Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gangguan pengguanaan NAPZA (nakotika, psikotropika dan zat
adiktif lain) merupakan problema kompleks yang penatalaksanaanya melibatkan
banyak bidang keilmuan (medik dan non-medik). Penatalaksanaan seseorang
dengan ketergantungan napza merupakan suatu proses panjang yang memakan
waktu relatif cukup lama dan melibatkan berbagai pendekatan dan latar belakang
profesi. Gangguan pengunaan NAPZA merupakan masalah biopisiko sosial
kultural yang sangat rumit sehingga perlu di tanggulangi secara multidisipliner
dan lintas sektoral dalam suatu program yang menyeluruh (komprehensif) serta
konsisten.
Menurut riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2007. Perilaku merokok di
indonesia secara nasional pada kelompok umur 10 tahun ke atas adalah sebesar
29.2%, sedangkan perilaku minum alkohol selama 12 bulan trakhir adalah 4,6%
dan dalam 1 bulan trakhir adalah 3,0%. Sementara itu prevalensi penyalahgunaan
NAPZA lainnya di indonesia sulit unntuk di ketahui besarnya. Namun bedasarkan
hasil perhitungan estimasi yang di lakukan oleh badan narkotika nasional (BNN)
diperkirakan ada 3,2 juta orang (1.5% dari total populasi) di indonesia mempunyai
riwayat menggunakan NAPZA dari jumlah tersebut di perkirakan hanya 10% yang
mendapat layanan dari tenaga kesehatan.
Gangguan penggunaan NAPZA pada pasien jarang ditemukan berdiri sendiri
melainkan terdapat bersama dengan gangguan lain seperti depresi atau ansietas
yang dapat terjasi karena kondisi predisposisi atau sebagia akibat penggunaan
NAPZA dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pola penggunaan NAPZA itu
sendiri, khususnya penggunaan dengan cara suntik dapat membuat seseorang
menderita penyulit (komplikasi) seperti HIV/AIDS, Infeksi menular seksual
(IMS), hepatitis B atau C dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi NAPZA?

2. Apa saja klasifikasi dari NAPZA?

3. Apa saja macam-macam bahan narkotika dan psikotropika yang terdapat di


masyaraka serta akibat pemakaianya ?

4. Apa saja faktor pendukung penyalahgunaan NAPZA?

5. Apa tanda dan gejala pengguna NAPZA?

6. Apa saja dampak dan efek dari penyalahgunaan NAPZA?

7. Bagaimanakah penatalaksanaan pengguna NAPZA?

8. Bagaimanakah contoh kasus dan penatalaksanaan dari penyalahgunaan


NAPZA?

9. Askep penyalahgunaan NAPZA?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi NAPZA

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari NAPZA

3. Untuk mengetahui macam-macam bahan narkotika dan psikotropika yang


terdapat di masyaraka serta akibat pemakaianya

4. Untuk mengetahui faktor pendukung penyalahgunaan NAPZA

5. Untuk mengetahui tanda dan gejala pengguna NAPZA

6. Untuk mengetahui dampak dari penyalahgunaan NAPZA

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pengguna NAPZA

8. Untuk mengetahui contoh kasus dan penatalaksanaan dari penyalahgunaan


NAPZA

9. Untuk mengetahui Askep penyalahgunaan NAPZA


BAB II

TINJAUAN KONSEP

1) Definisi
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. NAPZA berupa zat yang bila masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi
tubuh terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan fisik, psikis
dan fungsi sosial. Istilah lainnya NAPZA adalah narkoba, singkatan dari narkotika
dan obat berbahaya. (Budi Anna, 2011)
NARKOBA adalah singkatan narkotika dan obat/bahan berbahaya. Istilah ini
sangat populer dimasyarakat. Termasuk media masa dan aparat hukum yang
sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan NAPZA. Ada juga menggunakan
istilah madat untuk NAPZA tapi istilah madat tidak disarankan karena hanya
berkaitan dengan satu jenis narkotika saja, yaitu turunan opium. (Eko Prabowo, 2014)
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Tetergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah
dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku
psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi
karena kebutuhan biologis terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapakan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan
tanda ketergantungan fisik. (Eko Prabowo, 2014)
2) Klasifikasi
Kategori NAPZA menurut Budi Anna, 2011 antara lain :
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semisntesis yang dapat menyebabkan penurunan ataupun
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan ( UU Nomor 22 tahun 1997
tentang Narkotika)
Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan:
a. Narkotika golongan 1 : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan,
(contoh : heroin/putau, kokain, ganja)
b. Narkotika golongan II : narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. (contoh: morfin, petidin)
c. Narkotika golongan III : narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau bertujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan, (contoh : codein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah narkotika golongan 1 :
1) Opiat : morfin, heroin (putauw), petidin, candu dan lain-lain
2) Ganja (kanabis), marihuana, hashis
3) Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, koka
2. Alkohol
Alkohol merupakan cairan yang mengandung zat ethyl alkohol. Alkohol
digolongkan sebagai NAPZA karena mempunyai sifat menenangkan sistem
syaraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seeorang,
mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat menenangkan,
walaupun juga dapat merangsang. Efek alkohol tidak sama pada setiap orang
tergantung pada keadaan fisik, mental, dan lingkungan.
3. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamian atau sintesis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU
Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika)
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:
a. Psikotropika golongan I : psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
serta mempunyai potensi amat kuat megakibatkan sindroma
ketergantungan (contoh : ekstasi, shabu, LSD)
b. Psikotropika golongan II : psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengekibatkan sindroma
ketergantungan (contoh : amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
c. Psikotropika golongan III : psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantunga (contoh : pentobarbital, flunitrazepam)
d. Psikotropika golongan IV : psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk bertujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan (contoh : diazepam, bromazepam, fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil KB, pil koplo,
rohip, Dum, MG)
4. Zat adiktif : suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan
kecanduan atau ketergantungan. Yang dimaksud disini adalah bahan atau zat
yang berpengaruh psikoaktif di luar yang disebut Narkotika dan Psikotropika,
meliputi :
a. Minuman beralkohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf
pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari
dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan
narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat atau zat itu dalam
tubuh manusia.
Ada tiga golongan minuman beralkohol :
1) Golongan A : kadar etanol 1-5% (bir)
2) Golongan B : kadar etanol (5-20%), (berbagai jenis minuman
anggur)
3) Golongan C : kadar eatanol 20-45%, (whiskey, vodca, TKW,
Mansonhouse, jhony walker, kambut)
b. Inhalansia
Atau gas yang dihirup dan solfen (zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor, dan sebai pelumas mesin. Yang sering disalah gunkan
anatara lain : lem, thiner, pengahpus cat kuku, bensin.
c. Tembakau
Pemakain tembakau yang mengandung nekotin sangat luas di masyarkat.
Pada upaya penaggulangan di NAPZA di masyarkat, pemakain rokok dan
alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari pada upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalah gunaan NAPZA lain yang lebih berbahya.
3) Macam-macam bahan narkotika dan psikotropika yang terdapat di masyaraka serta
akibat pemakaianya
1. Opiaid
Opiaid dibagi tiga golongan besar yaitu :
1) Opiaid alamiah (opiat) : morfin, cepium, kodein.
2) Opioida semi sintetik : heroin / putaw, hidromorfin
3) Sintetik : meperidin, propoksipen, metadon.
Opiat atau opioid biasanya digunkan dokter untuk menghilangkan rasa
sakit uang sangat (analgenitika). Berupa petidin, methadon, talwin, kodein
dan lain-lain.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat dan kemudian timbul rasa ingin
yang menyederi untik menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan
sipeakaiakan kehilangan rasa percaya diri hingga tidak mempunyai
keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka
sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah musuh. Mulai sering
melkukan anifulasi dan akhiranmya menderita kesulitan keuangan yang
mengakibatkan mereka melakukan pencurian atau tindak kriminal lainya.
2. Kokain
Kokain mempunyai dua bebtuk yaitu : kokain hidroklorida dan free base. Kokain
berupa kristal pitih, rasa sedikit pahit dan lebioh mudah laryt dari free base. Free
base tidak berwarna /putih, tidak berbau dan rasanya bau. Nama jalanan dari
kokain adalah koka, coke, heppy dust, dharlie, serepet, snow salju, putih. Biasanya
bebentuk bbubk putih.
Efek dari rasa pemakain kokain ibi membuat pemakai merasa segar, kehilnagn
nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit
dan lelah.
3. Kanabis
Nama jalanan yang sering digunakan adalah graass, cimeng, ganja, dan gelek,
hasish, marijuana, bhang.
Ganja bersal dari tanaman kanabis satifa dan kanabis indica, pada tanaman ganja
terkandung tiga zat utama yaitu tetrehido kanabinol, kanabinol dan kanabidiol.
Efeknya : cenderung merasa lebih sanati, rasa gembira berlebih atau euforia,
sering berfantasi, aktif berkominkasi, selera makan tinggi, sensitif, kering pada
mulut dan tenggorokkan
4. Amaphetamin
Nama generik amaphetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa tahun
1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai obat.
Nama jalananya : Seed, metha, crystal, uppers, whizz, soulphate.
Ada dua jenis amphetamin :
MDMA (methylene dioxy methamephetamin) dikenal dengan nama
ekstasi, terdiri dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink
heart, snow white, petir yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul.
Methamfitamin ice, dikenal sebagai shabu nama lainnya shabu-shabu, SS,
ice, crystal, crank.
Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas aluminuium
foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca
yang dirancang khusus (bong).
5. LSD (Lysergic acid)
Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
Cara menggunakannya dengan eletakkan LSD pada permukaan lidah bereaksi
setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang sejak 8-12 jam.
Efek rasa ini disebut triping, yng digambarkan seperti halusianasi terhadap tempat,
warna, dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjdai satu hingga timbul
obsesi terhadap halusianasi yang dia rasakan dan keinginan untuk hanyut
didalamnya menjadi sangat indah atau bahakan menyeramkan dan lama-lama
membuat paranoid.
6. Sedative hipnotik (benzodiazepin)
Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur). Nama jalanan
dari benzodiazepin : BK, dum, lexo, NG, rohyp. Pemakainanya dapat melalui oral,
intra vena dan rectal. Penggunaan di bidang medis untuk pengobatan, kecemasan
dan stress serta sebagai hipnotik (obat tidur).
7. Solvent (inhalansia)
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara di hirup. Contohnya airosole, aica
aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner, uap bensin. Efek yang
ditimbulkan muntah, mual, pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan, liver
dan jantung.
8. Alkohol
Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia.diperoleh dari
proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian, dari proses fermentasi
diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15% dengan proses penyulingan
di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai
100%.
Nama jalan alkohol : booze, drink
Konsentrasi maksimal alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir.
Sekali diabsorbsi, etanol didistribusikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan
tubuh. Sering dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan
menjadi euforia, namun seiring dengan penurunnya pula orang menjadi depresi.
4) Faktor Pendukung
1) Faktor biologis
a) Genetik (tendenensi keturunan).
b) Metabolik etil alkohol bila dimetabolisme lebih lama efisien untuk
mengurangi individu menjadi ketergantungan
c) Infeksi pada organ otak : inetelegensi menjadi rendah (retradasi mental,
misalna ensefhalitis, meningitis).
d) Penyakit kronis : kanker, asthma bronchiale, penyakit menahun lainnya.
2) Faktor psikologis :
a) Tipe kepribadian (dependen, ansietas, depresi, antisosial).
b) Harga diri rendah : depersei terutama karena kondisi sosial ekonomi pada
penyalahgunaan alkohol, sedatif hipnotik yang mencapai tingkat
ketergantungan diikuti rasa bersalah
c) Disfungsi keluarga : kondisi keluarga yang tidak stabil, role model
(ketauladanan) yang negatif, tidak terbina saling percaya antar anggota
keluarga, keluarga yang tidak mampu memeberikan pendidikan yang sehat
pada anggota, orang tua dengan gangguan penggunaan zat adiktif,
perceraian.
d) Individu yang mempunyai perasaan tidak aman
e) Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang
f) Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan untuk
mempraktikkan homoseksual, krisis identitas.
g) Rasa bermusuhan dengan keluarga atau dengan orang tua.
3) Faktor sosial kultural
a) Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan zat seperti tembkau,
nikotin, ganja, dan alkohol
b) Normal kebudayaan pada suku bangsa tertentu, menggunakan halusinogen
atau alkohol untuk upaara adat dan keagamaan
c) Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya banyak mendengarkan
dan menggunakan zat adiktif.
d) Persefsi dan penerimaan masyarakat terhadapa penggunaan zat adiktif.
e) Remaja yang lari dari rumah.
f) Penyimpangan seksual usia dini
g) Perilaku tindak kriminal pada usia dini, misalnya mencuri, merampok
dalam komunitas
h) Kehidupan beragama yang kurang. (Yosep Iyus, 2007)
4) Stressor Pencetus Gangguan Penggunaan Zat Adiktif
Stressor dalam kehidupan merupakan kondisi pencetus terjadinya gangguan
penggunaan zat adiktif bagi seseorang atau remaja, menggunakan zat merupakan cara
untuk mengatasi stress yang dialami dalam kehidupannya.
Beberapa stressor pencetus adalah :
a) Pernyataan dan tuntutan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya
sebagai pengakuan
b) Reaksi sebagai cara untuk mencari kesenanga, indivu berupaya untuk
menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan, individu berupaya untuk
menghidari rasa sakit dan mencari kesenangan, rileks agar lebih menikmati
hubungan interpersonal.
c) Kehilangan orang atau sesuatu yang berarti seperti pacar,, orang tua, saudara,
drop out dari sekolah atau pekerjaan.
d) Diasingkan oleh lingkungan, rumah, sekolah kelompok teman sebaya,
sehingga tidak mempunyai teman.
e) Kompleksitas dan ketegangan dari kehidupan modern.
f) Pengaruh dan tekanan teman sebaya (diajak, dibujuk, diancam).
g) Kemudahan mendapatkan zat adiktif seperti alkohol dan nikotin.
h) Pesan dari masyarakat bahwa penggunaan zat adiktif dapat menyelesaikan
masalah.
(Yosep Iyus, 2007).
5) Tanda dan gejala
Menurut Budi Anna (2011) Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi,
terdapat pula sindroma pusat zat, yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat
penggunaan zat yang dikurangi atau dihentikan.tanda dan gejala intoksikasi dan putus
zat berbda pada jenis zat yang berbeda.

Opiat Ganja Sedatif- Alkohol amprtamin


hipnotik
Tanda dan gejala intoksikasi
Eforia, Eforia, Pengendalian Mata merah, Selalu
mengantuk, matamerah, diri kurang, bicara cadel, terdorong
bicara cadal, mulut kering, jalan jalan untuk bergerak,
konstipasi, banyak bicara sempoyongan, sempoyongan, berkeringat,
penurunan dan tertawa, mengantuk, perubahan gemetar,
kesadaran nafsu makan memperpanjang persepsi, cemas, depresi,
meningkat, tidur, hlang penurunan paranoid
gangguan kesadaran kemampuan
persepsi menilai
Tanda dan gejala putus zat
Nyeri, mata Jarang Cemas, tangan Cemas, Cemas, depresi,
dan hidung ditemukan gemetar, depresi, meka kelelahan,
berair, perubahan merah, mudah energi
perasaan persepsi, marah, tangan berkurang,
panas dingin, gangguan daya gemetar, mual kebutuhan tidur
diare, gelisah, ingat, sulit tidur muntah, sulit meningkat
sulit tidur tidur

6) Dampak dan efek penyalahgunaan NAPZA


a. Dampak penyalah gunaan NAPZA sebagai berikut :
1. Opiat : ketergantungan heroin atau putau dapat mengakibatkan timbulnya perilaku
manipulatif misalnya sering berbohong dan mencuri. Perilaku manipulatif
disebabkan oleh sugesti yaitu keinginan yang kuat sekali untuk menggunakan
putau kembali. Heroin atau putau sering digunakan dengan jarum suntik, sehingga
berbahaya untuk penularan penyakit hepatitis C dan HIV-AIDS. Zat ini juga
mengakibatkan kematian karena overdosis.
2. Ganja : penggunaan ganja dapat mengakibatkan gangguan persepsi, sinestesia, dan
sindrom amotivasional. Pada gangguan persepsi misalnya sepuluh menit dirasakan
seperti satu jam dan jarak 10 meter dipersepsikan sebagai jarak 100 meter. Ini
membahayakan pasien jika membawa kendaraan bermotor. Pada sinestesia
misalnya saat mendengarkan musik pasien melihat warna-warna cemerlang
disekitarnya yang membuat pasien lebih menikmati suara musik. Sindroma
amotivasional yaitu sekumpulan gejala yang timbul karena sudah lama
mengguanakan ganja dalam jumlah yang banyak. Penggunaan ganja diisap seperti
rokok. Tanaman ganja yang sudah dirajang dikeringkan kemudian dilinting seperti
tembakau. Zat ini dapat mengakibatkan penyakit paru.
3. Sedatif hipnotik : sedatif hipnitik yang diminum berupa tablet jenis barbiturat dan
benzodiazepin. Benzodiazepin lebih sering disalahgunakan daripada barbiturat.
Penggunaan sedatif (sejenis obat penenang) dan hipnotik (sejenis obat tidur) dapat
membuat hilangnya kesadaran dan kurangnya pengendalian diri mengakibatkan
terjadinya perkelahian dan yindak kejahatan seperti menipu, mencuri, merampok
sampai membunuh. Perubahan perilaku lainnya yang terjadi adalah pasien bersikap
lebih kasar dibandingka sebelumnya, pola tidur berubah, sering tidak
menyelesaikan tugas, membolos, sehingga prestasi menurun bahkan sampai
dikeluarkan dari sekolah.
4. Alkohol : peminum berat alkohol dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada
lambung, penyakit hati, penyakit jantung, gangguan susunan saraf dan kemunduran
daya ingat. Pasien mabuk mengalami perubahan persepsi, koordinasi, dan
penurunan kemampuan menilai. Berbahaya bila pasien mengendarai kendaraan
bermotor karenanya sering mengakibatkan kecelakaan. Selain itu berbagai tindak
kejahatan dapat terjadi dibawah pengaruh alkohol.
b. Efek penyalahgunaan NAPZA sebagai berikut :
1. Golongan depresan (downer)
adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangin aktifitas fungsional tubuh.
Jenis ini membuat pemakainya merasa tenang, pendiam, dan bahkan
membuatnya tertidur bahkan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk
opioidat (morfin,heroin/putauw, kodein), sedatif (penenang), hopnotik
(ototidur), dan teranquilizer ( anti cemas )dll.
2. Golongan stimulan (upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah amfetamin (sabu,
ekstasi), kafein, kokain.
3. Golongan halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi nyang bersifat
merubah perasaan dan pikiran dan sering menciptakan gaya pandang yang
berbeda sehingga seluruh persan dapat terganggu. Golonagn ini tidak
digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : kanabis (ganja), LSD,
mescalin.

7) Penatalaksanaa
1. Pengobatan dan Pemulihan
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegaan, pengobatan
sampai pemulihan. Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
1) Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
2) Deteksi dini perubahan perilaku
3) Menolak tegas untuk mencoba Say No to Drug atau katakan tidak pada
narkoba
Terapi pengobatan bagi pasien NAPZA salah satunya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya mengurangi atau menghentikan putus zat dengan dua cara
antara lain,
1) Detoksifikasi tanpa substitusi. Pasien ketergantungan putau (heroin) yang
berhenti menggunakan zat mengalami gejala putus zat, tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Pasien hanya dibiarkan saja sampai
gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
2) Detoksifikasi dengan substitusi. Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan
memberikan jenis opiat, misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon.
Substitusi bagi pengguna sedatip hipnotik dan alkohol dapat berasal dari jenis
antiasietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan
menurunkan dosis secara bertahap sampai berhenti samasekali. Selama
pemberian substitusi, dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simpomatik, misal obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur sesuai
gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut. Pengobatan secara
detoksifikasi saja belum cukup karena tingginya resiko untuk kambuh (relaps).
Detoksifikasi hanya membantu menghilangkan ketergantungan fisik dan
bukan psikologis, sehingga harus dilanutkan dengan upaya pemulihan.

Pemulihan adalah upaya meningkatkan motivasi paien untuk berhenti,


mengontrol keinginan pakai lagi, memperbaiki cara penyelesaian masalah, dan
mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Pemulihan dapat dilakukan di masyarakat.
Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan, mungkin jangka pendek atau jangka
panjang sesuai dengan kebutuhan pasien. Jangka pendek (misalnya tiga bulan) dan
jangka panjang (misalnya 2 tahun atau seumur hidup). Terdapat macam-macam
bentuk pemulihan antara lain
1) Terapi keagamaan, yaitu terapi yang dilakukan oleh masyarakat dengan
pendekatan keagamaan.
2) Terapi psikososial, misalnya konseling, psikoterapi, terapi kognitif dan
perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, dan terapi lingkugan. Terapi
psikososial ini sudah diberikan sejak pengobatan atau detoksifikasi.
Terapi komunitas, yaitu terapi yang dilakukan oleh sekelompok konselor yang
berasal dari pencandu yang sudah berhenti menggunakan putau atau heroin. (Budi
Anna, 2011)

2. Prinsip Penatalaksanaan Keperawatan


a. Prinsip biopsikospiritual (Stuart Sudeen):
Biologis:
Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk:
1) Memberikan asuhan yang aman dalam withdrawl (proses penghentian)
bagi klien pengguna NAPZA.
2) Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien.
3) Memberikan terapi yang sesuai.
Setelah detoksfikasi tercapai, mempertahankan kondisi dari bebas zat adiktif, dimana
terapi farmakologis harus ditunjang oleh terapi yang lainnya.
Psikologis:
Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasi aspek
positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan.
Sosial:
- Konseling keluarga:
Keluarga sering frustasi menghadapi kien dan tidak mengerti sifat dan proses
adiksi sehingga sering kali melakukan hal yang tidak terapeutik terhadap klien.
Keluarga sering melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota keluarga
lain untuk memaafkan klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindarikonfrontasi
yang semuanya menyebabkan klien meneruskan pemakaian zat adiktif. Masalah
yang dihadapi klien menimbulkan dampak bagi keluarga seperti rasa tidak aman,
malu, rasa bersalah, masalah keuangan, takut dan merasa diisolasi. Oleh karena
itu, perawat perlu mendorng keluarga untuk mengikuti pendidikan kesehatan
tentang proses penggunaan dan keterganungan, gejala putus zat, gejala relapse,
tindakan keperawatan, lingkungan terapeutik, dan semua hal yang terkait dengan
pencegahan relase di rumah.
- Terapi kelompok:
Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh terapist, kegiatan yang dilakukan
adalah tiap anggota bebas menyampaikan riwayat sampai terjadi adiksi, upaya
yang dilakukan untuk berhenti memakai zat, kesulitan yang dialami dalam
melakukanprogram perawatan, terapist dan anggota kelompok memberikan
umpan balik dengan jujur dan dapat menambah pengalaman masing-masing.
- Self help group:
Self help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yang
berkeinginan bebas dari zat adiktif, dukungan antaranggota akan memberi
kekuatan dan motivasi untuk bebas dari zat adiktif.
b. Prinsip Comunity Therapeutik (Ana Keliat)
Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif, sehingga
mampu menyeseuaikan dengan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan jika
klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan lingkungan.
Community teraeutik melakukan intervensi untuk mengatasinya.
Beberapa metode yang dilakukan:
- Slogan yang berisi nilai atau norma ke arah positif
- Pertemuan pagi (morning meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien untuk
membahas masalah individu, interaksi antar klien dan kelompok.
- Talking to: metode yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan cara
yang ramah sampai yang keras.
- Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk
mengubah perilaku negatif.
- Pertemuan kelompok.
- Pertemuan umum (general meeting)(Yosep Iyus, 2007)
3. Kasus Penyalahgunaan NAPZA
1. Kasus 1: Kisah Nyata : Suara Hati Mantan Pecandu Narkoba
Menjadi seorang pecandu narkoba bukanlah sebuah cita-cita. Meski disebagian
benak kalangan generasi muda menjadi lifestyle kebanggaan sebagai pemakai narkoba,
namun di kalangan masyarakat dan keluarga hal ini merupakan aib. Hal itu pula yang
dialami oleh Gibon seorang yang bersahabat dengan narkoba selama sepuluh tahun.
Sekian lama jatuh bangun menjalani kehidupan sebagai pencandu narkoba hingga
membuatnya hampir tidak ada impian masa depan dibenaknya saat itu tidaklah mudah
untuk mengubah gaya hidup suram menjadi gaya hidup sehat seperti umumnya hingga
menemukan titik terang dari perjalanan masalalunya.
Dari kisah yang seorang penulis yang berkesempatan berbagi cerita di kantonya
Kapeta Foundation, di kawasan Cinere, Jakarta Selatan tempat ia mengabdikan diri
bekerja membantu para pasien pecandu narkoba, HIV/AIDS, dan isu semacamnya.
Gibon bukanlah orang yang berasal dari keluarga yang bermasalah. Dilahirkan di
Bukittinggi, pria yang belum genap berusia 30 tahun ini sanggup bangkit dari
keterpurukan hidup akibat godaan narkoba, yang dulu dengan antusias digelutinya. Tiada
hari tanpa narkoa mungkin motto yang cocok saat untuknya, saat itu.
Seperti anak normal kebanyakan, Gibon yang masih kecil menempuh bangku sekolah
dasar hingga berlanjut ke jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Seperti perkembangan
dan pertumbuhan anak normal hal-hal baru sangat menarik perhatiannya. 14 tahun. Angka
yang tak bakal dilupakannya. Usia dimana saat-saat dirinya dipenuhi rasa penasaran terhap
sesuatu yang dianggapnya keren mamun keliru yang tak disadarinya, saat itu. Gibon
mencoba barang jenis narkoba untuk pertama kalinya pemberian teman-teman sebayanya.
Makin hari Gibon kecil makin fasih dengan nama-nama narkoba yang dikosumsianya. Dari
narkoba jenis hisap hingga narkoba jenis pil menjadi sahabat yang dicintainya selama
sepuluh tahun. Bukan rentang waktu yang pendek. Di waktu itulah keseharian dilalui
dengan ketergantungan pada barang haram itu. Dan tentu saja digunakan secara sembunyi-
sembunyi. Entah berapa banyak uang saku yang habis untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Hingga kebiasaan tersebut diketahui oleh pihak terdekatnya, keluarga. Orangtuanya
mengetahui Gibon saat dirinya telah ketergantungan narkoba. Beruntung walau
dikecewakan anaknya, keluarga tetap mengambil langkah membawa Gibon ke rehabilitasi.
Tak mudah tentu saja. Berkali-kali Gibon keluar masuk rehabilitasi kambuh dan kumat lagi
dan begitu terus berulang-ulang. Dari konseling ia mengetahui bahwa narkoba adalah
penyakit kronis yang perlu disembuhkan. Sekian lama Gibon menjalani rehabilitasi, niat
kesembuhannya kian hari makin membesar saat jatuh bangun saat treatmen. Dia
berkemauan untuk pulih. Kesadaran dan pemahamannya bahwa narkoba adalah penyakit
yang tak layak dikosumsi menguatkannya untuk pulih. Bertahap ia harus lalui dengan keras
melawan keinginan yang ditolaknya akibat sifat ketergantungannya yang diidapnya. Hingga
perawatan rehabilitasinya yang dilakukan sungguh-sungguh, ia bersyukur akhirnya
kepulihan itu mulai dirasakannya. Dia menyadari peran keluarga seperti dukungan dan
motivasi sangat penting untuk membangkitkannya untuk bergaya hidup sehat.
Ketidaktahuan, keingintahuan, pengalaman, rehabilitasi telah dilalui Gibon. Saat ini ia
menjadi bagian dari Yayasan Kapeta. Kesehariannya dipenuhi dengan beragam kegiatan
dengan teman-temannya yang bernasib seperti dulu.
2. Kasus 2 : True Strory : 8 tahun Pakai Narkoba. Saat itu Saya Putuskan Berhenti

Romi usia 33 tahun, bukan nama sebenarnya, merupakan mantan pecandu narkoba
yang mengaku mulai mencoba menyalahgunakan narkoba selama kurang lebih 8 tahun sejak
dia duduk dibangku sekolah menengah pertama(SMP). Untuk berhenti mengkonsumsi
narkoba mungkin menjadi salah satu gas yang berat yang dialami pecandu narkoba.

Awal pakai narkoba saat kelas 2 SMP sudah mencoba miras, kelas 3 SMP coba ganja,
SMA pakai narkoba lengkap mulai sabu-sabu, putau, heroin, ekstasi, semua pernah dicoba.
Suatu waktu romi pernah pakai secara bersamaan ganja, miras, ekstasi, dan sabu. Kalau
nyabu selalu ada orang sebagi navigator yang tugasnya bercerita memberikan sugesti kemana
efek sabu bekerja. Dan saat itu navigator bercerita tentang teman-temannya tertangkap polisi
dan digrebek tentara. Cerita tersebut mengena soalnya pakai narkobanya dicampur-campur.
Padahal untuk ganja saja efeknya sudah besar, menurutnya tidak meninggal waktu itu sudah
untung.

Dari situ romi seolah melihat semua orang yang lewat menggunakan seragam polisi
dan tentara, dia merasa ketakutan kalau ditangkap. Teman-temannya tahu kalu dia sedang
porno, romi dibawa keteman terdekat untuk minum teh dan makan nasi goreng. Disana dia
berfikir kalau ibu yang memasak nasi goreng itu polisi.padahal penjual nasi goreng biasa.
Kemudian dia diantar pulang dan sepanjang perjalanan dia melihat semua orang berseragam
tentara termasuk ibunya. Akhirnya dia ketakutan dan mengunci diri dikamar dalam kondisi
lampu dimatikan dan tidur terlentang.

Menurut romi saat tidur melihat malaikat terbang diatas perutnya dan akan mencabut
nyawanya. Dia meminta ampun dan malaikatnya hilang. Sejak itu dia memutuskan untuk
berhenti narkoba. dia mengunci diri dikamar selama 2 minggu, tidak keluar dan tidak makan
dengan kondisi badan yang kotor karena mengalami sakaw.

Setelah 2 minggu, romi keluar kekamar mandi dan pingsan waktu pertama kali
menyentuh air. Setelah sadar dia coba untuk sentuh air lagi tapi pingsan lagi, kemudian
setelah sadar dia kembali kekamar. Semua proses itu dilakukan sendiritanpa bantuan siapa
pun. Saat sakaw, dia menggedor-gedor pintu dan memukul-mukul tubuhny ketembok kamar.
Akhirnya tahun 2004 bisa bersih, ketika pegang air sudah tidak bereaksi lagi pada tubuhnya.
Dia mandi dan merasa tubuhnya segar dan lebih sehat dari sebelumnya. Setelah itu pertama
yang dihindari adalah sesama teman pengguna, tinggal diluar kota selama beberapa bulan.
Dan mulai kuliah serta aktif diorganisasi anti penyalahgunaan narkoba sampai saat ini.

POHON MASALAH
Potensial komplikasi

Resiko mencederai
diri

Koping individu tidak efektif. Tidak


mampu mengatasi keinginan
menggunakan zat

INTERNAL : EKSTERNAL :
1. Berhubungan dengan 1. Kerusakan interaksi
ASUHAN
gejalaKEPERAWATAN
putus asa PADA PASIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
sosial (maladaptif)
2. Kurang aktivitas 2. Koping keluarga tidak
3. Distress spiritual
efektif
4. Perubahan pemeliharaan
3. Penatalaksanaan yang
kesehatan
tidak efektif
A. Pengkajian
1. Anamnesis pasien
2. Identitas pasien : nama lengkap, nama panggilan, tempat dan tanggal lahir,
asal, suku, agama usia
3. Fisik
Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaan NAPZA
pada saat pengkajian adalah sebagai berikut : nyeri, gangguan pola tidur,
menurunnya selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar normal,
kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi jantung, hati, dan
sebagainya, infeksi pada paru, sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah
agar klien mampu untuk teratur dalam pola hidupnya.
4. Emosional
Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak
berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk
mengontrol dan mengendalikan diri sendiri
5. Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman
pengguna zat, anggota keluarga lain pengguna zat di lingkungan sekolah atau
kampus yang digunakan oleh para pendengar.
6. Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk
berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan
terhenti. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk
konsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal yang positif.
7. Spiritual
Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena
perubahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran
yang ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah, pelaksanaan nilai-
nilai kebaikan.

8. Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat. Penghamburan dan
pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dari pola asuh tidak
efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak
dicapai adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirnya mencapai
tujuan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan penguatan negatif berulang
2. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan penyalahgunaan zat
3. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan masalah
kesehatan mental (penyalahgunaan obat)
C. Rencana Keperawatan
1. Dx 1: Harga diri rendah kronik berhubungan dengan penguatan negatif
berulang
NOC:
harga diri
KH :
Mepertahankan kontak mata
Tingkat kepercayaan diri
Penerimaaan terhadap kritik ysng membangun
NIC :
Peningkatan harga diri
1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
2) Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri.
3) Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
4) Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
5) Dukung (melakukan) kontak mata pada saat berkomunikasi dengan orang
lain
6) Jangan mengkritis pasien secara negatif
2. Dx 2 : Ketidakefektifan koping berhubungan dengan penyalahgunaan zat
NOC :
Koping
KH :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Menyatakan perasaan akan kontrol diri
Adaptasi terhadap perubahan hidup
NIC :
Peningkatan koping
1) Bantu pasien menyelesaikan masalah dengan cara yang kontruktif
2) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi kehidupan pasien
terhadap peran dan hubungan yang ada.
3) Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan.
4) Berikan suasana penerimaan
5) Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-angsur
6) Dukung aktivitas-aktivitas sosial dan komunitas (agar bisa dilakukan)
7) Dukung keterlibatan keluarga, dengan cara yang tepat.
8) Intuksikan pasien untuk meggunakan teknik relaksasi sesuai dengan
kebutuhan.
Strategi Pelaksanaan pada Pasien dengan NAPZA

SP 1-pasien. Mediskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara meningkatkan


motivasi untuk berhenti, dan cara mengontrol keinginanan : melatih cara meningkatkan
motivasi, cara mengontrol kinginan, dan membuat jadwal latihan.

Orientasi

Selamat pagi pak, perkenalkan saya W, perawat puskesmas (bersalaman) kedatanagn saya
kesini untuk membicarakan masalah kesehatan bapak. Nama bapak siapa? Lebih suka
dipanggil sipa? Bagaimana keadaan bpak hari ini ? maukah bapak bicarakan tentang
kesehatan bapak ? berapalama kita bicara ? bagaiman kalau 30 menit? Diamana tempatnya ?

Kerja

Apa yang bapak pakai ? ganja ? ada keluhan tentang kesehatan ? bagaimana pergaulan bapak
dengan orang lain ? bgaimana dengan sekolah atau pekerjaan bapak? Bagaimanan mengenai
keuangan keluarga? Kapan semua itu terjadi ?

apakah sejak bapak menggunakan ganja?

Apa situasi atau perasaan yang menyebabkan bapak menggunakan ganja ? apa yang bapak
rasakan kalau memamkai ganja? Apasaja akibat yang baoak rasakan kalau memakai ganja ?

Apakah baoa ingin berhenti? Bagus! Sudah pernah bapak berhenti, berapa waktu paling lama
bapak berhenti ? berapa kali mencoba berhenti ? apa yang bapak rasakan saat berhenti ? apa
ang menyebabkan akai lagi ?

Baik, saya akan jelaskan akibat kesehatan yang dapat terjadi. (jelaskan sesuai jenis NAPZA
yang dipakai) mana yang sudah bapak alami? Jadi bapak ingin coba berhenti ?

Baik, mari kita bicarakan apa saja yang bapak miliki. Mari kita mulai dari
Diri bapak : coba bapak lihat aspek positif yang masih bapak miliki. Betul bapak
masih muda, masih kuat, punya pendidikan, belum ada gejala sakit, bagus sekali.
Keluarga bapak: masih punya aya ? ibu ? adik ? kakak? Mereka masih perhatian ?
bagus sekali wah, banyak sekali positifnya. Nah, bagaimana kalau bapak, latihan
mensyukuri hal positif yang masih dimiliki. Katakan saya masih muda nanti tambah
lagi kat-kata lain.

Bagaimana kalau teruskan diskusi tentang cara-cara menghindari pengunaan ganja. Ada
beberapa cara yaitu :

1. Hindari tempat-tempat yang banyak ganjanya.


2. Usahakan tidak menerima panggilan HP atau tidak berhubungan jika berkaitan
dengan ganja
3. Kalau pergi ke suatu tempat sebaiknya ditemani.

Selain itu lakukakan kegiatan-kegiatan yang bermafaat apa misalnya, pak? Bagus marri kita
buat jadwal jadwal kegiatanya.

Terminasi

Bagaimna perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap? Bagus sekali nah, saya mau tanya
lagi :

Apa saja tadi hal positif yang bapak miliki, bagus ! mana yang mau di latih? Saya bisa
berhenti. (afirmasi)
Apa saja tadi cara menghindari ? ( ada tiga macam ) bagus, yang aman yang mau
dilatih ?

Nah, jadi ini jadwal lathannya, di coba ya. Nanti, satu minggu lagi saya datang kita bicarkan
hasil latihannya dan kita latih dua cara lagi. Bagai mana pak ? baik, pukul 10 pagi kita
ketemu ya. Sampai jumap (salaman).

SP 2- Pasien mengevaluasi cara mengntrol keinginan (menghindari) ; mendiskusikan cara


menyelesaikan masalah jika di tuduh pakai lagi dan cara hidup sehat; melatih cara
menyelesaikan masalah dan ara hidup sehat; memasukkan kedalm latihan;mejelaskan minum
obat.

Orientasi
Selamat pagi, pak sesuai janji saya minggu lalu, sekarang saya datang lagi. Bagaimana
keadaan bapak saat ini. Apakah baak sudah latih untuk mengatakan pada diri sendiri untuk
berhenti? Bagus, pak. Diulangi terus ya, pak. Apakah bapak sudah latih cara menghindar ?
coba sebutkan, pak. Bagu! Sekarang kitanakan bicaraakan bagaimana cara menyelesaikan
masalah dengan sehat dan cara hidup sehat. Mau berapamlama kita bicara ? bagai mana
kalau 30 menit? Dimana tempatnya ?

Kerja

Apa yang sering membuat bapak kesal? Apa yang bapak laukan ?bapak pakai lagi atau
dituduh? Atau tidak dipercaya? Apakah itu menyelesaikan masalah, pak ? bagai mana kalau
bapak coba cara yang lebih baik< lebih sehat untuk menyelesaikannya. Bapak katakan saja
bahwa bapak kesal kalau selalu dicurigai pakai lagi. Bapak sudah benar-nbear ingin berhenti.
Bapak ceritakan usaha bapak, ya. Katakan bapakmingin di bantu degan cara tidak dituduh
sembarabgan, coba praktikkan, bagus! Bagaimana rasanya?.

Sekarang kita bicara tentang gaya hidup yang sehat. Apa yang bapakmletahui tentang hidup
yang sehat? Benar,pak. Tidur yang cukup, dengan tidak begadang maka bapak akan bangun
dengan suasana yang segar pagi harinya. Mari kita masukkan jadwal tidur bapak an jadwal
latihan cara meyelesaikan masalah yang sehat.

Ada kaluhan lain pak? Sering cemas dan tidak bisa tidur ? baiklah, pak, nanti bapak
kepuskesmas, setelah dapat obat, bapak minum obatnya dengan teratur ya, pak. Sesuakian
dengan dosisnya. Selain itu, kita latih relaksasi untuk mengurangi cemas. Ikuti saya,
pak( contohkan beberapa cara relaksasi) cobaa praktikkan. Bagus. Masukkan jadwal dan latih
ya, pak.

Terminasi

Coba bapak sebutkan lagi, apa yang kita bicarakan tadi. Bagaimana persaan bapak? Bagus.
Latihya, pak sesuai jadwal. Jangan lupa, tetap laksanakan juga cara mengatasi keinginan
supaya bisa berhenti mengunakan zat. Coba bapakmulangi lagi cara-caranya. Baiklah, pak.
Minggu depan kita akan bertemu lagi untuk melihat usaha bapak melaksanakan kegiatan dan
mampu mengendalikan keinginan u tuk tidak pakai xat lagi. Kita bertemu lagu jm 10 pagi.
Pamit dulu, sampai jumpa.
SP-1 Keluarga. Mendiskusiakan masalah yang dialmi kelarga, tanda, gejal, penyebab, dan
akibat menggunakan akiat menggunakan NAPZA, tahap enyembuhan, kondisi yag perlu
dirujuk; melatih cara merawat.

Orientasi.

Selamat pagi, bu? Perknalakan saya W, perawat dari pukesmas yang sudah janjinakan datang
kerumag ibu, nama ibu siapa ? senangnya di panggi apa bisa kita bicarakan maalah yang ibu
hadapi ? berapa lama kita bicara ? bagaimana kalau 30 menit ? dimana baiknya kita bicara?

Kerja

Apakah ibu ada masalah dengan anak ? kapan ibu tahu anak ibu mnggunakan zat? Bagai
aman persaan ibu mengahadapinya ? ibu bisa ceritakan. Bu sabar ya. Saya akan nelaskan
kepada ibu, penyebab orang pakai zat, saya jelaskan juga tanda dan gejala dari zat itu, serta
akibat jiak memamakainya. Apakah ada prilaku yang ibu lihat pada anak sperti yang kita
bicarakan? Baiklah, bu, coba ulangi lagi. Bagus, bu.

Apakah anak ibu susah berhenti ? kalau anak ibu susah berhenti namnya ketergantugan.
Ketergantung itu ciri-cirinya adalah selau ada keinginan untuk pakai lagi. Sebabnya, kalau
zatnya dihentikan atau dikurangi kmaka timbul rasa sakit, yang membuat orang tersebut lagi
untuk menghilangkan rasa sakit itu. Bisa juga karena zat memberi kenikmatan tertentu, si
pengguna( pecandu) selalu ingin mengulanginya lagi.

Kalau anak ib ingin berhenti ibu bisa membantu anak ibu, misalnya dengan car menghindari
tempat-tempat yang ada zat itu. Temani anak ibu kalau mau keluar rumah. Anjurkan tidak
bergaul dengan pecandu. Coba ulangi, bu. Bagus, ibu bisa melakukanya.

Untuk pemulihan, pada umumnya perlu waktu yang lama. Pemulihan dapat dialukan
ditempat-tempat khusu, misalnya tinggl di pesantren atau tinggal dikota lain yang jauh dari
pengedar.

Kalau dirumah saja, penuhi anak ibu denga kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi dia
untuk berhenti menggunakan zat. Upayakan anak ibu berhenti dalam waktu yang lama.
Kalaau anak ibu mulai pakai lagi, kenalu ciricirinya seprti sering minta uang untuk keperluan
yang tidak jelas, pernah terlihat pulang dalam keadaan mabuk, ibu harus memotivasi anak ibu
untuk berhenti, doronglah dia untuk menghindari situai]si yang menjerumuskan untuk terus
pakai lagi. Minta anak jangan kumpul-kumpul lagi dengan mereka yang menggunakan zat.

Kalau anak ibu masih pakai juga, dan menjukkan prilaku yang tidak bisa ib kendalikan
(misalnya,gelisah karena nyeri yang tidak bisa diatasi, cemas berlebihan atau melakukan
keerasan dengan menyerang orang lain. segeralah meruju atau membawa anak ibu atau
membawa anak ibu untuk memperoleh bantuan.

Terminasi

Bisa ibu ulangin lagi, apa saja yang kita bicarakan tadi? bagus, bu. Mulai sekarang, ibu bantu
anak ibu menghindari situasi yang dapat menjerumuskannya pakai lagi. Mingun depan, akan
kita bicarakan sifat-sifat yang dapat memoifasi anak ibu untuk berhenti atau sikap yang
menyebakan untuk pakai lagi. Kapan ibu bisa ? dan diaman kita bisa betemu? Baiklah, ibu.
Saya pamit dulu ya.

SP2- Keluarga. Mengevaluasi cara merawat : mendiskusikan cara motivsi menjekaskn


pentingnya pengawasan minum obat.

Orientasi

Selamat pagi, bu. Sesuai janjikita minggumlalu, hari ii kita akanmelanjutkan pembicaraan
tentan cara menyelesaikan masalah yan ibu hadapi, masih ingat apa yang kita icarakan
minggu lalu ? bisa ibu ceritakan kembali ? cara anak ibu mengontol keinginannya untuk
pakai zat ? bagu, bu. Serkarang kita ketemu lagi untuk membicarakan cara memotivasi
berhenti. Berapa lama kita bicara ? bagaimana kalau 30 menit? Diaman baikanya kita bicara?

Kerja

Apaka ibu sering merasa curiga kalau anak ibu pakai lagi? Apaka ibu menuduhnyapakai
lagi ? hati-hai,bu, ada siakp-sikap yang bisa membuat anak ibu sehingga dia memakailagi.
Sebaiknya ibu sika itu ya. Kalau ada yang membuat ibu tidak mempercayai anak ibu,
bicarakanlah dengan dia. Obu certakan persaan dan harapan ibu kedapanya. Lalu, buatlah
kesepakatan agar anak ibu tetap jujur terhadap apa yang dikatakan dan dilakukanya selain itu,
ibu bersedia mendengarkan apapun yang kan dikatakan anak ibu dengan sikap menerima dan
kesdiaan membantu. Mar kita coba cara mempraktikakannya. Katakan kepada anak ibu,
bahwa anak ibu mengerti sulitnyaberhenti katakan juga bahwa ibu kan terus membantunya
untuk bisa berhenti aalkan mau jujur walauoun oakai lagi, berikan pujian atas usaha anak ibu
untuk berhenti walaupun perhatianya hanya satu minggu. Itu akan mebuat anak ibu merasa
diterima dan di dukung usahanya oleh ibu. Sikap ini akan memotivasi anak ibu anak ibu
untuk berhenti. Ibu jug ingatkan apada anak ibu manfaat dari berhenti. Penting diigat bahwa
motivasi untuk berhenti, harus terus dilakukan. Kadang-kadang sudah berhenti sekian lama,
masih ingin pakaimlagi. Ibu tidak boleh putus asa terus berusaham memabntu anak ibu.

Untuk obat, apakah ada masaah ada masalah,bu ? apakah anak ibu terus minum obat yang
diajurkan? Apaka terus ibu awasi anak agar minum obat dengan benar?

Terminasi

Bisa ibu ulangi lagi, apa saja yang kita bicaraka tadi, bagus,bu. Ibu dapat meerapakan apa
yang sudah kita bicarkan dua miggu ini. Minggu depan, kita akan bicarakan apa yang sudah
ibu lakukan. Dan bagaimana hasilnya. Kapan ibu bisa ? dan dimana kita akan bertemu ?
baiklah, bu saya pamit dulu.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan klien dengan pemakaian NAPZA harus dilakukan secara


holistik(biopsikososiospiritual) serta melibatkan seluruh tim kesehatan yang harus
ditunjang dengan sistem dan perangkat hukum yang memadai. Masalah utama dalam
merawat klien yang menggunakan NAPZA adalah kekambuhan. Upaya untuk
membantu adalah dengan meningkatkan kemampuan untuk berhenti, kontrol diri, dan
perlu dikembangkan bantuan dari keluarga, kelompok, masyarakat serta lingkungan
yang kondusif mencegah kambuh sehingga klien dapat memperpanjang jarak waktu
pakai zat lagi atau dapat berhenti total.

Daftar Pustaka

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha
Medika

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Keliat, Budi Anna dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC

https://www.brilio.net/news/true-story-perjuangan-pecandu-untuk-bebas-dari-narkoba-
150415k.html

http://m.kompasiana.com/rehab/kisah-nyata-suara-hati-mantan-pecandu-narkoba

Anda mungkin juga menyukai