Proposal
Proposal
PENDAHULUAN
Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia saat ini membutuhkan
solusi yang tepat. Seperti kita ketahui bahwa persediaan bahan bakar minyak di
Indonesia pada umumnya semakin menipis. Solusi bagi krisis energi listrik dan bahan
bakar minyak seperti tersebut adalah adanya sumber energi alternatif. Sumber energi
alternatif tersebut harus bisa menjadi bahan bakar substitusi yang ramah lingkungan,
efektif, efisien, dan dapat di askes oleh masyarakat luas. Pengembangan biogas dengan
berbagai macam bahan baku menjadi solusi dan beberapa bahan baku biogas yag telah
Bahan baku eceng gondok seberat 32 kg dan volume air 32 liter, dapat
menghasilkan produksi biogas dengan waktu fermentasi selama 29 hari dengan waktu
pemakaian 3627 detik.(Frans K.G dan Usman, 2012). Sedangkan bahan baku daun
gamal seberat 15 kg dan volume air 15 liter, dapat menghasilkan produksi biogas
dengan waktu fermentasi selama 28 hari dengan waktu pemakaian 6 menit 360
detik.(Ilyas dan Mahesa, 2016).Secara umum proses pembuatan biogas dari eceng
gondok dan daun gamal menggunakan tipe reaktor yang sama yaitu tipe fixed done
dimana pada tipe ini penampung bahan baku dengan penampung gas terpisah dan
1
Salah satu tumbuhan yang juga berpotensi menghasilkan gas jika dilihat dari segi
kandungan zat kimianya adalah tumbuhan Kelor (Moringa oleifera) adalah sejenis
tumbuhan dari suku Moringaceae, tumbuhan ini memiliki ketinggian batang (711
m). (Mendieta-Araica at al., 2013). Dijelaskan lebih lanjut bahwa komposisi nutrisi
tumbuhan kelor terdiri atas protein kasar 29, 61%. Lemak kasar 7, 48%; dan 1318, 20
Kkal/kg. Masyarakat Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro, limaran
(Jawa) (Inggris): Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree (Melayu): kalor,
Kelor dibudidayakan dan telah beradaptasi dengan baik di luar jangkauan daerah
asalnya, termasuk seluruh Asia Selatan, dan di banyak negara Asia Tenggara,
Semenanjung Arab, tropis Afrika, sepanjang Hindia Barat dan Selatan Florida, di
Tengah dan Selatan Amerika dari Meksiko ke Peru, serta di Brazil dan
Berdasarkan uraian diatas, dalam laporan tugas akhir ini akan dilakukan
perancangan reaktor penghasil biomassa sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG
atau minyak tanah. Adapun judul laporan tugas akhir ini adalah: RANCANG
KELOR.
2
1.2 Rumusan Masalah
kelor?
2. Bagaimana menghitung potensi biogas dari tumbuhan kelor sebagai pengganti LPG
Dalam penelitian ini akan dibuat sebuah rancang bangun reaktor biomassa yang
Adapun tujuan yang akan dicapai berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Merancang dan membuat reaktor biogas dengan bahan baku tumbuhan kelor.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biogas
Biogas merupakan salah satu cara pemanfaatan limbah yang potensial dan dapat
relatif mudah, tidak memerlukan bahan yang mahal namun bisa menghasilkan produk
yang sangat berguna. Biogas dapat dibuat dari berbagai limbah baik limbah pertanian,
mikroorganisme yang bisa mendegradasi limbah akan dihasilkan produk akhir berupa
gas metan dan karbondioksida. Komposisi biogas yang dihasilkan terdiri dari gas
metan (55 - 65 %), karbondioksida ( 35-45%), nitrogen (0-3%), hydrogen (0-1 %), dan
Biogas merupakan salah satu jenis energi yang dapat dibuat dari banyak jenis
bahan buangan dan sisa, semacam sampah, kotoran ternak, jerami, eceng gondok serta
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan
biogas. Namun demikian kebanyakan bahan organik baik padat atau cair seperti
kotoran dan urine (air kencing) hewan ternaklah yang biasanya dimanfaatkan untuk
4
Umumnya biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut reaktor biogas yang
Komponen utama biogas adalah gas methan, disamping gas-gas lain, yang
lain adalah :
1. Mengurangi penggunaan dari gas LPG, hal ini dapat saja dilakukan karena gas
2. Lingkungan menjadi lebih bersih dan indah, hal ini terjadi karena memanfaatkan
minyak dan gas yang relatif lebih mahal dengan penggunaan biogas.
5
4. Limbah reaktor dari biogas dapat di manfaatkan sebagai pupuk organik, baik yang
5. Menurunkan emisi gas rumah kaca, pengurangan emisi ini terjadi karena kurangnya
1. Hidrolisis
menjadi senyawa yang sederhana. Pada tahap ini, bahan-bahan organik seperti
karbohidrat, lipid, dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan rantai pendek,
seperti peptida, asam amino, dan gula sederhana. Kelompok bakteri hidrolisa,
2. Asidogenesis
asidogen, Desulfovibrio, pada tahap ini memproses senyawa terlarut pada hidrolisis
menjadi asam-asam lemak rantai pendek yang umumnya asam asetat dan asam format.
3. Metanogenesis
dan Methanococcus. Tahap ini mengubah asam-asam lemak rantai pendek menjadi H2,
CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian
6
bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu metan (CH4) dan
karbondioksida (CO2).
1. Bakteria Hidrolik
Monomer
Misal:glukosa, asam amino, asam
lemak
3. Bakteria Acetegenik
Asetat , CO2, H2
4. Bakteria Methanogenik
Methane
biogas .
Pembentukan biogas dipengaruhi oleh pH, suhu, sifat substrat, keberadaan racun,
konsorsium bakteri. Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses
pembentukan biogas untuk mengubah senyawa yang kompleks menjadi molekul yang
lebih sederhana. Bakteri non metanogen ada yang bersifat aerob dan anaerob yang
termasuk bakteri hidrolitik, fermentatif, dan asetogenik (Madigan et al., 2003). Bakteri
suatu substansi yang disebut F420, yaitu suatu koenzim yang dapat terabsorpsi dengan
kuat pada panjang gelombang 420 nm (Mink & Dugan, 1976), dengan adanya koenzim
F420 dalam keadaan terreduksi menyebabkan bakteri ini dapat memancarkan sinar
7
fluoresens berwarna hijau kebiruan ketika disinari oleh sinar ultraviolet pada panjang
gelombang tertentu dan dapat membedakannya dengan bakteri non metanogen. Fungsi
dari koenzim F420 adalah sebagai pembawa elektron pada proses metabolisme yaitu
Metanogenesis adalah proses konversi materi organik menjadi gas CH4 dan CO2
yang terjadi secara anaerob (Burke, 2001), proses ini merupakan tahap terakhir yang
populasi mikroba yang bekerja secara konsorsium. Secara lengkap proses degradasi
materi organik secara anaerob ini meliputi empat tahap, yaitu hidrolisis polimer oleh
organisme hidrolitik, pembentukan asam dari materi organik yang melibatkan bakteri
fermentative, pembentukan asetat dari metabolit hasil fermentasi yang dilakukan oleh
bakteri homoasetogenik atau bakteri sintrofik, pembentukan CH4 dari H2 atau CO2,
1. Pengaruh pH
Biogas terbentuk karena adanya kerja berbagai bakteri yang ikut terlibat dalam
sangat dipengaruhi oleh pH. Nilai pH optimum dalam produksi biogas berkisar antara
7-8 (Fulford,1988). Diawal reaksi pembentukan biogas, bakteri penghasil asam akan
aktif lebih dulu sehingga pH pada digester menjadi rendah, kemudian bakteri
8
metanogen menggunakan asam tersebut sebagai substrat sehingga menaikkan nilai pH
kembali menjadi netral, ini menandakan bahwa dalam proses produksi biogas terjadi
pengaturan pH secara alami, tingkat keasaman diatur oleh proses itu dengan sendirinya.
Karbondioksida yang dihasilkan oleh bakteri larut dalam air untuk membentuk ion
bikarbonat (HCO3-) yang menyebabkan larutan menjadi lebih alkali. Jumlah ion
bikarbonat dalam larutan tergantung pada konsentrasi karbondioksida dan jumlah asam
yang ada pada slurry.(Fulford, 1988). Jika bakteri penghasil asam tumbuh terlalu cepat
maka asam yang dihasilkan akan lebih banyak dari jumlah yang dapat dikonsumsi oleh
bakteri penghasil metan, akibatnya sistem akan terlalu asam, jika hal ini terjadi maka
pH akan turun, sistem menjadi tidak seimbang dan aktivitas bakteri penghasil metan
Proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang mengandung
dari kedua elemen tersebut. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari
jumlah nitrogen memiliki C/N ratio 15 berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N =
30/1 atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) menciptakan proses pencernaan pada
tingkat yang optimum. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio rendah; misalnya 30/15),
maka karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti (Anonymous, 1999a).
3. Pengaruh Suhu
9
Suhu berpengaruh terhadap produksi biogas, umumnya produksi biogas meningkat
dua kali lipat setiap kenaikan suhu 100C pada kisaran suhu 150C - 350C (Fulford,1988).
Bakteri metanogen sangat sensitif terhadap perubahan suhu, Perubahan suhu yang
mendadak lebih dari 50C dalam satu hari dapat menyebabkan bakteri ini berhenti
bekerja sementara.
4. Pengaruh Racun
Antibiotik, desinfektan, dan pestisida merupakan contoh jenis racun yang dapat
membunuh bakteri dan dapat menyebabkan produksi biogas tidak terjadi. Begitupun
dengan deterjen, hidrokarbon seperti kloroform dan pelarut organik lainnya merupakan
produksi biogas dimulai maka harus dipastikan bahwa digester, substrat serta air yang
digunakan bebas dari berbagai racun yang dapat membunuh bakteri yang diperlukan.
keberhasilan produksi biogas itu sendiri. Pada dasarnya bahan yang dijadikan substrat
tersusun dari materi organik seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Materi organik
tersebut dapat didegradasi sehingga menghasilkan produk akhir berupa gas yang
disebut biogas. Pada prinsipnya kecepatan dan efisiensi proses degradasi substrat
Menurut Furfort (1988) substrat yang berasal dari kotoran ternak merupakan
substrat yang paling mudah digunakan dalam produksi biogas dibandingkan substrat
10
yang berasal dari tumbuhan, hal ini disebabkan kotoran ternak telah mengandung
bakteri yang tepat serta proses degradasinya ikut dibantu secara mekanik oleh gigi pada
saat proses mengunyah serta secara kimiawi dibantu oleh asam dan enzim pencernaan
dalam saluran pencernaan hewan, hal ini berbeda dengan substrat yang berasal dari
hemiselulosa yang sulit didegradasi oleh bakteri sehingga memerlukan waktu yang
6. Konsorsium Bakteri
Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam proses pembentukan biogas
adalah adanya peran serta bakteri, karena pada hakekatnya konversi materi organik
menjadi biogas ini merupakan hasil kerja berbagai bakteri yang bekerja secara
konsorsium.(Burke, 2001). Proses tidak akan berjalan jika hanya terdapat salah satu
bakteri saja, konsorsium memerlukan lebih dari satu spesies bakteri metanogen, ada
metan dan H2O melalui proses reduksi karbonat. (Fresspatent.,2007) Kondisi reaktor
harus benar-benar dijaga agar tetap terjadi keseimbangan sehingga bakteri dapat
11
Terdapat dua golongan bakteri yang terlibat dalam proses konversi materi organik
menjadi biogas, yaitu bakteri non metanogen dan bakteri metanogen. Bakteri non
metanogen bekerja lebih dulu menghasilkan berbagai asam organik seperti asam asetat,
asam propionat, asam butirat dan lain-lain, contoh bakteri non metanogen adalah
Escherichia coli, Bacteroides, Clostridium botylinum. Asam organik hasil kerja bakteri
non metanogenik akan digunakan oleh bakteri metanogenik untuk dikonversi menjadi
biogas.
Dalam pembuatan biogas ada beberapa komponen utama yang harus dibuat.
sebagai berikut:
12
1. Reaktor Biogas
Reaktor berfungsi mengubah bahan baku, menjadi biogas. Reaktor biogas dalam
skala kecil yang biasa digunakan adalah reaktor kubah beton fixed-dome yang telah
digunakan di berbagai negara, sistem ini sudah terbukti aman bagi lingkungan.
a. Lingkungan abiotis
Reaktor biogas harus fakum (tanpa kontak dengan oksigen (O2). Udara yang
metana.
b. Suhu
dingin.
c. Kebutuhan Nutrisi
Fermentasi bakteri butuh beberapa bahan gizi tertentu dan sedikit logam.
Kekurangan salah satu nutrisi atau bahan logam yang dibutuhkan dapat
memperkecil proses produksi metana Nutrisi yang diperlukan antara lain ammonia
(NH3) sebagai sumber Nitrogen, nikel (Ni), tembaga (Cu), dan besi (Fe) dalam
13
jumlah yang sedikit. Selain itu, fosfor dalam bentuk fosfat (PO4), magnesium (Mg)
Tiap jenis bakteri memiliki nilai kapasitas kebutuhan air tersendiri. Bila
1) Fixed dome
tekanan dalam reaktor. Karena itu, dalam konstruksi ini gas yang terbentuk akan
14
Gambar 2.3 Reaktor dengan tipe fixed dome
2) Floating dome
dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini juga menjadi
tanda telah dimulainya produksi gas dalam reaktor biogas. Pada reaktor jenis ini,
1) Bak (batch)
15
Umumnya digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensi gas
2) Mengalir (continuous)
Bahan baku untuk tipe ini mengalir masuk dan residu keluar pada selang
waktu tertentu.
Terbuat dari tong-tong bekas minyak tanah, tipe ini tidak tahan terhadap
korosi.
Reaktor biogas ini terbuat dari campuran semen, pasir, kerikil, dan kapur
yang dibentuk seperti sumuran dan ditutup dari plat baja. Volume tangkinya bisa
permanen.
Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu tangki bersatu dengan unit reaktor
3. Saluran Masuk
16
Saluran ini digunakan untuk memasukkan campuran bahan baku tumbuhan kelor
Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan ampas yang telah difermentasi oleh
bakteri, ampas yang keluar sangat baik untuk pupuk karena mengandung kadar nutrisi
yang tinggi.
5. Saluran Gas
Pada saluran ini sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan korosi. Untuk
pembakaran gas pada tungku, pada ujung pipa disambung dengan pipa baja anti karat.
(Aminah Syarifah dkk, 2015). Dijelaskan lebih lanjut bahwa tumbuhan ini memiliki
ketinggian batang 711 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-
kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya
bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak Buah kelor berbentuk
segitiga memanjang yang disebut kelentang, Biji tumbuhan ini berbentuk bulat
berwarna cokelat kehitaman, dalam satu buah biji ini akan terdapat beberapa butir
dalam buah sekitar 10-20 biji bahkan lebih, juga dapat disayur. Nama umum lainya
adalah masyarakat Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro, limaran (Jawa)
17
(Inggris): Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree (Melayu): kalor,
sehingga mudah tumbuh meski dalam kondisi ekstrim seperti temperatur yang sangat
tinggi, di bawah naungan dan dapat bertahan hidup di daerah bersalju ringan. Kelor
tahan dalam musim kering yang panjang dan tumbuh dengan baik di daerah dengan
curah hujan tahunan berkisar antara 250 sampai 1500 mm. Meskipun lebih suka tanah
kering lempung berpasir atau lempung, tetapi dapat hidup di tanah yang didominasi
tanah liat.
Kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia selatan, dari timur laut
Pakistan (33 N, 73 E), sebelah utara Bengala Barat di India dan timur laut Bangladesh
di mana sering ditemukan pada ketinggian 1.400 m dari permukaan laut, di atas tanah
aluvial baru atau dekat aliran sungai. (NASIR, E.; ALI, S. I. (eds.), 1972).
18
Kelor dibudidayakan dan telah beradaptasi dengan baik di luar jangkauan daerah
asalnya, termasuk seluruh Asia Selatan, dan di banyak negara Asia Tenggara,
Semenanjung Arab, tropis Afrika, Amerika Tengah, Karibia dan tropis Amerika
Selatan. Kelor menyebar dan telah menjadi naturalisasi di bagian lain Pakistan, India,
dan Nepal, serta di Afghanistan, Bangladesh, Sri Lanka, Asia Tenggara, Asia Barat,
Jazirah Arab, Timur dan Afrika Barat, sepanjang Hindia Barat dan selatan Florida, di
Tengah dan Selatan Amerika dari Meksiko ke Peru, serta di Brazil dan
Paraguay (JAMA, B.; NAIR, P. K. R.; KURIRA, P. W., 1989). Dijelaskan lebih lanjut
bahwa komposisi nutrisi tumbuhan kelor terdiri atas protein kasar 29, 61%. Lemak
kasar 7, 48%; dan 1318, 20 Kkal/kg. Sumber Informasi Gizi Berbagai publikasi
Daun Kelor adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Daun Kelor mengandung energi sebesar 82 kilokalori, protein 6,7 gram,
karbohidrat 14,3 gram, lemak 1,7 gram, kalsium 440 miligram, fosfor 70 miligram, dan
zat besi 7 miligram. Selain itu di dalam Daun Kelor juga terkandung vitamin A
sebanyak 11300 IU, vitamin B1 0,21 miligram dan vitamin C 220 miligram. Hasil
tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Daun Kelor, dengan
19
BAB III
METODE KEGIATAN
Waktu dan tempat pembuatan reaktor biomassa berbahan baku tumbuhan kelor
dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2017 di bengkel mekanik teknik
bahan baku tumbuhan kelor yang berlokasi di desa Karassing, Kabupaten Bulukumba
20
dan untuk pengujiannya dilakukan dari Maret-Agustus 2017 di Laboratorium Teknik
(a) (b)
Gambar 3.1 (a) Reaktor biogas berbahan baku eceng gondok
(b) Reaktor biogas berbahan baku daun gamal.
fermentasi biogas berbahan dasar eceng gondok dan daun gamal rancangan yang akan
dibuat tidak jauh berbeda dengan rancangan sebelumnya jika dilihat dari segi
konstruksi hampir sama akan tetapi bahan baku, ukuran reaktor, dan jenis bahan tabung
reaktor serta alat ukur tekanan dan temperature yang berbeda, pada alat sebelumnya
menggunakan 1 buah drum besi dengan volume 220 liter, dan penampung gas dari
drum plastik bervolume 130 liter, alat ukur yang digunakan pada penelitian
sebelumnya adalah alat ukur analog dengan skala yag tinggi, hal ini mengakibatkan
21
pembacaan tekanan dan suhu pada reaktor dan tabung penampung gas sulit untuk
diketahui. Dari segi konstruksi juga kurang baik karena alat yang terlalu besar dan
bahan baku yang sedikit, membuat produksi biogas terbilang sedikit jika dilihat dari
Kekurangan pada alat sebelumya juga terdapat pada saluran inlet yang permanen
sehingga mengakibatkan alat hanya bisa digunakan satu kali saja, serta ukuran saluran
outlet yang kecil membuat ampas dari bahan yang telah dipermentasi akan sulit untuk
dikeluarkan.
22
Inlet
Katup One Value
Alat Ukur Temperatur
Outlet Gas Selang
Tabung Reaktor
30 cm Kompor
Katup
Selang
220 Ltr Barometer
45 cm
80 cm
Rangka
100 Ltr
45 cm
Ampas Outlet
20 cm
Bak Penampung Ampas
Roda ( 6 Buah )
60 cm 60 cm
Tipe yang akan dibuat sama dengan rancangan terdahulu (fixed dome). Pada tipe
ini volume reaktor tetap sehinngga dalam konstruksinya gas yang terbentuk akan
segera dialirkan menuju tabung penampung gas yang berada di samping reaktor. Alat
ukur yang akan digunakan, adalah alat ukur digital yang tentunya lebih akurat dan
memudahkan peneliti untuk melihat perkembangan dan pegambilan data. Pada sisi
inlet tidak dirancang permanen sehingga alat bisa digunakan berulang kali dengan
bahan baku yang sama atau bahkan dengan bahan baku yang berbeda.
23
1. Reaktor
Tempat bahan organik dan tempat terjadinya proses pencernaan bahan organik
a. Temperatur 30 - 35C.
b. Kondisi didalam reaktor biogas dalam keadaan anaerob atau tidak ada oksigen
( udara divakumkan ).
c. Memiliki inlet (saluran pemasukan) dan outlet (saluran pengeluaran gas, serta
2. Penampung Gas
Penampung gas berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh reaktor
gas.
24
Merupakan saluran untuk mengeluarkan ampas tumbuhan kelor dari tabung
produksi.
4. Penampung Ampas
1. Alat
Alat yang akan digunakan pada rancang bangun alat produksi biomassa
a. Las listrik
b. Palu
c. Mesin bor
d. Gurinda
e. Mesin kompressor
f. Ember
25
h. Termometer digital
i. Stopwatch
j. Kuas
k. Kompor
l. Pressure gauge
2. Bahan
j. Kompor biogas
k. Lem plastik
l. 3 buah EM4
o. Kawat las
26
p. Mata gurinda
q. 6 roda
a. Reaktor Gas
Pada tabung reaktor biogas digunakan 1 drum plastik dengan volume 220
liter, dimana pada sisi kiri bagian atas dilubangi dengan ukuran 60 mm dan pada
sisi kanan bagian bawah dilubangi dengan ukuran 140 mm dengan menggunakan
bor listrik untuk saluran masuknya bahan baku dan saluran keluarnya ampas, pada
mm.
mengetahui apa sudah bisa terbakar gas yang ada didalam reaktor gas.
Drum yang akan digunakan sebagai wadah penampungan gas adalah drum
plastik dengan volume 130 liter. Drum tersebut pada bagian atasnya dibuat tiga
27
1) Untuk saluran masukan gas yang dihasilkan oleh tabung reaktor biogas dengan
ukuran 15 mm.
3) Untuk tempat pemasangan stop krang 5/8 inchi yang berfungsi sebagai keluaran
b. Pipa yang ukuran 140 mm dan 60 mm yang sudah di potong sesuai ukuran
dipasang pada lubang tabung reaktor yang tadinya sudah dilubangi dengan
c. Kemudian double napple dipasang pada bagian atas drum yang tadinya sudah
dilubangi, lem plastik dan silikon, setelah itu pasang stop kran-nya.
d. Selanjutnya pressure gauge (alat ukur tekanan) dan thermometer (alat ukur
e. Pada penutup drum plastik yang sudah dilubangi, dipasanglah double napple
untuk sambungan stop kran yang ukuran 5/8 inchi, kemudian pada bagian double
f. Siapakan selang karet yang ukuran 5/8 inchi, kemudian sambungkan pada stop
kran keluaran gas dari reaktor dengan stop kran masukan gas pada tempat
28
penampungan gas, setelah itu pasang klem agar tidak terjadi kebocoran pada
g. Memasang selang karet pada stop kran ukuran 5/8 inchi yang terdapat pada
penampungan gas lalu dihubungkan dengan kompor gas dan memasang klem
h. Setelah semua komponen dan bahan sudah terpasang (dirakit), maka alat
alat.
memotong bagian batang dan daun hingga menjadi sangat kecil hal ini dapat
membantu proses fermentasi bakteri dengan mudah kemudian bahan baku yang
tumbuhan kelor dicampur dengan 40 liter air, lalu kemudian diaduk secara merata.
3. Bahan baku yang sudah diolah dimasukkan ke dalam tabung fermentasi melalui
29
5. Setelah penutupan inlet pengamatan dilakukan terhadap alat ukur tekanan dan
temperatur, hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa cepat gas methan
terbentuk.
6. Beberapa hari setelah penutupan inlet, gas methan akan terbentuk lalu kemudian
katup stop kran sudah bisa dibuka untuk mengalirkan gas ke penampungan yang
telah disiapkan
7. Jika ingin menguji gas tersebut, bisa dengan cara membuka katup pada
9. Pengisian bahan baku dilakukan pada saat produksi biogas mulai menurun
11. Ampas yang keluar melalui outlet dapat digunakan langsung sebagai pupuk
30
3.6 Flowchart Reaktor Biomassa
Mulai
Perancangan Alat
Biogas
Persiapan Bahan
Pembuatan Alat
Tidak
Terbakar
Pengujian Biogas
Selesai
31