BAB 1
PENDAHULUAN
A. Penulisan Kasus
Ibu T umur 67 tahun berkunjung ke puskesmas diantar oleh keluarganya dengan
keluhan ingin buang air kecil (BAK) terus-menerus dan tidak bisa ditahan sampai ke
toilet. Ibu T mengatakan kencingnya lebih dari 10 kali dalam sehari. Ia juga mengatakan
lecet-lecet pada kulit disekitar paha dan bokong. Klien mengatakan malu apabila keluar
rumah, karena mengompol dan bau air kencingnya menyengat, sehingga lebih sering
berdiam diri dirumah. Hasil pengkajian TD: 160/90mmHg, N: 90x/menit, RR: 18x/menit,
dan S: 370C. pengkajian skala Norton dengan skor 14, serta penilaian MMSE
menunjukkan kerusakan aspek fungsi mental ringan. Ibu T direncanakan untuk Terapi
Latihan Senam Kegel.
B. Daftar Kata Sulit
1. Skala Norton
2. Penilaian MMSE
3. Senam kegel
C. Daftar Pertanyaan
1. Mengapa klien inkontinensia urin selalu mengeluh BAK secara terus-menerus?
2. Mengapa klien yang selalu BAK secara terus-menerus mengalami luka lecet-lecet
disekitar paha dan bokong?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya kerusakan aspek mental ringan pada klien
inkontinensia urin?
4. Cara mengetahui sehingga skala Norton biasa mencapai 14?
5. Apa itu penilaian MMSE?
D. Jawaban Kata Sulit
1. Skala Norton
Untuk mengetahui adanya penyakit inkontinensia urin baik yang ringan, sedang
maupun yang berat.
2. Penilaian MMSE
Mini Mental State Examination (MMSE) adalah tes yang berlansung hanya sekitar
10 menit, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan seseorang, termasuk
elemen-elemen seperti bahasa, memori, dan kalkulasi.
3. Senam Kegel
Yaitu senam yang berfungsi untuk memperkuat otot-otot vagina, guna untuk
mencegah terjadinya inkontinensia urin.
E. Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa klien inkontinensia urin selalu mengeluh BAK secara terus-menerus?
Karena tejadi kelemahan pada otot-otot vagina, melemahnya otot dasar panggul
akibat kehamilan berkali-kali dan kebiasaan mengejan yang salah. Selain itu, adanya
kontraksi/ gerakan abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung
kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. Penyebab lain
terjadinya inkontinensia urine yaitu akibat terkait dengan gangguan disaluran kandung
kemih bagian bawah.
2. Mengapa klien yang selalu BAK secara terus-menerus mengalami luka lecet-lecet
disekitar paha dan bokong?
Karena tidak terkontrolnya kandung kemih dalam memproduksi urine secara
normal sehingga menyebabkan klien kencing terus-menerus, sehingga menyebabkan
pakaian yang digunakan oleh klien basah, sehingga menyebabkan gesekan pada
pangkal paha dan bokong sehingga menimbulkan bakteri pada pakaian dalam klien.
3. Apa yang menyebabkan terjadinya kerusakan aspek mental ringan pada klien
inkontonensia urine?
Karena tidak terkontrolnya urine yang diproduksi sehingga klien sering BAK
sehingga menyebabkan klien merasa lebih baik menyendiri, selain itu akibat urin yang
dikeluarkan sangat menyengat, yang klien merasa tidak ingin membuat orang
disekitarnya merasa terganggu.
4. Cara mengetahui sehingga skala Norton bisa mencapai 14?
Dengan skala Norton 14 ini menyimpulkan bahwa klien masih dikategorikan
dalam resiko terjadinya dekubitus.
Adapun cara menghitung skala Norton yaitu:
No. Keadaan Pasien Skor
1 Kondisi Fisik Umum
Baik 4
Lumayan 3
Buruk 2
Sangat Buruk 1
2 Kesadaran
Composmentis 4
Apatis 3
Konfus/ Sopor 2
Stupor/ Koma 1
3 Aktivitas
Ambulan 4
Ambulan Dengan Bantuan 3
Hanya Bisa Duduk 2
Tiduran 1
4 Mobilitas
Bergerak Bebas 4
Sedikit Terbatas 3
Sangat Terbatas 2
Tidak Bisa Bergerak 1
5 Inkontinensia
Tidak Ada 4
Kadang-Kadang 3
Sering Inkontinensia Urine 2
Inkontinensia Alvi Dan Urine 1
Kategori skor:
16-20 : kecil sekali/ tidak terjadi resiko dekubitus
12-15 : kemungkinan kecil terjadi resiko dekubitus
<12: besar terjadi
5. Apa itu penilaian MMSE?
Yaitu Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan instrument pengkajian
sederhana yang digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam berfikir
atau menguji aspek-aspek kognitif apakah ada perbaikan atau semakin buruk.
Cara menggunakan MMSE yaitu:
Nilai Pasien Pertanyaan
Maksimum
Orientasi
5 5 (Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa sekarang)?
5 5 Dimana kita: (Negara bagian 0 (Wilayah) Kota) (Rumah sakit)
(Lantai)?
Registrasi
Nilai Total
BAB II
HASIL
A. KONSEP MEDIK
1. Defenisi
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan (Brunner and Suddarth, 2002).
Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang tidak terkendali
pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan
jumlahnya,yang mengakibatkan masalah social dan higienis pendeitanya (FKUI, 2006).
Menurut International Continence Sosiety, inkontinensia urine adalah kondisi
keluarnya urin tak terkendali yg dpt didemonstrasikan secara obyektif dan menimbulkan
gangguan hygiene dan social.
Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah
yang cukup banyak. Sehingga dapat dianggap masalah bagi seseorang.
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Inkontinensia
urine merupakan salah satu manifestasi penyakit yang sering ditemukan pada pasien
geriatri.
Inkontinensia urine adalah ketidakampuan mengendalikan evakuasi urine. (kamus
keperawatan).
Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 15 30% usialanjut di
masyarakat dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit mengalami
inkontinensia urin, dan kemungkinan bertambah berat inkontinensia urinnya 25-30%
saat berumur 65-74 tahun. Masalah inkontinensia urin ini angka kejadiannya meningkat
dua kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria. Perubahan-perubahan akibat
proses menua mempengaruhi saluran kemih bagian bawah. Perubahan tersebut
merupakan predisposisi bagi lansia untuk mengalami inkontinensia, tetapi tidak
menyebabkan inkontinensia. Jadi inkontinensia bukan bagian normal proses menua.
2. Klasifikasi
Terdapat beberapa macam klasifikasi inkontinensia urine, di sini hanya dibahas
beberapa jenis yang paling sering ditemukan yaitu :
a. Inkontinensia stres (Stres Inkontinence)
Inkontinensia stres biasanya disebabkan oleh lemahnya mekanisme penutup.
Keluhan khas yaitu mengeluarkan urine sewaktu batuk, bersin, menaiki tangga atau
melakukan gerakan mendadak, berdiri sesudah berbaring atau duduk. Gerakan
semacam itu dapat meningkatkan tekanan dalam abdomen dan karena itu juga di
dalam kandung kemih. Otot uretra tidak dapat melawan tekanan ini dan keluarlah urine.
Kebanyakan keluhan ini progresif perlahan-lahan; kadang terjadi sesudah melahirkan.
Akibatnya penderita harus sering menganti pakaian dalam dan bila perlu juga pembalut
wanita. Frekuensi berganti pakaian, dan juga jumlah pembalut wanita yang diperlukan
setiap hari merupakan ukuran kegawatan keluhan inkontinensia ini.
Biasanya dalam pemeriksaan badan tidak dijumpai kelainan pada ginjal dan
kandung kemih. Pada pemeriksaan vulva ternyata bahwa sewaktu mengejan dapat
dilihat dinding depan vagina. Informasi yang penting bisa diperoleh dengan percobaan
Marshall Marchetti. Penderita diminta untuk berkemih di WC sampai habis. Dalam
posisi ginekologis dimasukan kateter ke dalam kandung kemih. Ditentukan jumlah urine
yang tersisa. Kemudian diikuti oleh pengisian kandung kemih dengan air sampai
penderita merasaingin berkemih. Dengan demikian ditentukan kapasitas kandung
kemih. Normalnya seharusnya 400-450 ml. Kemudian dicoba menirukan stres yang
mengakibatkan pengeluaran urine dengan meminta penderita batuk. Jika pada posisi
berbaringt idakterjadi pengeluaran urine, maka percobaan diulang pada posisi berdiri
dengantungkai dijauhkan satu sama lain.
Pada inkontinensia stres sejati, harus terjadi pengeluaran urine pada saat ini.
Kemudian dicoba dengan korentang atau dengan dua jari menekan dinding depan
vagina kanan dan kiri sedemikian rupa ke arah kranial sehingga sisto-uretrokel hilang.
Penderita diminta batuk lagi. Bila sekarang pengeluaran urine terhenti maka ini
menunjukkan penderita akan dapatdisembuhkan dengan operasi kelainan yang
dideritanya. Pemeriksaan ini dapat ditambah dengan sistometri,sistoskopi serta
kalibrasi pada uretra untuk menyingkirkan kemungkinan stenosis.
Pada foto rontgen lateral atas sistogram miksi bisa tampak sudut terbelakang
vesikouretra membesar sampai 1800 atau lebih. Normalnya sudut ini sekitar 1200.
Gambaran ini menegaskan adanya sistokel pada pemeriksaan badan.
Diagnosis dengan pengobatan inkontinensia pada wanita merupakan masalah
interdisipliner antara urologi dan ginekologi. Di sini pengambilan keputusan yang tepat
setidak-tidaknya sama penting seperti mutu pengobatan. Sering terdapat kelainan
ginekologis yang juga harus diobati. Kebanyakan diagnostik yang tepat ditegakkan dari
kerjasama yang baik antara urolog dan ginekolog.
Pada inkontinensia stres yang ringan, misalnya yang menghabiskan 3-4 pembalut
sehari, penderita bisa memperoleh perbaikan dengan fisioterapi dan senam untuk otot-
otot dasar panggul. Pada prinsipnya pengobatan inkontinensia stres bersifat operatif.
Dikenal berbagai teknik bedah yang semuanya dapat memberikan perbaikan 80-90
kasus. Semua bentuk operasi ini berlandaskan pada prinsip yang sama yaitu menarik
dinding vagina ke arah ventral untuk menghilangkan sistokel dan mengembalikan sudut
vesiko-uretral menjadi 1200 seperti semula. Ini dapat terlaksana dengan menjahitkan
dinding vagina pada periosteum tulang pubis (teknikMarshall-Marchetti); dengan
mengikatkan dinding vagina lebih lateral pada lig. Pouparti (teknikBurch); atau dengan
bedah sling, menarik uretra ke atas memakai selembar fasia atau bahan yang tidak
dapat diresorpsi serta diikatkan pada fasia abdominalis.
Biasanya keluhan stres dan desakan bercampur aduk. Dalam keadaan seperti ini,
sangat penting diagnostik yang cermat yang juga meliputi sistometri dan pengukuran
aliran. Apabila inkontinensia desakan dengan atau tanpa pembentukan sisa urine
diobati dengan salah satu bedah plastik suspensi di atas, maka pola keluhan semula
dapat lebih mengikat.
Komplikasi terapi bedah inkontinensia stres terutama terdiri dari pembentukan sisa
urine segera dalam fase pasca bedah. Biasanya masalah ini bersifat sementara dan
dapat diatasi dengan kateterisasi intermiten, dengan karakter yang ditinggalkan atau
lebih baik dengan drainase kandung kemih suprapubik. Hal ini memungkinkan
pencarian pembentukan sisa urine tanpa kateterisasi. Komplikasi lain biasanya berasal
dari indikasi yang salah. Perforasi kandung kemih dengan kebocoran urine, infeksi
saluran kemih yang berkepanjangan dan osteitis pubis pada operasi Marshall-
Marchetti-Krantz merupakan komplikasi yang jarang terjadi.
b. Inkontinensia desakan (Urgency Inkontinence)
Inkontinensia desakan adalah keluarnya urine secara involunter dihubungkan
dengan keinginan yang kuat untuk mengosongkannya (urgensi). Biasanya terjadi akibat
kandung kemih tak stabil. Sewaktu pengisian, otot detusor berkontraksi tanpa sadar
secara spontan maupun karena dirangsang (misalnya batuk). Kandung kemih dengan
keadaan semacam ini disebut kandung kemih tak stabil.Biasanya kontraksinya disertai
dengan rasa ingin miksi. Gejala gangguan ini yaitu urgensi, frekuensi, nokturia dan
nokturnal enuresis.
Penyebab kandung kemih tak stabil adalah idiopatik, diperkirakan didapatkan pada
sekitar 10% wanita, akan tetapi hanya sebagian kecil yang menimbulkan inkontinensia
karena mekanisme distal masih dapat memelihara inkontinensia pada keadaan
kontraksi yang tidak stabil. Rasa ingin miksi biasanya terjadi, bukan hanya karena
detrusor (urgensi motorik), akan tetapi juga akibat fenomena sensorik (urgensi
sensorik). Urgensi sensorik terjadi karena adanya faktor iritasi lokal, yang sering
dihubungkan dengan gangguan meatus uretra, divertikula uretra, sistitis, uretritis dan
infeksi pada vagina dan serviks. Burnett, menyebutkan penyebabnya adalah tumor
pada susunan saraf pusat, sklerosis multipel, penyakit Parkinson, gangguan pada
sumsum tulang, tumor/batu pada kandung kemih, sistitis radiasi, sistitis interstisial.
Pengobatan ditujukan pada penyebabnya. Sedang urgensi motorik lebih sering
dihubungkan dengan terapi suportif, termasuk pemberian sedativa dan antikolinegrik.
Pemeriksaan urodinamik yang diperlukan yaitu sistometrik.
c. Inkontinensia luapan (Overflow Incontinence)
Inkontinensia luapan yaitu keluarnya urine secara involunter ketika tekanan
intravesikal melebihi tekanan maksimal maksimal uretra akibat dari distensi kandung
kemih tanpa adanya aktifitas detrusor. Terjadi pada keadaan kandung kemih yang
lumpuh akut atau kronik yang terisi terlalu penuh, sehingga tekanan kandung kemih
dapat naik tinggi sekali tanpa disertai kontraksi sehingga akhirnya urine menetes lewat
uretra secara intermitten atau keluar tetes demi tetes. Penyebab kelainan ini berasal
dari penyakit neurogen, seperti akibat cedera vertebra, sklerosis multipel, penyakit
serebrovaskular, meningomyelokel, trauma kapitis, serta tumor otak dan medula
spinalis.
Corak atau sifat gangguan fungsi kandung kemih neurogen dapat berbeda,
tergantung pada tempat dan luasnya luka, koordinasi normal antara kandung kemih dan
uretra berdasarkan refleks miksi, yang berjalan melalui pusat miksi pada segmen sakral
medula spinalis. Baik otot kandung kemih maupun otot polos dan otot lurik pada uretra
dihubungkan dengan pusat miksi.
Otot lurik periuretral di dasar panggul yang menjadi bagian penting mekanisme
penutupan uretra juga dihubungkan dengan pusat miksi sakral. Dari pusat yang lebih
atas di dalam otak diberikan koordinasi ke pusat miksi sakral. Di dalam pusat yang lebih
atas ini, sekaligus masuk isyarat mengenai keadaan kandung kemih dan uretra,
sehingga rasa ingin miksi disadari.
Refleks miksi juga dipengaruhi melalui pleksus pelvikus oleh persarafan simpatis
dari ganglion. Pada lesi, terjadi dua jenis gangguan fungsi kandung kemih yaitu:
1) Lesi Nuklear (tipe LMN)
Pada lesi di pusat sakral yang menyebabkan rusaknya lengkung refleks terjadi
kelumpuhan flasid pada kandung kemih dan dasar panggul. Sehingga miksi
sebenarnya lenyap.
d. Fistula urine
Fistula urine sebagian besar akibat persalinan, dapat terjadi langsung pada waktu
tindakan operatif seperti seksio sesar, perforasi dan kranioklasi, dekapitasi, atau
ekstraksi dengan cunam. Dapat juga timbul beberapa hari sesudah partus lama, yang
disebabkan karena tekanan kepala janin terlalu lama pada jaringan jalan lahir di tulang
pubis dan simfisis, sehingga menimbulkan iskemia dan kematian jaringan di jalan lahir.
Operasi ginekologis seperti histerektomi abdominal dan vaginal, operasi plastik
pervaginam, operasi radikal untuk karsinoma serviks uteri, semuanya dapat
menimbulkan fistula traumatik. Tes sederhana untuk membantu diagnosis ialah dengan
memasukan metilen biru 30 ml kedalam rongga vesika. Akan tampak metilen biru
keluar dari fistula ke dalam vagina.
Untuk memperbaiki fistula vesikovaginalis umumnya dilakukan operasi melalui
vagina (transvaginal), karena lebih mudah dan komplikasi kecil. Bila ditemukan fistula
yang terjadi pasca persalinan atau beberapa hari pascah bedah, maka penanganannya
harus ditunda tiga bulan.Bila jaringan sekitar fistula sudah tenang dan normal kembali
operasi baru dapat dilakukan.
3. Etiologi
a. Persalinan pervaginan
Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat
regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urine.
b. Proses menua
Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50
tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih
(uretra), sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. Semakin tua seseorang
semakin besar kemungkinan mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan
struktur kandung kemih dan otot dasar panggul.
c. Gangguan urologi (peningkatan pada produksi urine (DM))
BAB III
BAGAN/ SKEMA
Intenkonensia Urin
Pengeluaran urin yang sering
Adanya gesekan pada paha dan bokong
Perasaan malu
Terjadi lecet-lecet pada kult
Resiko infeksi
KLASIFIKASI DATA
ANALISA DATA
Inkontinensia urine
2. DS: Ibu T mengatakan lecet-lecet Pengeluaran urine yang sering Kerusakan
pada kulit paha dan bokong. integritas kulit
Adanya gesekan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inkontinensia urine fungsional berhubungan dengan kelemahan otot pelvis di tandai
dengan:
DS:Klien mengeluh ingin buang air kecil (BAK) terus menerus dan tidak bias ditahan sampai
ke toilet.
DS: Klien mengatakan malu keluar rumah karena mengopol dan bau air kencingnya yang
DS: Klien mengatakan malu apabila keluar rumah karena sering mengompol dan bau air
INTERVENSI KEPERAWATAN
EGC
Posting Komentar
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Husain Safaruni
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
v