Anda di halaman 1dari 5

Metode Mengendalikan Emisi SO2 Pada Gas

Buang Boiler
Sulfur secara alami melakukan siklus yang melibatkan tumbuhan dan hewan. Sebagian
besar sulfur tersebar di atmosfer dalam bentuk hidrogen sulfida (H 2S) yang dihasilkan
dari proses pembusukan makhluk hidup. Gas tersebut perlahan teroksidasi membentuk
SO2. Pada kondisi atmosfer, SO2 yang sangat reaktif akan secara alamiah berasimilasi
kembali ke lingkungan. Hal tersebut sangat berbeda dengan gas SO 2 hasil dari proses
pembakaran bahan bakar fosil (batubara) yang jumlahnya terlalu banyak, sehingga
kondisi alamiah lingkungan alam pun tidak dapat me-recycle-nya kembali ke alam sekitar.

Siklus Alamiah Sulfur

Bahan bakar fosil dengan kandungan alami sulfur paling banyak adalah batubara.
Kandungannya dapat mencapai 10% maksimal tergantung dari kualitas batubara
tersebut. Semakin tinggi kualitas batubara, maka kandungan sulfur di dalamnya semakin
sedikit.

Penggunaan batubara sebagai bahan bakar utama pada boiler tidak akan pernah lepas
dari permasalahan emisi SO2. Sekalipun yang digunakan adalah batubara dengan kualitas
terbaik (kandungan sulfur rendah), emisi sulfur dioksida pasti akan terbentuk. Kita ambil
contoh jika batubara yang digunakan pada sebuah boiler PLTU 640MW memiliki
kandungan sulfur 5%, dan PLTU ini akan membutuhkan batubara sebanyak 260 ton per
jamnya pada beban penuh. Maka dapat kita hitung dengan mudah, emisi sulfur dioksida
yang terbuang tiap jam dapat mencapai 13 ton. Tentu jumlah ini sungguh luar biasa
besarnya, dan akan sangat berbahaya jika SO2 dengan jumlah tersebut dibuang begitu
saja ke udara tanpa ada sebuah perlakuan khusus agar lebih ramah lingkungan.
Untuk mengendalikan emisi gas buang SO2 yang dihasilkan oleh boiler ada tiga macam
teknik, teknik pre-combustion, teknik modifikasi combustion, dan post-combustion.
Untuk teknik yang pertama yakni modifikasi pre-combustion, adalah dengan jalan
memodifikasi bahan bakar yang digunakan oleh boiler. Mengganti bahan bakar boiler
dengan gas alam misalnya, akan mengurangi emisi SO2 sampai dengan 0%. Atau bisa juga
diganti dengan solar (High Speed Diesel) sehingga dapat meminimalisir kandungan SO 2
meskipun tidak sampai 0%. Kandungan sulfur yang rendah pada solar dan gas alam
memang menjadi keuntungan di sini, namun karena sifat kedua bahan bakar tersebut
yang volatil (mudah menguap) dan ketersediaannya yang terbatas membuat teknik ini
menjadi tidak efisien. Mengganti bahan bakar boiler dari batubara menjadi solar atau
gas alam, membutuhkan perhatian khusus dalam pengadaan sarana penyimpanan
bahan bakar, saluran pendistribusiannya, peralatan proses pembakaran (burner),
termasuk desain boiler dan keselamatannya. Sehingga teknik ini akan membutuhkan
biaya yang cukup besar.

Teknik yang kedua adalah dengan memodifikasi proses pembakaran yang terjadi. Salah
satunya adalah dengan menggunakan sistem Fluidized Bed Combustion, sistem ini
mencampurkan udara dengan gas buang dan mengarahkan campuran tersebut ke
material penyerap sulfur seperti limestone dan dolomite. Sistem ini dapat menyerap
sulfur hingga 95% dari keseluruhan polutan sulfur yang dihasilkan dari proses
pembakaran batubara.

Fluidized Bed Combustion System

Teknik terakhir untuk mengendalikan emisi sulfur dioksida adalah dengan memodifikasi
sistem setelah proses pembakaran. kontrol emisi yang digunakan pada jenis ini berfungsi
untuk menyerap polutan-polutan berbahaya yang dihasilkan oleh proses pembakaran
batubara. Berikut adalah sistem-sistem tersebut:
Flue Gas Desulphurization

Ada dua tipe Flue Gas Desulphurization yang umum digunakan pada berbagai jenis
boiler, yaitu tipe basah (Wet Flue Gas Desulphurization) dan tipe kering (Dry Flue Gas
Desulphurization). Untuk yang tipe basah, FGD menggunakan bahan baku air laut
sebagai media penyerap emisi sulfur. Flue gas yang keluar dari boiler, dialirkan ke sistem
Flue Gas Desulphurisation (FGD) dan disemprot dengan menggunakan air laut sehingga
terjadi reaksi kimia berikut:

SO2 + H2O H+ + HSO3-

Proses selanjutnya adalah proses oksidasi. Dengan menggunakan oksidation air blower,
udara dari atmosfer dimasukkan ke dalam tangki larutan campuran antara air laut
dengan hasil dari reaksi kimia sebelumnya. Pada fase ini terjadi reaksi kimia berikut:

HSO3- + O2 HSO4-

Dan pada akhir proses, terjadi reaksi kimia secara alami di naturalisation basin, yaitu:

HSO4- + HCO3- SO42+ + H2O + CO2

Dan seperti yang Anda lihat hasil reaksi kimia di atas merupakan zat-zat yang menjadi
penyusun alami air laut. Dan menurut hasil penelitian, penambahan zat-zat tersebut ke
dalam air laut masih tidak berpengaruh terhadap keseimbangan air laut.

Flue Gas Desulphurization Tipe Basah

Pada Flue Gas Desulphurization tipe kering, udara flue gas dimasukkan ke dalam sistem
dan disemprot dengan zat kimia absorber sulfur. Zat kimia absorber yang digunakan
bukan air laut, melainkan bahan-bahan kimia seperti CaCO 3 (limestone) dengan reaksi
kimia absorbsi berikut:
CaCO3 (solid) + SO2 (gas) CaSO3 (solid) + CO2 (gas)

Selain menggunakan CaCO3 juga dapat digunakan Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 (magnesium
hidroksida). Materi absorbsi tersebut dikabutkan oleh sebuah bagian bernama ratary
atomizer sehingga didapatkan ukuran partikel yang cukup kecil untuk mengoptimalkan
proses penyerapan SO2.

Flue Gas Desulphurization Tipe Kering

Sistem CSNOx

Sistem CSNOx merupakan sebuah sistem terbaru yang telah dikembangkan dan
dipatenkan oleh Ecospec Global Technology, sebuah perusahaan riset dan teknologi yang
berkantor pusat di Singapura. Sistem ini diklaim sebagai sebuah sistem pengendali emisi
pertama di dunia yang mampu menyerap tiga sekaligus emisi gas buang yakni karbon
dioksida (CO2), Sulfur dioksida (SO2, dan sekaligus NOx. Bukan hanya itu kelebihan
CSNOX, sistem ini mampu menyerap polutan-polutan tersebut dengan jumlah yang
melebihi FGD. Dalam uji cobanya yang dipasangkan ke dalam sebuah kapal tanker
Alframax pada bulan Februari 2010, CSNOx mampu menyerap 99% SO 2, 77% CO2, dan
66% untuk NOx.
Sistem Kerja CSNOx

Prinsip kerja utama dari CSNOx adalah penggunaan gelombang frekuensi ultra rendah /
Ultra Low Frequency (ULF) yang dipancarkan ke air sebagai media kerjanya. Air tersebut
selanjutnya direaksikan dengan gas buang boiler untuk menyerap SO 2, CO2, dan NOx.
CSNOx memiliki komponen-komponen utama sebagai berikut:

1. Bio Fouling Control, berfungsi untuk mengendalikan organisme-organisme air (laut)


pada air sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya.
2. SOx Absorption Enhancer, komponen untuk mengoptimalkan proses penyerapan
polutan sulfur oleh air.
3. pH Exciter, berfungsi untuk mengontrol pH air sebelum proses penyerapan polutan.
4. Ultra Low Frequency Electrode, berfungsi memancarkan gelombang ultra rendah
pada air.
5. Mineral Scale Control, berfungsi untuk mencegah pembentukan kerak pada pipa-
pipa.
6. CO2 dan NOx Reducer, berfungsi untuk mengoptimalkan proses penyerapan CO 2 dan
NOx.
7. Discharge Mixing Tank, berfungsi untuk penampung air hasil proses penyerapan
sebelum dikembalikan ke laut.

Anda mungkin juga menyukai