Anda di halaman 1dari 4

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.
Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori
yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan memaparkan
keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan penelitian.

6.1. Analisis Univariat


1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita
Responden dal;am penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak balita di
wilayah kerja Posyandu Anggrek 7 Sukatani Kabupaten Tangerang. Jumlah
responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 155 orang. Responden yang
memiliki balita berjenis kelamin laki-laki berjumlah 85 orang (55%) dan responden
yang memiliki balita berjenis kelamin perempuan berjumlah 70 orang (45%). Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah balita laki-laki dan perempuan di
Posyandu ini.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan orang tua merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi
perkembangan anak (Shanker, Blair & Diamond, 2013). Hasil statistik dari penelitian
ini menunjukkan bahwa rata-rata responden adalah orang tua yang tidak bekerja.
Orang tua yang dimaksud disini adalah ayah atau ibu yang pada saat penelitian
berkesempatan untuk mengisi kuesioner yang diajukan. Dan pada umunya kuesioner
ini diisi oleh ibu dari anak balita yang ada. Terdapat sebanyak 90 responden (58%)
yang tidak bekerja, dan 65 reponden (41%) yang bekerja. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara orang tua yang tidak bekerja dengan orang tua yang bekerja
denganm responden yang tidak bekerja.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalamannya sangat


berpengaruh dalam mengasuh anak (Syamsu, 2011). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pendidikan kahir dari responden sebanyak 25 orang (22%)
adalah Sekolah Dasar (SD), sebanyak 57 orang (37%) adalah Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP), sebanyak 48 orang (31%) adalah Sekolah Lanjutan Tingkat
Menengah Atas (SLTA), dan sebanyak 15 orang (10%) adalah Perguruan Tinggi
(PT).

4. Karaktersitik responden Berdasarkan Lama Interaksi Dengan Anak Balita


Kemampuan komunikasi awal untuk perkembangan anak berada di tingkat
keluarga. Keluarga yang memiliki budaya berkomunikasi dengan anak secara baik
akan mampu menciptakan prakondisi yang baik bagi tumbuhnya kecerdasan anak-
anak (Wijayanti, 2013).
Menurut Dr Chee, 2011, kualitas waktu interaksi orang tua dengan anak lebih
penting dari pada kuantitas waktunya. Alangkah tidak berarti apa-apa jika orang tua
mempunyai waktu 24 jam untuk anak, tetapi tidak dengan kualitas yang maksimal.
Menurut Hartono (2012), interaksi minimal antara ibu dan anak minimal 3 jam. Pada
penelitian ini, peneliti hanya mampu mengukur kuantitas interaksi ibu dan anakl dengan
nilai statistic seluruh responden memiliki waktu untuk berinteraksi dengan anak balita
selama lebih dari tiga jam sehari.
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh
Menurut Groendyk & Brenda (2011), interaksi anak dengan orang dewassa
dan sesamanya di lingkungan keluarga dapat menstimulasi perkembangan anak
tersebut. Pada penelitian terdapat 2 macam pola asuh yang akan dijabarkan oleh
peneliti, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nelsen & Lisa (2003) dalam
Muchtar (2011), yaitu tentang pola asuh positif dan negative.
Pada penelitian ini diperoleh data sebanyak 80 orang tua (52%) memberikan
pola asuh positif kepada balita, dan 75 orang tua (48%) memberikan pola asuh
negative kepada balita. Terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan disini.
Pola asuh positif adalah pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak
dengan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri
sendiri. Dan dikatakan pola asuh negative adalah bila orang tua sering melakukan hal-
hal yang negative, seperti suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan,
melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah,
dan sebagainya yang dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan atau
pun kebodohan dirinya. Sikap negative orang tua akan menagundang pertanyaan pada
anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup dihargai untuk dikasihi,
untuk disayangi dan dihargai, dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya
sehingga orang tua tidak memberikan kasih saying (Muthmainnah, 2012).
6. Karakteristik Responden Berdasrkan Perkembangan Balita
Hal yang terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Selain itu masa balita merupakan masa kritis,
dimana diperlukan rangsangan/ stimulasi yang berguna agar dapat berkembang
sehingga perlu mendapatkan perhatian dari lingkungan terutama keluarga sehingga
apabila keluarga atau lingkungan tidak mendukung justru akan menghambat
perkembangan anak (Supartini, 2012).
Hasil statistik dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan normal
balita di tempat ini sebanyak 89 orang (57%) dan perkembnangan menyimpang
sebanyak 66 orang (43%).
6.2. Analisa Bivariat
6.2.1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Balita
Hasil analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square
karena kedua variabel berbentuk data kategorik. Hasil penelitian mengenai
hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak balita
menunjukkan bahwa responden yang memberikan pola asuh positif kepada anak
dan perkembanmgan anak balita yang normal sebanyak 41 orang (29%) dan
orang tua yang memberikan pola asuh negative kepada anak dan perkembangan
anak balita yang menyimpang sebanyak 48 orang (28%). Dan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa terdapat hubungan pola asuh orang tua terhadap
perkembangan anak balita, artinya pola asuh orang tua yang diberikan kepada
anak balita memiliki hubungan dengan pekembangan anak di Posyandu Anggrek
7 Sukatani.

Menurut Kurniawati (2011) menyaakan pola asuh orang tua dalam


perkembangan anak merupakan cara yang digunakan dalam proses interaksi
berkelanjutan antara orang tua dan anak untuk membentuk hubugnan yang
hangat, dan manifestasi anak untuk mengembangkan kemampuan anak yang
meliputi perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa, dan kemampuan
sosial sesuai dengan tahap perkembangannya.

6.3.Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dari penelitian
ini. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini,
seperti saat penelitian ini berlangsung peneliti belum mampu menggali bagaimana
kualitas hubungan lama orang tua dengan anak sehingga lama interaksi disini hanya
digali secara kuantitas saja.

Anda mungkin juga menyukai