Anda di halaman 1dari 30

TIRANI MATAHARI TERBIT

Tirani Matahari Terbit , istilah tirani digunakan untuk menggmbarkan tindakan otoriter dan
kekejaman jepang. Istilah Matahari Terbit digunakan untuk penamaan untuk tentara jepang, sebab
posisi Negara jepang jika dilihat dari Indonesia , terletak di arah timur atau sama dengan arah saat
matahari terbit. Sehingga Negara jepang disebut Negara Matahari Terbit.

A. Menganalisis Kedatangan Saudara Tua

1. Penguasaan Kepulauan Indonesia

Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan


udara Jepang pada 8 Desember 1941, serangan terus
dilancarkan ke angkatan laut Amerika Serikat di
Pasifik dan juga diarahkan ke Indonesia. Serangan
terhadap Indonesia tersebut bertujuan untuk
mendapatkan cadangan logistik dan bahan industri
perang, seperti minyak tanah, timah, dan
aluminium.
Pada Januari 1942, Jepang mendarat di Indonesia
melalui Ambon dan seluruh Maluku. Jepang
berhasil mengusai Tarakan di Kalimantan Timur
dan Balikpapan (12 Januari 1942), kemudian menyerang Sumatera dan Jawa (Februari 1942).
Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam Perang Pasifik menunjukkan
kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu dari Burma sampai Pulau
Wake.

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 1


Untuk menghadapi gerak invasi tentara Jepang, Belanda membentuk Komando Gabungan
Tentara Serikat yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang
bermarkas di Lembang dan panglimanya bernama Jenderal Sir Archhibald. Jenderal Imamura
dan pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di
tiga tempat, yakni di Banten, Eretan Wetan-Indramayu, dan di sekitar Bojonegoro Pasukan
Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret
1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten
atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat
kepada Jepang yang diwakili Jenderal Imamura. Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati,
Subang. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia
berada di bawah pendudukan tentara Jepang.
Namun Belanda segera mendirikan pemerintahan pelarian (exile government) di Australia di
bawah pimpinan H.J. Van Mook. Perlu dipahami bahwa rentetan kemenangan yang dicapai
tentara Jepang sejak melancarkan Perang Pasifik membuka pintu bagi mereka untuk menduduki
tanah Hindia Belanda. Kedatangan saudara tua, sebagaimana Jepang menyebut dirinya,
mula-mula disambut dengan penuh harapan,
tetapi kemudian mengecewakan rakyat.
Walaupun demikian, pendudukan Jepang
membuka sejarah baru bagi Indonesia.

2. Selamat Datang Saudara Tua

Kedatangan pasukan Jepang di Indonesia, pada


umumnya disambut oleh masyarakat Indonesia sebagai pahlawan pembebas daripada sebagai
pasukan agresor. Bahkan di beberapa tempat di luar Jawa, tidak sedikit kalang nasionalis pribumi
yang membentuk perlawanan terhadap Belanda menjelang datangnya serangan Jepang. Di Aceh
misalnya, para ulama Islam Aceh yang tergabung dalam Persatuan Ulamaulama Seluruh Aceh
(PUSA-dibentuk tahun 1939) di bawah pimpinan Tengku Mohammad Daud Beureueh (1899-1987)
telah menghubungi Jepang untuk membantu serangan Jepang terhadap Belanda. Di Minangkabau,
para ulama secara tidak langsung juga membantu pihak Jepang dan berharap dapat menyaksikan
terdepaknya para penghulu dari kekuasaannya.
Sebagai balasannya, pada awal kekuasaannya, pemerintah Jepang banyak memberikan
keleluasaan kepada kaum pribumi, seperti mengibarkan bendera merah putih, menyanyikan lagu
Indonesia Raya, dan mengambil alih tanah-tanah perkebunan milik pengusaha Belanda. Sedangkan
untuk memusnahkan pengaruh Barat, Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda dan bahasa

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 2


Inggris, serta berupaya memajukan pengajaran bahasa Jepang. Selain itu, kalender Jepang juga
diberlakukan menggantikan kalender Masehi.
Akan tetapi dalam situasi peperangan, Jepang harus memilih prioritasprioritas tertentu.
Mereka cepat melakukan reorganisasi pemerintahan setempat dan memadamkan benih-benih
revolusi yang mucul di beberapa daerah seiring dengan runtuhnya Hindia Belanda. Dalam
menjalankan roda pemerintahan, Jepang terpaksa harus bersandar kepada para ambtenar dari masa
kolonial Belanda seperti; uleebalang, di Aceh, penghulu di Sumatera Barat, para raja di Sumatera
Timur, dan kaum priyayi di pulau Jawa.
Sebagai catatan, Jepang telah membentuk tiga tentara wilayah, satu untuk Birma
(Myanmar), dua untuk Indonesia dan Malaya. Tentara ke-14 di Filipina dan Tentara Garnisun di
Muangthai langsung di bawah Panglima Tentara Selatan. Tentara-tentara di wilayah Indonesia
disusun sebagai berikut:
Pulau Sumatera di bawah Tentara Angkatan Darat (Rikugun) ke-25 yang bermarkas di
Bukittinggi, Sumatera Barat
Pulau Jawa dan Madura di bawah Tentara Angkatan Darat ke-16, yang bermarkas di Jakarta.
Kedua wilayah ini berada di bawah komando Angkatan Darat Wilayah ke-7 dengan markas
besarnya di Singapura.
Kalimantan dan Indonesia bagian Timur lainnya berada di bawah kekuasaan Angkatan Laut
(Kaigun) Armada Selatan ke-2 yang bermarkas besar di Makasar. Dengan adanya
pembagian ini tidak berarti bahwa di bagian Indonesia Timur tidak ada pasukan Rikugun. Di
Maluku misalnya ditempatkan Tentara ke-19 dan di Irian Utara ditempatkan Tentara ke-2.
Namun berbeda dengan Tentara ke-16 atau ke-25, Tentara angkatan darat di daerah ini tidak
mempunyai tugas administratif, karena tugas itu dipegang oleh angkatan laut.

Pada masing-masing wilayah tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada sebagai
seorang gubernur militer (gunseikan). Kantornya disebut Gunseikanbu. Banyak orang Indonesia
yang diangkat menjadi pegawai pemerintah untuk mengisi tempat yang ditinggalkan oleh pejabat-
pejabat Belanda, baik karena ditawan atau melarikan diri. Kebanyakan dari pejabat baru adalah
berkebangsaan Jepang. Sedangkan bangsa Indonesia yang menjadi pejabat baru bangsa, umumnya
mantan guru, termasuk guru agama Islam. Bahkan Jepang pernah mengangkat seorang kyai
tradisional dari pesantren Gunung Puyuh, Sukabumi, yaitu Kyai Haji Ajengan Ahmad Sanusi
sebagai wakil residen Bogor. Menurut sejarawan Harry J. Benda, hal itu merupakan satu fenomena
yang menarik, yang belum pernah terjadi sebelumnya, seorang pribumi menduduki jabatan lebih
tinggi dari jabatan bupati (Benda 1980). Hal ini menunjukkan bahwa Jepang mempunyai harapan
khusus terhadap para ulama Islam, terutama dalam memobilisasi masyarakat Indonesia, yang

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 3


diyakininya beragama Islam. Untuk keperluan itulah pada akhir Maret 1942, Jepang mendirikan
sebuah kantor urusan agama (Shumubu) di Jawa.
Meskipun para ulama atau para mantan guru itu dinilai loyalitasnya cukup tinggi daripada
para priyayi, uleebalang atau penghulu, namun umumnya mereka tidak mempunyai kemampuan
dan pengalaman apa-apa dalam birokrasi pemerintahan. Akhirnya para pejabat lama terpaksa
direkrut kembali untuk menduduki jabatan lamanya.
Kebijakan di antara ketiga wilayah pemerintahan militer itu sangat berbeda. Umumnya Jawa
dianggap sebagai wilayah yang secara politik dinilai paling maju dan dayanya yang utama adalah
manusia. Oleh karena itu kebijakan-kebijakan Jepang di wilayah ini dapat membangkitkan
kesadaran nasional yang jauh lebih mantap dibandingkan dengan kedua wilayah lainnya. Meskipun
demikian, secara ekonomi Jawa nilainya kurang penting, dibandingkan wilayah Sumatera dan
Kalimantan yang kaya akan minyak dan beberapa sumber pertambangan lainnya yang sangat
dibutuhkan industri perang Jepang. Akan tetapi karena pentingnya arti perkembangan masa depan,
maka Jawa mendapat perhatian ilmiah yang lebih besar daripada pulau-pulau lainnya. Sementara
wilayah di bawah angkatan laut, secara politik dianggap terbelakang walaupun mempunyai arti
ekonomi yang tinggi. Pemerintahan militer di wilayah ini cenderung bersifat sangat menindas
dibandingkan di wilayah Jawa.
Salah satu upaya yang ditempuh pemerintahan Pendudukan Jepang untuk mencari dukungan
sekaligus melibatkan bangsa Indonesia dalam peperangannya adalah melalui propaganda. Untuk
keperluan itu maka pada bulan Agustus 1942 Jepang membentuk Departemen Propaganda
(Sendenbu). Secara resmi disebutkan bahwa lembaga ini merupakan organ yang terpisah dari Seksi
Penerangan Angkatan Darat. Namun dalam praktiknya lembaga ini selalu dipimpin oleh para
perwira Angkatan Darat, seperti: Kolonel Machida Keiji (Agustus 1942 Oktober 1943), Mayor
Adachi Hisayoshi (Oktober 1943 Maret 1945), dan Kolonel Takanashi Koryo (April 1945
Agusyus 1945). Di bawah lembaga ini kemudian dibentuk Gerakan Tiga A di bawah pimpinan
Mr. Syamsuddin, kemudian Poetera di bawah empat serangkai, dan Jawa Hokokai serta
Sumatera Hokokai. Organisasi propaganda yang disebut terakhir ini mempunyai alat organisasi
sampai tingkat desa yang disebut tonarigumi (Rukun Tetangga yang berkembang sampai sekarang).
Melalui tonarigumi inilah dilakukan pengorganisasian, mobilisasi, indoktrinasi dan pelaporan
rakyat Jawa atau Sumatera. Sejak bulan Februari 1944, para kepala desa menjalani kursus-kursus
indoktrinasi. Melalui tonarigumi pula terjadi pengerahan para pahlawan pekerja, yang lebih
dikenal dengan nama romusha.

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 4


Lembaga Sendenbu ini mempunyai 3 seksi,
yaitu: (1) Seksi Administrasi, (2) Seksi Berita dan
Pers, dan (3) Seksi Propaganda. Pada tahun 1943
lembaga ini membantu terbentuknya Keimin Bunka
Shidosho (Lembaga Kebudayaan).
Keimin Bunka Shidosho dibentuk pada 1
April 1943. Peresmiannya dilakukan oleh Gunseikan
tanggal 18 April 1943. Dalam kesempatan itu ia
menyebutkan bahwa tujuan Pusat Kebudayaan itu antara lain: (1) menghapus kebudayaan Barat
termasuk faham kesenian yang tidak cocok dengan sikap ketimuran, (2) membangun kebudayaan
Timur untuk dijadikan dasar bagi memajukan bangsa Asia Timur (Raya), dan (3) menghimpun para
seniman untuk membantu tercapainya kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Untuk
yang disebut terakhir, pemerintah Jepang memenga merekrut para seniman, termasuk para pelukis.
Bahkan menerbitkan karya-karya mereka.
Berdasarkan pernyataan itu, seolah-olah pemerintah Jepang menginginkan terpeliharanya
dan sekaligus berkembangnya kebudayaan asli Indonesia dengan cara melenyapkan pengaruh Barat.
Namun di sisi lain tersirat bahwa Jepang akan berusaha untuk menanamkan dan menyebarkan seni
dan budaya Jepang, terutama dalam materi pendidikan dan kursus-kursus pelatihan guru.

3. Pembentukan Pemerintahan Militer


Di Indonesia, tentara Jepang masuk di awali dengan menguasai Tarakan selanjutnya menguasai
Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke Subang, dan
terakhir Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang.
Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter Poorten selaku Panglima Angkatan Perang
HindiaBelanda atas nama Angkatan Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang di bawah
pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati menandai berakhirnya
kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dan digantikan oleh kekuasaan Kemaharajaan
Jepang.
Pemerintahan militer Jepang di Indonesia terbagi atas tiga wilayah kekuasaan berikut :
Tentara XVI (Rikugun/Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Jawa dan Madura yang
berpusat di Jakarta.
Tentara XXV (Rikugun /Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Sumatra yang berpusat
di Bukittinggi.
Armada Selatan II (kaigun/Angkatan Laut) memerintah atas wilayah Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berpusat di Makassar.

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 5


Pemerintahan pada wilayah masing-masing
tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada
dengan gelar gunseikan (kepala pemerintahan militer)
dan staf pemerintahan militer disebut gunseikanbu.
Susunan pemerintahan militer Jepang sebagai
berikut.
Gunshireikan (panglima tentara), kemudian
disebut Saiko Shikikan (panglima tertinggi),
merupakan pucuk pimpinan.
Gunseikan (kepala pemerintahan militer), dirangkap oleh kepala staf tentara.
Pulau Jawa dan Madura (kecuali kedua koci, Surakarta dan Yogyakarta) dibagi atas enam
wilayah pemerintahan.
Syu (karesidenan), dipimpin oleh seorang syuco.
Syi (kotapraja), dipimpin oleh seorang syico.
Ken (kabupaten), dipimpin oleh seorang kenco.
Gun (kawedanan atau distrik), dipimpin oleh seorang gunco.
Son (kecamatan), dipimpin oleh seorang sonco.
Ku (kelurahan atau desa), dipimpin oleh seorang kuco.

4. Pemerintahan Sipil
Pulau Jawa menjadi pusat pemerintahan yang terpenting, bahkan jabatan Gubernur Jenderal
masa Hindia Belanda dihapus dan diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa. Sementara
status pegawai dan pemerintahan sipil masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya asal
memiliki kesetiaan terhadap Jepang. Status badan pemerintahan dan UU di masa Belanda tetap
diakui sah untuk sementara, asal tidak bertentangan dengan aturan kesetiaan tentara Jepang.
Kebijakan pemerintah militer Jepang di bidang politik dan birokrasi dampak yang dirasakan bangsa
Indonesia antara lain terjadinya perubahan struktur pemerintahan dari sipil ke militer, terjadi
mobilitas sosial vertikal (pergerakan sosial ke atas dalam birokrasi) dalam masyarakat Indonesia.
Sisi positif yang dapat Anda ketahui, bangsa Indonesia mendapat pelajaran berharga sebagai
jawaban cara mengatur pemerintahan, karena adanya kesempatan yang diberikan pemerintah
Jepang untuk menduduki jabatan penting seperti Gubernur, dan wakil Gubernur, Residen, Kepala
Polisi.

Struktur pemerimtahan Sipil jepang


Pulau Jawa dan Madura (kecuali kedua koci, Surakarta dan Yogyakarta) dibagi atas enam
wilayah pemerintahan.
Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 6
Syu (karesidenan), dipimpin oleh seorang syuco.
Syi (kotapraja), dipimpin oleh seorang syico.
Ken (kabupaten), dipimpin oleh seorang kenco.
Gun (kawedanan atau distrik), dipimpin oleh seorang gunco.
Son (kecamatan), dipimpin oleh seorang sonco.
Ku (kelurahan atau desa), dipimpin oleh seorang kuco.
Selain pemerintahan militer (gunsei) angkatan darat, Armada Selatan Kedua juga membentuk
suatu pemerintahan yang disebut Minseibu. Pemerintahan ini terdapat di tiga tempat, yaitu
Kalimantan, Sulawesi, dan Seram. Daerah bawahannya meliputi syu, ken, bunken (subkabupaten),
gun, dan son.
Dalam rangka mempertahankan kekuasaan dan menghapus pengaruh Belanda pada masyarakat
Indonesia, Jepang menetapkan Undang-Undang No. 4. Undang-undang tersebut menetapkan bahwa
hanya bendera Jepang, Hinomaru, yang boleh dipasang hanya lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo,
yang boleh diperdengarkan pada hari-hari besar. mulai tanggal 1 April 1942, semua lapisan
masyarakat harus menggunakan pembagian waktu sesuai dengan yang dipergunakan di Jepang.
Perbedaan waktu antara Tokyo dan Jawa pada masa itu adalah 90 menit. mulai tanggal 29 April
1942 ditetapkan bahwa kalender yang dipakai adalah kalender Jepang yang bernama Sumera. Tahun
1942 pada kalender Masehi sama dengan tahun 2602 pada kalender Sumera. Rakyat Indonesia juga
diwajibkan untuk ikut merayakan hari raya Tencosetsu, yaitu hari lahirnya Kaisar Hirohito.

B. Menganalisis Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang

1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan

a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin.
Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin
Asia. Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran bersama.
Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga
dibubarkan, sebagai gantinya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).

b. Putera

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 7


Para pemimpin bangsa Indonesia merasa bahwa satu-satunya cara menghadapi kekejaman
militer Jepang adalah dengan bersikap kooperatif. Hal ini semata untuk tetap berusaha
mempertahankan kemerdekaan secara tidak langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
mereka sepakat bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang dengan pertimbangan lebih
menguntungkan dari pada melawan. Hal ini didukung oleh propaganda Jepang untuk tidak
menghalangi kemerdekan Indonesia. Maka setelah terjadi kesepakatan, dibentuklah organisasi baru
bernama Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Putera dibentuk pada 16 April 1943
dipimpin oleh Empat Serangkai. Tujuan Putera
adalah untuk membujuk kaum Nasionalis
sekuler dan intelektual untuk mengabdikan
pikiran dan tenaganya demi untuk kepentingan
perang melawan Sekutu. Mengapa Jepang
berkeinginan mengajak tokoh nasionalis
bergabung dalam Putera?. Dalam tempo singkat
Putera dapat berkembang sampai ke daerah
dengan anggotanya adalah kumpulan organisasi profesi seperti, Persatuan Guru Indonesia,
perkumpulan pegawai pos, radio dan telegraf, perkumpulan Istri Indonesia, Barisan Banteng dan
Badan Perantara Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia.
Keberhasilan dalam perekrutan anggota, tidak dapat dipisahkan dari simpati rakyat terhadap para
tokoh pemimpin Indonesia yang masih tinggi. Keberadaan Putera merupakan organisasi resmi
pemerintah yang disebarluaskan melalui surat kabar dan radio, sehingga menjangkau sampai ke
desa. Namun pemerintah militer Jepang sudah mengantisipasi keberadaan Putera yang strategis dan
politis tersebut dengan memberikan kegiatan secara terbatas, khusus yang berkaitan dengan upaya
menghapus pengaruh barat agar mendukung pemerintah militer Jepang. Meskipun Putera
merupakan organisasi pemerintah Dengan segala kekurangannya, Putera dapat dimanfaatkan secara
maksimal oleh para tokoh pemimpin Indonesia untuk mempersiapkan mental guna menyongsong
kemerdekaan dengan cara memonitor perkembangan kondisi dunia, memanfaatkan media massa,
surat kabar dan radio untuk berkomunikasi dengan rakyat secara leluasa.
Ternyata apa yang dilakukan para pemimpin Indonesia dinilai oleh pemerintah Jepang hanya
menguntungkan pihak Indonesia. Maka diputuskan untuk membubarkan Putera. Selanjutnya
pemerintah Jepang membentuk organisasi baru yaitu:
c. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 8


Agar rakyat Indonesia dapat dihimpun tenaganya lahir dan batin untuk digalang
kebaktiannya pada Jepang. Dalam tradisi Jepang ada tiga dasar utama yang harus dimiliki tiap
orang Jepang yaitu sikap rela mengorbankan diri, mempertebal persahabatan dan melaksanakan
sesuatu harus menghasilkan bukti. Melalui Jawa Hokokai ini, tiga aspek tradisi Jepang tersebut
dituntut pula dari rakyat Indonesia. Para pemimpin organisasi ini berada di bawah Gunseikan
(kepala pemerintahan militer) dan di tiap daerah dipimpin oleh Syucokan (Gubernur/Residen).
Dengan terbentuknya Jawa Hokokai, maka kaum Nasionalis bangsa Indonesia mulai disisihkan dan
kegiatan mereka dilarang. Keberadaan Jawa Hokokai adalah sebagai organisasi sentral yang
terkendali dan merupakn kumpulan dari Hokokai/profesi, antara lain Izi Hokokai (Himpunan
Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai (Himpunan Kebaktian Pendidik), Fujinkai (Organisasi wanita)
dan Keimin Bunko Syidosyo (pusat budaya). Kegiatan Hokokai adalah pelaksana pengerahan atau
mobilisasi (penggerakan) barang yang berguna untuk kepentingan perang seperti: emas, permata,
besi dan lain-lain.
d. Pembentukan Chuo Sang In
Chuo Sang In adalah sebuah badan yang bertugas sebagai Dewan pertimbangan pusat yang
berada langsung di bawah Panglima Tertinggi, tugasnya menyampaikan usul dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh pemerintah militer Jepang mengenai pemerintahan dan politik
Dalam pelaksanaannya badan ini tidak dapat mencapai aspirasi rakyat, sebaliknya anggota badan
memiliki kekuatan yang terbatas bahkan dapat dikatakan hanya sebagai robot Jepang.

2. Organisasi-organisasi Semimiliter
Pada bulan Januari 1942 Jepang
menduduki Malaysia, Sumatera, Jawa, dan
Sulawesi. Malaysia pada waktu itu dikuasai
Sekutu berhasil direbut Jepang. Pada tanggal 24
Januari 1942 Jepang menduduki Tarakan,
Balikpapan, dan Kendari. Balikpapan merupakan
sumber-sumber minyak maka diserang dengan
hati-hati agar tetap utuh, tetapi dibumihanguskan
oleh tentara Belanda. Tanggal 3 Februari 1942 Samarinda diduduki pasukan Jepang. Pada waktu itu
Samarinda masih dikuasai tentara Hindia Belanda (KNIL). Dengan direbutnya lapangan terbang
oleh Jepang, maka tanggal 10 Februari 1942 Banjarmasin dengan mudah dapat diduduki. Pada
tanggal 4 Februari 1942 Ambon berhasil diduduki Jepang, kemudian dilanjutkan pada tanggal 14
Februari 1942 menguasai Palembang dan sekitarnya. Dengan jatuhnya Palembang maka dengan
mudah Jepang masuk ke Jawa. Dalam penyerbuan-penyerbuan itu Jepang lebih kuat dibanding
Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 9
Sekutu karena Jepang memiliki bantuan kekuatan udara taktis. Sedangkan kekuatan udara Sekutu
sudah dihancurkan dalam pertempuran-pertempuran awal di Indonesia maupun Malaya (Malaysia).
Berikut ini Organisasi Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang:

a. Seinendan (Barisan pemuda)


Seinendan merupakan organisasi pemuda yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943, tepat
pada hari ulang tahun Kaisar Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang bersifat
semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan gunseikan. Tujuan
pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih pemuda agar dapat menjaga
dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Namun, sebenarnya maksud
tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendapatkan tenaga cadangan
sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan perang Jepang.
Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia antara 15-25 tahun.
Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada awalnya anggota Seinendan
sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Jumlah tersebut berkembang menjadi
500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
b. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan juga merupakan organisasi pemuda yang dibentuk bersamaan dengan
pembentukan Seinendan. Berbeda dengan Seinendan, dalam pembentukan Keibodan tersebut
tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang berusaha agar tidak terpengaruh oleh golongan
nasionalis. Bahkan kaum nasionalis pada tingkat bawah pun tidak mempunyai hubungan dengan
Keibodan, karena badan ini langsung ditempatkan di bawah pengawasan polisi. Selain Jawa, kedua
badan tersebut juga dibentuk di Sumatra dan daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan
angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal dengan nama Bogodan. Di Kalimantan terdapat badan
serupa yang disebut Borneo Konan Hokokudan. Selain golongan pemuda, juga dilakukan
pengorganisasian kaum wanita. Pada bulan Agustus 1943 dibentuk Fujinkai (himpunan wanita).
Usia minimum dari anggota Fujinkai adalah 15 tahun. Wanita-wanita tersebut juga diberikan
latihan-latihan militer.
c. Syuisyintai (Barisan Pelopor)
Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semimiliter ini
dibentuk sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat.
Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu R.P. Suroso, Otto
Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh nasionalis yang duduk dalam Barisan Pelopor
berusaha memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menanamkan semangat nasionalisme

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 10


di kalangan para pemuda. Para pemuda dikerahkan untuk mendengarkan pidato para tokoh
nasionalis. Di dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-kata untuk
membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para pemuda.
d. Fujinkai (Barisan Wanita)
Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas wanita yang berumur
15 tahun ke atas. Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan
dana wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.
e. Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang
dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen
Teishintai. Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut :
Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan
program, antara lain : melatih diri, jasmani
maupun rohani dengan segiat-giatnya.;
membantu tentara Dai Nippon; menjaga
bahaya udara dan mengintai mata-mata
musuh; menggiatkan dan menguatkan
usaha-usaha untuk kepentingan perang.
Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan
program, antara lain : menyiarkan agama Islam, memimpin umat Islam agar taat
menjalankan agama Islam, dan membela agama dan umat Islam Indonesia.

3. Organisasi Militer

Pada bulan Januari 1942 Jepang menduduki Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Malaysia pada waktu itu dikuasai Sekutu berhasil direbut Jepang. Pada tanggal 24 Januari 1942
Jepang menduduki Tarakan, Balikpapan, dan Kendari. Balikpapan merupakan sumber-sumber
minyak maka diserang dengan hati-hati agar tetap utuh, tetapi dibumihanguskan oleh tentara
Belanda. Tanggal 3 Februari 1942 Samarinda diduduki pasukan Jepang. Pada waktu itu Samarinda
masih dikuasai tentara Hindia Belanda (KNIL). Dengan direbutnya lapangan terbang oleh Jepang,
maka tanggal 10 Februari 1942 Banjarmasin dengan mudah dapat diduduki. Pada tanggal 4 Februari
1942 Ambon berhasil diduduki Jepang, kemudian dilanjutkan pada tanggal 14 Februari 1942
menguasai Palembang dan sekitarnya. Dengan jatuhnya Palembang maka dengan mudah Jepang
masuk ke Jawa. Dalam penyerbuan-penyerbuan itu Jepang lebih kuat dibanding Sekutu karena
Jepang memiliki bantuan kekuatan udara taktis. Sedangkan kekuatan udara Sekutu sudah

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 11


dihancurkan dalam pertempuran-pertempuran awal di Indonesia maupun Malaya (Malaysia).
Berikut ini Organisasi Organisasi Militer Bentukan Jepang:

a. Heiho
Heiho merupakan pasukan bentukan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Pasukan ini
dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kemaharajaan Jepang
pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggotanya pada tanggal 22 April 1943.
Heiho merupakan organisasi militer resmi yang dibentuk pada bulan April 1945. Anggotanya adalah
para pemuda yang berusia 18 25 tahun. Heiho merupakan barisan pembantu kesatuan angkatan
perang dan dimasukkan sebagai bagian dari ketentaraan Jepang. Heiho dijadikan sebagai tenaga
kasar yang dibutuhkan dalam peperangan misalnya memindahkan senjata dan peluru dari gudang ke
atas truk, serta pemeliharaan senjata lain-lain. Sampai berakhirnya masa pendudukan Jepang jumlah
anggota Heiho mencapai 42.000 orang. Prajurit Heiho juga dikirim ke luar negeri untuk
menghadapi pasukan Sekutu antara lain ke Malaya (Malaysia), Birma (Myanmar), dan Kepulauan
Salomon. Heiho dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) setelah Jepang
menyerah kepada Sekutu.
b. Peta
PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1944 atas usul Gotot Mangkupraja kepada Letjend.
Kumakici Harada (Panglima Tentara ke-16). PETA di Sumatera dikenal dengan Gyugun.
Pembentukan PETA ini berbeda dengan organisasi lain bentukan Jepang. Anggota PETA terdiri atas
orang Indonesia yang mendapat pendidikan militer Jepang. PETA bertugas mempertahankan tanah
air Indonesia. PETA merupakan tentara garis kedua. Di Jawa dibentuk 50 batalion PETA. Jabatan
komando batalion dipegang oleh orang Indonesia tetapi setiap komandan ada pelatih dan penasihat
Jepang. Tokoh-tokoh PETA yang terkenal antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot
Subroto, dan Jenderal Ahmad Yani. Pergerakan massa rakyat dalam organisasi-organisasi di atas
telah mendorong rakyat memiliki keberanian, sikap mental untuk menentang penjajah, pemahaman
terhadap kemerdekaan maupun sikap mental yang mengarah pada terbentuknya nasionalisme.

Perbedaan Peta dengan Heiho


Peta
PETA langsung di bawah organisasi Jepang
PETA bertugas sebagai mata mata Jepang
PETA dibentuk bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan sekutu
Heiho

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 12


Prajurit Heiho bagian dari tentara Jepang
Heiho bertugas mengumpulkan pajak dari rakyat
Heiho dibentuk bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan sekutu.

C. Menganalisis Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan

1. Ekonomi Perang

Pada jaman pendudukan Jepang kehidupan ekonomi rakyat sangat menderita. Lemahnya
ekonomi rakyat berawal dari sistem bumi hangus Hindia Belanda ketika mengalami kekalahan dari
Jepang pada bulan Maret 1942. Sejak itulah kehidupan ekonomi menjadi lumpuh dan keadaan
ekonomi berubah dari ekonomi rakyat menjadi ekonomi perang. Langkah pertama yang dilakukan
Jepang adalah merehabilitasi prasarana ekonomi seperti jembatan, alat-alat transportasi dan
komunikasi. Selanjutnya Jepang menyita seluruh kekayaan musuh dan dijadikan hak milik Jepang,
seperti perkebunan-perkebunan, bank-bank, pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan, telekomunikasi
dan lainlain. Hal ini dilakukan karena pasukan Jepang dalam melakukan serangan ke luar negaranya
tidak membawa perbekalan makanan Kebijakan ekonomi pemerintah pendudukan Jepang
diprioritaskan untuk kepentingan perang. Perkebunan kopi, teh dan tembakau yang dianggap
sebagai barang kenikmatan dan kurang bermanfaat bagi kepentingan perang diganti dengan
tanaman penghasil bahan makanan dana tanaman jarak untuk pelumas.
Pola ekonomi perang yang dilancarakan oleh Tokyo dilaksanakan secara konsekuen dalam
wilayah yang diduduki oleh angkatan perangnya. Setiap lingkungan daerah harus melaksanakan
autarki (berdiri di atas kaki sendiri), yang disesuaikan dengan situasi perang. Jawa dibagi atas 17
lingkungan autarki, Sumatra atas 3 lingkungan dan daerah Minseifu (daerah yang diperintah
Angkatan Laut Jepang) dibagi atas 3 lingkungan autarki. Karena dengan sistem desentralisasi maka
Jawa merupakan bagian daripada Lingkungan
Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya mempunyai dua tugas, yakni:
memenuhi kebutuhan sendiri untuk tetap bertahan,
mengusahakan produksi barang- barang untuk kepentingan perang.
Seluruh kekayaan alam Indonesia
dimanfaatkan Jepang untuk biaya perang. Bahan
makanan dihimpun dari rakyat untuk persediaan
prajurit Jepang seharihari, bahkan juga untuk

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 13


keperluan perang jangka panjang. Beberapa tindakan Jepang dalam memeras sumber daya alam
dengan cara-cara berikut ini :
1. Petani wajib menyetorkan hasil panen berupa padi dan jagung untuk keperluan konsumsi
militer Jepang. Hal ini mengakibatkan rakyat menderita kelaparan.
2. Penebangan hutan secara besar-besaran untuk keperluan industri alat-alat perang, misalnya
kayu jati untuk membuat tangkai senjata. Pemusnahan hutan ini mengakibatkan banjir dan
erosi yang sangat merugikan para petani. Di samping itu erosi dapat mengurangi kesuburan
tanah.
3. Perkebunan-perkebunan yang tidak ada kaitannya dengan keperluan perang dimusnahkan,
misalnya perkebunan tembakau di Sumatera. Selanjutnya petani diwajibkan menanam
pohon jarak karena biji jarak dijadikan minyak pelumas mesin pesawat terbang. Akibatnya
petani kehilangan lahan pertanian dan kehilangan waktu mengerjakan sawah. Sedangkan
untuk perkebunan-perkebunan kina, tebu, dan karet tidak dimusnahkan karena tanaman ini
bermanfaat untuk kepentingan perang.
4. Penyerahan ternak sapi, kerbau dan lain-lain bagi pemilik ternak. Kemudian ternak
dipotong secara besar-besaran untuk keperluan konsumsi tentara Jepang. Hal ini
mengakibatkan hewan-hewan berkurang padahal diperlukan untuk pertanian, yakni untuk
membajak. Dengan dua tugas inilah maka serta kekayaan pulau Jawa menjadi korban dari
sistem ekonomi perang pemerintah pendudukan Jepang.
Cara yang ditempuh untuk pengerahan tenaga Romusha ini dengan bujukan, tetapi apabila
tidak berhasil dengan cara paksa. Untuk menarik simpati penduduk, Jepang mengatakan bahwa
Romusha adalah pahlawan pekerja yang dihormati atau prajurit ekonomi. Mereka digambarkan
sebagai orang yang sedang menunaikan tugas sucinya untuk memenangkan Perang Asia Timur
Raya. Sedangkan panitia pengerah Romusha disebut Romukyokai. Di samping rakyat, bagi para
pamong praja dan pegawai rendahan juga melakukan kerja bakti sukarela yang disebut Kinrohoshi.
Pemimpin-pemimpin Indonesia membantu pemerintah Jepang dalam kegiatan Romusha ini. Bung
Karno memberi contoh berkinrohonsi (kerja bakti), Bung Hatta memimpin Badan Pembantu
Prajurit Pekerja atau Romusha. Ali Sastroamijoyo, S.H. mempelopori pembaktian barang-barang
perhiasan rakyat untuk membantu biaya perang Jepang.
Akibat dari Romusha ini jumlah pria di kampung-kampung semakin menipis, banyak pekerjaan
desa yang terbengkelai, ribuan rakyat tidak kembali lagi ke kampungnya, karena mati atau dibunuh
oleh Jepang. Coba bandingkan dengan rodi pada jaman penjajahan Belanda! Untuk mengawasi
penduduk atas terlaksananya gerakan-gerakan Jepang maka dibentuklah tonarigumi (rukun
tetangga) sampai ke pelosok pelosok pedesaan. Dengan demikian sumber daya manusia rakyat
Indonesia khususnya di Jawa dimanfaatkan secara kejam untuk kepentingan Jepang. Akibat dari

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 14


tekanan politik, ekonomi, sosial maupun kultural ini menjadikan mental bangsa Indonesia
mengalami ketakutan dan kecemasan.

2. Pengendalian di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan


Seperti pendidikan pada masa Belanda yang memiliki model pengajaran mempengaruhi atau
doktrinasi barat, pendidikan Jepang juga memiliki model pengajaran dengan doktrinasi Asia Raya
di bawah pimpinan Jepang. Model pengajaran dengan bahasa pengantar yaitu bahasa Jepang yang
di terapkan pada pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Mata pelajaran yang
diberikan juga mengacu pada kebudayaan Jepang. Selain model pendidikan formal diadakan juga
kursus-kursus, pendirian badan olah raga ada pula pendidikan keprajuritan.
Penerapan pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang yang mengharuskan
penguasaan dalam bahasa Jepang, karena bahasa pengantar dalam pengajaran adalah bahasa Jepang.
Hal ini secara tidak langsung memperkenalkan budaya Jepang pada rakyat Indonesia. Akan tetapi
memang inilah yang diharapkan Jepang pada pendidikan yang diberikan pada rakyat Indonesia.
Dalam pendidikan ini memang sengaja di masukkan kebudayaan Jepang. Contoh-contoh
kebudayaan yang diberikan yaitu adat istiadat Jepang, semangat Jepang, lagu-lagu Jepang dan
olahraga. Dengan pemberian kebudayaan Jepang diharapkan dapat menghilangkan pengaruh
pendidikan gaya barat yang sebelumnya ada.
Satu hal yang melemahkan dari aspek
pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan
militer. Sistem pengajaran dan kurikulum
disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa
memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar
kemiliteran dan mampu menghapal lagu
kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para
gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa
Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah
menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang
diadakan. Dengan melihat kondisi tersebut, ada dua sisi, yaitu kelebihan dan keku rangan dari
sistem pendidikan yang diterapkan pada masa Belanda yang lebih liberal namun terbatas.
Sementara pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan kualitas secara
drastis baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru.
Contoh-Contoh Sekolahan yang Ada pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia Sekolah
rakyat yang ada pada masa pendudukan Jepang di Indonesia contohnya H.I.S Djagamonjet, H.I.S
Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 15
Oastenweg, H.I.S Baloelweg-Djatinegara. Sekolah menengah pertama seperti Sekolah Menengah
Pertama I di prapatan 10, Sekolah Menengah Pewrtama II di Gambir Wetan 2, Sekolah Menengah
Pertama III di Jalan Reynstaa (Manggarai). Selain itu ada pula Sekolah Menengah Tinggi di
Menteng 10. Ada pula sekolah Tabib Jakarta dan sekolah Tinggi Hukum Jakarta dan bagi kaum
wanita didirikan Sekolah Kepandaian Poetri Wakaba. Mungkin hampir 90% sekolah menengah
yang didirikan Belanda dihapuskan oleh Jepang. Karena Jepang ingin menghapuskan rakyat
Indonesia dari pengaruh Barat. Jepang ingin mengenalkan Asia Raya di bawah pimpinan Jepang.

3. Pengerahan Romusa
Romusha adalah panggilan bagi orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa
penjajahan Jepang di indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani,
dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Jumlah orang-
orang yang menjadi romusha tidak diketahui pasti - perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10
juta. Dalam sidangnya yang pertama, Chuo Sangi In mengusulkan beberapa syarat antara lain
supaya dibentuk badan-badan yang memotivasi rakyat menjadi tenaga sukarela, melalui kerja sama
dengan bupati, wedana, camat dan kepala desa untuk pengerahan tenaga kerja (buruh) sekarela di
perusahaan-perusahaan bala tentara Jepang. Namun dalam pelaksanaannya persyaratan yang
disampaikan oleh Chuo Sangi In itu diabaikan. Pada hakikatnya mereka tidak lebih dari pekerja
paksa. Seperti halnya di Yogyakarta, tepatnya di desa Timbul Harjo, Bantul, pengerahan romusha
dilakukan oleh perangkat desa dengan cara
medatangi keluarga-keluarga yang memiliki
tenaga potensial untuk dijadikan romusha.
Keluarga yang menolak, mereka takut-takuti akan
dikucilkan. Jika anak yang diminta itu tidak berada
dirumah, mereka biasanya mencari ke sawah dan
kalau sudah ketemu dibawa secara paksa ketempat
pengerahan.
Selama berada ditempat kerja sampai pulang ke kampong halamannya, ternyata romusha
mendapat fasilitas sangat minim dan banyak yang tidak diberi upah, tetapi tidak dapat menuntut
karena memang tidak ada perjanjian kerja tertulis. Mereka dikerahkan menjadi tenaga kerja paksa
dan buruh yang diberi upah selayaknya.Sebelum penyerahan Belanda kepada Jepang tanggal 8
Maret 1942, Jepang telah memperhitungkan bahwa Pulau Jawa akan mampu menyediakan tenaga
manusia dalam jumlah yang memadai untuk memenangkan perang. Perhitungan itu didasarkan atas
kenyataan bahwa jumlah penduduk di Pulau Jawa sangat banyak, ditambah lagi dengan
pertumbuhannya yang begitu pesat. Sehingga Jepang tidak bakal mengalami kesulitan dalam hal
Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 16
kebutuhan tenaga kerja romusha, karena disamping itu jumlah persediaan manusia cukup juga biaya
murah. Tenaga diambil secara paksa, dan tidak perlu banyak pengeluaran biaya baik untuk makan
maupun pengobatan. Begitu pula untuk mencari pengganti bagi tenaga romusha yang mati, karena
di Jawa terdapat persediaan manusia cukup banyak. Berdasarkan pola pemikiran itulah maka
Jepang denga leluasa memanfaatkan tenaga manusia yang ada di Pulau Jawa dan dengan matinya
beribu-ribu romusha seakan-akan tidak menjadi beban moral.
Mereka meninggal karena kekurangan makan, kelelahan, malaria dan terjangkit penyakit.
Selain itu juga karena kerasnya pengawasan dan siksaan Jepang yang kejam dan tidak berperi
kemanusiaan. Dibarak-barak romusha tidak tersedia perawatan dan tenaga kesehatan. Seakan-akan
telah menjadi rumus bahwa siapa yang tidak lagi kuat bekerja maka akan mati. Sebagai mana alam
pemikiran jepang, bahwa bukan manusianya yang diperhitungkan melainkan tujuannya yaitu
menang perang.
Para tenaga kerja yang disebut romusha atau jepang menyebutnya prajutit pekerja, diperlukan
untuk membangun prasarana perang seperti kubu-kubu pertahanan, gudang senjata, jalan raya dan
lapangan udara. Selain itu, mereka diperkejakan di pabrik-pabrik seperti pabrik garam dan pabrik
kayu di Surabaya dan di Sumatera Selatan, mereka diperkejakan di pabrik pembuatan dinamit di
Talangbetutu atau dipertambangan batu bara serta penyulingan minyak. Mereka diperkejakan pula
dipelabuhan- pelabuhan antara lain memuat dan membongkar barang-barang dari kapal-kapal.
Bahkan di desa Gendeng, dekat Badug, Yohyakarta misalnya romusha menanam sayuran dan
palawija guna memenuhi kebutuhan makan Jepang dan romusha itu sendiri. Pada umumnya mereka
diperdapat di desa-desa, terdiri dari pemuda petani dan penganggur. Pulau Jawa sebagai pulau yang
padat penduduknya memungkinkan pengerahan tenaga tersebut secara besar-besaran. Pada mulanya
tugas-tugas yang dilakukan bersifat sukarela dan pengerahan tenaga tersebut tidak begitu sukar
dilakukan, karena orang masih terpengaruh propaganda intik kemakmuran bersama Asia Timur
Raya. Bahkan, dibeberapa kota terdapat barisan-barisan romusha untuk bekerja ditempat-tempat
dan pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, dalam bulan September 1944 sejumlah 500 orang
romusha sukarela, yang terdiri dari pegawai tinggi dan menengah serta golongan terpelajar di
bawah pimpinan Ir Soekarno berangkat dari kantor besar Jawa Hokokai dengan berjalan kaki ke
stasiun tanah abang, Jakarta diiringi orkes suling Maluku. Di antara mereka juga terdapat pula orang
Cina, Arab, dan India. Rombongan diikuti pula oleh anggota yang sudah berumur 60 tahun,
sehingga Soekarno memuji mereka sebagai masih kuat seperti orang muda. Lama-kelamaan karena
kebutuhan yang terus meningkat di seluruh Asia Tenggara, pengerahan tenaga yang bersifat
sukarela seperti yang telah diteladani oleh Soekarno itu, berubah manjadi paksaan. Pemerintah
Tentara Ke-16 membentuk suatu badan kusus yang melaksanakan pengerahan romusha secara

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 17


besar-besaran pada tahun 1944. Badan ini disebut Romukyoku. Romukyoku membuat peraturan
sebagai berikut : orang atau badan yang membutuhkan tenaga romusha lebih dari 30 orang
diharuskan mengajukan permohonan kepada kepala daerah setempat. Sipemohon, baik orang
maupun badan, harus memiliki perusahaan atau pabrik yang bermanfaat untuk kepentingan perang.
Bahkan, banyak di antara petugas pengerahan romusha bersikap curang, seperti mencoret nama
yang sudah terdaftar dan menggantikan dengan nama lain karena menerima suap sejumlah uang.
Sebaliknya, ada pula kepala desa yang menunjuk seorang yang menjadi romusha sebagai tindakan
balas dendam atau rasa tidak suka. Dengan uang pula, seseorang yang sudah terdaftar sebagai
romusha dapat menunjuk orang lain sebagai penggantinya. Romusha yang diperkejakan di proyek-
proyek, antara lain pembuatan jalan, jembatan, barak-barak militer, berlangsung selama satu sampai
tiga bulan. Lebih dari tiga bulan merupakan masa kerja romusha yang diperkejakan di proyek-
proyek diluar keresidenan mereka. Tidak hanya keluar Jawa, bahkan eomusha dikirim ke luar
Indonesia, seperti Birma, Muang, Tgai, Vietnam dan Malaysia.
Tidak sesuai dengan usul yang disampaikan oleh anggota Chuo Sangi In agar para romusha
diperlakukan secara layak, ternyata mereka diperlakukan sangat buruk. Sejak pagi buta sampai
petang hari mereka dipaksa melakukan pekerjaan kasar tanpa makan dan perawatan cukup,
membuat kondisi fisik mereka menjadi sangat lemah dan mereka gampir tidak punya sisa kekuatan.
Jika ada diantara mereka yang beristirahat sekalipun hanya sebentar, hal itu akan mengundang
maki-makian dan pukulan-pukulan dari pengawas mereka orang Jepang. Hanya pada malam hari
mereka berkesempatan melepaskan lelah. Dalam keadaan demikian, mereka tidak punya daya tahan
lagi terhadap penyakit. Karena tidak sempat memasak air minum, sedangkan buang air di
sembarang tempat, berjangkitnya wabah disentri, karena tidak dapat menghindari diri dari serangan
nyamuk, banyak diantara mereka yang diserang malaria.

4. Perang Melawan Tirani Jepang


Jepang pada awalnya disambut dengan
sukaria sebagai saudara tua, namun itu berubah
sewaktu rakyat Indonesia mengetahui kekejaman
pendudukan jepang dalam mengeksploitasi
Indonesia. Rakyat Indonesia menjadi benci
kepada Jepang, akhirnya timbul beberapa
perlawanan di berbagai tempat di Indonesia
Antara lain:
a. Aceh Angkat Senjata

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 18


Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia, tokoh-tokoh
pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk membantu usaha mengusir
Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa rencana pendaratan
dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942 kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong
Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat
umum. Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh.
Awalnya Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan
menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak segan
untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan Jepang. Namun ketika
keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai
dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan
untuk membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat
bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di
seluruh daerah Aceh.
b. Perlawanan di Singaparna
Dengan adanya kependudukan militer Jepang di Indonesia ternyata telah menimbulkan
perlawanan dari rakyat Indonesia. Perlawanan kepada militer Jepang telah terjadi di berbagai daerah
di Indonesia. Adanya perlawanan rakyat terhadap pihak Jepang disebabkan pemerintahan Jepang
telah belaku sewenang- wenang. Adapun salah satu perlawanan rakyat Indonesia kepada pihak
Jepang yaitu berasal dari Jawa Barat. Perlawanan rakyat Jawa Barat khususnya rakyat Singaparna
telah dipimpin oleh K. H. Zainal Mustafa. K. H. Zainal Mustafa merupakan seorang pemimpin
pesantren Sukamnah di Singaparna, Tasikmalaya (Jawa Barat). Perihal yang melatarbelakangi
perlawanan rakyat di daerah Singaparna adalah karena pihak militer Jepang telah memaksa
masyarakat Singaparna untuk melakukan Seikeirei. Apakah Anda tahu apa itu Seikeirei ? Yah,
Seikeirei merupakan suatu upacara penghormatan kepada kaisar Jepang yang telah dianggap dewa
yaitu dengan cara membungkukan badan ke arah timur laut atau Tokyo. Pemaksaan Jepang kepada
rakyat Singaparna untuk melakukan upacara Seikeirei telah membuat masyarakat geram, hal
tersebut ditambah lagi dengan adanya larangan dari K. H. Zainal Mustafa (pemimpin pondok
pensantren) untuk masyarakat agar tidak melakukan Seikeirei karena perbuatan tersebut sama saja
perbuatan yang mempersekutukan Tuhan. Oleh karena tersebut, K. H. Zainal Mustafa telah
melakukan upaya agar hal- hal yang tidak diinginkan tersebut dapat dihindari. Adapun upaya yang
dilakukan oleh K. H. Zainal Mustafa untuk menghindari masyarakatnya dari tindakan
menyekutukan Tuhan tersebut yaitu dengan cara menyuruh santri- santrinya untuk mempertebal
keyakinannya atau keimannanya dan bahkan ia pun mengajarkan bela diri silat.

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 19


Dengan melihat upaya masyarakat untuk tetap menolak kebijakan Jepang tesebut, militer Jepang
pun mengambil tindakan tegas. Tindakan tegas yang dimakud adalah militer Jepang telah
mengirimkan pasukannya pada tanggal 25 Februari 1944 untuk menyerang daerah Sukamnah dan
untuk menangkap K. H. Zainal Mustafa. Karena serangan yang mendadak yang telah dilakukan
oleh militer Jepang , maka perang antara dua pihak tersebut tidak dapat dihindarkan lagi. Namun,
peperangan tersebut dimenangkan oleh pihak Jepang. Hingga pada akhirnya, pihak Jepang berhasil
menangkap rakyat Singaparna dan mereka pun dimasukkan ke dalam tahanan di daerah
Tasikmalaya dan dipindahkan lagi ke Jakarta. Kemudian untuk, pemimpin pesantren, K. H. Zainal
Mustafa telah dijatuhi hukan mati dan ia pun dimakamkan di Ancol , tetapi sekarang makamnya
telah dipindahkan ke daerah Singaparna.
c. Perlawanan di Indramayu
Perlawanan terjadi pada bulan mei 1944, segera sesudah pengumuman peraturan padi yang baru
diberitahukan kepada para petani. Perintah itu berbunyi bahwa para petani harus menyerahkan
semua persediaan padi mereka, kecuali 25 kg. Ketika penduduk cidempet diberitahu mengenai hal
itu, mereka marah, dan beberapa penduduk menculik kucho usman, membawanya ke pekuburan
dan mengancam akan membunuhnya. Karena takut dibunuh, Usman terpaksa berjanji akan
menghentikan pemungutan padi. Namun, segera sesudah bebas, ia lari ke cirebon dan tidak kembali
sampai pemberontakan berahir. Ketika penduduk desa mengetahui bahwa ia melarikan diri, meraka
menjadi marah sekali dan menolak pemungutan padi secara paksa. Di bawah pimpinan haji
madrias, dengan anggota tetap mereka melakukan beberapa pertemuan. Dan dari hasli pertemuan
tidak ada yang di hasilkan, yang ada Cuma rakyat yang menolak untuk menyerahkan padi mereka.
Kira-kira seminggu kemudian, muncul berita bahwa soncho lohbener akan datang ke desa cidempet
untuk melaksanakan pemungutan padi.haji madrias dan para pengikutnya berkumpul di balai desa
menantikan kedatangan mereka. Lama mereka menunggu dengan gekisah, namun rombongan
koncho tidak kunjung datang.kemudian, menjelang siang muncul berita tidak terduga bahwa bahwa
bukan soncho mereka, tetapi soncho sindang yang datang ke desa tetangga, yaitu desa paningkiran
kidul (sindang son) untuk melakukan pemungutan padi. Para petani yang sudah bosan menunggu
soncho mereka, memutuskan untuk pergi ke desa paningkiran kidul. Dengan banyak orang, ahirnya
mereka tiba di desa paningkaran kidul rombongan mereka sudah berjumlah sekitar 300 orang.
Disana mereka menemui soncho dan dua upas (pesuruh dari kantor son), kucho dulgani dan
sekretaris desa Darwia, sedang melakukan pemungutan padi. Para pejabat desa ini kaget melihat
rombongan yang datang dalam suasana panas. Kucho mencoba bangkit dan mencoba berdiri
diantara suncho dan petani. Tetapi karena ia sudah tua dan lemah, ia dengan mudah di dorong oleh
para petani, dan dibunuh dengan bambu runcing. Raksabumi yang datang juga dilukai oleh petani.

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 20


Kemudian soncho dan dua upas di bunuh. Hanya sekretaris desa, Darwia yang berhasil lolos dan
berhasil melarikan diri dari desa itu. Sementara itu para petani pergi ke desa Pranggong, Lohbener
Son. Mereka pergi kerumah kucho, tapi kucho kebetulan sedang menghadiri pertemuan di lohbener.
Karena kecewa maka para petani pergi ke desa cantigi Kulon, sindang son. Di situ, kucho kalipa
kebetulan sedang berada di balai desa, memungut pajak dari penduduk. Para petani langsung
menyerang kucho di tempat itu juga. Kucho berusaha melarikan diri, ia ahirnya tertangkap dan
dubunuh bersama denga anak laki-lakinya. Di desa yang berdekatan lainnya, perlawanan yang
serupa meletus pula, dan para kucho terbunuh. Berbagai usaha dilakukan pemerintah jepang untuk
menyelesaikan masalah ini. Seorang pemimpin agama yang terkenal, Khalifah Haji Abdullah Fakih,
dikirim ke daerah-daerah yang sedang bergejolak itu untuk mendamaikan rakyatdengan
pemeritah.pemerintah menyebarkan selebaran dari helikopter meminta agar rakyat tetap tenang dan
menjanjika pemerintah tidak akan melakukan pembalasan. Tetapi kemudian, pemerintah sekali lagi
memasang perangkap: Haji Madrias dan tokoh perlawanan lainnya dengan hormat di undang untuk
menghadiri suatu pertemuan di Cirebon, dan mereka di tangkap begitu sampai disana.
d. Perlawanan Peta Blitar
PETA (singkatan dari "Pembela Tanah Air") adalah bentukan junta militer pendudukan Kekaisaran
Jepang di Indonesia yang didirikan pada bulan Oktober 1943. Jepang merekrut para pemuda
Indonesia untuk dijadikan sebagai tentara teritorial guna mempertahankan Pulau Jawa, Bali, dan
Sumatera jika pasukan Sekutu (Amerika Serikat, Inggris, Australia, Belanda, dkk.) tiba. Tentara-
tentara PETA mendapatkan pelatihan militer dari tentara Kekaisaran Jepang, tetapi berbeda dengan
tentara-tentara HEIHO yang ikut bertempur bersama tentara-tentara Jepang di berbagai medan
tempur Asia seperti Myanmar, Thailand, dan Filipina. Tentara PETA belum pernah mengalami
pengalaman tempur. Shodancho Supriyadi, Shodancho Muradi, dan rekan-rekannya adalah lulusan
angkatan pertama pendidikan komandan peleton PETA di Bogor. Mereka lantas dikembalikan ke
daerah asalnya untuk bertugas di bawah Daidan (Batalyon) Blitar.
Nurani para komandan muda itu tersentuh dan tersentak melihat penderitaan rakyat
Indonesia yang diperlakukan bagaikan budak oleh tentara Jepang. Kondisi Romusha, yakni orang-
orang yang dikerahkan untuk bekerja paksa membangun benteng-benteng di pantai sangat
menyedihkan. Banyak yang tewas akibat kelaparan dan terkena berbagai macam penyakit tanpa
diobati sama sekali. Para prajurit PETA juga geram melihat kelakuan tentara-tentara Jepang yang
suka melecehkan harkat dan martabat wanita-wanita Indonesia. Para wanita ini pada awalnya
dijanjikan akan mendapatkan pendidikan di Jakarta, namun ternyata malah menjadi pemuas nafsu
seksual para tentara Jepang. Selain itu, ada aturan yang mewajibkan tentara PETA memberi hormat

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 21


kepada serdadu Jepang, walaupun pangkat prajurit Jepang itu lebih rendah daripada anggota PETA.
Harga diri para perwira PETA pun terusik dan terhina.

D. Dampak Kedatangan Saudara Tua dalam Berbagai Kehidupan

1. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia


a. Bidang Politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah melarang
semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan yang
membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September
1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional. Selain itu,
Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan cara:
Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu); Melancarkan semboyan 3A
(Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia); Melancarkan simpati lewat
pendidikan berbentuk beasiswa pelajar; Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji; Menarik
simpati organisasi Islam MIAI; Melancarkan politik dumping.
Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M.
Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda. Selain
propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan
kerjasama seperti berikut: Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis
sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa)
merupakan organisasi sentral dan terdiri dari
berbagai macam profesi (dokter, pendidik,
kebaktian wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus
memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan
perang). Sistem ini diterapkan di setiap
wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17
daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah.
b. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi
Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-sumber bahan mentah untuk
industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua tahap. Tahap penguasaan, yakni menguasai
seluruh kekayaan alam termasuk kekayaan milik pemerintah Hindia Belanda. Tahap penyusunan
kembali struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan perang. Sesuai dengan tahap
Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 22
ini maka pola ekonomi perang direncanakan bahwa setiap wilayah harus melaksanakan autarki.
Autarki, artinya setiap wilayah harus mencukupi kebutuhan sendiri dan juga harus dapat menunjang
kebutuhan perang. Romusa mempunyai persamaan dengan kerja rodi/kerja paksa pada zaman
Hindia Belanda, yakni kerja tanpa mendapatkan upah. Memasuki tahun 1944 tuntutan kebutuhan
pangan dan perang makin meningkat. Pemerintah Jepang mulai melancarkan kampanye pengerahan
barang dan menambah bahan pangan secara besar-besaran yang dilakukan oleh Jawa Hokokai
melalui nagyo kumiai (koperasi pertanian), dan instansi pemerintah lainnya. Pengerahan bahan
makanan ini dilakukan dengan cara penyerahan padi atau hasil panen lainnya kepada pemerintah.
Dari jumlah hasil panen, rakyat hanya boleh memiliki 40 %, 30 % diserahkan kepada pemerintah,
dan 30 % lagi diserahkan lumbung untuk persediaan bibit.
Tindakan pemerintah ini menimbulkan kesengsaraan. Penebangan hutan (untuk pertanian)
menyebabkan bahaya banjir, penyerahan hasil panen dan romusa menyebabkan rakyat kekurangan
makan, kurang gizi, dan stamina menurun. Akibatnya, bahaya kelaparan melanda di berbagai daerah
dan timbul berbagai penyakit serta angka kematian meningkat tajam. Bahkan, kekurangan sandang
menyebabkan sebagian besar rakyat di desa-desa telah memakai pakaian dari karung goni atau
"bagor", bahkan ada yang menggunakan lembaran karet.
Di samping menguras sumber daya alam, Jepang juga melakukan eksploitasi tenaga manusia.
Hal ini akan membawa dampak terhadap mobilitas sosial masyarakat Indonesia. Puluhan hingga
ratusan ribu penduduk desa yang kuat dikerahkan untuk romusa membangun sarana dan prasarana
perang, seperti jalan raya, jembatan, lapangan udara, pelabuhan, benteng bawah tanah, dan
sebagainya. Mereka dipaksa bekerja keras (romusa) sepanjang hari tanpa diberi upah, makan pun
sangat terbatas. Akibatnya, banyak yang kelaparan, sakit dan meninggal ditempat kerja. Untuk
mengerahkan tenaga kerja yang banyak, di tiap-tiap desa dibentuk panitia pengerahan tenaga yang
disebut Rumokyokai. Tugasnya menyiapkan tenaga sesuai dengan jatah yang ditetapkan. Untuk
menghilangkan ketakutan penduduk dan menutupi rahasia itu maka Jepang menyebut para romusa
dengan sebutan prajurit ekonomi atau pahlawan pekerja. Menurut catatan sejarah, jumlah tenaga
kerja yang dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri seperti ke Burma, Malaya, Vietnam, dan
Mungthai/Thailand mencapai 300.000 orang. Pada bulan Januari 1944, Jepang memperkenalkan
sistem tonarigumi (rukun tetangga). Tonarigumi merupakan kelompok-kelompok yang masing-
masing terdiri atas 1020 rumah tangga. Maksud diadakannnya tonarigumi adalah untuk mengawasi
penduduk, mengendalikan, dan memperlancar kewajiban yang dibebankan kepada mereka. Dengan
adanya perang yang makin mendesak maka tugas yang dilakukan Tonarigumi adalah mengadakan
latihan tentang pencegahan bahaya udara, kebakaran, pemberantasan kabar bohong, dan mata-mata
musuh.

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 23


c. Pendidikan
Zaman pendudukan Jepang, pendidikan di Indonesia mengalami kemerosotan drastis, jika
dibandingkan zaman Hindia Belanda. Jumlah sekolah dasar (SD) menurun dari 21.500 menjadi
13.500 dansekolah menengah dari 850 menjadi 20. Oleh Jepang sekolah-sekolah dan perguruan-
perguruan dijadikan tempat indoktrinasi. Melalui pendidikan dibentuk kader-kader untuk
memelopori dan melaksanakan konsepsi Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Sistem
pengajaran dan struktur kurikulum ditujukan untuk keperluan Perang Asia Pasifik. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar digunakan di semua sekolah dan dianggap sebagai mata
pelajaran utama, sedangkan bahasa Jepang diberikan sebagai mata pelajaran wajib. Surat kabar dan
radio juga menggunakan bahasa Indonesia sehingga mempercepat penyebarluasan bahasa
Indonesia. Begitu juga papan nama toko, nama rumah makan, perusahaan dan sebagainya yang
menggunakan bahasa Belanda harus diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Dengan
meluasnya penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi maka akan mempercepat dan
mempertebal semangat kebangsaan menunju integrasi bangsa. Bahasa Indonesia adalah salah satu
unsur kebudayaan sehingga dengan digunakannya bahasa Indonesia secara luas akan mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia. Pada tanggal 20 Oktober 1943 atas desakan dari beberapa
tokoh Indonesia didirikanlah Komisi (Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah
menentukan terminologi, yaitu istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normatif dan
menentukan kata-kata yang umum bagi bahasa Indonesia. Di bidang sastra, pada zaman Jepang juga
berkembang baik. Hasil karya sastra, seperti roman, sajak, lagu, lukisan, sandiwara, dan film. Agar
hasil karya sastra tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka pada tanggal 1 April 19943 di Jakarta
didirikan Pusat Kebudayaan degan nama Keimin Bunko Shidosho. Hasil karya sastra yang terbit,
seperti Cinta Tanah Air karya Nur Sutan Iskandar, Palawija karya Karim Halim, Angin Fuji karya
Usmar Ismail. Gubahan untuk drama, seperti Api dan Cintra karya Usman Ismail; Topan di Atas
Asia dan Intelek Istimewa karya El Hakim (dr. Abu Hanifah). Mengenai seni musik, komponis C.
Simandjuntak berhasil menciptakan lagu Tumpah Darahku dan Maju Putra-Putri Indonesia.
d. Birokrasi dan Militer
Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai terdesak, maka
Jepang memberi kesempatan kepada bangsa Indonsia untuk turut mengambil bagian dalam
pemerintahan negara. Untuk itu pada tanggal 5 September 1943, Jepang membentuk Badan
Pertimbangan Karesidenan (Syu Sangi Kai) dan Badan Pertimbangan Kota Praja Istimewa (Syi
Sangi In). Banyak orang Indonesia yang menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan,
seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama (1 Oktober 1943)
dan pada tanggal 10 November 1943 Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A. Surio masing-

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 24


masing diangkat menjadi Kepala Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara. Di samping
itu, ada enam departemen (bu) dengan gelar sanyo, seperti berikut. a. Ir. Soekarno, Departemen
Urusan Umum (Somubu); b. Mr. Suwandi dan dr. Abdul Rasyid, Biro Pendidikan dan Kebudayaan
Departemen Dalam Negeri (Naimubu-Bunkyoku); c. Dr. Mr. Supomo, Departemen Kehakiman
(Shihobu); d. Mochtar bin Prabu Mangkunegoro, Departemen Lalu Lintas (Kotsubu); e. Mr. Muh.
Yamin, Departemen Propaganda (Sendenbu); f. Prawoto Sumodilogo, Departemen Ekonomi
(Sangyobu).
Dengan demikian masa pendudukan Jepang di Indonesia membawa dampak yang sangat
besar dalam birokrasi pemerintahan. Situasi Perang Asia Pasifik pada awal tahun 1943 mulai
berubah. Sikap ofensif Jepang beralih ke defensif. Jepang menyadari bahwa untuk kepentingan
perang perlu dukungan dari penduduk masing-masing daerah yang didudukinya. Itulah sebabnya,
Jepang mulai membentuk kesatuan-kesatuan semimiliter dan militer untuk dididik dan dilatih secara
intensif di bidang militer. Di Indonesia ada beberapa kesatuan pertahanan yang dibentuk oleh
pemerintah Jepang.

2. Janji Kemerdekaan
Pertahanan Jepang sudah rapuh dan
bayangan kekalahan pun sudah semakin nyata di
depan mata. Tetapi walaupun dalam keadaan
begitu,Jepang masih tetap berusaha menarik
simpati bangsa Indonesia ,yaitu dengan
"menjanjikan kemerdekaan di kemudian hari".
Pada tanggal 17 September 1944 di dalam sidang istimewa Parlemen Jepang di Tokyo,seorang
Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah Indonesia diperkenankan merdeka dikelak
kemudian hari. Menghadapi situasi yang gawat demikian, melalui pimpinan Jendral Kumakici
Harada berusaha meyakinkan bangsa Indonesia tentang janji kemerdekaan itu.
Pada akhirnya pada tanggal 1 maret 1945 diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut "Dokuritsu
Junbi Cosakai". Yang mana tujuan dibentuknya BPUPKI ialah untuk mempelajari dan menyelidiki
hal-hal penting yang berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pembentukan Negara
Indonesia Merdeka. Ketua BPUPKI ini yaitu dr.K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dengan dibantu
oleh dua orang ketua muda, yaitu seorang Jepang yang menjabat sebagai Syucokan Cirebon
bernama Icibangase dan R.P Suroso sebagai kepala secretariat dengan dibantu oleh Toyohito
Masuda dan Mr. A.G.Pringgodigdo. Anggota BPUPKI 60 orang ditambah 7 orang Jepang tanpa hak

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 25


suara. Dalam hal ini Ir.Sukarno tidak menjadi ketua, karena ia ingin lebih aktif dalam berbagai
diskusi. Pelantikan anggota BPUPKI dilakukan pada tanggal 28 Mei 1945, bertepatan dengan hari
ulang tahun raja Jepang (Teno Heika). Pelantikan anggota BPUPKI dihadiri oleh seluruh anggota
dan dua orang pembesar Jepang, yaitu Jendral Itagaki dan Jendral Yaiciro Nagano.
Pada saat peresmian ini bendera merah putih dikibarkan disamping bendera Jepang Hinomaru.
Tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada
Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung
cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24
Agustus.
Untuk mengantisipasi keadaan Jepang yang semakin memburuk, kemudian Perdana Menteri
Kuniaki Koiso berusaha memulihkan kewibaan Jepang di wilayah jajahannya. Pada tanggal 9
September 1944, Perdana Menteri Kuniaki Koiso memberikan janji kemerdekaan kepada Bangsa
Indonesia, yang disampaikannya pada sidang istimewa Teatau sidang parlemen Jepang.
Adapun tujuan pemberian janji kemerdekaan tersebut adalah untuk mencegah timbulnya pandangan
pada diri Bangsa Indonesia terhadap Sekutu sebagai pasukan pembebas dari cengkaraman Jepang,
melainkan sebaliknya sebagai pasukan penyerbu yang akan menghambat kemerdekaan Bangsa
Indonesia.
Untuk merealisasikan janji Perdana Menteri Kuniaki Koiso, kemudian Jepang membentuk
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret
1945. Dalam bahasa Jepang, BPUPKI disebut dengan dokuritsu Zjunbi Tyoosakai yang bertugas
menyelidiki kesiapan bangsa Indonesia dalam menyongsong kemerdekaan dan membentuk
pemerintahan sendiri. Kemudian Jepang mengangkat Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat sebagai
ketua BPUPKI. Jepang juga memberikan jabatan sebagai anggaota kepada beberapa tokoh lain yang
dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap rakyat Indonesia, seperti Ir. Soekarno, Drs.
Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Masyur, K.H. Wachid Hasyim, H. Agus Salim,
Soepomo, dan Muhammad Yamin. Selain itu, Jepang juga mengangkat tujuh orang berkebangsaan
Jepang yang duduk sebagai pengawas serta tidak mempunyai hak suara untuk mengemukakan
pendapat. Pada tanggal 28 Mei 1945 Jepang secara resmi melantik anggota BPUPKI.
Untuk melaksanakan tugasnya BPUPKI melaksanakan dua kali masa persidangan. Sidang pertama
dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal 1 Juni 1945. Sidang kedua
dilaksanakan pada tanggal 10 Juli sampai dengan 16 Juli 1945. Sidang Pertama Sidang pertama
yang berlangsung dari tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945 Sidang pertama membahas
dan merumuskan dasar negara Indonesia merdeka (Philosofische Grondslag Indonesia Merdeka).

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 26


Ada tiga orang tokoh yang akan mengemukakan gagasannya tentang dasar negara Indonesia, yaitu
Mr. Mohammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Sidang tanggal 29 Mei 1945 Pada sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Mohammad Yamin
mendapat kesempatan pertama untuk mengajukan rancangan gagasan negara Indonesia merdeka
yang diberi judul Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Mr. Mohammad Yamin
berpendapat bahwa negara Indonesia harus berpijak pada lima dasar berikut.
Peri kebangsaan
Peri kemanusiaan
Peri ketuhanan
Peri kerakyatan
Kesejahteraan rakyat.
Sidang tanggal 31 Mei 1945 Dr.Soepomo menyampaikan gagasannya pada tanggal 31 Mei 1945.
Menurut Dr. Soepomo, negara Indonesia harus didirikan dengan asas-asas sebagai berikut.
Persatuan,
Kekeluargaan,
Keseimbangan lahir dan batin,
Musyawarah,
Keadilan rakyat.
Sidang tanggal 1 Juni 1945 Penyampai gagasan negara Indonesia yang terakhir adalah Ir.
Soekarno yang menyampaikan gagasannya pada tanggal 1 Juni 1945. Ir. Soekarno menyatakan
bahwa negara Indonesia harus didirikan di atas lima dasar, dengan rincian sebagai berikut.
Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,
Perikemanusiaan atau internasionalisme,
Mufakat atau demokrasi,
Kesejahteraan sosial,
Ketuhanan yang Maha esa.
Lima gagasan negara Indonesia merdeka itu oleh Ir. Soekarno diberi nama Pancasila. Usulan-
usulan tersebut kemudian diterima dan ditampung oleh BPUPKI untuk dimusyawarahkan bersama.
Selanjutnya dibentuk sebuah tim khusus yang dinamakan panitia kecil yang bertugas membahas
lebih lanjut usulan-usulan dasar negara tersebut. Adapun tokoh-tokoh yang termasuk ke dalam
Panitia Sembilan adalah sebagai berikut.
1. Ir. Soekarno,

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 27


2. Abdul Kahar Muzakir,
3. Drs. Mohammad Hatta,

4. K.H.Wahid Hasyim
5. Mr. Mohammad Yamin,

6. H. Agus Salim,
7. Ahmad Soebardjo,

8. Abikoesno Tjokrosoejoso.
9. A.A. Maramis,
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mulai bersidang di Gedung Jawa Hokokai
Jakarta. Rapat tersebut tidak hanya dihadiri oleh Panitia Sembilan tetapi anggota BPUPKI yang
lainpun turut hadir sehingga jumlah peserta sidang mencapai 38 orang. Adapun tujuannya adalah
untuk merumuskan dasar negara Indonesia dengan bahan-bahan yang telah disampaikan oleh Mr.
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Panitia sembilan berhasil menetapkan suatu
rumusan yang dinamakan Piagam Jakarta (Jakarta Charter)

3. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau (Dokuritsu Junbi
Iinkai). Panitia Yang dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 dan diketuai oleh Ir. Soekarno ini
mempunyai tugas untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat
bertolak ke Dalat (Vietnam Selatan) untuk memenuhi panggilan Marsekal Muda Terauchi. Ia adalah
panglima tentara umum selatan yang membawahi seluruh tentara Jepang di Asia Tenggara.
Marsekal Muda Terauchi menyampaikan kepada ketiga pemimpin nasional Indonesia tersebut
bahwa kemaharajaan telah memutuskan untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia. Wilayah
Indonesia meliputi seluruh bekas wilayah Hindi Belanda. Sebelumnya sudah ada BPUPKI namun
karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan, maka Jepang
membubarkannya. Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang :
1. 12 orang dari Jawa,
2. 3 orang dari Sumatra,

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 28


3. 2 orang dari Sulawesi,
4. 1 orang dari Kalimantan,
5. 1 orang dari Nusa Tenggara,
6. 1 orang dari Maluku,
7. 1 orang dari golongan Tionghoa.
Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut
Ir. Soekarno (Ketua)
Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)
KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
R. P. Soeroso (Anggota)
Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)
Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)
Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
Otto Iskandardinata (Anggota)
Abdoel Kadir (Anggota)
Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
Pangeran Poerbojo (Anggota)
Dr. Mohammad Amir (Anggota)
Mr. Abdul Maghfar (Anggota)
Mr. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)
Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)
Andi Pangerang (Anggota)
A.H. Hamidan (Anggota)
I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)
Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)
Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu :
Achmad Soebardjo (Penasehat)
Sajoeti Melik (Anggota)

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 29


Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)
Kasman Singodimedjo (Anggota)
Iwa Koesoemasoemantri (Anggota).

Rizal Bahroni | Sejarah Indonesia "Tirani Matahari Terbit" 30

Anda mungkin juga menyukai