PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gangguan pengguanaan NAPZA (nakotika, psikotropika dan zat
adiktif lain) merupakan problema kompleks yang penatalaksanaanya melibatkan
banyak bidang keilmuan (medik dan non-medik). Penatalaksanaan seseorang
dengan ketergantungan napza merupakan suatu proses panjang yang memakan
waktu relatif cukup lama dan melibatkan berbagai pendekatan dan latar belakang
profesi. Gangguan pengunaan NAPZA merupakan masalah biopisiko sosial
kultural yang sangat rumit sehingga perlu di tanggulangi secara multidisipliner
dan lintas sektoral dalam suatu program yang menyeluruh (komprehensif) serta
konsisten.
Menurut riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2007. Perilaku merokok di
indonesia secara nasional pada kelompok umur 10 tahun ke atas adalah sebesar
29.2%, sedangkan perilaku minum alkohol selama 12 bulan trakhir adalah 4,6%
dan dalam 1 bulan trakhir adalah 3,0%. Sementara itu prevalensi penyalahgunaan
NAPZA lainnya di indonesia sulit unntuk di ketahui besarnya. Namun bedasarkan
hasil perhitungan estimasi yang di lakukan oleh badan narkotika nasional (BNN)
diperkirakan ada 3,2 juta orang (1.5% dari total populasi) di indonesia mempunyai
riwayat menggunakan NAPZA dari jumlah tersebut di perkirakan hanya 10% yang
mendapat layanan dari tenaga kesehatan.
Gangguan penggunaan NAPZA pada pasien jarang ditemukan berdiri sendiri
melainkan terdapat bersama dengan gangguan lain seperti depresi atau ansietas
yang dapat terjasi karena kondisi predisposisi atau sebagia akibat penggunaan
NAPZA dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pola penggunaan NAPZA itu
sendiri, khususnya penggunaan dengan cara suntik dapat membuat seseorang
menderita penyulit (komplikasi) seperti HIV/AIDS, Infeksi menular seksual
(IMS), hepatitis B atau C dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi NAPZA?
C. Tujuan Penulisan
TINJAUAN KONSEP
1) Definisi
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. NAPZA berupa zat yang bila masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi
tubuh terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan fisik, psikis
dan fungsi sosial. Istilah lainnya NAPZA adalah narkoba, singkatan dari narkotika
dan obat berbahaya. (Budi Anna, 2011)
NARKOBA adalah singkatan narkotika dan obat/bahan berbahaya. Istilah ini
sangat populer dimasyarakat. Termasuk media masa dan aparat hukum yang
sebetulnya mempunyai makna yang sama dengan NAPZA. Ada juga menggunakan
istilah madat untuk NAPZA tapi istilah madat tidak disarankan karena hanya
berkaitan dengan satu jenis narkotika saja, yaitu turunan opium. (Eko Prabowo, 2014)
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Tetergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah
dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku
psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi
karena kebutuhan biologis terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapakan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan
tanda ketergantungan fisik. (Eko Prabowo, 2014)
2) Klasifikasi
Kategori NAPZA menurut Budi Anna, 2011 antara lain :
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semisntesis yang dapat menyebabkan penurunan ataupun
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan ( UU Nomor 22 tahun 1997
tentang Narkotika)
Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan:
a. Narkotika golongan 1 : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan,
(contoh : heroin/putau, kokain, ganja)
b. Narkotika golongan II : narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. (contoh: morfin, petidin)
c. Narkotika golongan III : narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau bertujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan, (contoh : codein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah narkotika golongan 1 :
1) Opiat : morfin, heroin (putauw), petidin, candu dan lain-lain
2) Ganja (kanabis), marihuana, hashis
3) Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, koka
2. Alkohol
Alkohol merupakan cairan yang mengandung zat ethyl alkohol. Alkohol
digolongkan sebagai NAPZA karena mempunyai sifat menenangkan sistem
syaraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seeorang,
mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat menenangkan,
walaupun juga dapat merangsang. Efek alkohol tidak sama pada setiap orang
tergantung pada keadaan fisik, mental, dan lingkungan.
3. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamian atau sintesis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU
Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika)
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:
a. Psikotropika golongan I : psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
serta mempunyai potensi amat kuat megakibatkan sindroma
ketergantungan (contoh : ekstasi, shabu, LSD)
b. Psikotropika golongan II : psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengekibatkan sindroma
ketergantungan (contoh : amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
c. Psikotropika golongan III : psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantunga (contoh : pentobarbital, flunitrazepam)
d. Psikotropika golongan IV : psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk bertujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan (contoh : diazepam, bromazepam, fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil KB, pil koplo,
rohip, Dum, MG)
4. Zat adiktif : suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat menimbulkan
kecanduan atau ketergantungan. Yang dimaksud disini adalah bahan atau zat
yang berpengaruh psikoaktif di luar yang disebut Narkotika dan Psikotropika,
meliputi :
a. Minuman beralkohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf
pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari
dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan
narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat atau zat itu dalam
tubuh manusia.
Ada tiga golongan minuman beralkohol :
1) Golongan A : kadar etanol 1-5% (bir)
2) Golongan B : kadar etanol (5-20%), (berbagai jenis minuman
anggur)
3) Golongan C : kadar eatanol 20-45%, (whiskey, vodca, TKW,
Mansonhouse, jhony walker, kambut)
b. Inhalansia
Atau gas yang dihirup dan solfen (zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor, dan sebai pelumas mesin. Yang sering disalah gunkan
anatara lain : lem, thiner, pengahpus cat kuku, bensin.
c. Tembakau
Pemakain tembakau yang mengandung nekotin sangat luas di masyarkat.
Pada upaya penaggulangan di NAPZA di masyarkat, pemakain rokok dan
alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari pada upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalah gunaan NAPZA lain yang lebih berbahya.
3) Macam-macam bahan narkotika dan psikotropika yang terdapat di masyaraka serta
akibat pemakaianya
1. Opiaid
Opiaid dibagi tiga golongan besar yaitu :
1) Opiaid alamiah (opiat) : morfin, cepium, kodein.
2) Opioida semi sintetik : heroin / putaw, hidromorfin
3) Sintetik : meperidin, propoksipen, metadon.
Opiat atau opioid biasanya digunkan dokter untuk menghilangkan rasa
sakit uang sangat (analgenitika). Berupa petidin, methadon, talwin, kodein
dan lain-lain.
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat dan kemudian timbul rasa ingin
yang menyederi untik menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan
sipeakaiakan kehilangan rasa percaya diri hingga tidak mempunyai
keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka
sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah musuh. Mulai sering
melkukan anifulasi dan akhiranmya menderita kesulitan keuangan yang
mengakibatkan mereka melakukan pencurian atau tindak kriminal lainya.
2. Kokain
Kokain mempunyai dua bebtuk yaitu : kokain hidroklorida dan free base. Kokain
berupa kristal pitih, rasa sedikit pahit dan lebioh mudah laryt dari free base. Free
base tidak berwarna /putih, tidak berbau dan rasanya bau. Nama jalanan dari
kokain adalah koka, coke, heppy dust, dharlie, serepet, snow salju, putih. Biasanya
bebentuk bbubk putih.
Efek dari rasa pemakain kokain ibi membuat pemakai merasa segar, kehilnagn
nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit
dan lelah.
3. Kanabis
Nama jalanan yang sering digunakan adalah graass, cimeng, ganja, dan gelek,
hasish, marijuana, bhang.
Ganja bersal dari tanaman kanabis satifa dan kanabis indica, pada tanaman ganja
terkandung tiga zat utama yaitu tetrehido kanabinol, kanabinol dan kanabidiol.
Efeknya : cenderung merasa lebih sanati, rasa gembira berlebih atau euforia,
sering berfantasi, aktif berkominkasi, selera makan tinggi, sensitif, kering pada
mulut dan tenggorokkan
4. Amaphetamin
Nama generik amaphetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa tahun
1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai obat.
Nama jalananya : Seed, metha, crystal, uppers, whizz, soulphate.
Ada dua jenis amphetamin :
MDMA (methylene dioxy methamephetamin) dikenal dengan nama
ekstasi, terdiri dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink
heart, snow white, petir yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul.
Methamfitamin ice, dikenal sebagai shabu nama lainnya shabu-shabu, SS,
ice, crystal, crank.
Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas aluminuium
foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol kaca
yang dirancang khusus (bong).
5. LSD (Lysergic acid)
Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
Cara menggunakannya dengan eletakkan LSD pada permukaan lidah bereaksi
setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang sejak 8-12 jam.
Efek rasa ini disebut triping, yng digambarkan seperti halusianasi terhadap tempat,
warna, dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjdai satu hingga timbul
obsesi terhadap halusianasi yang dia rasakan dan keinginan untuk hanyut
didalamnya menjadi sangat indah atau bahakan menyeramkan dan lama-lama
membuat paranoid.
6. Sedative hipnotik (benzodiazepin)
Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur). Nama jalanan
dari benzodiazepin : BK, dum, lexo, NG, rohyp. Pemakainanya dapat melalui oral,
intra vena dan rectal. Penggunaan di bidang medis untuk pengobatan, kecemasan
dan stress serta sebagai hipnotik (obat tidur).
7. Solvent (inhalansia)
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara di hirup. Contohnya airosole, aica
aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner, uap bensin. Efek yang
ditimbulkan muntah, mual, pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan, liver
dan jantung.
8. Alkohol
Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia.diperoleh dari
proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian, dari proses fermentasi
diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15% dengan proses penyulingan
di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai
100%.
Nama jalan alkohol : booze, drink
Konsentrasi maksimal alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir.
Sekali diabsorbsi, etanol didistribusikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan
tubuh. Sering dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan
menjadi euforia, namun seiring dengan penurunnya pula orang menjadi depresi.
4) Faktor Pendukung
1) Faktor biologis
a) Genetik (tendenensi keturunan).
b) Metabolik etil alkohol bila dimetabolisme lebih lama efisien untuk
mengurangi individu menjadi ketergantungan
c) Infeksi pada organ otak : inetelegensi menjadi rendah (retradasi mental,
misalna ensefhalitis, meningitis).
d) Penyakit kronis : kanker, asthma bronchiale, penyakit menahun lainnya.
2) Faktor psikologis :
a) Tipe kepribadian (dependen, ansietas, depresi, antisosial).
b) Harga diri rendah : depersei terutama karena kondisi sosial ekonomi pada
penyalahgunaan alkohol, sedatif hipnotik yang mencapai tingkat
ketergantungan diikuti rasa bersalah
c) Disfungsi keluarga : kondisi keluarga yang tidak stabil, role model
(ketauladanan) yang negatif, tidak terbina saling percaya antar anggota
keluarga, keluarga yang tidak mampu memeberikan pendidikan yang sehat
pada anggota, orang tua dengan gangguan penggunaan zat adiktif,
perceraian.
d) Individu yang mempunyai perasaan tidak aman
e) Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang
f) Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan untuk
mempraktikkan homoseksual, krisis identitas.
g) Rasa bermusuhan dengan keluarga atau dengan orang tua.
3) Faktor sosial kultural
a) Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan zat seperti tembkau,
nikotin, ganja, dan alkohol
b) Normal kebudayaan pada suku bangsa tertentu, menggunakan halusinogen
atau alkohol untuk upaara adat dan keagamaan
c) Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya banyak mendengarkan
dan menggunakan zat adiktif.
d) Persefsi dan penerimaan masyarakat terhadapa penggunaan zat adiktif.
e) Remaja yang lari dari rumah.
f) Penyimpangan seksual usia dini
g) Perilaku tindak kriminal pada usia dini, misalnya mencuri, merampok
dalam komunitas
h) Kehidupan beragama yang kurang. (Yosep Iyus, 2007)
4) Stressor Pencetus Gangguan Penggunaan Zat Adiktif
Stressor dalam kehidupan merupakan kondisi pencetus terjadinya gangguan
penggunaan zat adiktif bagi seseorang atau remaja, menggunakan zat merupakan cara
untuk mengatasi stress yang dialami dalam kehidupannya.
Beberapa stressor pencetus adalah :
a) Pernyataan dan tuntutan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya
sebagai pengakuan
b) Reaksi sebagai cara untuk mencari kesenanga, indivu berupaya untuk
menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan, individu berupaya untuk
menghidari rasa sakit dan mencari kesenangan, rileks agar lebih menikmati
hubungan interpersonal.
c) Kehilangan orang atau sesuatu yang berarti seperti pacar,, orang tua, saudara,
drop out dari sekolah atau pekerjaan.
d) Diasingkan oleh lingkungan, rumah, sekolah kelompok teman sebaya,
sehingga tidak mempunyai teman.
e) Kompleksitas dan ketegangan dari kehidupan modern.
f) Pengaruh dan tekanan teman sebaya (diajak, dibujuk, diancam).
g) Kemudahan mendapatkan zat adiktif seperti alkohol dan nikotin.
h) Pesan dari masyarakat bahwa penggunaan zat adiktif dapat menyelesaikan
masalah.
(Yosep Iyus, 2007).
5) Tanda dan gejala
Menurut Budi Anna (2011) Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi,
terdapat pula sindroma pusat zat, yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat
penggunaan zat yang dikurangi atau dihentikan.tanda dan gejala intoksikasi dan putus
zat berbda pada jenis zat yang berbeda.
7) Penatalaksanaa
1. Pengobatan dan Pemulihan
Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegaan, pengobatan
sampai pemulihan. Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan:
1) Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.
2) Deteksi dini perubahan perilaku
3) Menolak tegas untuk mencoba Say No to Drug atau katakan tidak pada
narkoba
Terapi pengobatan bagi pasien NAPZA salah satunya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya mengurangi atau menghentikan putus zat dengan dua cara
antara lain,
1) Detoksifikasi tanpa substitusi. Pasien ketergantungan putau (heroin) yang
berhenti menggunakan zat mengalami gejala putus zat, tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Pasien hanya dibiarkan saja sampai
gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
2) Detoksifikasi dengan substitusi. Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan
memberikan jenis opiat, misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon.
Substitusi bagi pengguna sedatip hipnotik dan alkohol dapat berasal dari jenis
antiasietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan
menurunkan dosis secara bertahap sampai berhenti samasekali. Selama
pemberian substitusi, dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simpomatik, misal obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur sesuai
gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut. Pengobatan secara
detoksifikasi saja belum cukup karena tingginya resiko untuk kambuh (relaps).
Detoksifikasi hanya membantu menghilangkan ketergantungan fisik dan
bukan psikologis, sehingga harus dilanutkan dengan upaya pemulihan.
Romi usia 33 tahun, bukan nama sebenarnya, merupakan mantan pecandu narkoba
yang mengaku mulai mencoba menyalahgunakan narkoba selama kurang lebih 8 tahun sejak
dia duduk dibangku sekolah menengah pertama(SMP). Untuk berhenti mengkonsumsi
narkoba mungkin menjadi salah satu gas yang berat yang dialami pecandu narkoba.
Awal pakai narkoba saat kelas 2 SMP sudah mencoba miras, kelas 3 SMP coba ganja,
SMA pakai narkoba lengkap mulai sabu-sabu, putau, heroin, ekstasi, semua pernah dicoba.
Suatu waktu romi pernah pakai secara bersamaan ganja, miras, ekstasi, dan sabu. Kalau
nyabu selalu ada orang sebagi navigator yang tugasnya bercerita memberikan sugesti kemana
efek sabu bekerja. Dan saat itu navigator bercerita tentang teman-temannya tertangkap polisi
dan digrebek tentara. Cerita tersebut mengena soalnya pakai narkobanya dicampur-campur.
Padahal untuk ganja saja efeknya sudah besar, menurutnya tidak meninggal waktu itu sudah
untung.
Dari situ romi seolah melihat semua orang yang lewat menggunakan seragam polisi
dan tentara, dia merasa ketakutan kalau ditangkap. Teman-temannya tahu kalu dia sedang
porno, romi dibawa keteman terdekat untuk minum teh dan makan nasi goreng. Disana dia
berfikir kalau ibu yang memasak nasi goreng itu polisi.padahal penjual nasi goreng biasa.
Kemudian dia diantar pulang dan sepanjang perjalanan dia melihat semua orang berseragam
tentara termasuk ibunya. Akhirnya dia ketakutan dan mengunci diri dikamar dalam kondisi
lampu dimatikan dan tidur terlentang.
Menurut romi saat tidur melihat malaikat terbang diatas perutnya dan akan mencabut
nyawanya. Dia meminta ampun dan malaikatnya hilang. Sejak itu dia memutuskan untuk
berhenti narkoba. dia mengunci diri dikamar selama 2 minggu, tidak keluar dan tidak makan
dengan kondisi badan yang kotor karena mengalami sakaw.
Setelah 2 minggu, romi keluar kekamar mandi dan pingsan waktu pertama kali
menyentuh air. Setelah sadar dia coba untuk sentuh air lagi tapi pingsan lagi, kemudian
setelah sadar dia kembali kekamar. Semua proses itu dilakukan sendiritanpa bantuan siapa
pun. Saat sakaw, dia menggedor-gedor pintu dan memukul-mukul tubuhny ketembok kamar.
Akhirnya tahun 2004 bisa bersih, ketika pegang air sudah tidak bereaksi lagi pada tubuhnya.
Dia mandi dan merasa tubuhnya segar dan lebih sehat dari sebelumnya. Setelah itu pertama
yang dihindari adalah sesama teman pengguna, tinggal diluar kota selama beberapa bulan.
Dan mulai kuliah serta aktif diorganisasi anti penyalahgunaan narkoba sampai saat ini.
POHON MASALAH
Potensial komplikasi
Resiko mencederai
diri
INTERNAL : EKSTERNAL :
1. Berhubungan dengan 1. Kerusakan interaksi
ASUHAN
gejalaKEPERAWATAN
putus asa PADA PASIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
sosial (maladaptif)
2. Kurang aktivitas 2. Koping keluarga tidak
3. Distress spiritual
efektif
4. Perubahan pemeliharaan
3. Penatalaksanaan yang
kesehatan
tidak efektif
A. Pengkajian
1. Anamnesis pasien
2. Identitas pasien : nama lengkap, nama panggilan, tempat dan tanggal lahir,
asal, suku, agama usia
3. Fisik
Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaan NAPZA
pada saat pengkajian adalah sebagai berikut : nyeri, gangguan pola tidur,
menurunnya selera makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar normal,
kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi jantung, hati, dan
sebagainya, infeksi pada paru, sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah
agar klien mampu untuk teratur dalam pola hidupnya.
4. Emosional
Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak
berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk
mengontrol dan mengendalikan diri sendiri
5. Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman
pengguna zat, anggota keluarga lain pengguna zat di lingkungan sekolah atau
kampus yang digunakan oleh para pendengar.
6. Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk
berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan
terhenti. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk
konsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal yang positif.
7. Spiritual
Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena
perubahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran
yang ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah, pelaksanaan nilai-
nilai kebaikan.
8. Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat. Penghamburan dan
pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dari pola asuh tidak
efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak
dicapai adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirnya mencapai
tujuan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan penguatan negatif berulang
2. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan penyalahgunaan zat
3. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan masalah
kesehatan mental (penyalahgunaan obat)
C. Rencana Keperawatan
1. Dx 1: Harga diri rendah kronik berhubungan dengan penguatan negatif
berulang
NOC:
harga diri
KH :
Mepertahankan kontak mata
Tingkat kepercayaan diri
Penerimaaan terhadap kritik ysng membangun
NIC :
Peningkatan harga diri
1) Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
2) Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri.
3) Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi kekuatan
4) Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri
5) Dukung (melakukan) kontak mata pada saat berkomunikasi dengan orang
lain
6) Jangan mengkritis pasien secara negatif
2. Dx 2 : Ketidakefektifan koping berhubungan dengan penyalahgunaan zat
NOC :
Koping
KH :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Menyatakan perasaan akan kontrol diri
Adaptasi terhadap perubahan hidup
NIC :
Peningkatan koping
1) Bantu pasien menyelesaikan masalah dengan cara yang kontruktif
2) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi kehidupan pasien
terhadap peran dan hubungan yang ada.
3) Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan.
4) Berikan suasana penerimaan
5) Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-angsur
6) Dukung aktivitas-aktivitas sosial dan komunitas (agar bisa dilakukan)
7) Dukung keterlibatan keluarga, dengan cara yang tepat.
8) Intuksikan pasien untuk meggunakan teknik relaksasi sesuai dengan
kebutuhan.
Strategi Pelaksanaan pada Pasien dengan NAPZA
Orientasi
Selamat pagi pak, perkenalkan saya W, perawat puskesmas (bersalaman) kedatanagn saya
kesini untuk membicarakan masalah kesehatan bapak. Nama bapak siapa? Lebih suka
dipanggil sipa? Bagaimana keadaan bpak hari ini ? maukah bapak bicarakan tentang
kesehatan bapak ? berapalama kita bicara ? bagaiman kalau 30 menit? Diamana tempatnya ?
Kerja
Apa yang bapak pakai ? ganja ? ada keluhan tentang kesehatan ? bagaimana pergaulan bapak
dengan orang lain ? bgaimana dengan sekolah atau pekerjaan bapak? Bagaimanan mengenai
keuangan keluarga? Kapan semua itu terjadi ?
Apa situasi atau perasaan yang menyebabkan bapak menggunakan ganja ? apa yang bapak
rasakan kalau memamkai ganja? Apasaja akibat yang baoak rasakan kalau memakai ganja ?
Apakah baoa ingin berhenti? Bagus! Sudah pernah bapak berhenti, berapa waktu paling lama
bapak berhenti ? berapa kali mencoba berhenti ? apa yang bapak rasakan saat berhenti ? apa
ang menyebabkan akai lagi ?
Baik, saya akan jelaskan akibat kesehatan yang dapat terjadi. (jelaskan sesuai jenis NAPZA
yang dipakai) mana yang sudah bapak alami? Jadi bapak ingin coba berhenti ?
Baik, mari kita bicarakan apa saja yang bapak miliki. Mari kita mulai dari
Diri bapak : coba bapak lihat aspek positif yang masih bapak miliki. Betul bapak
masih muda, masih kuat, punya pendidikan, belum ada gejala sakit, bagus sekali.
Keluarga bapak: masih punya aya ? ibu ? adik ? kakak? Mereka masih perhatian ?
bagus sekali wah, banyak sekali positifnya. Nah, bagaimana kalau bapak, latihan
mensyukuri hal positif yang masih dimiliki. Katakan saya masih muda nanti tambah
lagi kat-kata lain.
Bagaimana kalau teruskan diskusi tentang cara-cara menghindari pengunaan ganja. Ada
beberapa cara yaitu :
Selain itu lakukakan kegiatan-kegiatan yang bermafaat apa misalnya, pak? Bagus marri kita
buat jadwal jadwal kegiatanya.
Terminasi
Bagaimna perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap? Bagus sekali nah, saya mau tanya
lagi :
Apa saja tadi hal positif yang bapak miliki, bagus ! mana yang mau di latih? Saya bisa
berhenti. (afirmasi)
Apa saja tadi cara menghindari ? ( ada tiga macam ) bagus, yang aman yang mau
dilatih ?
Nah, jadi ini jadwal lathannya, di coba ya. Nanti, satu minggu lagi saya datang kita bicarkan
hasil latihannya dan kita latih dua cara lagi. Bagai mana pak ? baik, pukul 10 pagi kita
ketemu ya. Sampai jumap (salaman).
Orientasi
Selamat pagi, pak sesuai janji saya minggu lalu, sekarang saya datang lagi. Bagaimana
keadaan bapak saat ini. Apakah baak sudah latih untuk mengatakan pada diri sendiri untuk
berhenti? Bagus, pak. Diulangi terus ya, pak. Apakah bapak sudah latih cara menghindar ?
coba sebutkan, pak. Bagu! Sekarang kitanakan bicaraakan bagaimana cara menyelesaikan
masalah dengan sehat dan cara hidup sehat. Mau berapamlama kita bicara ? bagai mana
kalau 30 menit? Dimana tempatnya ?
Kerja
Apa yang sering membuat bapak kesal? Apa yang bapak laukan ?bapak pakai lagi atau
dituduh? Atau tidak dipercaya? Apakah itu menyelesaikan masalah, pak ? bagai mana kalau
bapak coba cara yang lebih baik< lebih sehat untuk menyelesaikannya. Bapak katakan saja
bahwa bapak kesal kalau selalu dicurigai pakai lagi. Bapak sudah benar-nbear ingin berhenti.
Bapak ceritakan usaha bapak, ya. Katakan bapakmingin di bantu degan cara tidak dituduh
sembarabgan, coba praktikkan, bagus! Bagaimana rasanya?.
Sekarang kita bicara tentang gaya hidup yang sehat. Apa yang bapakmletahui tentang hidup
yang sehat? Benar,pak. Tidur yang cukup, dengan tidak begadang maka bapak akan bangun
dengan suasana yang segar pagi harinya. Mari kita masukkan jadwal tidur bapak an jadwal
latihan cara meyelesaikan masalah yang sehat.
Ada kaluhan lain pak? Sering cemas dan tidak bisa tidur ? baiklah, pak, nanti bapak
kepuskesmas, setelah dapat obat, bapak minum obatnya dengan teratur ya, pak. Sesuakian
dengan dosisnya. Selain itu, kita latih relaksasi untuk mengurangi cemas. Ikuti saya,
pak( contohkan beberapa cara relaksasi) cobaa praktikkan. Bagus. Masukkan jadwal dan latih
ya, pak.
Terminasi
Coba bapak sebutkan lagi, apa yang kita bicarakan tadi. Bagaimana persaan bapak? Bagus.
Latihya, pak sesuai jadwal. Jangan lupa, tetap laksanakan juga cara mengatasi keinginan
supaya bisa berhenti mengunakan zat. Coba bapakmulangi lagi cara-caranya. Baiklah, pak.
Minggu depan kita akan bertemu lagi untuk melihat usaha bapak melaksanakan kegiatan dan
mampu mengendalikan keinginan u tuk tidak pakai xat lagi. Kita bertemu lagu jm 10 pagi.
Pamit dulu, sampai jumpa.
SP-1 Keluarga. Mendiskusiakan masalah yang dialmi kelarga, tanda, gejal, penyebab, dan
akibat menggunakan akiat menggunakan NAPZA, tahap enyembuhan, kondisi yag perlu
dirujuk; melatih cara merawat.
Orientasi.
Selamat pagi, bu? Perknalakan saya W, perawat dari pukesmas yang sudah janjinakan datang
kerumag ibu, nama ibu siapa ? senangnya di panggi apa bisa kita bicarakan maalah yang ibu
hadapi ? berapa lama kita bicara ? bagaimana kalau 30 menit ? dimana baiknya kita bicara?
Kerja
Apakah ibu ada masalah dengan anak ? kapan ibu tahu anak ibu mnggunakan zat? Bagai
aman persaan ibu mengahadapinya ? ibu bisa ceritakan. Bu sabar ya. Saya akan nelaskan
kepada ibu, penyebab orang pakai zat, saya jelaskan juga tanda dan gejala dari zat itu, serta
akibat jiak memamakainya. Apakah ada prilaku yang ibu lihat pada anak sperti yang kita
bicarakan? Baiklah, bu, coba ulangi lagi. Bagus, bu.
Apakah anak ibu susah berhenti ? kalau anak ibu susah berhenti namnya ketergantugan.
Ketergantung itu ciri-cirinya adalah selau ada keinginan untuk pakai lagi. Sebabnya, kalau
zatnya dihentikan atau dikurangi kmaka timbul rasa sakit, yang membuat orang tersebut lagi
untuk menghilangkan rasa sakit itu. Bisa juga karena zat memberi kenikmatan tertentu, si
pengguna( pecandu) selalu ingin mengulanginya lagi.
Kalau anak ib ingin berhenti ibu bisa membantu anak ibu, misalnya dengan car menghindari
tempat-tempat yang ada zat itu. Temani anak ibu kalau mau keluar rumah. Anjurkan tidak
bergaul dengan pecandu. Coba ulangi, bu. Bagus, ibu bisa melakukanya.
Untuk pemulihan, pada umumnya perlu waktu yang lama. Pemulihan dapat dialukan
ditempat-tempat khusu, misalnya tinggl di pesantren atau tinggal dikota lain yang jauh dari
pengedar.
Kalau dirumah saja, penuhi anak ibu denga kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi dia
untuk berhenti menggunakan zat. Upayakan anak ibu berhenti dalam waktu yang lama.
Kalaau anak ibu mulai pakai lagi, kenalu ciricirinya seprti sering minta uang untuk keperluan
yang tidak jelas, pernah terlihat pulang dalam keadaan mabuk, ibu harus memotivasi anak ibu
untuk berhenti, doronglah dia untuk menghindari situai]si yang menjerumuskan untuk terus
pakai lagi. Minta anak jangan kumpul-kumpul lagi dengan mereka yang menggunakan zat.
Kalau anak ibu masih pakai juga, dan menjukkan prilaku yang tidak bisa ib kendalikan
(misalnya,gelisah karena nyeri yang tidak bisa diatasi, cemas berlebihan atau melakukan
keerasan dengan menyerang orang lain. segeralah meruju atau membawa anak ibu atau
membawa anak ibu untuk memperoleh bantuan.
Terminasi
Bisa ibu ulangin lagi, apa saja yang kita bicarakan tadi? bagus, bu. Mulai sekarang, ibu bantu
anak ibu menghindari situasi yang dapat menjerumuskannya pakai lagi. Mingun depan, akan
kita bicarakan sifat-sifat yang dapat memoifasi anak ibu untuk berhenti atau sikap yang
menyebakan untuk pakai lagi. Kapan ibu bisa ? dan diaman kita bisa betemu? Baiklah, ibu.
Saya pamit dulu ya.
Orientasi
Selamat pagi, bu. Sesuai janjikita minggumlalu, hari ii kita akanmelanjutkan pembicaraan
tentan cara menyelesaikan masalah yan ibu hadapi, masih ingat apa yang kita icarakan
minggu lalu ? bisa ibu ceritakan kembali ? cara anak ibu mengontol keinginannya untuk
pakai zat ? bagu, bu. Serkarang kita ketemu lagi untuk membicarakan cara memotivasi
berhenti. Berapa lama kita bicara ? bagaimana kalau 30 menit? Diaman baikanya kita bicara?
Kerja
Apaka ibu sering merasa curiga kalau anak ibu pakai lagi? Apaka ibu menuduhnyapakai
lagi ? hati-hai,bu, ada siakp-sikap yang bisa membuat anak ibu sehingga dia memakailagi.
Sebaiknya ibu sika itu ya. Kalau ada yang membuat ibu tidak mempercayai anak ibu,
bicarakanlah dengan dia. Obu certakan persaan dan harapan ibu kedapanya. Lalu, buatlah
kesepakatan agar anak ibu tetap jujur terhadap apa yang dikatakan dan dilakukanya selain itu,
ibu bersedia mendengarkan apapun yang kan dikatakan anak ibu dengan sikap menerima dan
kesdiaan membantu. Mar kita coba cara mempraktikakannya. Katakan kepada anak ibu,
bahwa anak ibu mengerti sulitnyaberhenti katakan juga bahwa ibu kan terus membantunya
untuk bisa berhenti aalkan mau jujur walauoun oakai lagi, berikan pujian atas usaha anak ibu
untuk berhenti walaupun perhatianya hanya satu minggu. Itu akan mebuat anak ibu merasa
diterima dan di dukung usahanya oleh ibu. Sikap ini akan memotivasi anak ibu anak ibu
untuk berhenti. Ibu jug ingatkan apada anak ibu manfaat dari berhenti. Penting diigat bahwa
motivasi untuk berhenti, harus terus dilakukan. Kadang-kadang sudah berhenti sekian lama,
masih ingin pakaimlagi. Ibu tidak boleh putus asa terus berusaham memabntu anak ibu.
Untuk obat, apakah ada masaah ada masalah,bu ? apakah anak ibu terus minum obat yang
diajurkan? Apaka terus ibu awasi anak agar minum obat dengan benar?
Terminasi
Bisa ibu ulangi lagi, apa saja yang kita bicaraka tadi, bagus,bu. Ibu dapat meerapakan apa
yang sudah kita bicarkan dua miggu ini. Minggu depan, kita akan bicarakan apa yang sudah
ibu lakukan. Dan bagaimana hasilnya. Kapan ibu bisa ? dan dimana kita akan bertemu ?
baiklah, bu saya pamit dulu.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha
Medika
Keliat, Budi Anna dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC
https://www.brilio.net/news/true-story-perjuangan-pecandu-untuk-bebas-dari-narkoba-
150415k.html
http://m.kompasiana.com/rehab/kisah-nyata-suara-hati-mantan-pecandu-narkoba