Igin Seminar
Igin Seminar
1
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaannya
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Seminar program studi perencanaan wilayah dan kota, universitas
samratulangi manado.
Dalam makalah ini kami memberikan pembahasan yang lebih spesifik pada
konsep green city atau kota hijau. Dalam penulisan makalah ini saya
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunannya.
Penyusun
2
BAB I
Pendahuluan
3
dengan menerapkan konsep ekodrainase dan zero runoff. Kemudian Green
Energy, yaitu pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan.
Dan yang terakhir adalah Green Building, yaitu penerapan bangunan hijau yang
hemat energi.. Keseluruhan atribut kota hijau tersebut tidak berdiri sendiri, namun
merupakan satu kesatuan yang integral, termasuk dalam kaitannya dengan
pengembangan ekonomi lokal sebagai dampak ikutan dari perwujudan masing-
masing atribut dengan realitas kota yaitu, mobilitas, pola urban, sumber daya,
kesadaran akan alam, tekanan tanah, struktur kota, pola kepemilikan tanah yang
berbeda, pemindahan hak pengembangan, peningkatan kepadatan dan zonasi.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami konsep green city
4
BAB II
ISI
Kota hijau sebenarnya tidak hanya sekedar kota yang hijau dengan cara
menghijaukan namun, harus menangani masalah di perkotaan dengan
melakukan perencanaan kota yang dibutuhkan melalui pendekatan konsep
perencanaan yang berkelanjutan.
5
buruk lagi (terutama di kota-kota Asia dimana kondisi tidak berarti apa-apa dan
tidak bisa ditolerir). Pertumbuhan kota yang begitu cepat dan berimplikasi
terhadap timbulnya berbagai permasalahan perkotaan seperti kemacetan, banjir,
permukiman kumuh, kesenjangan sosial, dan berkurangnya luasan ruang
terbuka hijau. Pertumbuhan kota yang demikian tentu akan mengakibatkan
degradasi lingkungan. Persebaran lahan terbangun yang sangat luas
mengakibatkan inefisiensi jaringan transportasi yang berdampak pada
meningkatnya polusi udara perkotaan, selain itu juga menimbulkan costly dan
pemborosan. Dari aspek kondisi lingkungan hidup (LH), rendahnya kualitas air
tanah, tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, merupakan hal-hal
yang secara langsung maupun tidak langsung saling keterkaitan.
6
lingkungan. Sekelompok warga tersebut berkomunitas berdasarkan hobi/minat
yang sama dan memiliki kepedulian pada lingkungan maupun sosial budaya.
Yang ketiga adalah pengurangan dan pengolahan limbah dan sampah
(Green Waste) dengan penerapan prinsip 3R(Reuse, Reduce, dan Recycle) yaitu
mengurangi sampah/limbah, mengembangkan proses daur ulang dan
meningkatkan nilai tambah
Yang keempat yaitu green transportation adalah transportasi umum hijau
yang fokus pada pembangunan transportasi massal yang berkualitas. Green
transportation bertujuan untuk meningkatkan penggunaan transportasi massal,
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, penciptaan infrastruktur jalan yang
mendukung perkembangan transportasi massal, mengurangi emisi kendaraan,
serta menciptakan ruang jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan pengguna
sepeda.
Yang kelima yaitu peningkatan kualitas air (Green Water) dengan
menerapkan konsep ekodrainase dan zero runoff dengan pengembangan sistem
pengelolaan sumber daya air yang ramah lingkungan, dan pengembangan
sistem pengelolaan sumber daya air yang menjamin terpenuhinya kebutuhan
masyarakat serta menjamin ketersediaan air sepanjang waktu.
Yang keenam, Green Energy yaitu pemanfaatan sumber energi yang
efisien dan ramah lingkungan dengan penerapan terkait penggunaan energi
yang efektif dan ramah lingkungan dengan indikator penghematan energi,
pembuatan kebijakan penggunaan energi terbarukan serta menyiapkan rencana
pengurangan emisi karbon dari kegiatan perkotaan (industri, transportasi dan
pengolahan limbah).
Dan yang terakhir adalah Green Building, yaitu penerapan bangunan hijau
yang hemat energi terkait dengan bangunan pemukiman yang hemat air dan
energi, serta material bangunan yang ramah lingkungan. Konsep green building
menjadi dasar bagi konsep- konsep kota hijau yang lain, karena konsep gre en
building kaitannya dengan pembangunan perkotaan dengan dilengkapi sistem
yang ramah lingkungan; seperti sistem pengolahan sampah, penyediaan sumur
resapan, pelayanan bagi pengguna jalan dan pengguna kendaraan tidak
bermotor.
Green waste, green water, dan green energy merupakan atribut yang
sering kita sebut sebagai green insfrastructure. Keseluruhan atribut kota hijau
tersebut tidak berdiri sendiri, namun merupakan satu kesatuan yang integral,
7
termasuk dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi lokal sebagai
dampak ikutan dari perwujudan masing-masing atribut dengan realitas kota yaitu,
mobilitas, pola urban, sumber daya, kesadaran akan alam, tekanan tanah,
struktur kota, pola kepemilikan tanah yang berbeda, pemindahan hak
pengembangan, peningkatan kepadatan dan zonasi
Menerapkan konsep Green City pada setiap kota di seluruh negara
merupakan salah satu bentuk pelestarian keseimbangan alam yang paling
mudah dan tepat untuk dilaksanakan. Penerapan konsep kota hijau harus
dilakukan adalah mulai dari sekarang, mulai dari yang terkecil yaitu mulai dari
diri sendiri. Masyarakat merubah perilakunya untuk lebih ramah lingkungan,
hemat energi, tidak konsumtif terhadap energi. Lalu pemerintah daerah
(kabupaten/kota) mendukung terwujudnya kota hijau dengan lewat rencana
program kerja pemerintah daerah tahunan, atau dengan kepandaian/kecerdasan
mereka untuk bisa mengundang masyarakat dan dunia usaha.
8
Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR
Kawasan Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk menjamin
tersedianya ruang yang cukup bagi:
1) Fungsi ekologis antara lain : paru-paru kota, pengatur iklim mikro, sebagai
peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitas satwa,
penyerap polutan dalam udara, air dan tanah, serta penahan angin.
9
2) Fungsi sosial budaya antara lain : menggambarkkan ekspresi budaya
lokal, media komunikasi, dan tempat rekreasi warga.
3) Fungsi ekonomi antara lain : sumber produk yang bisa dijual seperti
tanaman bunga, buah, daun, dan sayur mayur. Beberapa juga berfungsi
sebagai bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan lain-
lain.
4) Fungsi estetika antara lain meningkatkan kenyamanan, memperindah
lingkungan kota baik skala mikro (halaman rumah/lingkungan
pemukiman), maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan);
menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan
tidak terbangun.
Fisik : RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami,
kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau
binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur
hijau jalan.
Fungsi : RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan
ekonomi.
Struktur ruang : RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok,
memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki
dan struktur ruang perkotaan.
Kepemilikan : RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat.
10
Gambar 2.3.1 Bagan Proporsi Kawasan RTH perkotaan (ilustrasi)
Keterangan :
KDB = Angka yang menyatakan jumlah (persentase) luasan lahan yang boleh
dibangun. Nilai KDB 80% artinya suatu area harus menyediakan RTH sebesar
20% dari total luas lahan yang akan dibangun. Nilai KDB berbeda beda untuk
setiap wilayah tergantung peruntukan lahan dalam rencana tata kota.
11
bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau
perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan
keberadaannya.Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan
keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta
sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.
480.000 jiwa : Taman Kota di Pusat Kota, Hutan Kota (di dalam/kawasan
pinggiran), dan Pemakaman (tersebar)
Yang ketiga yaitu, kebutuhan fungsi tertentu pada kategori ini adalah untuk
perlindungan atau pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi
kelestarian sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi
perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak teganggu.
RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur hijau
jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setempat berupa
RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan RTH pengamanan sumber
air baku/mata air.
12
Perkotaan/RDTR Kota/RTR Kawasan Strategis Kota/Rencana Induk
RTH) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat;
13
sebuah "resep" dari apa yang akan mencakup sebuah komunitas hijau
diantaranya bekerja untuk menciptakan dunia yang berkelanjutan secara
ekologis dengan membantu melestarikan sumber daya, mencegah polusi, dan
melindungi dan meningkatkan proses ekologi alami.
Setiap komunitas hijau lokal direncanakan dan dikelola, dengan yang staf
sendiri, kantor, anggaran, dan Dewan Direksi. Masing-masing independen
dimasukkan. Masing-masing memilih nama sendiri dan menetapkan identitasnya
sendiri. Setiap komunitas hijau mengembangkan sendiri perpaduan program dan
Layanan, berdasarkan kebutuhan lokal, prioritas, peluang, inspirasi, dan inisiatif.
Komunitas hijau yang dibangun pada kemitraan - luas istilah yang mencakup
segalanya dari dukungan moral untuk kontrak hubungan. Dukungan mitra bisa
dalam bentuk tunai dan/atau dalam bentuk kontribusi dari barang dan jasa,
pemasaran, koordinasi dan integrasi layanan, nasihat, dukungan, dan link ke
yang lain mitra. Banyak dan beragam sektor masyarakat-pemerintah, utilitas,
Bisnis, organisasi masyarakat, dan lain-lain, bekerja bersama melalui hijau
komunitas untuk berbagi dan tujuan-tujuan yang saling melengkapi.
14
Zero waste adalah meminimalisir sisa pembuangan mulai dari tahap awal sampai
berakhirnya suatu proses produksi. Contoh penerapan konsep zero waste ini
yaitu Penangan Sampah 3-R, pemilahan sampah dan Tempat Pembuangan
Akhir (TPA)
Tempat Pembuangan Akhir, TPA tipe open dumping tidak tepat untuk
dalam perwujudan green city . Oleh sebab itu, secara bertahap semua kota dan
kabupaten harus segera mengubah TPA tipe open dumping menjadi sanitary
landfill . Dianjurkan untuk membuat TPA yang memenuhi kriteria minimum,
seperti adanya zona, blok dan sel, alat berat yang cukup, garasi alat berat,
tempat pencucian alat berat, penjaga, truk, pengolahan sampah, dan
persyaratan lainnya.
15
2.3.4 Green Transportation
Transportasi hijau merupakan konsep turunan dari green city yang
merupakan konsep utama pembangunan. Konsep ini berfokus pada
pembangunan sistem transportasi primoda dan intermoda yang efektif, efisien,
dan ramah lingkungan. Implementasi dari konsep ini berpusat pada perumusan
sistem transportasi berkelanjutan (misal: jalur sepeda, angkutan umum, mobil
ramah lingkungan). Terdapat beberapa indikator pembangunan green
transportation berdasarkan P2KH (Program Pengembangan Kota Hijau) yaitu
transportasi umum yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan dan
permukiman. dan Penggunaan Kendaraan Bebas Polusi seperti dengan
Mengembangkan sistem transportasi ramah lingkungan yang bersifat antar moda
(jalur sepeda, perahu, mobil, bebas polusi).
Bahan bakar hijau yang bisa digunakan dalam transportasi meliputi, listrik,
merupakan bahan bakar yang yang mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang
minim, apalagi bila menggunakan sumber dari tenaga air, angin, sel surya
ataupun nuklir. Listrik ideal digunakan untuk transportasi yang melalui jalur tetap
seperti Bus Listrik, Kereta rel listrik (KRL), tetapi selain itu saat ini sudah
diperkenalkan mobil/motor yang digerakkan dengan listrik yang disimpan dalam
batere. Bahan bakar nabati, merupakan bahan bakar yang diolah dari bahan-
bahan nabati, dapat diperoleh dari Minyak Nabati, ataupun alkohol, ataupun
dalam bentuk padat. Minyak nabati seperti minyak jarak, minyak kelapa sawit
digunakan untuk campuran minyak diesel yang diberi nama BioDiesel, sedang
alkohol yang berasal dari hidrat arang dari tetes tebu ataupun lainnya
dicampurkan ke bahan bakar premium/pertamax yang diberi nama BioPertamax
di Indonesia.
16
bakar gas, dapat berupa LPG (liquefied Petroleum Gas) ataupun CNG
(Compressed Natural Gas) yang saat ini sudah digunakan untuk angkutan bus
TransJakarta di Jakarta, sumber gasnya terdapat dibeberapa daerah di
Indonesia yang ditransportasi melalui pipa dan tangki bertekanan.
Salah satu atribut dalam mewujudkan kota hijau atau kota berkelanjutan
adalah peningkatan kualitas air (green water) dengan menerapkan konsep
ekodrainase dan zero runoff . Ekodrainase adalah bagian dari pendukung
terwujudnya green infrastructure kota dalam menangani masalah
banjir/genangan air perkotaan (Yusliana, 2013). Ekodrainase atau drainase
berkelanjutan adalah upaya dalam mewujudkan pengelolaan air yang
berwawasan lingkungan dengan memperhatikan konservasi lingkungan. Konsep
sistem drainase berkelanjutan memiliki prioritas utama kegiatan harus ditujukan
untuk mendukung infarsatruktur hijau (green infrastruktur) sebagai fasilitas
pengelola limpasan permukaan dengan cara menahan air hujan. Ekodrainase
17
juga merupakan infrastruktur yang digunakan dalam mengatasi dampak dari
adanya degradasi lingkungan.
Penerapan konsep green energy pada perencanaan kota hijau yaitu terkait
penggunaan energi yang efektif dan ramah lingkungan. Dengan indikator :
18
yaitu pemakaian bahan bangunan yang sangat banyak sehingga terjadi
pemborosan.
Efisiensi Energi, Green Building sering mencakup langkah-langkah untuk
mengurangi konsumsi energi baik energi yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari, seperti kondisi bangunan yang segi mudahnya angin dan sinar
matahari yang mudah masuk kedalam banguna, selain itu selain segi
operasional, segi pelaksanaan juga harus diperhatikan.
Efisiensi Air, Konsep green building juga memperhatikan mengenai
penggunaan air. Sekarang, banyak konsep desain rumah yang mengabaikan
tentang penggunaan air. Mostly, rumah-rumah mengandalkan penggunaan air
tanah yang berasal dari sumur dangkal ataupun dalam tanpa memberikan
maasukan tambahan air kepada tanah yang berakibat turunnya permukaan air
tanah dan turunnya permukaan tanah permukaan. Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk membuat penyimpanan atau memberikan asupan air kepada
tanah di lingkungan yang ada disekitarnya.
Efisiensi Material, Selain struktur, segi arsitektural juga diperhatikan seperti
penggunaan dinding yang terlalu tebal, penggunaan material yang berat yang
memberikan efek pada kekuatan struktur yang lebih dll. Sehingga semakin
banyak material yang digunakan maka akan memberikan efek kepada
pengeluaran dana, impact terhadap lingkungan, pengeluaran energi dalam
konstruksi, dll.
19
BAB III
KESIMPULAN
Konsep Green City atau Kota Hijau tidak hanya sekedar menghijaukan
tetapi mendesain kota dengan konsep mempertimbangkan dampak terhadap
lingkungan, dengan atribut perencaan dan perancangan seperti Green Open
Space, Green Community, Green Waste, Green Transportation, Green Water,
Green Energy, Green Building
20