Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia saat ini membutuhkan

solusi yang tepat. Seperti kita ketahui bahwa persediaan bahan bakar minyak di

Indonesia pada umumnya semakin menipis. Solusi bagi krisis energi listrik dan bahan

bakar minyak seperti tersebut adalah adanya sumber energi alternatif. Sumber energi

alternatif tersebut harus bisa menjadi bahan bakar substitusi yang ramah lingkungan,

efektif, efisien, dan dapat di askes oleh masyarakat luas. Pengembangan biogas dengan

berbagai macam bahan baku menjadi solusi dan beberapa bahan baku biogas yag telah

di uji coba diantaranya adalah eceng gondok dan daun gamal.

Bahan baku eceng gondok seberat 32 kg dan volume air 32 liter, dapat

menghasilkan produksi biogas dengan waktu fermentasi selama 29 hari dengan waktu

pemakaian 3627 detik.(Frans K.G dan Usman, 2012). Sedangkan bahan baku daun

gamal seberat 15 kg dan volume air 15 liter, dapat menghasilkan produksi biogas

dengan waktu fermentasi selama 28 hari dengan waktu pemakaian 6 menit 360

detik.(Ilyas dan Mahesa, 2016).Secara umum proses pembuatan biogas dari eceng

gondok dan daun gamal menggunakan tipe reaktor yang sama yaitu tipe fixed done

dimana pada tipe ini penampung bahan baku dengan penampung gas terpisah dan

dihubungkan dengan slang penghantar gas.

1
Salah satu tumbuhan yang juga berpotensi menghasilkan gas jika dilihat dari segi

kandungan zat kimianya adalah tumbuhan Kelor (Moringa oleifera) adalah sejenis

tumbuhan dari suku Moringaceae, tumbuhan ini memiliki ketinggian batang (711

m). (Mendieta-Araica at al., 2013). Dijelaskan lebih lanjut bahwa komposisi nutrisi

tumbuhan kelor terdiri atas protein kasar 29, 61%. Lemak kasar 7, 48%; dan 1318, 20

Kkal/kg. Masyarakat Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro, limaran

(Jawa) (Inggris): Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree (Melayu): kalor,

merunggai, sajina (Vietnam): Chm ngy (Thailand): ma-rum (Filipina): Malunggay.

Kelor dibudidayakan dan telah beradaptasi dengan baik di luar jangkauan daerah

asalnya, termasuk seluruh Asia Selatan, dan di banyak negara Asia Tenggara,

Semenanjung Arab, tropis Afrika, sepanjang Hindia Barat dan Selatan Florida, di

Tengah dan Selatan Amerika dari Meksiko ke Peru, serta di Brazil dan

Paraguay (JAMA, B,dkk, 1989).

Berdasarkan uraian diatas, dalam laporan tugas akhir ini akan dilakukan

perancangan reaktor penghasil biomassa sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG

atau minyak tanah. Adapun judul laporan tugas akhir ini adalah: RANCANG

BANGUN REAKTOR BIOMASSA BERBAHAN DASAR TUMBUHAN

KELOR.

2
1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan yang harus

diselesaikan, antara lain:

1. Bagaimana merancang dan membuat reaktor biomassa berbahan dasar tumbuhan

kelor?

2. Bagaimana menghitung potensi biogas dari tumbuhan kelor sebagai pengganti LPG

atau minyak tanah?

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Dalam penelitian ini akan dibuat sebuah rancang bangun reaktor biomassa yang

berbahan baku tumbuhan kelor, dan reaktor dari bahan plastik.

1.4 Tujuan Kegiatan

Adapun tujuan yang akan dicapai berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai

berikut :

1. Merancang dan membuat reaktor biogas dengan bahan baku tumbuhan kelor.

2. Menghasilkan biogas dari tumbuhan kelor sebagai energi alternatif pengganti

Minyak tanah atau LPG.

1.5 Manfaat Kegiatan

1. Dapat mengembangkan teknologi alternatif yang murah, sederhana, dan ramah

lingkungan serta menunjang perekonomian masyarakat.

2. Dapat membantu mengembangkan pemanfaatan lebih lanjut energi alternatif biogas

yang lebih efektif dan efisien.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biogas

Biogas merupakan salah satu cara pemanfaatan limbah yang potensial dan dapat

dikembangkan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Pembuatan biogas

relatif mudah, tidak memerlukan bahan yang mahal namun bisa menghasilkan produk

yang sangat berguna. Biogas dapat dibuat dari berbagai limbah baik limbah pertanian,

limbah peternakan, limbah industri bahkan limbah domestik, dengan memanfaatkan

mikroorganisme yang bisa mendegradasi limbah akan dihasilkan produk akhir berupa

gas metan dan karbondioksida. Komposisi biogas yang dihasilkan terdiri dari gas

metan (55 - 65 %), karbondioksida ( 35-45%), nitrogen (0-3%), hydrogen (0-1 %), dan

hydrogen sulfida (0-1 %) (Anunputtikul, Rodtong, 2004).

Biogas merupakan salah satu jenis energi yang dapat dibuat dari banyak jenis

bahan buangan dan sisa, semacam sampah, kotoran ternak, jerami, eceng gondok serta

bahan organik lainnya (Pambudi, 2005).

Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan

biogas. Namun demikian kebanyakan bahan organik baik padat atau cair seperti

kotoran dan urine (air kencing) hewan ternaklah yang biasanya dimanfaatkan untuk

sistem biogas sederhana (Aris, 2011).

4
Umumnya biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut reaktor biogas yang

dirancang agar kedap udara (anaerobik), sehingga proses penguraian oleh

mikroorganisme dapat berjalan secara optimal.

Komponen utama biogas adalah gas methan, disamping gas-gas lain, yang

komposisinya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kandungan utama biogas (engineering.com)

Beberapa keuntungan teknologi ini dibanding sumber energi alternatif yang

lain adalah :

1. Mengurangi penggunaan dari gas LPG, hal ini dapat saja dilakukan karena gas

metan yang terkandung di dalam biogas dapat digunakan sebagai pembakaran

seperti halnya yang terdapat di dalam gas LPG.

2. Lingkungan menjadi lebih bersih dan indah, hal ini terjadi karena memanfaatkan

limbah dan kotoran untuk dijadikan bahan pembuat biogas.

3. Menghemat biaya operasional rumah tangga, dengan mengganti bahan bakar

minyak dan gas yang relatif lebih mahal dengan penggunaan biogas.

5
4. Limbah reaktor dari biogas dapat di manfaatkan sebagai pupuk organik, baik yang

berupa cair maupun padat bagi pertanian.

5. Menurunkan emisi gas rumah kaca, pengurangan emisi ini terjadi karena kurangnya

pemakaian bahan bakar minyak dan kayu.

2.2 Proses Terbentuknya Biogas

Secara umum, langkah-langkah pembentukan biogas yaitu :

1. Hidrolisis

Hidrolisis merupakan penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang

menjadi senyawa yang sederhana. Pada tahap ini, bahan-bahan organik seperti

karbohidrat, lipid, dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan rantai pendek,

seperti peptida, asam amino, dan gula sederhana. Kelompok bakteri hidrolisa,

seperti Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae yang

melakukan proses ini.

2. Asidogenesis

Asidogenesis adalah pembentukan asam dari senyawa sederhana. Bakteri

asidogen, Desulfovibrio, pada tahap ini memproses senyawa terlarut pada hidrolisis

menjadi asam-asam lemak rantai pendek yang umumnya asam asetat dan asam format.

3. Metanogenesis

Metanogenesis ialah proses pembentukan gas metan dengan bantuan bakteri

pembentuk metan seperti Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria,

dan Methanococcus. Tahap ini mengubah asam-asam lemak rantai pendek menjadi H2,

CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian

6
bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu metan (CH4) dan

karbondioksida (CO2).

Molekul zat organik komplek


Misal : polisakarida, lemak dll

1. Bakteria Hidrolik
Monomer
Misal:glukosa, asam amino, asam
lemak

2. Bakteria Acidogenik Fermentatif

Asam organik, alkohol, ketone

3. Bakteria Acetegenik

Asetat , CO2, H2

4. Bakteria Methanogenik

Methane

Gambar 2.1 Kelompok bakteri yang terlibat proses terbentuknya

biogas .

Pembentukan biogas dipengaruhi oleh pH, suhu, sifat substrat, keberadaan racun,

konsorsium bakteri. Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses

pembentukan biogas untuk mengubah senyawa yang kompleks menjadi molekul yang

lebih sederhana. Bakteri non metanogen ada yang bersifat aerob dan anaerob yang

termasuk bakteri hidrolitik, fermentatif, dan asetogenik (Madigan et al., 2003). Bakteri

Metanogen tergolong Archeabacteria, secara fisiologi bakteri metanogen memiliki

suatu substansi yang disebut F420, yaitu suatu koenzim yang dapat terabsorpsi dengan

kuat pada panjang gelombang 420 nm (Mink & Dugan, 1976), dengan adanya koenzim

F420 dalam keadaan terreduksi menyebabkan bakteri ini dapat memancarkan sinar

7
fluoresens berwarna hijau kebiruan ketika disinari oleh sinar ultraviolet pada panjang

gelombang tertentu dan dapat membedakannya dengan bakteri non metanogen. Fungsi

dari koenzim F420 adalah sebagai pembawa elektron pada proses metabolisme yaitu

pada proses metanogenesis (Peck, 1989).

Metanogenesis adalah proses konversi materi organik menjadi gas CH4 dan CO2

yang terjadi secara anaerob (Burke, 2001), proses ini merupakan tahap terakhir yang

paling menentukan dalam produksi biogas. Metanogenesis terjadi dengan melibatkan

populasi mikroba yang bekerja secara konsorsium. Secara lengkap proses degradasi

materi organik secara anaerob ini meliputi empat tahap, yaitu hidrolisis polimer oleh

organisme hidrolitik, pembentukan asam dari materi organik yang melibatkan bakteri

fermentative, pembentukan asetat dari metabolit hasil fermentasi yang dilakukan oleh

bakteri homoasetogenik atau bakteri sintrofik, pembentukan CH4 dari H2 atau CO2,

asetat, alkohol, propionat atau butirat (Dubey, 2005).

Keberhasilan dalam memproduksi biogas ditentukan oleh berbagai faktor.

Beberapa faktor yang menentukan dalam keberhasilan produksi biogas diantaranya :

1. Pengaruh pH

Biogas terbentuk karena adanya kerja berbagai bakteri yang ikut terlibat dalam

aktivitas perombakan substrat kompleks. Pertumbuhan bakteri yang terlibat tersebut

sangat dipengaruhi oleh pH. Nilai pH optimum dalam produksi biogas berkisar antara

7-8 (Fulford,1988). Diawal reaksi pembentukan biogas, bakteri penghasil asam akan

aktif lebih dulu sehingga pH pada digester menjadi rendah, kemudian bakteri

8
metanogen menggunakan asam tersebut sebagai substrat sehingga menaikkan nilai pH

kembali menjadi netral, ini menandakan bahwa dalam proses produksi biogas terjadi

pengaturan pH secara alami, tingkat keasaman diatur oleh proses itu dengan sendirinya.

Karbondioksida yang dihasilkan oleh bakteri larut dalam air untuk membentuk ion

bikarbonat (HCO3-) yang menyebabkan larutan menjadi lebih alkali. Jumlah ion

bikarbonat dalam larutan tergantung pada konsentrasi karbondioksida dan jumlah asam

yang ada pada slurry.(Fulford, 1988). Jika bakteri penghasil asam tumbuh terlalu cepat

maka asam yang dihasilkan akan lebih banyak dari jumlah yang dapat dikonsumsi oleh

bakteri penghasil metan, akibatnya sistem akan terlalu asam, jika hal ini terjadi maka

pH akan turun, sistem menjadi tidak seimbang dan aktivitas bakteri penghasil metan

akan terhambat.(Burke, 2001).

2. Rasio Carbon Nitrogen (C/N)

Proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang mengandung

karbon dan nitrogen secara bersamaan. CN ratio menunjukkan perbandingan jumlah

dari kedua elemen tersebut. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari

jumlah nitrogen memiliki C/N ratio 15 berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N =

30/1 atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) menciptakan proses pencernaan pada

tingkat yang optimum. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio rendah; misalnya 30/15),

maka karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti (Anonymous, 1999a).

3. Pengaruh Suhu

9
Suhu berpengaruh terhadap produksi biogas, umumnya produksi biogas meningkat

dua kali lipat setiap kenaikan suhu 100C pada kisaran suhu 150C - 350C (Fulford,1988).

Bakteri metanogen sangat sensitif terhadap perubahan suhu, Perubahan suhu yang

mendadak lebih dari 50C dalam satu hari dapat menyebabkan bakteri ini berhenti

bekerja sementara.

4. Pengaruh Racun

Antibiotik, desinfektan, dan pestisida merupakan contoh jenis racun yang dapat

membunuh bakteri dan dapat menyebabkan produksi biogas tidak terjadi. Begitupun

dengan deterjen, hidrokarbon seperti kloroform dan pelarut organik lainnya merupakan

racun dalam proses produksi biogas.(Fulford,1988; Burke,2001). Sebelum proses

produksi biogas dimulai maka harus dipastikan bahwa digester, substrat serta air yang

digunakan bebas dari berbagai racun yang dapat membunuh bakteri yang diperlukan.

5. Sifat dari Substrat

Sifat substrat yang digunakan dalam produksi biogas sangat menentukan

keberhasilan produksi biogas itu sendiri. Pada dasarnya bahan yang dijadikan substrat

tersusun dari materi organik seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Materi organik

tersebut dapat didegradasi sehingga menghasilkan produk akhir berupa gas yang

disebut biogas. Pada prinsipnya kecepatan dan efisiensi proses degradasi substrat

tergantung pada bentuk secara fisik dan secara kimia.

Menurut Furfort (1988) substrat yang berasal dari kotoran ternak merupakan

substrat yang paling mudah digunakan dalam produksi biogas dibandingkan substrat

10
yang berasal dari tumbuhan, hal ini disebabkan kotoran ternak telah mengandung

bakteri yang tepat serta proses degradasinya ikut dibantu secara mekanik oleh gigi pada

saat proses mengunyah serta secara kimiawi dibantu oleh asam dan enzim pencernaan

dalam saluran pencernaan hewan, hal ini berbeda dengan substrat yang berasal dari

tumbuhan seperti limbah pertanian banyak mengandung lignin, selulosa serta

hemiselulosa yang sulit didegradasi oleh bakteri sehingga memerlukan waktu yang

lebih lama untuk dikonversi menjadi biogas.

6. Konsorsium Bakteri

Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam proses pembentukan biogas

adalah adanya peran serta bakteri, karena pada hakekatnya konversi materi organik

menjadi biogas ini merupakan hasil kerja berbagai bakteri yang bekerja secara

konsorsium.(Burke, 2001). Proses tidak akan berjalan jika hanya terdapat salah satu

bakteri saja, konsorsium memerlukan lebih dari satu spesies bakteri metanogen, ada

spesies metanogen yang mampu mengkonversi asetat menjadi metan contoh

Thermoacetogenium phaeum, spesies lain mengkombinasikan CO2 dan H2 menjadi

metan dan H2O melalui proses reduksi karbonat. (Fresspatent.,2007) Kondisi reaktor

harus benar-benar dijaga agar tetap terjadi keseimbangan sehingga bakteri dapat

bekerja secara konsorsium.

11
Terdapat dua golongan bakteri yang terlibat dalam proses konversi materi organik

menjadi biogas, yaitu bakteri non metanogen dan bakteri metanogen. Bakteri non

metanogen bekerja lebih dulu menghasilkan berbagai asam organik seperti asam asetat,

asam propionat, asam butirat dan lain-lain, contoh bakteri non metanogen adalah

Escherichia coli, Bacteroides, Clostridium botylinum. Asam organik hasil kerja bakteri

non metanogenik akan digunakan oleh bakteri metanogenik untuk dikonversi menjadi

biogas.

Gambar 2.2 Proses terbentuknya Gas Methan.

2.3 Komponen Utama Biogas

Dalam pembuatan biogas ada beberapa komponen utama yang harus dibuat.

Tetapi, secara umum biogas terdiri dari beberapa komponen-komponen utama

sebagai berikut:

12
1. Reaktor Biogas

Reaktor berfungsi mengubah bahan baku, menjadi biogas. Reaktor biogas dalam

skala kecil yang biasa digunakan adalah reaktor kubah beton fixed-dome yang telah

digunakan di berbagai negara, sistem ini sudah terbukti aman bagi lingkungan.

Hal yang yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan reaktor, yaitu:

a. Lingkungan abiotis

Reaktor biogas harus fakum (tanpa kontak dengan oksigen (O2). Udara yang

mengandung O2 yang memasuki reaktor menyebabkan penurunan produksi

metana.

b. Suhu

Ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:

1) Psicrophilic (suhu 4C 20C). Untuk negara-negara subtropics atau beriklim

dingin.

2) Mesophilic (suhu 20C 40C).

3) Thermophilic (suhu 40C 60C). Digunakan hanya untuk men-digesti

material, bukan untuk menghasilkan biogas.

c. Kebutuhan Nutrisi

Fermentasi bakteri butuh beberapa bahan gizi tertentu dan sedikit logam.

Kekurangan salah satu nutrisi atau bahan logam yang dibutuhkan dapat

memperkecil proses produksi metana Nutrisi yang diperlukan antara lain ammonia

(NH3) sebagai sumber Nitrogen, nikel (Ni), tembaga (Cu), dan besi (Fe) dalam

13
jumlah yang sedikit. Selain itu, fosfor dalam bentuk fosfat (PO4), magnesium (Mg)

dan seng (Zn) dalam jumlah yang sedikit juga diperlukan.

d. Kadar Bahan Kering

Tiap jenis bakteri memiliki nilai kapasitas kebutuhan air tersendiri. Bila

kapasitasnya tepat, maka aktifitas bakteri juga akan optimal.

Jenis-jenis Reaktor Biogas:

a. Dari segi konstruksi, reaktor biogas dibedakan menjadi:

1) Fixed dome

Volume reaktor ini konstan sehingga produksi gas akan meningkatkan

tekanan dalam reaktor. Karena itu, dalam konstruksi ini gas yang terbentuk akan

segera dialirkan ke pengumpul gas di luar reaktor.

14
Gambar 2.3 Reaktor dengan tipe fixed dome

2) Floating dome

Bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak untuk menyesuaikan

dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini juga menjadi

tanda telah dimulainya produksi gas dalam reaktor biogas. Pada reaktor jenis ini,

pengumpul gas menyatu dengan reaktor.

Gambar 2.4 Reaktor tipe floating dome

b. Reaktor bisa dibedakan dari segi bahan baku dan diantaranya :

1) Bak (batch)

15
Umumnya digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensi gas

dari limbah organik.

2) Mengalir (continuous)

Bahan baku untuk tipe ini mengalir masuk dan residu keluar pada selang

waktu tertentu.

c. Reaktor juga bisa dibedakan dari tata letaknya :

1) Reaktor biogas di permukaan tanah

Terbuat dari tong-tong bekas minyak tanah, tipe ini tidak tahan terhadap

korosi.

2) Sebagian tangki reaktor biogas di bawah permukaan tanah

Reaktor biogas ini terbuat dari campuran semen, pasir, kerikil, dan kapur

yang dibentuk seperti sumuran dan ditutup dari plat baja. Volume tangkinya bisa

diatur sesuai kebutuhan.

3) Seluruh tangki reaktor biogas di bawah permukaan tanah

Model ini merupakan model yang paling popular di Indonesia, dimana

seluruh instalasi biogas ditanam di dalam tanah dengan konstruksi yang

permanen.

2. Tabung Penyimpanan Gas

Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu tangki bersatu dengan unit reaktor

(floating dome) dan terpisah dengan reaktor (fixed dome).

3. Saluran Masuk

16
Saluran ini digunakan untuk memasukkan campuran bahan baku tumbuhan kelor

ke dalam reaktor biogas.

4. Saluran Keluaran Ampas

Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan ampas yang telah difermentasi oleh

bakteri, ampas yang keluar sangat baik untuk pupuk karena mengandung kadar nutrisi

yang tinggi.

5. Saluran Gas

Pada saluran ini sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan korosi. Untuk

pembakaran gas pada tungku, pada ujung pipa disambung dengan pipa baja anti karat.

2.4 Tumbuhan Kelor

Kelor (Moringa oleifera) adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae

(Aminah Syarifah dkk, 2015). Dijelaskan lebih lanjut bahwa tumbuhan ini memiliki

ketinggian batang 711 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-

kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya

berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau;

bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak Buah kelor berbentuk

segitiga memanjang yang disebut kelentang, Biji tumbuhan ini berbentuk bulat

berwarna cokelat kehitaman, dalam satu buah biji ini akan terdapat beberapa butir

dalam buah sekitar 10-20 biji bahkan lebih, juga dapat disayur. Nama umum lainya

adalah masyarakat Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro, limaran (Jawa)

17
(Inggris): Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree (Melayu): kalor,

merunggai, sajina (Vietnam): Chm ngy (Thailand): ma-rum (Pilipina): Malunggay.

Gambar 2.5 Tumbuhan Kelor

Kelor merupakan tanaman yang dapat mentolerir berbagai kondisi lingkungan,

sehingga mudah tumbuh meski dalam kondisi ekstrim seperti temperatur yang sangat

tinggi, di bawah naungan dan dapat bertahan hidup di daerah bersalju ringan. Kelor

tahan dalam musim kering yang panjang dan tumbuh dengan baik di daerah dengan

curah hujan tahunan berkisar antara 250 sampai 1500 mm. Meskipun lebih suka tanah

kering lempung berpasir atau lempung, tetapi dapat hidup di tanah yang didominasi

tanah liat.

Kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia selatan, dari timur laut

Pakistan (33 N, 73 E), sebelah utara Bengala Barat di India dan timur laut Bangladesh

di mana sering ditemukan pada ketinggian 1.400 m dari permukaan laut, di atas tanah

aluvial baru atau dekat aliran sungai. (NASIR, E.; ALI, S. I. (eds.), 1972).

18
Kelor dibudidayakan dan telah beradaptasi dengan baik di luar jangkauan daerah

asalnya, termasuk seluruh Asia Selatan, dan di banyak negara Asia Tenggara,

Semenanjung Arab, tropis Afrika, Amerika Tengah, Karibia dan tropis Amerika

Selatan. Kelor menyebar dan telah menjadi naturalisasi di bagian lain Pakistan, India,

dan Nepal, serta di Afghanistan, Bangladesh, Sri Lanka, Asia Tenggara, Asia Barat,

Jazirah Arab, Timur dan Afrika Barat, sepanjang Hindia Barat dan selatan Florida, di

Tengah dan Selatan Amerika dari Meksiko ke Peru, serta di Brazil dan

Paraguay (JAMA, B.; NAIR, P. K. R.; KURIRA, P. W., 1989). Dijelaskan lebih lanjut

bahwa komposisi nutrisi tumbuhan kelor terdiri atas protein kasar 29, 61%. Lemak

kasar 7, 48%; dan 1318, 20 Kkal/kg. Sumber Informasi Gizi Berbagai publikasi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya menyatakan bahwa

Daun Kelor adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia. Daun Kelor mengandung energi sebesar 82 kilokalori, protein 6,7 gram,

karbohidrat 14,3 gram, lemak 1,7 gram, kalsium 440 miligram, fosfor 70 miligram, dan

zat besi 7 miligram. Selain itu di dalam Daun Kelor juga terkandung vitamin A

sebanyak 11300 IU, vitamin B1 0,21 miligram dan vitamin C 220 miligram. Hasil

tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Daun Kelor, dengan

jumlah yang dapat dimakan sebanyak 65 %.

19
BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

Waktu dan tempat pembuatan reaktor biomassa berbahan baku tumbuhan kelor

dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2017 di bengkel mekanik teknik

konversi energi Politeknik Negeri Ujung Pandang, sedangkan tempat pengambilan

bahan baku tumbuhan kelor yang berlokasi di desa Karassing, Kabupaten Bulukumba

20
dan untuk pengujiannya dilakukan dari Maret-Agustus 2017 di Laboratorium Teknik

Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3.2 Metode Perancangan

1. Reaktor Biogas Eceng Gondok dan Daun Gamal

(a) (b)
Gambar 3.1 (a) Reaktor biogas berbahan baku eceng gondok
(b) Reaktor biogas berbahan baku daun gamal.

Gambar diatas merupakan reaktor biomassa yang telah digunakan untuk

fermentasi biogas berbahan dasar eceng gondok dan daun gamal rancangan yang akan

dibuat tidak jauh berbeda dengan rancangan sebelumnya jika dilihat dari segi

konstruksi hampir sama akan tetapi bahan baku, ukuran reaktor, dan jenis bahan tabung

reaktor serta alat ukur tekanan dan temperature yang berbeda, pada alat sebelumnya

menggunakan 1 buah drum besi dengan volume 220 liter, dan penampung gas dari

drum plastik bervolume 130 liter, alat ukur yang digunakan pada penelitian

sebelumnya adalah alat ukur analog dengan skala yag tinggi, hal ini mengakibatkan

21
pembacaan tekanan dan suhu pada reaktor dan tabung penampung gas sulit untuk

diketahui. Dari segi konstruksi juga kurang baik karena alat yang terlalu besar dan

bahan baku yang sedikit, membuat produksi biogas terbilang sedikit jika dilihat dari

segi ukuran alat.

Kekurangan pada alat sebelumya juga terdapat pada saluran inlet yang permanen

sehingga mengakibatkan alat hanya bisa digunakan satu kali saja, serta ukuran saluran

outlet yang kecil membuat ampas dari bahan yang telah dipermentasi akan sulit untuk

dikeluarkan.

2. Rancangan yang akan dibuat

22
Inlet
Katup One Value
Alat Ukur Temperatur
Outlet Gas Selang
Tabung Reaktor
30 cm Kompor
Katup
Selang
220 Ltr Barometer
45 cm

Tabung Penampung Gas

80 cm
Rangka

100 Ltr
45 cm

Ampas Outlet

20 cm
Bak Penampung Ampas
Roda ( 6 Buah )

60 cm 60 cm

Gambar 3.2 Rancangan alat yang akan dibuat.

Tipe yang akan dibuat sama dengan rancangan terdahulu (fixed dome). Pada tipe

ini volume reaktor tetap sehinngga dalam konstruksinya gas yang terbentuk akan

segera dialirkan menuju tabung penampung gas yang berada di samping reaktor. Alat

ukur yang akan digunakan, adalah alat ukur digital yang tentunya lebih akurat dan

memudahkan peneliti untuk melihat perkembangan dan pegambilan data. Pada sisi

inlet tidak dirancang permanen sehingga alat bisa digunakan berulang kali dengan

bahan baku yang sama atau bahkan dengan bahan baku yang berbeda.

Adapun komponen utama dari alat yang akan dibuat :

23
1. Reaktor

Tempat bahan organik dan tempat terjadinya proses pencernaan bahan organik

oleh mikroba anaerob.

Prinsip Kerja Reaktor Biogas :

a. Temperatur 30 - 35C.

b. Kondisi didalam reaktor biogas dalam keadaan anaerob atau tidak ada oksigen

( udara divakumkan ).

c. Memiliki inlet (saluran pemasukan) dan outlet (saluran pengeluaran gas, serta

saluran pengeluaran limbah).

d. Memiliki ruang kosong untuk gas metan.

2. Penampung Gas

Penampung gas berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh reaktor

biogas dan disalurkan melalui selang menuju ke tabung penampungan gas.

Kelengkapan alat yang akan dibuat :

1. Saluran Masuk ( Inlet bahan baku )

Berfungsi sebagai tempat pemasukan/pengisian bahan baku (Tumbuhan Kelor).

2. Saluran Keluar Gas (Outlet gas )

Berfungsi sebagai tempat keluarnya gas sebelum masuk kedalam penampungan

gas.

3. Saluran Keluaran Ampas ( Outlet )

24
Merupakan saluran untuk mengeluarkan ampas tumbuhan kelor dari tabung

produksi.

4. Penampung Ampas

Berfungsi untuk menampung ampas atau limbah tumbuhan kelor sebelum

digunakan memupuk tanaman.

5. Selang Penyalur Gas

Berfungsi untuk menyalurkan gas dari tabung reaktor biogas ke tabung

penampungan gas dan selanjutnya ke kompor gas.

6. Alat ukur tekanan dan temperatur

Berfungsi sebagai pengukur tekanan dan suhu pada reaktor.

3.3 Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang akan digunakan pada rancang bangun alat produksi biomassa

berbahan baku tumbuhan kelor adalah sebagai berikut:

a. Las listrik

b. Palu

c. Mesin bor

d. Gurinda

e. Mesin kompressor

f. Ember

g. Timbangan analog atau digital.

25
h. Termometer digital

i. Stopwatch

j. Kuas

k. Kompor

l. Pressure gauge

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. 1 buah drum plastik isi 220 liter

b. 1 buah drum plastik isi 100 liter

c. Selang benang ukuran 5/8 x 2000 mm

d. 3 buah besi siku ukuran 3x3

e. 1 buah stop kran 4 inchi

f. Pipa 1 inchi 0,5 m

g. 1 buah stop kran 1 ichi

h. 2 buah stop kran 5/8 inchi

i. 6 buah kleman selang, diameter 5/8

j. Kompor biogas

k. Lem plastik

l. 3 buah EM4

m. 1 buah cat orange avian 1 liter

n. 1 buah tenner 1 liter

o. Kawat las

26
p. Mata gurinda

q. 6 roda

3.4 Prosedur Perancangan/Langkah Kerja

1. Langkah Pembuatan Alat

a. Reaktor Gas

Pada tabung reaktor biogas digunakan 1 drum plastik dengan volume 220

liter, dimana pada sisi kiri bagian atas dilubangi dengan ukuran 60 mm dan pada

sisi kanan bagian bawah dilubangi dengan ukuran 140 mm dengan menggunakan

bor listrik untuk saluran masuknya bahan baku dan saluran keluarnya ampas, pada

bagian atas drum (penutup) membuat 4 buah lubang diantaranya:

1) Untuk saluran keluaran gas menuju ke penampungan gas dengan ukuran 15

mm.

2) Untuk tempat pemasangan alat ukur barometer dengan ukuran 5 mm

3) Untuk tempat pemasangan alat ukur temperatur dengan ukuran 5 mm

4) Untuk tempat napple dengan ukuran 14 mm yang mana berfungsi untuk

mengetahui apa sudah bisa terbakar gas yang ada didalam reaktor gas.

b. Tabung Penampung Gas

Drum yang akan digunakan sebagai wadah penampungan gas adalah drum

plastik dengan volume 130 liter. Drum tersebut pada bagian atasnya dibuat tiga

buah lubang dengan menggunakan mesin bor di antaranya:

27
1) Untuk saluran masukan gas yang dihasilkan oleh tabung reaktor biogas dengan

ukuran 15 mm.

2) Untuk tempat pemasangan alat ukur barometer dengan ukuran 5 mm.

3) Untuk tempat pemasangan stop krang 5/8 inchi yang berfungsi sebagai keluaran

gas menuju ke kompor dengan ukuran 13 mm.

2. Tahap Perakitan Alat

Tahap perakitan alat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Kedua pipa ukuran 140 mm dan 60 mm yang sudah dipotong dilakukan

penyambungan dengan menggunakan lem plastik.

b. Pipa yang ukuran 140 mm dan 60 mm yang sudah di potong sesuai ukuran

dipasang pada lubang tabung reaktor yang tadinya sudah dilubangi dengan

menggunakan bor listrik.

c. Kemudian double napple dipasang pada bagian atas drum yang tadinya sudah

dilubangi, lem plastik dan silikon, setelah itu pasang stop kran-nya.

d. Selanjutnya pressure gauge (alat ukur tekanan) dan thermometer (alat ukur

suhu) dipasang pada bagian atas tabung reaktor.

e. Pada penutup drum plastik yang sudah dilubangi, dipasanglah double napple

untuk sambungan stop kran yang ukuran 5/8 inchi, kemudian pada bagian double

napple disambungkan dengan kran.

f. Siapakan selang karet yang ukuran 5/8 inchi, kemudian sambungkan pada stop

kran keluaran gas dari reaktor dengan stop kran masukan gas pada tempat

28
penampungan gas, setelah itu pasang klem agar tidak terjadi kebocoran pada

setiap sambungan selang.

g. Memasang selang karet pada stop kran ukuran 5/8 inchi yang terdapat pada

penampungan gas lalu dihubungkan dengan kompor gas dan memasang klem

slang agar tidak terjadi kebocoran pada setiap sambungan selang.

h. Setelah semua komponen dan bahan sudah terpasang (dirakit), maka alat

produksi biomassa telah siap untuk diuji.

i. Melakukan pengujian terhadap reaktor dan tempat penyimpanan gas dengan

menggunakan kompressor untuk memastikan tidak terjadinya kebocoran pada

alat.

3.5 Metode Pengujian

1. Mempersiapkan Bahan Tumbuhan Kelor

Pengolahan bahan baku sebelum di fermentasi dilakukan dengan cara

memotong bagian batang dan daun hingga menjadi sangat kecil hal ini dapat

membantu proses fermentasi bakteri dengan mudah kemudian bahan baku yang

sudah disiapkan dicampur air bersih dengan perbandingan 1:1 yaitu 40 kg

tumbuhan kelor dicampur dengan 40 liter air, lalu kemudian diaduk secara merata.

2. Membuka inlet pada tabung reaktor

3. Bahan baku yang sudah diolah dimasukkan ke dalam tabung fermentasi melalui

saluran masuk (inlet bahan baku)

4. Setelah bahan baku selesai di masukkan inlet di tutup serapat mungkin.

29
5. Setelah penutupan inlet pengamatan dilakukan terhadap alat ukur tekanan dan

temperatur, hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa cepat gas methan

terbentuk.

6. Beberapa hari setelah penutupan inlet, gas methan akan terbentuk lalu kemudian

katup stop kran sudah bisa dibuka untuk mengalirkan gas ke penampungan yang

telah disiapkan

7. Jika ingin menguji gas tersebut, bisa dengan cara membuka katup pada

penampungan gas lalu mencoba menyalakan kompor

8. Setelah pengujian biogas, perlu dilakukan pengisian bahan baku

9. Pengisian bahan baku dilakukan pada saat produksi biogas mulai menurun

10. Ampas hasil fermentasi dikeluarkan melalui outlet

11. Ampas yang keluar melalui outlet dapat digunakan langsung sebagai pupuk

organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.

30
3.6 Flowchart Reaktor Biomassa

Mulai

Perancangan Alat
Biogas

Persiapan Bahan

Pembuatan Alat

Pengisian Bahan Baku

Pengamatan Dan Pengujian Alat

Tidak
Terbakar

Pengujian Biogas

Selesai

Gambar 3.3 Diagram alir prosedur perancangan.

31

Anda mungkin juga menyukai