Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


REUMOTOID ATHRITIS

O
L
E
H

EKA OKTAVIANI
016. 02. 0508

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
LELEDE 2016
LANDASAN TEORI
ARTRITIS RHEUMATOID

A. Konsep Dasar (Masalah Utama)

1. Pegertian

Penyakit reumatik (Artritis Rheumatoid) adalah


penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat
sistemik, progresif, cenderung kronis dan mengenai
sendi serta jaringan ikat secara sistematis (Rasjad
Chairuddin, pengantar ilmu bedah,).
Artritis Rheumatoid adalah suatu penyakit
inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh (Mansjoer arif, et al, Kapita selekta
Kedokteran., 1999).
Penyakit inflamasi kronis yang tidak diketahui
penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan
kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan
deformitas. Penyakit sistemik ini ditandai terutama
oleh inflamasi kronik lapisan sinovial sendi secara
simetris, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
bahkan terjadi kerusakan bagian dalam sendi

2. Etiologi

Penyebab utama penyakit Reumatik (Artritis Rheumatoid)


masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori
yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Rheumatoid,
yaitu:
a. infeksi Streptococcus hemolitikus dan Strepcoccus
non-hemolitikus
b. endokrin
c. autoimun
d. metabolik
e. faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini Artritis Rheumatoid diduga disebabkan
oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini
bereaksi terhadap kolagen tipe II; factor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan
mikroorganisme mikroplasma atau grup difteroid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan
sendi penderita.

3. Manifestasi Klinis

a. Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari (morning


stiffness) , lebih dari setengah jam.

b. Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi,


bengkak, semu merah dan terasa hangat.

c. Mobilisasi sendi, spasme dan pemendekan otot,


destruksi tulang dan kartilago serta deformitas
sendi.

d. Malaise, demam, penurunan berat badan.

4. Patofisiologi

Patogenesis penyakit ini terjadi akibat rantai


peristiwa imunologi yang menyebabkan proses destruksi
sendi. Berhubungan dengan faktor genetik, hormonal,
infeksi, dan heat shock protein. Reaksi autoimun dalam
jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis
yang menghasilkan enzim-enzim dalam sendi untuk
memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi
membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus
tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu
gerak sendi.
Produksi
Pembentukan
Khemotaksis
kolagen,
Stimulus
Produksi
Produksi
Akumulasi
elaktase
kompleks
neutrofil
awal
Produksi
anion
prostaglandin
dan
imun
Limposit
superaksid
danfaktor
enzim
makrofag
yangreumatoid
dalam
degenaratif
mengaktifkan
ke
sinovial
sendi
lainyang
komplemen
sakit
Gangguan
Deposit
Gangguan
Gangguanperawatan
mobilitas
citra
Destruksipola
Nyeri tubuh
tidur
sendi diri
fisik
(pencetus tidak dikenal+predisposisi genetik)

5. Komplikasi
Kelainan system pencercanaan yang sering dijumpai
adalah gastritis dan ulkus peptikum yang merupakan
komplikasi utama penggunakan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (Disease Modifying Antirheumatoid Drugs,
DMARD) yang menjadi factor penyebab morbiditas dan
mortilitas utama pada aarthritis rheumatoid.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus
b. Fiksasi lateks: positif pada 75 % ddari kasus-
kasus khas. Reaksi-reaksi aglutinasi: positif pada
lebih dari 50% kasus-kasus khas.
c. LED: umumya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala meningkat.
d. Protein C-reaktif: positif selama masa
eksaserbasi
e. SDP: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
f. JDL: umumnya menunjukkan anemia sedang ig (igM
dan igG); peningkatan besar menunjukkan proses
autoimun sebagai penyebab AR
g. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukkan
pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang,
memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoatritistik yang terjadi secara bersamaan.
h. Scan radionuklida: identifikasi peradangan
sinovial
i. Artroskopi langsung: visualisasi dari area yang
menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada
sendi
j. Aspirasi cairan sinovial: mungkin menunjukkan
volume yang lebih besar dari normal: buram,
berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP
dan leukosit, penurunan viskositas dan komplemen
(C3 dan C4)
k. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan
inflamasi dan perkembangan panas.
7. Penatalaksanaan
a. Medis
Prinsip pengobatan reumatoid artritis adalah
mengistirahatkan sendi yang terkena. Obat-obat yang
biasa digunakan, antara lain :

1). Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)

Kelompok obat ini dapat menguragi peradangan


dengan menghalangi produksi mediator peradangan.
Yang paling banyak digunakan adalah aspirin dan
ibuprofen.

2). Obat Slow Acting

Senyawa emas
Penisilamin
Hidrioxi Kloroquin
Sulfozalazin

3). Kortikosteroid

Untuk pemakaian kortikosteroid, harus


diperhatikan hal berikut :
Pemberian oral dilakukan pada kasus-kasus
RA yang tidak berespon terhadap AINS dan obat-
obatan yang bekerja lambat.
Untuk mengatasi gejala-gejala penyakit yang
terjadi selama menunggu efek obat-obatan yang
bekerja lambat.
Suntikan intra artikular dilakukan apabila
pada eksaserbasi akut dari sinovitas pada
suatu sendi yang digerakkan menjadi sangat
terganggu.
Pemberian dosis tinggi peroral untuk jangka
panjang waktu pendek untuk mengatasi serangan
yang berat.
b. Perawatan
Oleh karena kausa pasti Artritis Rheumatoid tidak
diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif yang
dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus
benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga
tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan
mengurangi keluhan/ gejala memperlambat
progresifvtas penyakit. Tujuan utama dari program
penatalaksanaan/perawatan adalah sebagai berikut :
Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
Untuk mempertahankan fungsi sendi dan
kemampuan maksimal dari penderita
Untuk mencegah dan atau memperbaiki
deformitas yang terjadi pada sendi
Mempertahankan kemandirian sehingga tidak
bergantung pada orang lain.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja


dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di
atas, yaitu :
1). Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini
adalah memberikan pendidikan yang cukup tentang
penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa
saja yang berhubungan dengan penderita.
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian,
patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan
perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini,
semua komponen program penatalaksanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan
untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim
kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan
secara terus-menerus.
2). Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya
disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa
lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari,
tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih
baik atau lebih berat. Penderita harus membagi
waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu
beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.

3). Latihan Fisik dan Termoterapi


Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup
gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang
sakit, sedikitnya dua kali sehari. Latihan dan
termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja
kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus,
seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja.
Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur
penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh
adanya penyakit.
4). Diet/Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus.
Ada sejumlah cara pemberian diet dengan variasi
yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum
terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk
memperoleh diet seimbang adalah penting.
5). Kompres hangat basah
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak
dapat mengurangi nyeri.
6). Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari
seluruh program penatalaksanaan penyakit
reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk
mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk
mencoba mengubah perjalanan penyakit.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala: nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
membuuk dengan stress pada sendi; kekakuan pada
pagi hari, biasanya terjadi bilateral atau
simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada
gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda: malaise, keterbatasan rentang gerak; atropi
otot, kulit, kontraktor/ kelainan pada sendi.
b. Kardiovaskuler
Gejala: fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (missal:
pucat intermitten, sianosis, kemerahan pada jari
sebelum warna kembali normal)
c. Integritas ego
gejala: faktor-faktor stress kronok/ akut missal;
financial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan, keputusan dan ketidakberdayaan (situasi
ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas pribadi (misal ketergantungan pada
orang lain).
d. Makanan/ cairan
Gejala: ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual,
anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: penurunan berat badan, kekringan pada
membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan
aktifitas perawatan pribadi, ketergantungan.
f. Neurosensori
Gejala: kesemutan pada lengan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda: pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri (mungkin tidak
disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada
sendi).
h. Interaksi sosial
Gejala: kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/
orang lain; perubahan peran; isolasi.
i. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: riwayat AR pada keluarga ( pada awal
remaja), penggunaan makanan kesehatan, vitamin,
penyembuhan arthritis tanpa pengujian, riwayat
perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal,
pleuritis.
Pertimbangan: DGR menunjukkan rata-rata lama
dirawat: 4,8 hari.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/ kronis
Dapat dihubungkan dengan: agen pencedera; distensi
jarigan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,
destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh: keluhan nyeri,
ketidaknyamanan, kelelahan. Berfokus pada diri
sendiri/ penyempitan focus, perilaku distraksi/
respons, autonomic, perilaku yang bersifat hati-
hati/ melindungi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Selidiki keluhan nyeri, Membantu dalam
catat lokasi dan intensitas menentukan kebutuhan
(skala 0-10). Catat faktor- manajemen nyeri dan
faktor yang mempercepat dan keefektifan program.
tanda-tanda rasa sakit non-
verbal
2. Berikan matras/ kasur keras, Matras yang empuk/
bantal kecil. Tinggikan linen lembut, bantal yang
tempat tidur sesuai kebutuhan besar akan mencegah
pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang
tepat, menempatkan
stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan
tekanan sendi yang
3. Tempatkan/ pantau penggunaan terinflamasi/ nyeri).
bantal, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace Mengistirahatkan sendi-
sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi
netral. Penggunaan
4. Dorong pasien untuk sering brace dapat menurunkan
mengubah posisi, bantu pasien nyeri dan dapat
untuk bergerak di tempat tidur, mengurangi kerusakan
sokong sendi yang sakit di atas sendi.
dan bawah, hindari gerakan yang Mencegah terjadinya
menyentak kelelahan umum dan
5. Anjurkan pasien untuk mandi kekakuan sendi,
air hangat atau mandi pancuran menstabilkan sendi,
pada waktu bangun dan/ atau mengurangi gerakan/
pada waktu tidur. Sediakan rasa sakit pada sendi.
waslap hangat untuk mengompres
sendi-sendi yang sakit bebeapa
kali sehari. Pantau suhu air Panas meningkatkan
kompres, air mandi dan relaksasi otot dan
sebagainya mobilitas, menurunkan
6. Berikan masase yang lembut rasa sakit dan
melepaskan kekakuan
7. Dorong penggunaan teknik pada pagi hari.
manajemen stress misalnya Sensifitas pada panas
relaksasi progresif, sentuhan dapat dihilangkan dan
terapeutik, dan pengendalian luka dermal dapat
nafas disembuhkan.
8. Kolaborasi: berikan obat-
obatan sesuai petunjuk misal Meningkatkan relaksasi/
asetil salisilat mengurangi nyeri.
Meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa
control, dan mungkin
menungkatkan koping.

Sebagai anti-inflamasi
dan efek analgesic
ringan dalam mengurangi
kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.

b. Kerusakan mobilitas fisik


Dapat dihubungkan dengan: deformitas skeletal,
nyeri, ketidaknyamanan, intoleransi aktifitas,
penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh: keengganan untuk mencoba
bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri
bergerak dalam lingkungan fisik. Memebatasi rentang
gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan
kekuatan otot/ control dan massa (tahap lanjut).
INTERVENSI RASIONAL
1. Evaluasi/ lanjutkan Tingkat aktifitas/
pemantauan tingkat inflamasi/ latihan tergantung dari
rasa sakit pada sendi perkembangan/ resolusi
2. Pertahankan istirahat tirah dari proses inflamasi.
baring/ duduk jika diperlukan Istirahat sistemik
jadwal aktivitas untuk dianjurkan selama
memberikan periode istirahat eksaserbasi akut dan
yang terus menerus dan tidur seluruh fase penyakit
malam hari yang tidak yang penting untuk
terganggu mencegah kelelahan
3. Bantu dengan rentang gerak mempertahankan kekuatan.
aktif/ pasif, demikian juga Mempertahankan/
latihan resistif dan meningkatkan fungsi
isometric jika memungkinkan sendi, kekuatan otot, dan
stamina umum.
Catatan: latihan yang
tiadak adekuat
4. Ubah posisi dengan sering menimbulkan kekakuan
dengan jumlah personel cukup. sendi karena latihan yang
Demonstrasikan/ Bantu teknik berlebihan akan merusak
pemindahan dan penggunaan sendi.
bantuan mobilitas missal Menghilangkan tekanan
trapeze pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi.
Mempermudah perawatan
5. Posisikan dengan bantal, diri dan kemandirian
kantung pasir, gulungan pasien. Teknik pemindahan
trokanter, bebat brace yang tepat dapat mencegah
robekan abrasi kulit.
Meningkatkan stabilitas
(menguranngi resiko
6. Gunakan bantal kecil/ tipis cidera), mempertahankan
di bawah leher posisi sendi yang
7. Dorong pasien untuk diperlukan dan
mempertahankan postur tegak kesejajaran tubuh serta
dan duduk tinggi, berdiri, mengurangi kontraktor.
dan berjalan Mencegah fleksi leher.
8. Berikan lingkungan yang
aman misal menaikkan kursi, Memaksimalkan fungsi
menggunakan pegangan tangga sendi dan mempertahankan
pada toilet, penggunaan kursi mobilitas.
roda
9. Kolaborasi: konsul dengan
fisioterapi Menghindari cidera akibat
kecelakaan/ jatuh.

Berguna untuk
memformulasikan program
latihan/ aktifitas
berdasarkan pada
kebutuhan individu dan
dalam mengidentifikasikan
alat
Mungkin dibutuhkan untuk
menekan system inflamasi
akut.

c. Gangguan citra tubuh


Dapat dihubungkan dengan: perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidaksimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh: perubahan fungsi dari
bagian-bagian yang sakit, bicara yang negatif
tentang diri sendiri, focus pada kekuatan masa
lalu, dan penampilan. Perubahan pada gaya hidup/
kemampuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan
pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekkat.
Perubahan pada keterlibatan sosial, perasaan tidak
berdaya, putus asa.
INTERVENSI RASIONAL
1. tentang proses penyakit, Berikan kesempatan
harapan masa depan untuk mengidentifikasi
rasa takut/ kesalahan
konsep dan
menghadapinya secara
2. Diskusikan arti dari langsung.
kehilangan/ perubahan pada Mengidentifikasi
pasien/ orang terdekat. bagaiman penyakit
Memastikan bagaimana pandangan mempengaruhi persepsi
pribadi pasien dalam diri dan interaksi
menfungsikan gaya hidup sehari- dengan orang lain akan
hari termasuk aspek-aspek menentukan kebutuhan
seksual terhadap intervensi/
konseling lebih lanjut.
3. Diskusikan persepsi pasien Isyarat verbal/non-
mengenai bagaimana orang verbal orang terdekat
terdekat menerima keterbatasan dapat mempunyai
pengaruh mayor pada
bagaiman pasien
4. Perhatikan perilaku menarik memandang dirinya
diri, penggunaan menyangkalatau sendiri.
terlalu memperhatikan perubahan Dapat menunjukkan
emosional ataupun
5. Ikut sertakan pasien dalam metode koping
merencanakan perawatan dan maladaptif membutuhkan
membuat jadwal aktifitas intervensi lebih
lanjut.
6. Bantu dalam kebutuhan Meningkatkan perasaan
perawatan yang diperlukan harga diri, mendorong
kemandirian, dan
7. Berikan bantuan positif bila mendorong dalam
perlu berpartisifasi dalam
terapi.
Mempertahankan
penampilan yang dapat
meningkatkan citera
8. Kolaborasi: rujuk pada diri.
konseling psikiatri. Misal Memungkinkan pasien
perawat spesialis psikiatri, untuk merasa senang
psikolog terhadap dirinya
sendiri, menguatkan
perilaku positif,
meningkatkan rasa
percaya diri.
Pasien/ orang terdekat
mungkin membutuhkan
dukungan selama
berhadapan dengan
proses jangka panjang/
ketidakmampuan.

d. Kurangnya penetahuan (kebutuhan belajar) mengenai


penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
Dapat dihubungkan dengan: kurangnya pemajanan/
mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan oleh: pertanyaan/ permintaan
informasi, pernyataan kesalahan konsep, tidak tepat
mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang
dapat dicegah.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau proses penyakit, Memberikan pengetahuan
prognosis dan harapan masa diman pasien dapat
depan membuat pilihan
berdasarkan informasi.
2. Diskusikan kebiasaan pasien Tujuan control penyakit
dalam menatalaksanaan proses adalah untuk menekan
sakit melalui diet, obat- inflamasi sendiri/
obatan, dan program diet jaringan lain untuk
seimbang, latihan dan istirahat mempertahankan fungsi
3. Bantu dalam merencanakan sendi dan mencegah
jadwal aktifitas terintegrasi deformitas.
yang realistis, istirahat, Memberikan struktur dan
perawtan pribadi, pemberian mengurangi ansietas
obat-obatan, terafi disik dan pada waktu menangani
manajemen stres proses penyakit kronik
4. Tekankan pentingnya kompleks.
melanjutkan manajemen
farmakoterapeautik Keuntungan dari terapi
obat-obatan tergantung
5. Anjurkan untuk mencerna pada ketepatan
obat-obatan dengan makanan, dosisinya.
susu, atau antasida pada waktu Membatasi iritasi
tidur gaster, pengurangan
nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan
6. Identifikasi efek obat- mengurangi kekakuan di
obatan yang merugikan missal pagi hari.
tinnitus, perdarahan Memperpanjang dan
gastrointestinal, dan ruam memaksimalkan dosis
purpuruik aspirin dapat
mengakibatkan takar
lajak. Tinitus umumnya
7. Dorong pasien obesitas untuk mengidentifikasikan
menurunkan berat badan dan kadar terapeutik darah
berikan informasi penurunan yang tinggi.
berat badan sesuai kebutuhan Pengurangan berat badan
akan mengurangi tekanan
pada sendi terutama
pinggul, lutut,
pergelangan kaki,
telapak kaki.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian


keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Internet : http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/reumatoid-artritis-re.html
Internet:Http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/rheumatoid-arthritis-
re.html
Internet:Http//Ns-nining.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-dengan-
arthiritiis.htlm-100k
Mansjoer Arif, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta :
Media Aesculapius
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Price, S.A. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai