = berat jenis dinding bata)
Beban dinding Atap = 0.3 m x 250 kg.m2 = 75 kg/m
Beban dinding di balkon tidak ada, karena tidak dipasang
pagar dari bata. Untuk pengaman di area balkon
rencananya di pasang pagar railing dari besi hollow ukuran
40 x 40 mm (anggap bebanya kecil, jadi diabaikan saja)
Kita mulai dulu dari lantai 2.
- Dari kotak dialog Loads-Whole Structure, Klik New Load, maka
akan keluar kotak dialog Create New Loads. Kemudian isi seperti
gambar dibawah ini. Klik OK
- Dari kotak dialog Loads-Whole Structure, Klik Member, maka akan
keluar kotak dialog Beam Loads. Klik Tab Uniform Force, kemudian
isi seperti gambar dibawah ini. Klik OK

Catatan : W1 = 900 Kg/m


Pastikan directionnya pada pilihan GY
- Sekarang anda lihat. Di kotak dialog Loads-Whole Structure telah
terdenisi beban baru yaitu beban dinding seberat 900 kg/m.
Sekarang kita akan Assign beban tersebut ke struktur. Untuk itu
sekarang pergilah ke portal anda
- Pilih elemen balok seperti gambar dibawah ini. Karena pada lokasi
tersebut, akan dipasang dinding setinggi 3.6 m (Lihat denah)

- Klik Assign pada kotak dialog Loads-Whole Structure, (Pastikan


Assigment method pada pilihan Assign to selected beams). tekan
Yes, jika nanti muncul kotak informasi yang menanyakan apakah
perintah akan diproses lebih lanjut

- Jika sudah maka hasilnya seperti ini.


5. Sekarang kita akan pasang beban dinding di lantai atap
- Dari kotak dialog Loads-Whole Structure, Klik Member, maka akan
keluar kotak dialog Beam Loads. Klik Tab Uniform Force, kemudian
isi seperti gambar dibawah ini. Klik OK

Catatan : W1 = 75 Kg/m
Pastikan directionnya pada pilihan GY
- Sekarang anda lihat. Di kotak dialog Loads-Whole Structure telah
terdenisi beban atap yaitu beban dinding seberat 75 kg/m (UNI GY
75 kg/m). Klik mouse pada pilihan UNI GY 75 kg.m (lihat gambar
dibawah ini)
- Kita beralih dulu ke gambar portal. Sekarang pilih elemen balok
seperti gambar dibawah ini (warna merah). Karena pada lokasi
tersebut, akan dipasang dinding setinggi 30 cm

- Klik Assign pada kotak dialog Loads-Whole Structure, (Pastikan


Assigment method pada pilihan Assign to selected beams). tekan
Yes, jika nanti muncul kotak informasi yang menanyakan apakah
perintah akan diproses lebih lanjut
- Jika sudah maka hasilnya seperti ini.
Mendenisikan Beban Kombinasi
Setelah kita selesai menempatkan semua beban-beban ke struktur
yaitu beban pelat lantai, beban pelat atap, beban dinding & beban
hidup, maka langkah selanjutnya adalah mendenisikan beban
kombinasi yang merupakan kolaborasi dari beban-beban tersebut
diatas. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Dari menu page, klik tab General kemudian klik tab Load. Jika nanti
keluar kotak dialog Set Active Primary Load Case, klik cancel.
Setelah itu pergilah kekotak dialog Loads-Whole Structure yang ada
disamping kiri layar tampilan anda, kemudian klik New Load.

2. Setelah itu akan keluar kotak dialog Create New Load. Anda klik
radio button New Load Combination (Manual), kemudian isi pada
kotak text box Title dengan nama BEBAN KOMBINASI, jika sudah
lanjutkan dengan mengklik OK!.

3. Akan keluar kotak dialog Dene Combination. Isi factor beban


dengan nilai 1.2, kemudian lanjutkan dengan menyeleksi beban berat
sendiri, beban mati pelat & beban dinding dengan cara mengklik satu
persatu beban tersebut sambil menahan tombol Ctrl di keyboard
anda. Lanjutkan dengan menekan tombol > , agar beban yang
terseleksi berpindah ke frame Load Combination
4. Jika sudah, maka dengan cara yang sama lakukan juga untuk beban
hidup pelat, tapi dengan catatan ubah dulu nilai factor beban dengan
1.6. Sehingga secara keseluruhan menjadi seperti dibawah ini.
Lanjutkan dengan mengklik OK!

Ok!. sekarang semua beban berikut dengan kombinasinya telah kita


denisikan semuanya. Langkah berikutnya adalah menyiapkan
parameter desain sebelum melakukan analisa struktur.
Menyiapkan Parameter Desain
1. Dari menu page, klik tab Analysis/Print, maka otomatis akan
keluar kotak dialog Analysis/Print Commands. Pastikan pilihan No
Print pada frame Print Option. Tekan Add kemudian lanjutkan
dengan meng klik Close.
2. Kembali lagi ke menu page. Sekarang klik tab Design kemudian klik
tab Concrete. Maka di menu pages disebelah kanan layar tampilan
anda akan keluar kotak dialog Concrete Design-Whole Structure.
Pada kotak scrool box Current Code, pilih code desain ACI (catatan :
kita pilih ACI karena code desain ini sudah sangat mirip dengan
SKSNI). Jika sudah, maka lanjutkan dengan meng klik Select
Parameter.

3. Akan keluar kotak dialog Parameter Selection. Pindahkan semua


parameter desain ke Available Parameter yang ada di lajur sebelah
kiri dengan cara meng klik tombol <<
4. Sekarang kita akan seleksi beberapa parameter desain yang kita
perlukan saja. Caranya klik Clb, Cls & Clt, kemudian pindahkan ke
kanan (Selected Parameters) dengan meng klik tombol >

5. Ulangi untuk Fc, Fymain, Fysec, Maxmain, Minmain, Minsec,


Reinf dan Track. Hasil akhirnya seperti gambar dibawah. Klik OK
untuk menutup kotak dialog

Adapun penjelasan dari parameter yang kita pilih adalah sebagai


berikut :
- Clb, Cls, Clt = Jarak decking (selimut beton) pada bagian samping,
atas dan bawah ( diambil = 4 cm).
- Fcmain = Kuat tekan beton ( direncanakan K-250 = 250 Mpa =
254,929 Kg/cm2).
- Fymain = Kuat tarik baja untuk tulangan utama ( direncanakan
menggunakan mutu baja U-39 = 3900 kg/cm2).
- Fysec = Kuat tarik baja untuk tulangan sengkang ( menggunakan
mutu baja U-24 = 2400 kg/cm2).
- Maxmain = ukuran maksimum besi tulangan utama yg digunakan
(batasan dimensi tulangan utama maksimum yang didesain oleh
STAAD). untuk perencanaan ini kita gunakan besi tulangan
maksimum yang diperbolehkan adalah D16
- Minmain = ukuran minimum besi tulangan utama yg digunakan
(batasan dimensi tulangan utama minimum yang didesain oleh
STAAD). untuk perencanaan ini kita gunakan besi tulangan minimum
yang diperbolehkan adalah D12
Nb : sebenarnya saya inginya pakai besi D13, tapi karena di STAAD
hanya menyediakan besi tulangan dengan ukuran 6, 8, 10, 12, 16, 20,
25, 32, 40, 50, & 60, maka saya ambil saja yang mendekati yaitu
ukuran 12. Nanti akan ada verivikasi lagi.
- Minsec = ukuran minimum besi tulangan sengkang yg digunakan
(batasan dimensi tulangan minimum sengkang yang didesain oleh
STAAD). - untuk perencanaan ini kita gunakan besi tulangan minimum
sengkang yang diperbolehkan adalah 8
- Reinf = Paramer tulangan spiral atau sengkang untuk kolom
- Track = Mode Output
Mendenisikan Parameter Desain
1. Sekarang klik Dene Parameters.

2. Kita ubah dulu satuan input yang digunakan ke Kg.cm (caranya


seperti yang sudah kita bahas di posting sebelumnya)

2. Denisikan semua parameter dengan nilai-nilai yang sudah kita


tentukan seperti diatas. Caranya klik tab Clb. Isi nilai Clb yaitu 4 cm.
Klik Add untuk melanjutkan.
3. Ulangi langkah ke 2 diatas untuk Cls & Clt (jangan lupa setelah
anda menginputkan nilai, klik Add lho ya.hehehe).
4. Selanjutnya secara berurutan masukan nilai Fc, Fymain, Fysec,
Maxmain, Minmain, Minsec sebagai berikut
5. Selanjutnya klik tab reinf. lalu klik 0 (Tied Column), lalu klik Add

6. Terakhir klik tab Track, lalu klik 1, lanjutkan dengan dengan


menekan Add kemudian klik Close

7. Nah sekarang apabila anda melihat pada kotak dialog Concrete


Design-Whole Structure, akan tampak list parameter yang telah
ditentukan dengan diawali tanda tanya yang berarti parameter
tersebut belum didenisikan ke batang.
8. Denisikan parameter concrete ke batang. Caranya dari kotak
dialog Concrete Design (lihat gambar diatas). Klik radio button
Assign To View pada frame Assignment Method kemudian parameter
CLB 4. Klik Assign

9. Lakukan hal yang sama untuk parameter lainnya kecuali parameter


Reinf.
10 Untuk parameter REINF, Pilih semua kolom. Caranya bebasanda
boleh menyeleksinya secara satu persatu atau bisa juga melalui
fasilitas Select By Group Name. Jika anda melalui fasilitas ini, maka
caranya adalah sebagai berikut.
- Dari menu pulldown, klik Select > By Group Name. Maka di kotak
dialog Select Group akan keluar group-group batang yang sudah kita
denisikan sebelumnya (kalau tidak salah ada di postingan
Part-2silahkan dilihat lagi).
- Klik G5: KOLOM, jika sudah maka secara otomatis elemen kolom
akan terseleksi semua (lihat gambar dibawah). Jangan di close dulu
kotak dialog Select Groups nya. Kemudian beralih dulu kekotak dialog
Concrete Design. Klik Assign to Selected Beams > klik REINF 0 > Klik
Assign. Maka akan keluar kotak dialog informasi yang menanyakan
apakah perintah akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.

11. Jika sudah, close kotak dialog Select Groups


12. Sampai saat ini anda telah mempunyai parameter desain untuk
semua elemen dengan material beton. selanjutnya berikan perintah
desain struktur dengan cara klik design Commands.
13 Akan keluar kotak dialog desain Commands. Klik tab Design Beams
kemudian klik Add
14. Lakukan hal yang sama untuk tab Design Column dan tab Take
O. Klik Close untuk menutup dialog
15. Maka pada kotak dialog Concrete Design perintah desain akan
ditampilkan dengan diawali simbol tanda tanya, yang artinya
perintah tersebut belum didenisikan ke batang.
16. Beri perintah desain batang dengan cara
Pilih semua beam. Caranya bebasanda boleh menyeleksinya secara
satu persatu atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Name.
Jika anda melalui fasilitas ini, maka caranya adalah sebagai berikut.
- Dari menu pulldown, klik Select > By Group Name. Maka di kotak
dialog Select Group akan keluar group-group batang yang sudah kita
denisikan sebelumnya. Pilih semua elemen batang kecuali G5:
KOLOM. Maka otomatis semua elemen batang akan terseleksi kecuali
elemen kolom

17. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN BEAM > Klik Assign.
Maka akan keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah
perintah akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.
18. Sekarang kita akan melakukan juga langkah diatas untuk yang
bagian kolomnya. Pilih G5: KOLOM pada kotak dialog Select Groups.
sehingga semua kolom teseleksi semua

19. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN COLUMN > Klik
Assign. Maka akan keluar kotak dialog informasi yang menanyakan
apakah perintah akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.
20. OK! Semua parameter sudah kita denisikan semua. sekarang kita
tinggal melakukan analisa strukturnya.(untuk itu mari kita berdoa
dulu agar pada waktu proses analisa struktur tidak ada yang error
atau input kita tidak ada yang salah nantinya hehehe.)
21. Bismillahirrohmanirrohim!
22. Sekarang pada menu pulldown klik Analyze. atau boleh juga
dengan menekan Ctrl + F5. Jika sudah maka akan keluar kotak dialog
Select Analyze Engine. Anda klik STAAD Analyze kemudian klik Run

Alhamdullillah, ternyata doa kita terkabul. semua input tidak ada yang
error, sehingga runningnya berjalan sukses.Klik done untuk menutup
kotak dialog
Pengkajian Hasil Analisa (Modeling)
Untuk melihat Diagram Momen Lentur, Gaya Lintang (Shear Force) &
Gaya Axial, bisa anda akses pada menu toolbar Result

Dari kiri kekanan adalah :


Fx = Axial Force.
Fy = Shear Y Force.
Fz = Shear Z Force.
Mx = Torsion (Momen torsi).
My = Bending Y Moment.
Mz = Bending Z Moment.
Plate Stress, ( iconnya mati karena kita tidak
mendenisikan pelat pada geometri struktur kita).
Solid Stress, ( iconnya mati karena kita tidak mendenisikan
solid pada geometri struktur kita).
Deection (Menampilkan deeksi struktur).
Mode Shape.
Animate (Untuk menampilkan struktur dalam modus
animasi)
Result setup (Untuk mensetting dan menampilkan hasil
analisa hitungan dari pembebanan tertentu).
1. Menampilkan Diagram Moment (Mz)

2. Menampilkan Diagram Lintang (Shear Y Force)


3. Menampilkan Diagram Axial (Shear Y Force)
- Klik kanan pada area kosong di layar utama anda. Pilih Labels.
Kemudian klik tab Scales. Atur skala diagram gaya axial dengan nilai
1000 kg per cm (intinya adalah biar digram graknya tidak terlalu
besar). Hilangkan centang pada kotak Apply Immediately. Klik OK.

- Jika sudah, klik tool Fx (Axial Force), maka hasilnya sebagai berikut :

4. Menampilkan Desain Tulangan


Untuk menampilkan desain tulangan, cukup dengan mengklik ganda
salah satu elemen/batang yang ingin ditampilkan hasil tulangannya.
Misalkan saja saya ingin menampikan hasil tulangan dari balok dan
kolom seperti gambar dibawah ini.
4.1. Hasil tulangan dari balok yang kita klik diatas ( disini akan tampak
bahwa balok di desain untuk tumpuan kiri (atas/bawah) 2D16,
Lapangan 2D16 dan tumpuan kanan (atas/bawah) 2D16. Sedangkan
sengkangnya 8 buah besi 8 dengan jarak 226 mm

Verivikasi : Kalau dengan keadaan seperti, biasanya saya desain


dengan tulangan menerus (langsung), yaitu tumpuan dan lapangan
saya samakan baik atas maupun bawahnya 2/2 D16. Sengkang pakai
8-150 (tump), 8-200 (Lap) hehehe.tapi eitz tunggu dulu anda
jangan bilang kalau saya asal main tebak dan ndak ilmiahjustru
kalau menurut saya ini adalah sebuah justikasi, dan justikasi itu
tergantung sama engineernya masing-masing (biasanya tergantung
sama pengalaman dan teori yang dimiliki). Alasan yang sedikit ilmiah
tapi sedikit maksa ( jowo, baca : mekso) adalah karena faktor reduksi
yang dimiliki oleh STAAD adalah ACI, jadi belum disesuaikan dengan
SKSNI, misalkan saja kita ambil contoh pada desain tulangan
utamanya. ACI 318-99 memberikan reduction factor untuk tulangan
lentur (phi bending tension) adalah = 0.9 sedangkan SKSNI dengan
nilai faktor = 0.8. Jadi apabila desain dari STAAD dengan code desain
ACI dikonversikan ke SKSNI maka akan diperoleh 0.9/0.8 = 1.125.
Nahdari faktor ini akan diperoleh faktor kombinasi beban 1.125 x
(1.2DL + 1.6LL) sehingga menjadi = 1.35DL + 1.8LL.
Nah browsekarang lihat dengan mengganti kombinasi beban 1.2DL
+ 1.6LL menjadi 1.35DL + 1.8LL (meningkatan faktor kombinasi
beban) akan menjadikan desain STAAD sesuai dengan SKSNI. Tapi
ingat ini hanya untuk penyesuaian salah satu parameter. yaitu faktor
reduksi lentur balok, sedangkan parameter lain belum
dipertimbangkan dalam konversi ini. hehehe.jadi wajar aja kan kalau
saya mengasumsikan hasil yang sedikit berlebih dari hasil yang
diberikan oleh STAAD Pro. (Tapi ya itusekali lagi kita harus bisa
membuktikan dengan hitungan biar lebih pasti hehehe)

4.2. Hasil tulangan dari kolom yang kita klik diatas ( disini akan tampak
bahwa kolom di desain dengan bar size (diameter tulangan) = 12 dan
Bar No (jumlah tulangan) = 8, atau dengan kata lain 8D12. dengan As
perlu = 900mm2

Verikasi : mari sekarang kita cek. As perlu = 900mm2. sedangkan


2
desain tulangan = 8D12 = 8 ( 1/4 x 3.14 x 12 ) = 904.32 m2 > 900 m2
(OK!). Nahuntuk tulangan kolom biasanya saya pilihkan diameter
yang lebih besar daripada tulangan balok. Untuk kasus ini saya ambil
tulangan dengan diameter 16.
2
Luas penampang D16 = 1/4 x 3.14 x 16 = 200.96 m2.
As required = 900 m2
Sehingga jumlah tulangan D16 yang harus dipasang = 900/200.96 =
4.47 ------dibulatkan menjadi 5 buah tulangan D16.-------tapi agar
pembagiannya merata maka saya ambil 6D16
Untuk keperluan desain tulangan sengkang, anda bisa mengakses
data tegangan geser melalui menu tab Shear Bending.
4.3 Untuk mengetahui seberapa besar deeksi yang terjadi pada
elemen struktur, bisa anda akses melalui menu tab Deection

4.4 Untuk mengetahi hasil desain secara lengkap, dapat anda akses
melalui menu STAAD Output. Klik icon yang saya lingkari pakai warna
merah seperti tergambar dibawah ini. Maka laporan hitungan secara
lengkap akan keluar secara otomatis.
Pengkajian Hasil Analisa (Post Processing)
Sekarang kita akan melihat hasil analisa dlam bentuk Gras.
1. Dari menu pulldown klik Mode > Post Processing

2. Kotak dialog Result akan muncul dengan tabs aktif Loads. Dimana
pada frame Selected terdapat list dari kasus pembebanan yang telah
didenisikan.
3. Untuk kajian analisa, anda dapat memilih sebagian kasus beban
atau semuanya. Untuk kasus ini kita akan konsentrasi ke beban
kombinasinya saja. Untuk itu pilih beban 1 s/d 4, kemudian klik
tombol < . Klik OK

4. Maka tampilan STAAD akan menjadi seperti gambar dibawah ini,


dengan pagemenu Node dan Tab Displacement aktif. Dimana pada
bagian data area ditampilkan tabel Node Displacement. Dan pada
Screen Area ditampilkan struktur terdeformasi dengan skala tertentu
5. Sekarang kita akan cari tahu dimana letak balok atau kolom yang
mengalami kegagalan struktur (FAIL)
Untuk Balok
- Seleksi semua elemen struktur balok. Caranya terserah.bisa anda
meng kliknya satu persatu, atau bisa juga melalui fasilitas Select By
Group Name yang semua langkah-langkahnya sudah kita bahas
diatas

- Pada menu pulldown, klik Report > Section Forces

- Klik tab Sorting, kemudian pilih Moment-Z, ceklist Absolute Values.


Lanjutkan dengan memilih List from High To Low dari kotak Frame
Set Sorting Order. Kemudian klik tab Loading, (jangan di klik ok dulu)
- Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur
sedemikian rupa sehingga hanya BEBAN KOMBINASI saja yang
terseleksi di lajur sebelah kanan (selected). Klik OK!

- Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-


elemen batang yang mengalami momen lentur yang diurutkan dari
yang terbesar sampai yang terkecil. Sekarang anda lihat di kotak
tersebut, ternyata element balok 56, 20, 14 & 57 menempati urutan
teratas balok yang mengalami lentur terbesar.

Nah sekarang pertanyaannya.hayo dimana letak balok itu???..Udah


gak perlu pakai hitungan yang njelimet dan ruwet untuk mengetahui
letak 4 balok tersebut. silahkan jawab di luar kepala..
Nich jawabannya :
Pasti posisinya pada balok yang saya kasih tanda X warna merah itu
dech. kalau ndak gitu paling-paling yang saya kasih tanda X warna
biru. Cuman kalau melihat geometri struktur dan pembebanan yang
bekerja, saya condong ke balok yang saya kasih tanda X warna
merah. Lho.la kok bisa? apa alasannya?.
Alasannya :
Balok yang bertanda X merah, memiliki bentang yang
cukup besar ( L = 6m), tanpa ada kolom penyangga
dibawahnya. Semakin panjang bentang, maka resiko
deeksi akan semakin besar pula. Selain itu tepat ditengah
bentang (titik ekstrim), balok tersebut mengalami beban
terpusat dari beban balok anak(grid) yang menyangga
beban dinding setinggi 3.6 m atau sekitar 900 kg/m dan
beban mati pelat lantai.
Balok bertanda X biru sebenarnya juga mengalami kondisi
yang sama. tapi tetap saja naluri saya mengatakan kalau
balok yang bertanda X merah mengalami kegagalan lentur
yang paling parah daripada balok bertanda X biru
(hehehekayak dosen aja wkwkwwkwk.). OK! sekarang
mari kita buktikan apakah balok dengan nomor 56, 20, 14 &
57 berada pada posisi tersebut
6. Klik kanan pada layar tampilan anda. Pilih Labels. Maka otomatis
akan keluar kotak dialog Diagrams. Anda centang Beam Numbers
pada frame Beams, klik OK
- Nahternyata benarkan prediksi saya kalau letak balok yang
mengalami momen lentur terbesar terletak pada posisi tersebut
hehehe..
7. Sekarang klik ganda salah satu dari balok tersebut. Misalkan saja
balok no 20. Klik tab Concrete. Sekarang anda lihat disitu tulangan
bawah balok tidak keluar (berarti ada kemungkinan balok tersebut
mengalami kegagalan struktur/FAIL)

8. Sekarang cari informasi lebih lanjut dari balok no 20 ini, melalui


menu STAAD Output. Anda bisa mengaksesnya dengan menekan
tombol mirip calculator (yang saya lingkari pakai warna merah)

Nah.sekarang baru ketahuan kalau balok no.20 Gagal/FAIL

- Cek juga balok dengan no 56, 14, 57, 28, 47, 48, 2, 8 & 53.
Balok-balok yang saya sebutkan ini adalah balok yang diawal tadi saya
tandai dengan X merah dan X biru. Kemungkinan gagal lentur dari
balok-balok ini sangat tinggi sekali.
Nahsekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara
mengatasi agar balok tersebut tidak FAIL.
Ada dua cara yang bisa kita lakukan :
1. Yang paling ideal dan paling baik adalah menambahkan kolom
penyangga tepat ditengah bentang dari balok tersebut (khususnya
balok no 56, 20, 14 & 57 ), sehingga kemungkinan dimensi baloknya
bisa diperkecil karena disesuaikan dengan lebar bentangnya.
2. Jika tidak memungkinkan dengan menggunakan cara diatas
dikarenakan untuk alasan kebutuhan ruang, sehingga dikhawatirkan
dengan adanya kolom tersebut malah akan mengganggu
pemandangan dan ruang toko menjadi terkesan sempit. Maka mau
tidak mau kita harus memperbesar dimensi balok.
OK! sekarang anggap saja ownernya tidak mau ada kolom di ruang
depan toko. maka solusi diambil adalah memperbesar dimensi balok.
Sekarang kita ambil H balok adalah 1/10 dari lebar bentang, sehingga
H = 1/10 x 600 = 60 cm, lebar balok diambil 1/2 H = 1/2 x 60 = 30 cm,
jadi dimensi baloknya adalah 30/60.
9. Sekarang kita akan denisikan dimensi balok 30/60 ke STAAD.
Caranya dari page menu General, klik tab Property, kemudian pada
menu page sebelah kanan, klik Dene, Lanjutkan dengan memasukan
dimensi balok melalui kotak YD dan ZD. Klik Add.

10. Sekarang Assign balok yang sudah kita denisikan tadi ke elemen
no 56, 14, 57, 28, 20, 47, 48, 2, 8 & 53. Untuk jelasnya lihat balok yang
saya kasih tanda X (merah) dan X (biru) pada gambar dibawah (bisa
toh caranya..jadi saya gak perlu ngulang-ngulang lagi hehehe..)
11. Lakukan analisa struktur ulang. Jika sudah cek kembali balok
tersebut, apakah masih FAIL atau tidak?. Jika masih FAIL, maka balok
perlu didimensi ulang. Silahkan Anda bereksplorasi sendiri.
Sekedar sebagai catatan :
Ternyata setelah saya inputkan balok dengan ukuran 30/60 masih
tidak memenuhi (FAIL). Dan baru ketika saya memasukan balok
dengan dimensi 30/90 struktur baloknya stabil (alias tidak FAIL). Tapi
lha masak baloknya sebesar itu toh..lha kalau baloknya sebesar itu
berarti spase vertikal ruang tinggal 3.80 0.90 = 3.1
mhmmmm..jadi pendek ya kalau untuk ukuran ruko. tapi tidak
apalahcobalah tanya ke arsiteknyakira-kira elevasi plafondnya
berapa? masih memenuhi ndak kalau dengan balok setinggi itu.
Sebenarnya ada cara lain lagi agar baloknya tidak sebesar itu, yaitu
dengan mengubah ukuran kolom yang saya blok pakai warna hijau ini
dengan ukuran 40/40, sehingga baloknya bisa diperkecil menjadi
30/60. Coba deh kalau gak percaya. nih hasilnya penulangan dari
balok 30/60 tersebut (lihat gambar bawah).
Lho kok bisa???
Ok! disini saya tidak akan serta merta untuk menjawab..silahkan
untuk dipecahkan sendiri. Jika belum ketemu jawabannya jangan
segan-segan untuk bertanya kepada sayahehehehehe..Cuman
pesan saya adalah :

Pemilihan model struktur yang tepat dan sesuai,


adalah lebih penting dari ketelitian perhitungan
struktur itu sendiri

Materi Tambahan :
- Kalau anda ingin melihat struktur secara Full Section yang artinya
ketebalan strukturnya ditampilkan anda bisa klik kanan dilayar
tampilan. Pilih Labels, kemudian klik tab Structure. Pilih Full section
> kemudian klik OK. Maka hasilnya akan seperti dibawah ini :

Mencari Kolom Yang Mengalami Gaya Aksial Terbesar


- Seleksi semua elemen kolom. Caranya terserah.bisa anda meng
kliknya satu persatu, atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group
Name yang semua langkah-langkahnya sudah kita bahas diatas
- Pada menu pulldown, klik Report > Section Forces

- Klik tab Sorting, kemudian pilih Axial Force, ceklist Absolute


Values. Lanjutkan dengan memilih List from High To Low dari kotak
Frame Set Sorting Order. Kemudian klik tab Loading, (jangan di klik
ok dulu)

- Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur


sedemikian rupa sehingga hanya BEBAN KOMBINASI saja yang
terseleksi di lajur sebelah kanan (selected). Klik OK!
- Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-
elemen batang yang mengalami gaya Axial yang diurutkan dari yang
terbesar sampai yang terkecil.

Novly Ibrahim at 8:15 PM

Share 0

1 comment:

Anonymous March 16, 2013 at 9:04 AM


terima kasih... sharingnya sangat bermanfaat
Reply

Add comment

Home

View web version

Powered by Blogger

Anda mungkin juga menyukai