Anda di halaman 1dari 15

A.Bima Duta Astana P.

(9b)

Sebuah Perjalanan yang Berkesan


Nama lengkap saya adalah Antonius Bima Duta Astana Prihandono. Saya biasa dipanggil
dengan nama Bima. Saya berasal dari SDS Santo Yosef-Duri. Saya masuk ke SMP Santo Yosef
karena rekomendasi dari orang tua saya.

Dihari pertama sekolah saya akan mengikuti MOS. Saya berangkat dari rumah dengan
perasaan sedikit deg-degan karena belum mengatahui bagaimana keadaan sekolah baru saya.
Perjalanan dari rumah saya ke sekolah ditempuh selama 30 menit. Sesampainya di sekolah
ternyata muridnya 90% adalah tamatan dari SD Santo Yosef. Walaupun begitu saya masih
merasa deg-degan. Ketika saya berjalan di gerbang sekolah saya melihat ada banya orang
berkerumun. Saya juga ingin mengetahui apa yang mereka lihat. Ternyata yang mereka lihat
adalah pembagian kelompok MOS. Saya langsung mencari nama saya dan saya mendapat warna
merah. Saya dipanggil oleh salah satu guru untuk mengikat pita berwarna merah di tangan saya.

Tetttt..Tetttt Tetttt bel berbunyi dengan keras, saya sangat terkejut karena
suaranya yang keras berbeda dengan SD yang memakai lonceng besi. Beberapa menit kemudian
kepala sekolah datang dan membariskan kami semua berdasarkan kelompok. Kami diberikan
pengarahan mengenai jalannya MOS. Kira-kira 30 menit kemudian kami dimasukan kedalam
kelas masing-masing. Kebetulan saya ada di kelas 7A. walaupun orangnya rata-rata adalah
alumni SD Santo Yosef, saya masih merasa belum memiliki teman. Dikelas saya hanya berdiam
diri melihat guru sedang berbicara. Saya merasa ingin cepat-cepat pulang ke rumah.

Sekitar 3 hari kami melakukan MOS. Banyak hal-hal yang dapat menjadi pelajaran bagus.
Hal yang saya takutkan adalah senioritas. Dan syukurlah hal tersebut tidak terjadi. Kakak kelas
saya tak ada yang kasar pada kami. Hal ini membuat saya merasa nyaman ada di SMP Santo
Yosef.
Hal yang saya nantikan telah tiba. Hal tersebut adalah pengumunan pembagian siswa
kelas 7. Saya sangat menantikan siapa yang akan jadi teman saya selama 1 tahun kedepan. setelah
melihat pengumuman, saya merasa lumayan senang karena orang-orangnya rata-rata baik.

Saya ditetapkan menjadi siswa kelas 7b dengan wali kelasnya sewaktu itu adalah Ibu
Ervides. Ibu Ervides adalah seorang guru matematika yang menjadi guru pembimbing untuk
olimpiade matematika. Di hari pertama belajar kami hanya melakukan sedikit perkenalan pada
semua orang di kelas.

Diawal semester pertama kami semua mengikuti perayaan kemerdekaan. OSIS


mempersiapkan bermacam-macam pertandingan. Cukup seru memang, tetapi ada hal yang sedikit
tidak menyenangkan. Dalam pertandingan futsal kami di diskualifikasi karena tidak sesuai
persyaratan. Tetapi, karna kami meminta agar panitia tidak mendiskualifikasi kami, akhirnya
mereka memperbolehkan kami mengikuti pertandingan perdana kami di SMP Santo Yosef.
Sialnya, kami hanya menanggung malu karena kalah dari kelas 7d. Pertandingan diselesaikan
dengan adu pinalti. Sungguh disayangkan, tak satupun dari pemain kami yang berhasil membobol
gawang lawan. Ya, termasuk saya. Sejak saat itu kami dicap kelas yang paling buruk tim
futsalnya. Apa boleh buat?. Tetapi, dibalik duka ada sukanya. Tim tarik-tambang kami adalah tim
yang paling ditakuti di kelas 7. Karna kami memiliki 6 orang yang berbadan besar dan bertenaga
layaknya gajah. Berlebihan memang, tetapi julukan itu cocok untuk mereka. Mereka lolos ke
babak final dengan mudah. Di babak final mereka bertemu dengan kelas 7d. kelas yang
mempermalukan kami dipertandingan perdana kami. Ini adalah saat yang tepat untuk membalas
dendam. Saya pikir karna ini adalah final mereka harus berjuang dengan susah, ternyata mereka
menang dengan mudah. Selesai pertandingan saya bertanya pada salah satu dari mereka susah
lawannya?, dia menjawab gampang kali-pun.. kyk gak keluar tenagaku rasanya. Dan kami
menjadi kelas yang memiliki tenaga terkuat dibanding kelas-kelas lainnya.

Selama proses pembelajaran pelajaran matematika, Bu Ervides merasa bahwa saya


memiliki kemampuan lebih dari siswa lainnya. Dan disaat pemilihan pengembangan diri ibu itu
mewajibkan saya untuk ikut pengembangan diri matematika. Seharusnya saya sudah bersepakat
pada teman saya untuk mengikuti pengembangan diri badminton. Awalnya saya merasa marah
karna saya merasa saya tidak bebas seperti anak lainnya yang dapat memilih pengembangan diri
mereka masing-masing sesuai keinginannya. Tetapi, Ibu Ervides tetap mengharuskan saya untuk
masuk ke pengembangan diri matematika. Ya sudah, saya akhirnya menerima hal ini.

Selama menjalani pengembangan diri matematika saya merasa biasa saja. Tetapi perasaan
ini berubah saat dilakukan seleksi olimpiade untuk kelas 7. Dan ajaibnya saya lolos dalam 2
tahap seleksi. Saya merasa sangat senang karena ini adalah kali pertama saya menjadi wakil
sekolah dalam olimpiade.

Perwakilan dari kelas 7 ada dua. Saya dan teman saya satu lagi. Namanya adalah Wiliam,
dia siswa dari kelas 7e. Sejak saat itu kami menjadi teman yang sangat dekat. Kami hanya tinggal
menunggu siapa yang akan menjadi perwakilan dari kelas 8. Setelah melalui 2 tahap seleksi
akhirnya ditemukan siapa yang menjadi perwakilan Santo Yosef. Mereka adalah: Perina,
Emyrandam, Rika, Wahyudi, dan Rafael.

Dihari pertama kami melakukan persiapan menghadapi olimpiade saya hanya berdiam
diri karena saya tidak kenal mereka. Saya hanya berbicara pada Ibu Ervides dan William. Tetapi,
beberapa minggu kemudian saya sudah dapat mengenal mereka dengan baik. Ternyata mereka
semua adalah orang yang sangat humoris dan sangat baik. Mereka sangat perhatian pada kami
berdua karna kami adalah orang baru ditim itu.

Hal yang paling menyenangkan adalah saat seminggu sebelum berangkat olimpiade.
Kami belajar di perpustakaan sejak pagi hari sampai sore. Saya sangat senang karena tidak ikut
belajar di dalam kelas. Dan juga saya merasa sangat bangga ketika saya pergi keluar kelas untuk
belajar di perpustakaan. Tetapi, ada satu hal yang sangat tidak menyenangkan saat belajar
persiapan olimpiade. Hal tersebut ialah, saya merasa capek melihat anggka dan otak saya terasa
sudah penuh karena dari pagi sampai sore kami hanya belajar matematika.

Materi pelajaran yang kami pelajari ternyata sangat banyak. Dengan waktu yang ada kami
berusaha belajar dengan lebih efektif agar dapat menyelesaikan semua materi. Materi
pembelajarannya tak seperti yang saya bayangkan, saya diharuskan memakai otak dengan ekstra.
Mungkin anak-anak lain akan pusing melihat materi yang kami pelajari. Tak ada satupun materi
yang mudah.

Terkadang karna saya adalah orang termuda dalam kelompok, saya hanya diam melihat
senior menjelaskan. Ketika mereka Tanya Bima ngerti? saya jawab ngerti, mereka bertanya
lagi apanya yang ngerti, coba ulangi, saya jawab lagi gak tau. Terkadang mereka geram
melihat saya karna saya seperti tidak tau apa-apa. Tetapi, Ibu Ervides bilang dia diawal-awal
Cuma diam-diam seperti ga tau apa-apa tapi nanti diakhir bisa dijawabnya semua. Kata-kata ini
membuat saya sangat bangga karna saya merasa memang kepribadian saya seperti itu. Perhatikan
diawal, terapkan diakhir. Hari-hari kami jalani dengan belajar matematika saja.

Dan hari yang saya tunggu-tunggu telah tiba. Kami datang ke sekolah dengan
mengenakan baju bebas karena akan berangkat menuju Pekanbaru. Kami membawa koper
masing-masing karena kami akan menginap di Pekanbaru selama 5 hari. Kami datang ke sekolah
pagi hari dan kami akan berangkat di siang hari. Tetapi ada satu hal yang membuat kami kecewa,
kami tidak di doakan bersama-sama. Walapun memang hal tersebut tidak terlalu penting, tetapi
hal sesederhana itu akan membuat kami semakin semangat dan percaya diri untuk mengikuti
olimpiade.

tin..tin..., suara mobil yang akan membawa kami ke Pekanbaru. Saya begitu
bersemangat. Sebelum berangkat kami berdoa bersama dengan semua guru yang ada lalu
berpamitan pada orang tua. Memang sedih rasanya pergi jauh dari orangtua untuk pertama
kalinya, tapi kesedihan ini bercampur dengan rasa bangga.

Saya merasa bosan selama perjalanan, tetapi saya mencoba untuk menghibur teman saya
dan diri saya sendiri dengan candaan. Sekitar 3 jam kami berjalan, kami berhenti di sebuah rumah
makan. Saya merasa senang karena ditraktir makan oleh ayahnya bang Wahyudi. Setelah selesai
makan saya berjalan-jalan di kolam sebelah rumah makan tersebut. Saya menikmati
pemandangan mobil dan trus yang sedang melaju kencang.

Lima menit kemudian saya dipanggil untuk melanjutkan perjalanan. Sekitar setengah jam
kamipun sampai di Pekanbaru. Saya merasa ini seperti sedang berlibur. Sekali lagi saya merasa
senang karna ini merupakan pertama kalinya saya keluar kota untuk berkompetisi. Kami sempat
tersasar karena tidak tau dimana lokasi penginapan kami. Saat itu lalu lintas sedang padat. Saya
tak suka mendengar suara klakson mobil.

Setelah berputar-putar di tengah kota selama kurang-lebih 15 menit akhinya kami sampai
di lokasi tempat kami menginap. Saya suka lokasinya karena ada di sebelah barat gereja Santa
Maria. Kamipun diajak masuk ke kamar kami. Ada kamar untuk laki-laki dan kamar untuk
perempuan. Ketika pintu kamar dibuka kami langsung berebut tempat tidur. Tempat tidurnya ada
yang di atas dan ada yang di bawah. Saya terlalu lambat dan kedapatan tempat tidur yang di
bawah.

Ketika sore hari saya mengajak William untuk berjalan-jalan di daerah situ agar bisa
beradaptasi. Ketika berjalan di depan gedung saya merasa gembira ketika tau bahwa di depan
kami ada SD Santa Maria. Yang membuat saya gembira bukan sekolahnya melainkan jajanan
yang ada di depan sekolah. Saya yakin jajanannya pasti enak. Tetapi, saat itu saya tidak membeli
jajan dulu karna masih agak mual akibat terlalu lama di mobil.

Matahari sudah tenggelam, kami semua berjalan mencari rumah makan. Tak satupun dari
kami yang tau dimana rumah makan yang makanannya enak. Di malam itu kami memutuskan
untuk makan di sebuah rumah makan masakan padang. Saat itu hp saya dipinjam sama anas
untuk foto selfi. Kurang lebih setiap moment dia memfoto sampai 30 kali. Memori hp saya hampi
penuh karena foto-foto selfi dia. Setelah selesai makan kami kembali ke penginapan.

Besok kami semua belum bertanding. Besok acara kami hanya pendaftaran ulang dan
acara pembukaan. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh. Kami disuruh tidur oleh Bu Vides.
Kami sepakat untuk pura-pura tidur dan setelah ibu itu tidur kami bermain-main. Tapi semua tak
berjalan sesuai rencana, saat akan pura-pura tidur ternyata semua malah tidur benaran. Keesokan
paginya saya kami dibangunkan. Pagi itu suasananya sangatlah berbeda. Yang biasanya saya
dibangunkan oleh mama saya sekarang dibangunkan oleh teman saya. Ketika bangun tidur saya
sempat terdiam sejenak karena agak bingun. Tapi saya mencoba untuk sadar. Ketika sudah
tersadar saya langsung mandi dan kami dijemput untuk berangkat ke UNRI. Di dalam mobil kami
tak banyak bicara. Kami hanya diam sampai di lokasi tujuan kami. Sesampainya disana, bisa
dibilang kami adalah orang pertama yang datang. Tempat itu masih sepi. Kios-kios makanan
belum ada yang buka dan tenda pendaftaran belum dibuka. Kami masih harus menunggu sekitas
1 jam sampai kegatan mulai.

Tatapi, di dekat pintu masuk sudah ada warung yang buka. Warung tersebut menjual nasi
goreng. Kamipun sarapan di tempat itu. Sebenarnya saya tak suka jika makan nasi goreng saat
pagi hari. Karna itu yang dihidangkan saya harus memakannya sampai habis. Setelah makan
kami menuju ke pos pendaftaran lalu mendaftarkan diri kami lagi. Setelah itu panitia menyuruh
kami untuk langsung masuk ke gedung tempat pembukaan olimpiade berlangsung. Ini merupakan
moment bersejarah dalam hidup saya.
Ruangan dilengkapi dengan ac yang cukup dingin. Lampu dimatikan dan pembawa acara
mulai menyapa kami. Saya sangat terhibur saat mereka menampilkan pertunjukan drama musical.
Sekitar setengah jam kami diberi arahan, diberi tahu aturan, dan lain-lain. Setelah itu kami
beristirahat di UNRI sampai sore.

Besok saya masih belum bertanding. Jadi saya masih bisa beristirahat dulu. Tetapi saya
belum pingin untuk tidur dan saya jadinya ikut membahas soal bersama teman saya yang akan
bertanding besok. Awalnya niat kami ingin belajar. Tetapi karena bosan kami bermain Tanya
jawab. Yang kala mukanya ada di coret pakai bedak. Saat itu saya merasa kami itu sangat
kompak. Entah itu hanya perasaan saja atau itu kenyataan, sayapun tak tau.

Keesokan harinya team CMC akan bertanding. Jika kalian belum tau, CMC itu artinya
club math competition. Klau dalam bahasa Indonesia artinya kompetisi matemarika bergrub.
Perwakilan CMC untuk Santo Yosef itu kak Emyranda, kak Rika, dan Kak Perina. Pertandingan
ini dibagi menjadi beberapa tahap. Dari tahap 1 sampai tahap final. Setelah menjalani tes, muka
mereka berubah. Sebelum masuk muka mereka ceria, dan setelah keluar aura kesuntukan
Nampak. Mereka mengeluh Karena soalnya sangat sulit. Mendengar itu saya merasa agak takut
karena besok giliran saya yang akan berjuang. kalian masih pertama kali, yang dicari
pengalaman dulu bukan kemenangan kata Bu Vides. Mengdengar perkataan itu saya merasa
lebih tenang.

Hari sudah berganti, saat ini giliran saya yang bertanding. Kalau yang tadi CMC sekarang
saya IMC. Kepanjangan IMC adalah individual math competition. Ini adalah pertama kalinya
saya berkompetisi. Saya masuk dan duduk lalu menenangkan hati dahulu. Saya hanya berharap
yang terbaik. Setelah mendapat beberapa pengarahan dari pengawas kami dibagikan lembar soal.
Bayangn saya tentang soal kompetisi adalah seperti soal pelajaran sekolah pada umumnya tapi
sewaktu saya buka soalnya hehehe badan saya langsung tidak enak. Tipe soalnya jauh dari
perkiraan saya Materi-materi soal olimpiade sangat susah dibutuhkan daya nalar dan kreativitas
super untuk menyelesaikannya. tipe soal olimpiade menuntut peserta untuk berinovasi dengan
teori-teori matematika yang dikuasainya. Karena itu saya suka senyum-senyum kalau ada peserta
yang hadir di arena masih sambil menenteng buku-buku rumus. Ketahuan kalau mereka
kayaknya belum pengalaman mengikuti kompetisi semacam ini kayak saya awalnya tapi nggak
salah juga sih hehehe, contoh soalnya seperti ini
1/(2x3) +1/(3x4) + 1/(4x3)+......+1/(2007x2008)=....

kalau kita tidak memiliki dasar yang kuat pasti kita akan menjumlah secara manual
sampai sekitar 1000 suku dan waktunya juga pasti akan lama tapi berhubung waktu itu saya
belum punya dasar sama sekali sehingga saya jumlah secara manual sampai keblinger hehehe tapi
karena capek sehingga saya pindah ke soal berikutnya yang lebih susah, mungkin hanya soal
nomor 1 dan 2 yang standar, waktu itu saya hanya mengerjakan 8 dari 20 nomor dengan
menggunakan rumus luar angkasa hehehehe. Saya waktu itu betul-betul panas dingin terserah
mau bilang lebay atau tidak tapi begitulah kenyataannya. Saya seperti tak bisa berpikir lagi.
Semua soal terasa sangat sulit. Tetapi, saya bisa mengerjakan semua soal walaupun agak asal-
asalan. Setelah keluar dari ruang tes saya seperti bisa menghirup udara segar lagi. Besok dan lusa
saya masih harus mengikuti tes karena tesnya ada tiga kali.

Hari ini saya menjalani tes yang ke-2. Saya berpikir saya harus bisa menyelesaikan semua
soal. Ternyata sama seperti tes pertama. Soalnya tetap susah. Dan di tes ketiga juga tetap sama.
Setelah selesai menjalani semua tes saya hanya berpikir saya mendapat peringkat keberapa nanti.
Pengumuman sudah keluar. Bang Rafael medapat peringkat 61 dan saya mendapat peringkat 24.
Tak terlalu tinggi memang tetapi saya merasa sangat senang karena saya mendapat peringkat 24
dari 204 orang. Hal ini tak akan saya lupakan.

Ketika malam hari kami semua berkumpul kecuali Bu Vides karena ibu itu sudah tidur
duluan. Kami berkumpul dan Anas bercerita kalau kami diikuti semacam arwah dari UNRI. Dia
menggambarkan kalau arwah tersebut perempuan dengan beberapa jahitan di mukanya. Seketika
saya langsung merinding mendengarkan hal itu. Tapi seru juga untuk uji nyali. Dan dia
melanjutkan kalau arwah cewek itu mengikuti bang Rafael sehingga bang Rafael sakit.
Memangsih bang Rafael tadi tiba-tiba sakit tanpa sebab. Matanya merah berair. Dan juga ia
bilang jika arwah wanita itu terkadang mengintip lewat jendela kecil yang ada di atas pintu.
Ketika ia bilang hal itu saya tak berani keluar kamar. Percaya gak percaya saya menjadi takut.
Tak hanya saya, semua orang yang mendengar cerita itu jadi takut. Tak satupun dari kami yang
bisa tidur. Mereka semua merasa ketakutan. Untuk menghilangkan ketakutan kami, kami
membaca alkitab lewat aplikasi alkitab online dari hp Bang Wahyudi dan kami berdoa bersama-
sama. Ketika selesai saya merasa jauh lebih tenang, tetapi perasaan takut masih ada. Dan saya
akhinya ketiduran karena ngantuk.
Sudah 6 hari kami di Pekan Baru dan di hari ini kami harus pulang. Hari ini tanggal 14
Februari dan kita tau hari ini adalah hari valentine. Pasti semua orang tau apa itu valentine. Agak
sedih memang tak bisa melihat perayaan valentine di SMP Santo Yosef. Ada dua orang yang
memberi saya coklat. Saya merasa senang karena saya merasa ada yang peduli padaku. Tetapi
ketika saya sudah pulang ke rumah, salah satu coklatnya hilang. Rasanya coklat tersebut
ketinggalan di mobil.

Itu adalah kisah olimpiade pertama saya. Hal yang paling berkesan buat saya selama kelas
7 karena dari olimpiade ini saya bisa belajar banyak. Mulai dari cara hidup tanpa orang tua dan
lain-lain. Tetapi kisah tentang olimpiade belum berhenti sampai disini. Saya akan menceritakan
lagi kisah yan tak kalah berkesannya.

Sudah satu tahun saya belajar di SMP Santo Yosef dan saya sudah naik kelas ke kelas
delapan. Dan di kelas delapan lah saya merasa puncak kesenangan saya belajar di SMP Santo
Yosef. Kenapa?

Saya dipercaya kembali untuk mewakili SMP Santo Yosef dalam olimpiade matematika
seRiau ke 16. Untuk tahun ini teman saya itu William Zhuo, William Alexander, Glenaya,
Boiman, dan Icasia. Sewaktu kami sedang bimpres, bu Ervides menyuruh kami untuk setiap
orang mengerjakan 3 soal lalu menjelaskan apa yang sudah ia kerjakan secara bergantian. kami
semua merasa malas mengerjakan itu karna rasanya kami sudah banyak mengerjakan soal. ibu
tinggal dlu ya, kalian bahas itu dlu nanti ibu balek kata Bu Vides. Kami sepakat jika ibu itu
datang kami dan bertanya bilang aja udah selesai. Dan sekitar 30 menit kemudian ibu Vides
kembali dan bertanya udah sampai mana?, Aku menjawab udah selesai bu. emg apa aja
yang sudah kalian bahas? tanya Bu Ervides lagi. Saya tak tau mau menjawab apa karna kami tak
membahas apa-apa. Jadi saya hanya terdiam dan menatap ke teman saya yang lain untuk
membantu mencari alasan. Untungnya Ica bilang ke Bu Vides mana ada yang diingatnya itu apa
yang sudah kami bahas dan Bu Vides pun percaya kalau kami sudah membahas soal. Ketika Bu
Vides keluar lagi kami semua langsung tertawa dan berkata mission success.

Hari sudah berganti dan kami akan pergi ke PekanBaru. Sebelum pergi kami disuruh ke
tengah lapangan. Rasa bangga bercampur rasa malu saya rasakan. Dan sebelum pergi kami
berkumpul di depan tata usaha dengan para guru untuk berdoa secara khusus. Glenaya dan
William A. sama seperti saya ketika tahun lalu. Ini adalah olimpiade pertama mereka. Sebelum
pergi saya melihat muka Glenaya yang menunjukan ekspresi sedih karena susah jauh dari orang
tua. Dan juga ibunya Glenaya menangis karena tak bertemu anaknya selama seminggu.

Untuk tahun ini perjalannya tak enak karena kami hanya naik 1 mobil. Jadinya kami harus
sempit-sempitan. Kerena sempit saya merasa pegal sekali. Ketika kami sampai dan turun dari
mobil saya merasa sangat amat lega. Pegal saya langsung hilang seketika. Kami masih menginap
di tempat yang sama. Ketika masuk kamar kami langsung rebutan tempat tidur dan untuk tahun
ini saya mendapat tempat tidur di atas. Sama seperti tahun lalu saya menjadi wakil di IMC.

Di hari pertama, jadwal kami adalah pembukaan. Tak seperti tahun lalu, tahun ini yang
ikut pembukaan hanya 3 orang. Alhasil, kami berempat menunggu diluar sampai pembukaan
selesai. Untuk mengusir rasa bosan kami bermain TOD. TOD adalah singkatan dari True Or
Dare. Jadi di permainnan ini kita akan bertanding dan yang kalah akan diberi hukuman. Kami
sangat terhibur ketika bermain game ini. Lumayanlah bosan kami sudah hilang. Sekitar setengah
jam berlalu, pembukaan akhirnya berakhir. Kami pun pulang ke penginapan dan belajar untuk
besok. Besok yang akan bertanding adalah kelompok CMC. Mereka disuruh belajar oleh Bu
Ervides. Memang sih mereka belajar, tetapi mereka belajarnya hanya 15 menit dan mereka main
kartu UNO selama 1 jam. Saya juga ikutan main kartu walaupun awalnya saya tak tau gimana
cara mainnya. Jam sudah menunjukan pukul 11 kami pun harus tidur. Semua sudah tidur tapi
saya masih belum tidur karena masih chatting dengan teman saya. Tetapi saya ketiduran juga
karena sudah mengantuk.

Keesokan harinya kami dijemput untuk pergi ke UNRI. Sekitar jam 8 kelompok CMC
mulai menjalankan tes. Hal yang membosankan adalah ketika harus menunggu mereka selesai
tanpa melakukan apapun. Saya hanya duduk bengong selama 2 jam. 2 jam yang terasa sangat
lamapun berlalu. Dan sayangnya mereka tidak lolos untuk putaran pertama ini. Dan merekapun
sudah gugur. Giliran kami kelompok IMC yang akan tes. Ketika mengerjakan soal saya tetap saja
merasa soal itu sulit walaupun saya sudah kelas 8. Tetapi saya masih lebih mudah
mengerjakannya dibandingkan tahun lalu.

Untuk tahun ini pengumumannya keluar lebih cepat dan menurut saya tahun ini peringkat
kami rendah. Saya mendapatkan peringkat 29. Turun 5 dibandingkan tahun lalu. Ica dan Glenaya
mendapat peringkat 60an. Tak ada yang istimewa dari hal yang kami dapatkan. Kamipun kembali
ke penginapan dengan perasaan agak kecewa. Untuk melupakan hal itu kami bermain jujur-
jujuran. Ketika bermain jujur-jujuran kami sangat terhibur. Banyak rahasia-rahasia kami yang
terungkap. Dari sapakan orang yang dia suka sampai apa aja kisah unik bersama pasangan. Dan
ketika malamnya kami mengalami kejadian horor.

Kejadian ini bermula saat kami sedang mau tidur. Sebelum tidur kami bercerita-cerita
dulu. Tetapi Boiman mau pipis. Jadi dia ke kamar mandi sendirian. Letak kamar mandinya ada di
luar kamar jadi dia harus keluar kamar dulu. Ketika kami sedang bercerita dia masuk ke kamar
dan berkata dengan nada agak marah:

Boiman : Will..ngapain kau matikan lampu?!?!?

William : Mana ada kumatikan lampu.

Boiman : Jadi sapa yang matikan lampu?

Saya : Mana ada kami yang keluar, dari tadi kami disini cerita-cerita.

Boiman : ih serius lah wee... jadi takut aku

Seketika kami semua langusung merasa takut. Kami sempat berdebat karena Boiman
mengira kami berbohong. Karena kejadian itu saya jadi teringat cerita Anas saat tahun lalu. Dan
karena takut kami semua merasa ingin pipis. Sebenarnya kami takut ke kamar mandi. Jadinya
kami perginya rame-rame. Kami menggunakan kamar mandi yang paling ujung. Kami masuk
satu persatu secara bergantian. Ketika kami mau kembali ke kamar tiba-tiba suasana menjadi
hening. Dan tiba-tiba terdengar suara air keran dari kamar mandi yang pertama. Yang awalnya
kami takut kami jadi sangat takut. Tak ada yang berani lewat, kami dorong-dorongan supaya ada
yang lewat duluan. Ayo.. yang paling tua duluan kata William. Kebetulan sayalah yang paling
tua. Saya menjawab aku yang paling takut, aku pula disuruh duluan. Dan kami semua sepakat
dalam hitungan ketiga semua lari ke kamar. 1..2...3... LARI!!! Semua langsung lari. Ketika
sampai di kamar saya merasa lega. Karena ketakutan tak ada yang bisa tidur. Alhasil sebelum
tidur kami memutuskan untuk berdoa bersama-sama. Dan kami berjanji kalau ini adalah rahasia
kami anak olimpiade matematika saja.

Besok adalah hari terakhir kami disini. Kami membereskan barang-barang kami agar
besok langsung pulang. Saya merasa senang bisa mengikuti olimpiade semacam ini. Dan ketika
saya kelas 9 saya tak bisa lagi mengikuti olimpiade karena syaratnya adalah harus kelas 7 dan 8.
Beberapa minggu kemudian saya dan William dipanggil oleh Bu Vides. Kami diberi tahu
kami akan mengikuti seleksi OSN tinggkat kecamatan besok. OSN adalah Olimpiade Sains
Nasional. OSN dibagi menjadi 3 bidang, yaitu: IPA, IPS, dan matematika. Saya merasa ini
mendadak sekali. Saya hanya memiliki sedikit sekali persiapan. Perwakilan dari Santo Yoseg ada
6 orang. Besoknya kami pergi ke SMP Mutiara yang merupakan tempat diadakannya seleksi
OSN tingkat kecamatan. Untuk seleksi ini saya merasa soalnya terlalu mudah untuk
dikategorikan sebagai soal olimpiade. Sebagian soal sudah pernah kami bahas. Dan ketika
mengerjakan soal kami diberi susu. Dan dari 6 orang yang lolos ada 3 orang. 3 orang ini adalah
Saya, William, dan Wandes. Kami akan mengukuti OSN tingkat kabupaten yang akan diadakan
di Bengkalis. Bangkalis ke Duri menghabiskan waktu selama 8 jam. Dan selama 8 jam kami
bertiga bercerita-cerita. Kami juga harus menyebrang ke pulaunya dengan menggunakan kapal.
Saya merasa senang melihat air yang ditiup oleh angin. Sekitar 10 menit kamipun sampai ke
tujuan kami. Kami pun menelpon teman yang lain untuk menanyakan dimana letak hotel yang
akan dipakai untuk OSN. Saya lupa nama hotelnya tetapi hotenya terletak di tepi pantai dan itu
hotel bintang 3. Saya merasa kecewa melihat kondisi kamarnya. Tiap kamar dibatasi oleh dinding
yang terbuat dari kayu. Tempat tidurnya yang kecil dan yang paling membuat tidak enak adalah
klosetnya mampet. Awalnya kami merasa senang karena kami hanya bertiga di kamar itu. Bu
Ervides ada di hotel yang berbeda, tetapi ternyata panitia memindahkannya jadi di hotel yang
sama. Tetapi bu ervides minta supaya dia tidur bersama kami. Kami tak ingin karena kami
jadinya tak bisa tidur lama-lama. Tetapi, apa boleh buat. Tak mungkin kami menolak.

Besok kami ingin melihat sunset, tetapi kami lupa kami tak bisa melihat karena posisi
terbitnya matahari letaknya berlawanan dengan posisi pantai. Jadinya kami hanya bisa melihat
saat matahari terbenam. Ketika pagi hari kami bertiga turun kebawah untuk sarapan. Ketika
sampai dibawah kami ambil piring dan menganbil apa yang kami mau. Saya waktu itu makan
nasi goreng dan minum kolak pisang. Selesai makan kami kembali ke kamar dan segera bertukar
pakaian agar langsung mengikuti seleksi OSN. Sesampainya di ruangan tempat seleksi dimulai
kami masih harus mengatur posisi tempat duduk. Saya mengira karena ini merupakan seleksi
diatas tingkat kecamatan jadi soalnya tak terlalu sulit. Ketika dibagikan lembat soal, saya
langsung bingung melihat soalnya. Soalnya memang gampang tetapi jawabannya sangat amat
sulit. Ada soal pilihan ganda ada isian, dan ada essay. Dari 30 soal saya hanya bisa jawab 5. Dan
ketika waktu sudah tak memungkinkan lagi saya menngunakan perasaan. Saya menjawab mana
yang menurut saya angkanya bagus. Saya hanya tebak-tebak saja. Dan jika saya lolos itu
mungkin sebuah keberuntungan yang sangat beruntung. Kamipun langsung pulang sorenya. Dan
kami sampai ke rumah masing-masing ketika sudah jam 10 malam.

Waktu itu adalah perayaan malam paskah. Tiba-tiba Bu Katarina memanggil saya dan
bertanya mama mana?. Saya awalnya takut mungkin saja karena saya ada masalah. Ternyata
Bu Katarina mau memberitahu bahwa saya lolos seleksi tingkat kabupaten dan saya akan
melanjutkan ke tingkat provinsi. Kesenangan saya tak bisa tertahankan. Ternyata keberuntungan
saya sedang sangat baik. Sayapun bertanya selain saya sapa lagi bu?. Bu Katarina menjawab
Wandes. Ternyata William tidak lolos. Sungguh disayangkan memang, padalhan saya ingin dia
juga lolos. Tapi apa boleh dikata. Dihari seninnya saya harus berangkat ke Pekanbaru untuk
mengikuti karantina selama seminggu. Sewaktu berangkat ke sekolah di hari Senin saya
terlambat. Saya dan Wandes di panggil ke tengah lapangan untuk berdoa bersama agar kami
diberkati oleh Tuhan. Ketika semua orang bertepuk tangan saya merasa sangat bersyukur
terhadap apa yang telah terjadi saat ini. Untuk kali ini guru pembimbing kami dari SMP Cendana.
Sesampainya di PekanBaru kami pergi ke Hotel Furaya tempat kami menginap dan tempat
diadakannya seleksi olimpiade tingkat provinsi. Saya merasa senang karena saya bisa tinggal
seminggu di dalam hotel. Ketika kami mendapat bimbingan dari dosen UNRI saya merasa
bingung juga. Pelajarannya membingungkan. Ditambah lagi ruangannya sangat dingin. Saya juga
lupa membawa jaket. Dalam sehari kami belajar sampai jam 5 dan kami snack 2 kali. Dalam
sehari kami makan 3 kali dan makannya enak-enak tiap harinya. Ini adalah olimpiade ternyaman
menurut saya. Ketika kami sudah selesai menjalani karantina kami mengikuti penutupan
karantina OSN. Ternyata, kami diberi uang saku kurang lebih 300 ribu rupiah. Dan beberapa hari
lagi kami akan kembali kesini untuk seleksi olimpiade.

Seminggu kemudian kami berangkat lagi ke PekanBaru. Saya ingat waktu itu saya
kedinginan jadi saya membawa jaket. Sesampainya di hotel yang sama kami diberi kunci kamar.
Kami istirahat sebentar lalu ke ruang pembukaan untuk melihat pembukaan OSN. Keesokan
harinya kami menjalankan seleksi dan ternyata soalnya lebih susah lagi dari seleksi di kabupaten.
Setelah selesai menjalani seleksi kami diberi waktu bebas jika ingin jalan-jalan karena letak hotel
Futaya dekat dengan Mall Pekanbaru. Saya dan Wandes pergi ke mall hanya untuk membeli roti.
Keesokan harinya adalah hari terakhir kami dan akhir dari semua olimpiade saya. Saya
mendapatkan uang saku lagi. Dan ketika pengumumannya di beritahukan saya dan Wandes tidak
lolos. Ya tak apalah. Saya terasa terhibur karena saya mendapatkan rangking 3 umum. Di
tahun ini semua terasa begitu menyenangkan dan saya akan naik ke kelas 9. Puncak kejenuhan
seorang siswa.

Saya pun naik ke kelas 9 dengan hati yang gembira. Dan di kelas 9 hal yang saya nantikan
adalah retret.

Retret adalah agenda tahunan bagi SMP Santo Yosef. Kegiatan ini diikuti oleh siswa
kelas 9. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyadarkan siswa akan tindakannya selama ini
dan persiapan jiwa untuk menghadapi UN. Selain retret, kami akan berpariwisata ke berbagai
kota.

Siswa yang mengikuti retret sekitar 140 orang. Hal pertama yang dilakukan adalah
pembagian kamar tidur dan bus. Totalnya ada empat bus dan satu mobil kecil. Saya ada di bus
nomor 2. Kami berangkat pada tanggal 29 Januari 2017. Sebelum berangkat kami berbaris
menurut bus dan berdoa bersama. Setelah itu barulah kami naik ke bus masing-masing untuk
berangkat.

Tujuan pertama kami adalah Rumah Retret Fransikan yang berlokasi di Nagahuta,
Sumatra utara. Kami berangkat dari Duri pada jam 4 siang dan sampai di tujuan pada jam 6 pagi.
Kami hanya memiliki waktu yang singkat untuk beres-beres karna tepat pada pukul 7 kami akan
sarapan. Sebelum dan sesudah makan kami harus berdoa. Setelah selesai sarapan kami diberi
waktu untuk beristirahat sebentar lalu kami harus mengikuti pertemuan. Yang akan membimbing
kami di rumah retret adalah bruder. Nama bruder itu adalah Bruder Lukas, Bruder Romi, dan
Bruder Egi.

Dalam pertemuan pertama, kami diajarkan mengenai godaan. Kami diberi tahu apa saja
godaan dalam kehidupan dan bagaimana cara menolaknya. dalam pertemuan ini juga kami
menari dengan diiringi lagu more-more. Setelah kira-kira 1,5 jam kami mengikuti pertemuan
kami snack siang. Kami diberi waktu istirahat lagi dan kemudian makan siang. Setelah itu kami
mengikuti pertemuan selanjutnya. Setelah sekitar 2 jam kami selesai mengikuti pertemuan ke-2.
Kami kemudian snack sore dan beristirahat cukup lama. Disaat malam kami mengikuti
pertemuan yang terakhir dan pertemuan ini adalah pertemuan yang paling berkesan karena kami
merenungkan bagaimana perjuangan orang tua kami selama ini. Tak sedikit orang yang menangis
termasuk saya. Saya sangat sedih ketika harus mengingat bagaimana perjuangan orang tua saya
dan bagaimana tindakan saya pada mereka. Tiba-tiba saya jadi kangen pada orang tua saya.
Kemudian kami disuruh menuliskan surat yang ditujukan untuk salah satu orang tua. Surat
tersebut harus dituliskan berdasarkan isi hati. Air mata saya menetes ketika sedang menuliskan
surat..

Sebelum tidur kami pergi ke gereja. Disana kami duduk lalu berdoa. Kemudian kami
disuruh membayangkan tingkah laku kami selama ini dan bagaimana yang terjadi jika kedua
orang kami telah tiada. Hampir semua orang menangis saat itu. Kami juga meminta maaf pada
guru karna mereka juga orang tua kami. Setelah itu, kami harus kembali ke kamar masing-masing
dan langsung tidur.

Keesokan harinya saya bangun pukul lima dan bersiap-siap untuk mengikuti outbound.
\Sebelumnya kami sarapan terlebih dahulu. Setelah itu kami langsung outbound. Pertama-tama
kami membagi kelompok dan saya mendapat warna hijau. Di game pertama, kami harus berbaris
sesuai dengan perintah. Misalnya: berdasarkan berat badan, tenggal lahir, dan bulan lahir. Game
yang kedua adalah tes kepercayaan. Digame ini kami harus menjatuhkan tubuh dalam posisi lurus
dan teman yang lainnya akan menahannya dengan menggunakan jaring. Game ini cukup
membuat deg-degan. Game yang ketiga adalah tarzan. Dalam game ini kami harus melewati air
dengan bergelantungan pada tali. Banyak kejadian lucu saat game ini. Game yang selanjutnya
adalah jalan tiarap di lumpur seperti latihan tentara. Game ke-5 adalah bambu gila. Kami harus
melewati bambu yang bergoyang-goyang. Kemudian kami bermain ember bocor dan yang
terakhir kami bermain mengluarkan bola dari pipa yang sudah dibolongi. Setelah selesai
outbound kami mandi dan akan mengikuti pertemuan lagi. Di pertemuan ini kami bersalaman
satu sama lain sembari meminta maaf. Keesokan harinya, kami membereskan koper kami untuk
melanjutkan perjalanan. Pagi hari kami berdoa bersama lalu sarapan. Kemudian kami foto
bersama dan pergi meninggalkan rumah retret.

Retret telah selesai, saatnya untuk berwisata. Tujuan kami adalah Tomok untuk berbelanja
oleh-oleh dan berfoto dengan patung sigale-gale. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke air
terjun Sipiso-Piso. Disana udara sangat dingin. Pemandangannya begitu indah. Sialnya, sekitar 10
menit kemudian hujan deras dan muncul kabut tebal. Karena hal ini, kami pergi karna tak bisa
melihat air terjun lagi. Hari sudah malam, kami menginap di Rumah Retret Maranata. Disana
udaranya dingin sekali sampai kami menggunakan dua selimut saat tidur.
Keesokan paginya, saya mandi dan airnya terasa seperti air es. Karna masih pagi kami
pergi ke pasar buah. Sekitar 2 jam kami disitu. Kami melanjutkan perjalanan ke tujuan
berikutnya, yaitu Water Park Hairos yang berlokasi di Medan. Perjalanan untuk menuju ke
Hairos agak mengerikan karna banyak tikungan tajam dan jurang yang curam. Saya langsung
ganti baju dan terjun ke air. Saya bermain seluncuran bersama dengan teman lainnya. Karna kami
berseluncur bersama-sama., saya merasa sangat senang. Ketika bosan saya dan William duduk-
duduk di kolam yang menyerupai pantai. Suasanannya begitu sepi dan kami bercerita-cerita
sampai tak terasa sudah jam empat dan kami langsung mandi. Kemudian kami naik bus untuk
pergi ke tujuan terakhir. Kami pergi ke Graha Santa Maria Annai Velangkanni. Ketika pertama
kali melihat bangunnannya, saya tercegang karena melihat keindahan arsitekturnya. Kami
diberikan sedikit penjelasan mengenai sejarah Annai Velangkanni. Kemudian kami menjalankan
misa di lantai atas. Ruangan misanya sangat indah. Sebagai cendramata dari tempat itu kami
mengambil air suci dari keran yang ada di belakang kapel.

Tidak terasa perjalanan kami telah selasai. Kamipun pulang ke Duri dan singgah sebentar
di bengkel untuk membeli beberapa oleh-oleh lagi. Kami sampai di Duri pada pukul sepuluh
pagi, tetapi mobil kecil terlambat datang karena tersesat. Kami belum boleh langsung pulang.
Tetapi, kami berbaris bersama dengan orang tua. Kemudian orang tua memberi bunga kepada
anaknya dan kami memberi surat yang sudah kami tulis di Rumah Retret Fransiskan.

Perjalanan ini terasa sangat berkesan bagi diri saya. Saya merasa ingin retret bersama
teman-teman lagi. Dan karena retret, saya sadar dan semakin sayang pada kedua orang tua dan
adik saya.

Sebentar lagi kami akan menghadapi UN dan setelah UN kami libur. Waktu kami belajar
di SMP Santo Yosef sudah sangat singkat lagi. Bisa dibilang tersisa beberapa minggu lagi. Tak
terasa memang. Tanggal 20 Mei kami akan membuat acara perpisaan. Saya merasa senang telah
belajar di SMP Santo Yosef. Saya akan mengenang kenangan-kenangan yang telah alami.

Anda mungkin juga menyukai