Anda di halaman 1dari 11

Satuan Acara Penyuluhan Penyakit Asma

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PENYAKIT ASMA

Pokok Bahasan : Asma


Sub Pokok Bahasan : Penanganan dan pencegahan asma
Sasaran : Warga balaidusun Sumberejo Krajan
Target : Peningkatan pengetahuan tentang penanganan dan
Pencegahan Asma
Hari / Tanggal : 28 Oktober 2013
Waktu : 10.00 10.30 WIB
Tempat : Di Balaidusun Sumberejo Krajan Kec. Gedangan

TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, warga di balaidusun Sumberejo krajan
diharapkan mampu memahami tentang penanganan dan pencegahan Asma
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan warga di
balaidusun Sumberejo krajan dapat mengetahui tentang penanganan dan pencegahan Asma

METODE
Ceramah dan Tanya jawab

MEDIA
- Leaflet
- LCD proyektor

ISI MATERI
Cara penanganan dan pencegahan Asma
No Kegiatan Respon klien Waktu
1 Pendahuluan : Membalas salam
a. Salam pembuka Mendengarkan 5 menit
b. Memperkenalkan diri Memberikan respon
c. Menjelaskan maksud dan tujuan
2 Penjelasan materi :
Menjelaskan mengenai isi materi Mendengarkan 10 menit
yaitu penanganan dan pencegahan Memperhatikan
Asma

3 Penutup : Menanyakan hal-hal yang 15 menit


a. Tanya jawab belum jelas seputar
b. Feed back penanganan dan
c. Menyimpulkan hasil penyuluhan pencegahan Asma
d. Memberikan salam Menanyakan kembali
mengenai isi materi yang
telah disampaikan oleh
penyaji
Aktif bersama dalam
menyimpulkan isi materi
penyuluhan
Membalas salam

SETTING TEMPAT
Peserta duduk berjajar rapi.
EVALUASI
1. Kegiatan : jadwal, tempat, alat Bantu atau media, pengorganisasian, proses penyuluhan
2. Hasil penyuluhan, memberi pertanyaan pada warga tentang :
Bagaimana cara penanganan Asma
Apasajakah pencegahan Asma

PENGORGANISASIAN
1. Penanggung Jawab : Hermanto
2. Ketua : Dwi Yuli ainul Yakin
3. Sekretaris : Retno Wulandari
4. Moderator : Danni Bryan R.
5. Penyaji : Arazyana Hasria Dewi
6. Observer : Birgita Indah
7. Dokumentasi : Ayu Desi A.

REFERENSI
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Dahlan, Zul. 1998. Masalah Asma di Indonesia dan Penanggulangan jelasnya.. Bandung:

Subunit Pulmonologi Bagian/UPF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin.

Hadibroto, Iwan. dan Alam, Syamsir. 2006. Asma. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Prasetyo, Budi. 2010. Seputar Masalah Asma : Mengenal Asma, Sebab-sebab, Resiko-resiko,

Dan Cara Mengantisipasinya. Yogyakarta: Diva Press.

Suyoko, E.M.D. 1992. Konsep Baru Penatalaksanaan Asma Bronial pada Anak. Jakarta: Sub

Bagian Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo.

Wong, DN. 2003. Nursing Care of Infants and Children. St Louis Missauri, USA: Mosby

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Asma

Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang memiliki

arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi

yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan

peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan

diproduksinya cairan kental yang berlebih (Prasetyo: 2010).

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi

hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap

stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan
napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth:

2001).

Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama yang biasa kita

pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan penyakit menular, tetapi

faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di sini.

Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon yang sangat

berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran pernafasan tersebut bereaksi

dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini

bisa mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak,

nafas pendek, tersengal-sengal, hingga nafas yang berbunyi ngik-ngik (Hadibroto et al:

2006).

Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter

ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:

a. Asma Ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi

alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh apa-

apa terhadap mereka yang sehat.

Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas bekerja lepas

kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh alergen. Alergen bisa

tampil dalam bentuk: mulai dari serbuk bunga, tanaman, pohon, debu luar/dalam rumah,

jamur, hingga zat/bahan makanan. Ketika alergen memasuki tubuh pengidap alergi, sistem

imunitasnya memproduksi antibodi khusus yang disebut IgE. Antibodi ini mencari dan

menempelkan dirinya pada sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-

paru dan saluran pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan

zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin.
Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi penegangan/pengerutan

saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan jaringan lapisan

sebelah dalam saluran tersebut.

b. Asma Intrinsik

Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini

disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan suhu

udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan.

Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh,

terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik,

misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus

golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik.

Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah untuk

mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian asma yang akan

dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun dalam prakteknya, asma adalah

penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara

tegas, golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik

bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.

B. Penyebab Terjadinya Asma

Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma,

yaitu:

1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan

(bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan kedokteran

yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut, yang

belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala
bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung

dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran

pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi

peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus

sehari-hari seperti: perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran

pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.

2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran

pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation) dan

sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Oleh

kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap sebagai penyebab asma sesungguhnya

atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma (inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-

gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding

gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab asma

(inducer) adalah alergen, yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak dengan

kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang

utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.

C. Klasifikasi Asma

Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:

1. Intermiten

Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma ini,

serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa muncul di malam

hari dengan intensitas sangat rendah yaitu 2x sebulan.

2. Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan derajat

asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1 kali seminggu, tetapi kurang dari

atau sama dengan 1 kali sehari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di

malam hari.

3. Persisten Sedang

Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada tingkatan

derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan hampir setiap hari.

Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

4. Persisten Berat

Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya. Pada

tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari, terus menerus,

dan sering kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat

mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

E. Pemeriksaan penunjang

1. Lung Function Test Peak expiratory flow rate (PEFR atau FEV) berfungsi untuk
mendiagnosis asma dan tingakatannya.
2. Skin test : Berfungsi untuk mengetahui penyebab dari asma.
3. Chest X-ray : Berfungsi untuk komplikasi (pneumotoraks) atau untuk memeriksa pulmonaty
shadows denganallergic bronchipulmonary aspergilosis
4. Histamine bronchial provocation test : Untuk mengindikasikan adanya airway yang
hiperresponsif, biasanya ditemukan pada seluruh penyakit asma, terutama pada pasien dengan
gejala utama batuk. Test ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang mempunyai fungsi paru
yang buruk (FEV <1,5L)
5. Blood and sputum test : Pasien dengan asma mungkin memiliki peningakatan eosinofil di
darah perifer (>9,4x10)

F. Pencegahan Kambuhnya Asma :


1. Perhatikan waktu atau kegiatan sebelum mendapat serangan, misalnya udara, rokok,
makanan/minuman, debu, kegiatan fisik, obat-obatan, infeksi dan lain sebagainya.
Buat catatan, sehingga di dapat gambaran jelas tentang penyebabnya dan dapat
dihindari
2. Cuci sarung bantal, sprei, horden lebih sering
3. Potong rumput di halaman lebih sering
4. Pilih tanaman yang tidak berbunga
5. Jauhi asap rokok
6. Hindari makanan laut
7. Jangan memelihara binatang berbulu dirumah ( anjing, kucing, burung )
8. Gunakan pakaian hangat jika cuaca dingin
9. Hindari aktifitas yang dapat membuat tubuh kelelahan
10. Selalu sediakan obat asma di rumah/ di tas
11. Jika menggunakan obat steroid hirup, setelah menghirup obat ini dianjurkan berkumur
dengan air hangat untuk menghindari efek sampingnya berupa jamur pada
kerongkongan dan pita suara
12. Jika asma terlanjur kambuh, hentikan aktifitas dan segera beristirahat
13. Obati serangan secara dini, jangan menunggu sampai sesak nafas
14. Jika setelah minum obat tidak terjadi perbaikan, harus segera berobat ke UGD rumah
sakit terdekat.

G. Penanganan Penyakit Asma :

1. Secara non farmakologik (penanganan tidak dengan obat)

Pendidikan pada penderita mengenai penyakitnya sehingga dapat menyikapi penyakitnya


dengan baik
Menghindari penyebab/pencetus serangan (allergen) dan kontrol lingkungan hidupnya
Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau olah raga yang bermanfaat
memperkuat otot pernapasan, misalnya berenang
Fisioterapi, sehingga lendir mudah keluar
2. Secara farmakologik (penanganan menggunakan obat)

Pereda serangan/ pelonggar saluran nafas, misalnya Salbutamol, Aminofilin


Pencegah serangan berulang, misalnya Prednisone, Dexametason
Pengencer lendir, misalnya Bromhexin, Ambroxol

LAPORAN PELAKSANAAN

Waktu : Selasa, 28 Oktober 2013, jam 10.00 10.30 WIB


Tempat : Balaidusun Sumberejo Krajan Kec. Gedangan
Sasaran dan Target : Ibu dan bapak balaidusun Sumberejo krajan

Pelaksana
1. Penanggung Jawab : Hermanto
2. Ketua : Dwi Yuli Ainul Yakin
3. Sekretaris : Retno Wulandari
4. Moderator : Dani Bryan Ristantan
5. Penyaji : Arazyana Hasria Dewi
6. Observer : Maria Ulfa
7. Dokumentasi : Erni Tegawati

Acara
1. Penyajian materi tentang penanganan dan pencegahan Asma
2. Diskusi dan tanya jawab.

Evaluasi
Kegiatan berjalan dengan lancar, diikuti oleh para warga di balaidusun Sumberejo Krajan,
Mahasiswa menjawab semua pertanyaan dan warga pun memperhatikan dengan penuh
antusias.
Daftar Hadir
Terlampir

Anda mungkin juga menyukai