GEOLOGI Dinamik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

GEOLOGI

Senin, 25 Februari 2013

TEKTONIK LEMPENG

TEKTONIK LEMPENG
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan)
bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan
cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori
ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-
tiap lempeng ini selalu berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan
tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa
bumi, gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.
Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener mengemukakan
tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada awalnya hanya terdiri dari
satu benua (super continent) yang disebut Pangaea dan dikelilingi oleh lautan yang
dainamakan Panthalassa. Kemudian Pangaea ini pecah menjadi benua-benua yang lebih
kecil dan bergerak ke tempatnya seperti sekarang ini. Hal ini didukung oleh bukti kesamaan
garis pantai, kesamaan fosil kesamaan struktur dan batuan antar benua.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku
yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi
merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair
sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi
(litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang
mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi
yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang
dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih
tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat
adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan
demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.
Lempeng litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu lempeng
Eurasia, Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia. Lempeng-
lempeng tersebut bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km di dalam selubung
dan bersifat kampir melebur atau hampir berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka terjadi
interaksi antar lempeng pada batas-batas lempeng yang dapat berbentuk :
Divergen : lempeng-lempeng bergerak saling menjauh dan mengakibatkan material
dari selubung naik membentuk lantai samudra baru dan membentuk jalur magmatik atau
gunung api.
Konvergen : lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan tumbukan dimana
salah satu dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah yang lain masuk ke selubung.
Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur
gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan
magmatik dan gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya
terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa
dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera
Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.
Transform : lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak
litosfer. Hai ini dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besar
San Andreas di Amerika.
Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan pada zona
konvergen ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.
Tumbukan itu dapat berupa :
1. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45 atau lebih,
menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
2. Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah yang lain
dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk cenderung di lantai samudra.
Bila tumbuh ke atas permukan laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api
baru yang terletak beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra
bertemu.
3. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga menyebabkan
massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya
adalah terbentuknya formasi pegunungan baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya
India ke benua Asia yang menghasilkan pegunungan Himalaya.
Penyebab Lempeng Bergerak
Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak saat ini adalah
karena adanya arus konveksi di dalam selubung atau mantel. Sebagai energi dalam hal ini
adalah panas bumi. Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi sepanjang waktu. Konveksi di
dalam bumi dikendalikan oleh gravitasi dan sifat-sifat batuan yang mengkerut bila mendingin.
Hal ini berarti litosfer samudra lebih berat dari selubung di bawahnya. Sedangkan gaya
gravitasi yang menarik lempeng ini cukup kuat untuk menendalikan mantel..

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain.
Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori
Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil
menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya
gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak
samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earths mantle). Kerak
benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan
material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian
pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen
pada kerak benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena
suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak
mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang
saling bersinggungan satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang
ada di bumi, dan lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.

Pergerakan Lempeng (Plate Movement)


Pada awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu Laurasia dan Gondwana
kemudian kedua benua ini bersatu sehingga hanya ada satu benua besar (supercontinent)
yang disebut Pangaea dan satu samudera luas atau yang disebut Panthalassa (270
juta tahunyang lalu). Dari supercontinent ini kemudian terpecah lagi menjadi Gondwana dan
Laurasia (150 jt th yll) dan akhirnya terbagi-bagi menjadi lima benua seperti yang dikenal dan
ditempati oleh manusia sekarang. Terpecah-pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk
gunung api yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranean yang keduanya melewati
Indonesia.
Mekanisme penyebab terpecahnya benua ini bisa diterangkan oleh Teori Tektonik
Lempeng sebagai berikut :
1. Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi (convection
current) dari mantle (lapisan di bawah kulit bumi yang berupa lelehan). Arah arus ini tidak
teratur, bisa dibayangkan seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air yang
direbus. Terjadinya arus konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif yang
menimbulkan panas.
2. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus
interferensi yang arahnya ke atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang
berada di atasnya. Magma yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan
membentuk gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah
permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera yang saling
berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut dengan
MOR (Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya material dari
mantle ke dasar samudera. MOR mempunyai ketinggian melebihi 3000 m dan lebarnya
lebih dari 2000 km, atau melebihi ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya
di daerah benua. MOR Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-selatan dari
lautan Arktik melalui poros tengah samudera Atlantik ke sebelah barat Benua Afrika dan
melingkari benua itu di selatannya menerus ke arah timur ke Samudera Hindia lalu di
selatan Benua Australia dan sampai di Samudera Pasifik. Jadi keberadaan MOR
mengelilingi seluruh dunia.
3. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena aliran
material dari mantle. Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke
arah kedua sisi dari MOR karena desakan dari magma mantle yang terus-menerus dan
juga tarikan dari gaya gesek arus mantle yang horisontal terhadap material di atasnya.
Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak terus
menjauh dari daerah poros pematang dan mengarungi samudera. Gejala ini disebut
dengan Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).
4. Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung Samudera yang
memanjang di tepi-tepi benua merupakan fenomena yang dapat dijelaskan oleh Teori
Tektonik Lempeng yaitu dengan adanya proses penunjaman (subduksi). Oleh karena
peristiwa Sea Floor Spreading maka suatu saat kerak samudera akan bertemu dengan
kerak benua sehingga kerak samudera yang mempunyai densitas lebih besar akan
menunjam ke arah bawah kerak benua. Dengan adanya zona penunjaman ini maka akan
terbentuk palung pada sepanjang tepi paparan benua, dan juga akan terbentuk kepulauan
sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera yang
menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle atau jika bertemu dengan batuan benua
yang mempunyai densitas sama atau lebih besar maka akan terjadi mixing antara material
kerak samudera dengan benua membentuk larutan silikat pijar atau magma. (Proses
mixing terjadi pada kerak benua sehingga tidak akan lebih dalam dari 30 km di bawah
permukaan bumi). Karena sea floor spreading terus berlangsung maka magma hasil
mixing yang terbentuk akan semakin besar sehingga akan menerobos batuan-batuan di
atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan bumi membentuk deretan gunung
api. Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan
lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform.
Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang
tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.

Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan
lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform.
Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga
(triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika
sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas
divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut
(seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan
terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang
saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang
paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi
Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
2. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang
mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath
another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua
atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona
tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit
samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu
bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling
menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Konvergen lempeng benuasamudra (OceanicContinental).


Konvergen lempeng samudrasamudra (OceanicOceanic).

Konvergen lempeng benuabenua (ContinentalContinental).


Bagaimana Dengan Indonesia?
Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis
batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng
yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng
tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan


terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung
berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di
sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa
(Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan
yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan
magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar
Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang
pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.
sumber: google.com/web.teorilempeng tektonik.
Sudah sejak lama para ahli kebumian mengetahui bahwa daratan-daratan yang ada di muka
bumi ini sebenarnya tidaklah tetap di tempatnya, tetapi secara berlahan daratan-daratan
tersebut bermigrasi di sepanjang bola bumi. Terpisahnya bagian daratan dari asalnya dapat
membentuk suatu lautan yang baru dan dapat juga berakibat pada terjadinya proses daur
ulang lantai samudera kedalam interior bumi. Sifat mobilitas kerak bumi ditandai dengan
adanya gempa bumi, aktivitas gunung api dan pembentukan pegunungan (orogenesa).
Berdasarkan ilmu pengetahuan kebumian, teori yang menjelaskan mengenai bumi yang
dinamis (mobil) dikenal dengan teori Tektonik Lempeng.

Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)


Revolusi dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad ke 19, yaitu ketika
munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu dengan mengajukan hipotesa
tentang benua-benua yang bersifat mobil yang ada di permukaan bumi. Sebenarnya teori
tektonik lempeng sudah muncul ketika gagasan mengenai hipotesa Pengapungan Benua
(Continental Drift) diperkenalkan pertama kalinya oleh Alfred Wegener (1915) dalam bukunya
The Origins of Oceans and Continents. Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua
adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa benua-benua yang ada saat ini dahulunya
bersatu yang dikenal sebagai super-kontinen yang bernama Pangaea. Super-kontinen
Pangea ini diduga terbentuk pada 200 juta tahun yang lalu yang kemudian terpecah-pecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti
saat ini.
Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung
oleh fakta fakta sebagai berikut:
Kecocokan / kesamaan Garis Pantai :
Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian timur
dengan garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis pantai ini apabila dicocokan atau
dihimpitkan satu dengan lainnya akan berhimpit. Wegener menduga bahwa kedua benua
tersebut pada awalnya adalah satu. Berdasarkan adanya kecocokan bentuk garis pantai inilah
kemudian Wegener mencoba untuk mencocokkan semua benua-benua yang ada di muka
bumi.
Persebaran Fosil :
Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar
luas dan terpisah di beberapa benua :
1. Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan
ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
2. Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang
hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua
Afrika.
3. Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun
yang lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.
4. Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu,
dijumpai di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
Pertanyaannya adalah, bagaimana binatang-binatang darat tersebut dapat bermigrasi
menyeberangi lautan yang sangat luas serta di laut yang terbuka? Boleh jadi jawabannya
adalah bahwa benua-benua yang ada sekarang pada waktu itu bersatu yang kemudian pecah
dan terpisah-pisah seperti posisi saat ini.
Kesamaan Jenis Batuan :
Jalur pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur benua Amerika Utara
dengan sebaran berarah timur laut dan secara tiba-tiba menghilang di pantai Newfoundlands.
Pegunungan yang umurnya sama dengan pegunungan Appalachian juga dijumpai di British
Isles dan Scandinavia. Kedua pegunungan tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum
terjadinya pemisahan / pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu jalur
pegunungan yang menerus. Dengan cara mempersatukan / mencocokan kenampakan
bentuk-bentuk geologi yang dipisahkan oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi
data-data tersebut belum cukup untuk membuktikan hipotesa pengapungan benua
(continental drift). Dengan kata lain, jika suatu benua telah mengalami pemisahan satu dan
lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-bukti bahwa struktur geologi dan jenis batuan yang
cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti dari kenampakan geologinya cocok antara benua-benua
yang dipisahkan oleh lautan, namun belum cukup untuk membuktikan bahwa daratan/benua
tersebut telah mengalami pengapungan.
Bukti Paleoclimatic (Iklim Purba) :
Para ahli kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim purba, di mana pada 250
juta tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi bagian selatan pada zaman itu terjadi iklim
dingin, di mana belahan bumi bagian selatan ditutupi oleh lapisan es yang sangat tebal,
seperti benua Antartika, Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India. Wilayah yang terkena
glasiasi di daratan Afrika ternyata menerus hingga ke wilayah ekuator. Akan tetapi
argumentasi ini kemudian ditolak oleh para ahli kebumian, karena selama perioda glasiasi di
belahan bumi bagian selatan, di belahan bumi bagian utara beriklim tropis yang ditandai
dengan berkembangnya hutan rawa tropis yang sangat luas dan merupakan material asal dari
endapan batu bara yang dijumpai di Amerika bagian timur, Eropa dan Asia.
Pada saat ini, para ahli kebumian baru percaya bahwa daratan yang mengalami glasiasi
berasal dari satu daratan yang dikenal dengan super-kontinen Pangaea yang terletak jauh di
bagian selatan dari posisi saat ini. Bukti-bukti dari Wegener dalam mendukung hipotesa
Pengapungan Benua baru diperoleh setelah 50 tahun sebelum masyarakat ahli kebumian
mempercayai kebenaran tentang hipotesa Pengapungan Benua.
Pengapungan Benua dan Paleomagnetisme :
Ketika pertama kali hipotesa Pengapungan Benua dikemukakan oleh Wegener, yaitu
pada periode 1930 hingga awal tahun 1950-an, bukti-bukti yang mendukung hipotesa ini
sangat minim sekali. Adapun perhatian terhadap hipotesa ini baru terjadi ketika penelitian
mengenai penentuan Intensitas dan Arah medan magnet bumi. Setiap orang yang pernah
menggunakan kompas tahu bahwa medan magnet bumi mempunyai kutub, yaitu kutub utara
dan kutub selatan yang arahnya hampir berimpit dengan arah kutub geografis bumi. Medan
magnet bumi juga mempunyai kesamaan dengan yang dihasilkan oleh suatu batang magnet,
yaitu menghasilkan garis-garis imaginer yang berasal dari gaya magnet bumi yang bergerak
melalui bumi dan menerus dari satu kutub ke kutub lainnya. Jarum kompas itu sendiri
berfungsi sebagai suatu magnet kecil yang bebas bergerak di dalam medan magnet bumi dan
akan ditarik ke arah kutub-kutub magnet bumi. Suatu metoda yang dipakai untuk mengetahui
medan magnet purba adalah dengan cara menganalisa beberapa batuan yang mengandung
mineral-mineral yang kaya unsur besinya yang dikenal sebagai fosil kompas. Mineral yang
kaya akan unsur besi, seperti magnetite banyak terdapat dalam aliran lava yang berkomposisi
basaltis. Saat suatu lava yang berkomposisi basaltis mendingin (menghablur) dibawah
temperatur Curie ( 5800 C), maka butiran butiran yang kaya akan unsur besi akan mengalami
magnetisasi dengan arah medan magnet yang ada pada saat itu. Sekali batuan tersebut
membeku maka arah kemagnetan (magnetisasi) yang dimilikinya akan tertinggal di dalam
batuan tersebut. Arah kemagnetan ini akan bertindak sebagai suatu kompas ke arah kutub
magnet yang ada. Jika batuan tersebut berpindah dari tempat asalnya, maka kemagnetan
batuan tersebut akan tetap pada arah aslinya. Batuan batuan yang terbentuk jutaan tahun
yang lalu akan merekam arah kutub magnet pada saat dan tempat di mana batuan tersebut
terbentuk, dan hal ini dikenal sebagai Paleomagnetisme.
Penelitian mengenai arah kemagnetan purba pada aliran lava yang diambil di Eropa
dan Asia pada tahun 1950-an menunjukkan bahwa arah kemagnetan untuk batuan batuan
yang berumur muda cocok dengan arah medan magnet bumi saat ini, akan tetapi arah
kemagnetan (magnetic alignment) pada aliran lava yang lebih tua ternyata menunjukkan arah
kemagnetan yang sangat bervariasi dengan perbedaan yang cukup besar. Berdasarkan hasil
ploting dari posisi yang terlihat sebagai kutub magnet utara untuk benua Eurasia
mengindikasikan bahwa selama 500 juta tahun yang lalu, lokasi-lokasi dari kutub utara
magnet bumi secara berangsur berpindah-pindah. Hal ini merupakan bukti kuat bahwa kutub
magnet bumi telah mengalami berpindahan / bermigrasi. Perpindahan arah kutub magnet ini
dikenal sebagai Pole Magnetic Wandering yaitu arah kutub magnet yang berkelana /
berpindah pindah.
Sebaliknya apabila arah kutub magnet dianggap tetap pada posisi seperti saat ini
maka penjelasannya adalah bahwa benua yang mengalami perpindahan atau pengapungan.
Semua bukti-bukti ilmiah tersebut mengindikasikan bahwa posisi rata-rata dari kutub kutub
magnet erat kaitannya dengan posisi kutub geografis bumi. Dengan demikian, jika posisi
kutub-kutub magnet relatif tetap pada posisinya, maka kutub-kutub yang terlihat berpindah
pindah dapat dijelaskan dengan hipotesa Pengapungan Benua. Beberapa tahun kemudian,
suatu kurva dari kenampakan kutub-kutub magnet yang berpindah pindah juga dilakukan
untuk benua Amerika Utara. Apabila diperbandingkan hasil dari kedua jalur perpindahan kutub
magnet bumi, baik yang ada di Amerika Utara dan Eurasia memperlihatkan kesamaan dan
kemiripan dari jalur perpindahan kutub kutub magnet bumi tersebut yang terpisah dengan
sudut 30 derajat.

Menurut teori lempeng Tektonik oleh Le Pichon (1968), kulit bumi atau yang disebut
dengan lithosfera termasuk bagian paling luar yaitu kerak bumi (Continental crust) dan kerak
samudra (Oceanic Crust) terdiri atas lempeng lempang tegar atau kaku dan saling bergerak
satu sama lain.
Teori Tektonik Lempeng berawal dari pengamatan Alfred Wagener pada tahun 1915
yang menjelaskan bahwa adanya kesimetrisanbentuk antara pantai timur Amerika Selatan
dengan pantai barat Afrika yang kalau didekatkan melekat menjadi satu kesatuan benua
besar. Dari pengamatan tersebut lahirlah Continental Drift Theory yang menyatakan bahwa
sekitar 250 juta tahun yang lalu benua-benua ini pernah menjadi dua benua besar yang
disebut Pangea dan Gondwana. Kemudian kedua benua tersebut seiring dengan waktu
pecah menjadi benua-benua kecil dan bergerak ke posisi seperti yang ada sekarang dan akan
terus bergerak secara dinamis. Teori tektonik mengasumsikan bahwa interior bumi kita
tersusun dari media yang berlapis-lapis. Teori ini juga mengasumsikan bahwa kerak bumi
yang bersifat padat dan rigid seolah-olah mengapung diatas lapisan mantel bumi yang terdiri
dari fluida kental. Dengan demikian kerak bumi akan berada pada keadaan tidak stabil.

Lempeng lempeng tersebut merupakan bongkah bongkah lithosfera yang bersifat tidak
kaku (lunak, plastis, mudah berubah) dan dalam keadaan bergerak yang dinamakan
Asthenosfera. Sedangkan mengenai mekanisme pergerakan itu sendiri karena adanya arus
konveksi yang terdapat di dalam mantel bumi. Namun akhir ini para peneliti berpendapat
bahwa gerak utama dari lempenglempang ini karena pengaruh dari perbedaan densitas atau
kepadatan dan ketebalan kerak bumi yang menonjol kearah lateral akibat dari pendinginan
bumi.

Pola Mekanisme terjadinya gempabumi di atas tergantung pada keadaan struktur kulit bumi
dan distribusi gaya atau stress yang bekerja. Stress yang bekerja pada gempa tektonik yang
terjadi umumnya adalah seragam atau uniform. Sehingga perbedaan keadaan struktur atau
medium daerah bersangkutan.

Teori Gempabumi
Gempabumi merupakan peristiwa alamiah yang tidak dapat dipisahkan dengan
fenomena-fenomena alamiah lainya terutama aktivitas gunung berapi (vulkanic). Kedua
fenomena ini berkaitan erat dengan proses- proses internal yang terjadi dalam bumi. Secara
fisis fenomena ini merupakan peristiwa pelepasan energi yang dikumpulkan sebelum akibat
tegangan yang bekerja di dalam bumi. Energi yang dilepaskan pada saat terjadi nya
gempabumi dapat berupa deformasi, energi gelombang atau energienergi lainya.
Energi deformasi yang dilepaskan suatu gempa bumi dapat dilihat dari bentuk topografi suatu
daerah.Perubahan bentuk ini dapt dilihat dari bentuk topografi suatu daerah. Perubahan
bentuk ini di sebabkan oleh pergeseran pergeseran lempeng tektonik (tektonik plates) atau
dapat juga disebabkan aktivitas gunung berapi serta menuasia yang menyebabkan naik
turunya lapisan bumi. Studi yang mendalam tentang proses gempa bumi disertai analis
analisis catatan penyabaran daerah gempa menunjukan bahwa energi gelombang yang
dipancarkan oleh suatu gempa akan menjalar dan menggetarkan medium elastik yang
dilewatinya.
Besar kecilnya akibat yang dirasakan karena gempa bumi berkorelasi fositif dengan jarak
suatu daerah dengan hiposenter suatu gempa. Hiposenter adalah lokasi nyata terjadinya
gempa bumi sedangkan episenter adalah proyeksi hiposenter di permungkaan bumi
(guttenber, 1954)
Jenis Gempabumi
Gempabumi merupakan fenomena alam yang bersifat merusak dan menimbulkan bencana
dapat digolongkan menjadi empat jenis, yait
1. Gempabumi Vulkanik ( Gunung Api )
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung
api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya
ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi tersebut hanya
terasa di sekitar gunung api tersebut.
2. Gempabumi Tektonik
Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng lempeng tektonik mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang
sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam
dibumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi
3. Gempabumi Runtuhan
Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

Anda mungkin juga menyukai