G
TUGAS BESAR 04 PENGENDALIAN PROSES
Anggota :
1. Siti Maysarah Yulissa (13007069)
2. Herdadi Supriyo Prabowo (13007071)
3. Huibert Tjokrobudyanto (13007072)
4. Laras Wuri Dianningrum (13007075)
5. Alvin Gunawan (13007076)
6. Luthfi Adytra (13007079)
Permasalahan ___________________________________________________________________
2
Sebuah sistem tangki berpengaduk dan berjaket ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Neraca yang terlibat ada tiga, yaitu neraca mol, neraca massa, dan neraca energi. Pengendalian
3
dilakukan terhadap komposisi dan temperatur. Kerjakan:
1. Permodelan dan model input output
2. Simulasi dan analisis terhadap dinamika proses open loop (servo dan regulatory)
3. Simulasi dan analisis terhadap dinamika proses closed loop (feedback dan feedforward baik
servo maupun regulatory)
4. Tuning parameter-parameter dengan menggunakan metode tuning Ziegler – Nichols, Tyreus
– Luyben, dan Cohen – Coon
5. Perhitungan kriteria kestabilan Bode
6. Kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil-hasil simulasi
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
−𝐸𝑎
𝑘0 exp 𝑅𝑇𝑠
× 𝐶𝐴 − 𝐶𝐴,𝑠
𝑑𝐶𝐴,𝑠 𝐹 −𝐸𝑎
= 𝐶𝐴 𝑖,𝑠 − 𝐶𝐴,𝑠 − 𝑘0 exp 𝐶
𝑑𝑡 𝑉 𝑅𝑇𝑠 𝐴,𝑠
𝑑𝐶𝐴 ∗ 𝐹 𝐹 𝑘0 𝐶𝐴,𝑠 𝐸𝑎 −𝐸𝑎 ∗ −𝐸𝑎
= 𝐶𝐴 𝑖 ∗ − 𝐶𝐴 ∗ − 2 exp 𝑇 − 𝑘0 exp × 𝐶𝐴 ∗
𝑑𝑡 𝑉 𝑉 𝑅𝑇𝑠 𝑅𝑇𝑠 𝑅𝑇𝑠
𝑑𝐶𝐴 ∗ 𝐹 𝐹 −𝐸𝑎 𝑘0 𝐶𝐴,𝑠 𝐸𝑎 −𝐸𝑎 ∗
= 𝐶𝐴 𝑖 ∗ − + 𝑘0 exp 𝐶𝐴 ∗ − 2 exp 𝑇
𝑑𝑡 𝑉 𝑉 𝑅𝑇𝑠 𝑅𝑇𝑠 𝑅𝑇𝑠
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Transformasi Laplace:
5
∗ 𝐹 𝐹 −𝐸𝑎 𝑘0 𝐶𝐴,𝑠 𝐸𝑎 −𝐸𝑎
𝑠𝐶𝐴 𝑠 = 𝐶𝐴 𝑖 ∗ 𝑠 − + 𝑘0 exp ∗
𝐶𝐴 𝑠 − exp 𝑇∗ 𝑠
𝑉 𝑉 𝑅𝑇𝑖𝑠 𝑅𝑇𝑖𝑠 2 𝑅𝑇𝑖𝑠 𝑖
𝑘0 𝐶𝐴,𝑠 𝐸𝑎 −𝐸
𝐹 exp 𝑅𝑇𝑎
𝑉 𝑅𝑇𝑖𝑠 2 𝑠
𝐶𝐴 ∗ 𝑠 = 𝐶𝐴 𝑖 ∗ 𝑠 − 𝑇∗ 𝑠
𝐹 −𝐸 𝐹 −𝐸
𝑠 + 𝑉 + 𝑘0 exp 𝑅𝑇𝑎 𝑠 + 𝑉 + 𝑘0 exp 𝑅𝑇𝑎
𝑠 𝑠
1 0.012
𝐶𝐴 ∗ 𝑠 = 𝐶 ∗ 𝑠 − 𝑇 ∗ 𝑠 … (2)
𝑠 + 1.195 𝐴 𝑖 𝑠 + 1.195
𝑑(𝑛𝐴 ) 𝑑(𝑉𝐶𝐴 )
= = 𝐶𝐴 𝑖 𝐹𝑖 − 𝐶𝐴 𝐹 − 𝑟𝑉
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑(𝑛𝐵 ) 𝑑(𝑉𝐶𝐵 )
= = 0 − 𝐶𝐵 𝐹 + 𝑟𝑉
𝑑𝑡 𝑑𝑡
sehingga
𝑑𝐻 𝑑𝑇
= 𝜌𝑉𝑐𝑝 + 𝐻𝐴 𝐶𝐴 𝑖 𝐹𝑖 − 𝐶𝐴 𝐹 − 𝑟𝑉 + 𝐻𝐵 −𝐶𝐵 𝐹 + 𝑟𝑉 = 𝜌𝑖 𝐹𝑖 𝑖 𝑇𝑖 − 𝜌𝐹 𝑇 − 𝑄
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑇
𝜌𝑉𝑐𝑝 = −𝐻𝐴 𝐶𝐴 𝑖 𝐹𝑖 − 𝐶𝐴 𝐹 − 𝑟𝑉 − 𝐻𝐵 −𝐶𝐵 𝐹 + 𝑟𝑉 + 𝜌𝑖 𝐹𝑖 𝑖 𝑇𝑖 − 𝜌𝐹 𝑇 − 𝑄
𝑑𝑡
dengan,
𝐹𝑖 𝜌𝑖 𝑖 𝑇𝑖 = 𝐹𝑖 𝜌𝑖 𝑖 𝑇 + 𝜌𝑖 𝑐𝑝𝑖 𝑇𝑖 − 𝑇 = 𝐹𝑖 𝐶𝐴 𝑖 𝐻𝐴 𝑇 + 𝜌𝑖 𝑐𝑝𝑖 𝑇𝑖 − 𝑇
dan
𝐹𝜌 𝑇 = 𝐹 𝐶𝐴 𝐻𝐴 𝑇 + 𝐶𝐵 𝐻𝐵 𝑇
sehingga:
𝑑𝑇
𝜌𝑉𝑐𝑝 = −𝐻𝐴 𝐶𝐴 𝑖 𝐹𝑖 + 𝐻𝐴 𝐶𝐴 𝐹 + 𝐻𝐴 𝑟𝑉 + 𝐻𝐵 𝐶𝐵 𝐹 − 𝐻𝐵 𝑟𝑉 + 𝐹𝑖 𝐶𝐴 𝑖 𝐻𝐴 + 𝐹𝑖 𝜌𝑖 𝑐𝑝𝑖 𝑇𝑖 − 𝑇 − 𝐹𝐶𝐴 𝐻𝐴
𝑑𝑡
− 𝐹𝐶𝐵 𝐻𝐵 − 𝑄
𝑑𝑇
𝜌𝑉𝑐𝑝 = 𝐻𝐴 𝑟𝑉 − 𝐻𝐵 𝑟𝑉 + 𝐹𝑖 𝜌𝑖 𝑐𝑝𝑖 𝑇𝑖 − 𝑇 − 𝑄
𝑑𝑡
𝑑𝑇
𝜌𝑉𝑐𝑝 = 𝑟𝑉 𝐻𝐴 − 𝐻𝐵 + 𝐹𝑖 𝜌𝑖 𝑐𝑝𝑖 𝑇𝑖 − 𝑇 − 𝑄
𝑑𝑡
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
𝑑𝑇 −∆𝐻𝑟 𝑟𝑉 𝐹𝑖 𝜌𝑖 𝑐𝑝𝑖 𝑄
= + 𝑇𝑖 − 𝑇 − 6
𝑑𝑡 𝜌𝑉𝑐𝑝 𝜌𝑉𝑐𝑝 𝜌𝑉𝑐𝑝
𝑑𝑇 −∆𝐻𝑟 −𝐸𝑎 𝐹𝑖 𝑄
= 𝑘0 exp 𝐶𝐴 + 𝑇𝑖 − 𝑇 −
𝑑𝑡 𝜌𝑐𝑝 𝑅𝑇𝑖 𝑉 𝜌𝑉𝑐𝑝
𝑑𝑇
𝜌𝑉𝐶𝑝 = 𝜌𝐹𝑖 𝐶𝑝 𝑇𝑖 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 − 𝜌𝐹𝐶𝑝 𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 + −∆𝐻𝑟 𝑟𝑉 − 𝑄
𝑑𝑡
𝑑𝑇
𝜌𝑉𝐶𝑝 = 𝜌𝐹𝐶𝑝 𝑇𝑖 − 𝑇 + −∆𝐻𝑟 𝑘𝐶𝐴 𝑉 − 𝑈𝐴(𝑇 − 𝑇𝑐)
𝑑𝑡
: 𝜌𝑉𝐶𝑝
𝑑𝑇 𝐹 −∆𝐻𝑟 𝑘𝐶𝐴 𝑈𝐴
= 𝑇𝑖 − 𝑇 + − (𝑇 − 𝑇𝑐)
𝑑𝑡 𝑉 𝜌 𝐶𝑝 𝜌 𝐶𝑝 𝑉
5982.75
21903 × 53.37x10 6 exp × 𝐶𝐴
𝑑𝑇 T 1050
= 𝑇𝑖 − 𝑇 + − (𝑇 − 𝑇𝑐)
𝑑𝑡 2100 2100
𝑑𝑇 −5982,75
= 𝑇𝑖 − 𝑇 + 5,57 × 108 × exp( ) × 𝐶𝐴 − 0,5(𝑇 − 𝑇𝑐)
𝑑𝑡 𝑇
𝑇𝑠
𝑑𝑇 ∗
= 𝑇𝑖∗ − 1,5𝑇 ∗ + 0,5𝑇𝑐∗ + 2,04𝐶𝐴∗ + 0,129𝑇 ∗
𝑑𝑡
𝑑𝑇 ∗
= 𝑇𝑖∗ − 1,371𝑇 ∗ + 0,5𝑇𝑐∗ + 2,04𝐶𝐴∗
𝑑𝑡
Transformasi Laplace:
𝑠𝑇 ∗ 𝑠 = 𝑇𝑖∗ 𝑠 − 1,371𝑇 ∗ (𝑠) + 0,5𝑇𝑐∗ (𝑠) + 2,04𝐶𝐴∗ (𝑠)
−0,012 1
(𝑠 + 1,371)𝑇 ∗ 𝑠 = 𝑇𝑖∗ 𝑠 + 0,5𝑇𝑐∗ (𝑠) + 2,04 𝑇∗ 𝑠 + 𝐶 ∗ (𝑠)
𝑠 + 1,195 𝑠 + 1,195 𝐴𝑖
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
−0,025 2,04
(𝑠 + 1,371)𝑇 ∗ 𝑠 = 𝑇𝑖∗ 𝑠 + 0,5𝑇𝑐∗ (𝑠) + 𝑠+1,195
𝑇∗ 𝑠 + 𝑠+1,195
𝐶𝐴𝑖 ∗ (𝑠)
7
2,04
𝑇𝑖∗ 𝑠 + 0,5𝑇𝑐∗ (𝑠) + 𝑠 + 1,195 𝐶𝐴𝑖 ∗ (𝑠)
𝑇∗ 𝑠 =
𝑠 2 + 2,566 𝑠 + 1,663
𝑠 + 1,195
𝑠 + 1,195 0,5𝑠 + 0,5975 2,04
𝑇∗ 𝑠 = 𝑇𝑖∗ 𝑠 + 2 𝑇𝑐∗ 𝑠 + 2 𝐶 ∗ (𝑠)
𝑠2 + 2,566𝑠 + 1,663 𝑠 + 2,566𝑠 + 1,663 𝑠 + 2,566𝑠 + 1,663 𝐴𝑖
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Fungsi transfer di atas dapat dimasukkan ke dalam simulink sebagai model open loop.
8
T *(s)
0.601 s+0.719
0.601 s2 +1.543 s+1
Transfer Fcn 2
1.227
0.601 s2 +1.543 s+1
Transfer Fcn 4 Ca*(s)
0.3s+0.359
0.601 s2 +1.543 s+1
Transfer Fcn 6
Setelah itu, dilakukan gangguan pada setiap variabel untuk mengetahui pengaruh gangguan pada
setiap variabel pada sistem.
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Gambar 3 Respon Ca (kuning) dan T (ungu) pada sistem dengan gangguan CAi
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Gambar 4 Respon Ca (kuning) dan T (ungu) pada sistem dengan gangguan Tci
Dari gambar 2, 3, dan 4 dapat dilihat respon sistem terhadap gangguan yang diberikan. Dari gambar
2 dan 4 diketahui bahwa konsentrasi komponen A tidak terlalu terpengaruh oleh gangguan Ti dan Tci
yang diberikan, dapat dilihat dari perubahan nilai yang relatif kecil. Sedangkan saat Cai diberikan
gangguan, Ca merespon dengan adanya perubahan nilai yang cukup besar. Hal ini dapat diartikan
gangguan pada CAi akan menyebabkan nilai Ca berubah cukup besar dari nilai awal. Dapat diketahui
pula, perubahan nilai Ti, CAi, dan Tci akan selalu menyebabkan perubahan yang berarti pada nilai T.
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Model Closed-Loop
11
Model blok diagram closed-loop untuk kasus CSTR dapat dilihat melalui gambar di bawah ini:
1.227
1 PID
0.601 s2 +1.543 s+1
setpoint 1 Gain 1 PID Controller 1 Transfer Fcn 4 Transport T
Delay 1
0.601 s+0.719
0.601 s2 +1.543 s+1
Ti (s)2 Transfer Fcn 2
0.3s+0.359
Gambar 5 Diagram blok pengendalian closed loop dengan variabel kendali T dan Ca
Pada sistem tersebut digunakan time delay sebesar 2 jam. Pengendalian closed-loop pada kasus ini
dilakukan untuk masing – masing kontroler yakni proportional (P), proportional-integral (PI), dan
proportional-integral-derivative (PID). Pengendalian closed-loop menggunakan kriteria Ziegler-
Nichols, Tyreus – Luyben, dan Cohen – Coon. Sedangkan kriteria kestabilan menggunakan kriteria
Bode.
Tuning Ziegler-Nichols
Ziegler dan Nichols membuat kriteria khusus untuk melakukan tuning. Kriteria yang disarankan oleh
Ziegler dan Nichols disajikan dalam tabel di bawah ini:
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
KCU dan PU masing – masing merupakan KC ultimate dan period ultimate. Untuk mendapatkan nilai
12
KCU dan PU model pengendalian closed-loop di atas diatur hanya menggunakan proportional
controller (hanya KC) lalu melalui trial-and-error dicari nilai KC atau gain yang membuat hasil respon
menjadi osilasi dengan amplitudo yang sama (memiliki decay ratio sebesar 1) pada selang waktu
tertentu. Setelah melalui proses trial-and-error didapatkan
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Periode ultimate (PU) didapatkan dengan jalan mengukur jarak antara kedua puncak gelombang.
Dengan mengetahui nilai KCU dan PU maka parameter – parameter sesuai kriteria Ziegler-Nichols
untuk output Ca dan T disajikan pada tabel di bawah ini:
Parameter tersebut akan digunakan untuk menentukan nilai – nilai parameter pengendalian yang
akan digunakan. Untuk mengetahui kestabilan dari sistem pengendali lazimnya digunakan metode
kestabilan Bode yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
14
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
15
Diagram di atas menunjukkan profil amplitude ratio dan phase lag terhadap frekuensi input
sinusoidal pada sistem pengendalian Ca.
Sesuai dengan kriteria kestabilan Bode bahwa nilai AR maksimum yang harus diperoleh pada saat
phase lag sebesar -180° adalah satu. Oleh karena itu hal ini mengindikasikan bahwa untuk masing –
masing sistem pengendalian pada output CA akan menghasilkan kestabilan yang sangat baik karena
nilainya kurang dari satu.
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
16
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
17
Diagram di atas menunjukkan profil amplitude ratio dan phase lag terhadap frekuensi input
sinusoidal pada sistem pengendalian T.
Sesuai dengan kriteria kestabilan Bode bahwa nilai AR maksimum yang harus diperoleh pada saat
phase lag sebesar -180° adalah satu. Oleh karena itu hal ini mengindikasikan bahwa untuk masing –
masing sistem pengendalian pada output CA akan menghasilkan kestabilan yang sangat baik karena
nilainya kurang dari satu.
Oleh karena masing – masing sistem pengendalian pada T dan Ca akan menghasilkan kestabilan
yang sangat baik maka dilakukan aplikasi sistem pengendalian feedback baik untuk kasus servo
maupun kasus regulatory.
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
step (input step = 0/s) tetapi diberi input set-point. Nilai input step set-point merupakan sebuah
nilai kenaikan atau penurunan output yang diinginkan sewaktu melakukan pengendalian.
Pengendali yang baik haruslah mampu membuat nilai output sama dengan nilai set-point tanpa
ada perubahan pada disturbance.
Gambar 10 Hasil simulasi pengendalian servo untuk sistem pengendalian P (kuning); PI (ungu); PID (biru) pada
CA
Gambar 11 Hasil simulasi pengendalian servo untuk sistem pengendalian P (kuning); PI (ungu); PID (biru) pada T
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Nilai output ini menunjukkan bahwa pengendalian dengan sistem proportional atau hanya
19
menggunakan gain controller saja tidak cukup untuk menyamakan nilai output dengan set-point.
Antara pengendalian PI dan PID terdapat perbedaan respon yakni besarnya overshoot dan osilasi.
Sistem pengendalian PI menghasilkan overshoot yang rendah untuk output CA dan output T, tetapi
tidak terjadi banyak osilasi. Akan tetapi dapat dilihat pada kurva warna ungu, untuk menaikkan
respon menjadi 1.0 dibutuhkan waktu yang cukup lama aeperti pada gambar 14 ketikakontroler PID
telah mencapai nilai 1, kontroler PI masih berosilasi mendekati nilai 1. Berbeda halnya dengan
sistem pengendalian PI, sistem pengendalian PID memiliki overshoot yang cukup tinggi yakni untuk
output CA dan output T, akan tetapi osilasi yang terjadi cukup banyak sehingga untuk menaikkan nilai
output menjadi steady-state tidak membutuhkan waktu yang lama.
Pada pengendalian kasus regulatory, semua variabel gangguan atau disturbance diberikan input
step (dalam kasus ini input step diberikan sebesar 1/s) sedangkan input set-point dibuat menjadi
nol. Pada kasus regulatory, pengendalian dilakukan dengan tujuan berapapun besarnya
perubahan disturbance yang diberikan output yang dihasilkan tidak berubah atau perubahannya
sebesar nol.
Gambar 12 Hasil simulasi pengendalian servo untuk sistem pengendalian P (kuning); PI (ungu); PID (biru) pada
CA
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
20
Gambar 13 Hasil simulasi pengendalian servo untuk sistem pengendalian P (kuning); PI (ungu); PID (biru) pada T
Perubahan nilai output ini menunjukkan bahwa baik untuk sistem output CA pengendalian
dengan sistem proportional atau hanya menggunakan gain controller saja cukup untuk menjaga
agar output tidak memiliki perubahan nilai. . Antara pengendalian PI dan PID terdapat perbedaan
respon yakni besarnya overshoot dan osilasi. Berbeda dengan sistem pengendalian PID, sistem
pengendalian PI memiliki overshoot yang cukup tinggi dan membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mencapai kondisi steady state.
Controller KC τI τD
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Sama halnya dengan parameter-parameter pada tuning Ziegler – Nichols, KCU dan PU yang
digunakan pada tuning Tyreus – Luyben sama dengan KCU dan PU pada tuning Ziegler – Nichols
yaitu
Tabel 8 Nilai Ku dan Pu
Respon Ku Pu (menit)
Ca 1.71265 5.357
T 1.258 6.78
Controller KC τI τD
Controller KC τI τD
(AR) maksimum bernilai 1 untuk phase lag sebesar -180°. Untuk menguji kestabilan melalui
metode Bode maka pada sistem pengendalian dicari nilai AR pada phase lag sebesar -180°
dengan menggunakan program bode dalam MATLAB (untuk masing – masing sistem
pengendali).
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
22
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Kedua nilai AR ini sejalan dengan kriteria kestabilan Bode bahwa nilai AR maksimum yang harus
23
diperoleh untuk stabil pada saat phase lag sebesar -180° adalah satu. Oleh karena itu hal ini
mengindikasikan bahwa untuk masing – masing sistem pengendalian dengan output CA akan
menghasilkan kestabilan yang sangat baik karena nilainya kurang dari satu.
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Kedua nilai AR ini sejalan dengan kriteria kestabilan Bode bahwa nilai AR maksimum yang harus
diperoleh untuk stabil pada saat phase lag sebesar -180° adalah satu. Oleh karena itu hal ini
mengindikasikan bahwa untuk masing – masing sistem pengendalian dengan output T akan
menghasilkan kestabilan yang sangat baik karena nilainya kurang dari satu.
nilai kenaikan atau penurunan output yang diinginkan sewaktu melakukan pengendalian.
Pengendali yang baik haruslah mampu membuat nilai output sama dengan nilai set-point tanpa
ada perubahan pada disturbance.
Gambar 18 Hasil simulasi pengendalian servo untuk sistem pengendalian PI (kuning) dan PID (ungu) pada CA
dengan kriteria Tyreus-Luyben
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
25
Gambar 19 Hasil simulasi pengendalian servo untuk sistem pengendalian PI (kuning) dan PID (ungu) pada
output T dengan kriteria Tyreus-Luyben
Nilai output ini menunjukkan bahwa pengendalian dengan baik dengan sistem PI maupun PID
mampu menyamakan nilai output dengan set-point. Antara kedua pengendalian tersebut
terdapat perbedaan jenis respon yakni besarnya overshoot dan osilasi. Pengendalian dengan PI
akan memberikan lebih banyak osilasi dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai
kondisi stabil. Namun, overshoot pada PID lebih tinggi daripada PI.
Pada pengendalian kasus regulatory, semua variabel gangguan atau disturbance diberikan input
step (dalam kasus ini input step diberikan sebesar 1/s) sedangkan input set-point dibuat menjadi
nol. Pada kasus regulatory, pengendalian dilakukan dengan tujuan berapapun besarnya
perubahan disturbance yang diberikan output yang dihasilkan tidak berubah atau perubahannya
sebesar nol.
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
26
Gambar 20 Hasil simulasi pengendalian regulatory untuk sistem pengendalian PI (kuning) dan PID (ungu) pada
output CA dengan kriteria Tyreus-Luyben
Gambar 21 Hasil simulasi pengendalian regulatory untuk sistem pengendalian PI (kuning) dan PID (ungu) pada
T dengan kriteria Tyreus-Luyben
Nilai output ini menunjukkan bahwa pengendalian dengan baik dengan sistem PI maupun PID
mampu menyamakan nilai output dengan set-point. Antara kedua pengendalian tersebut
terdapat perbedaan jenis respon yakni besarnya overshoot dan osilasi. Pengendalian dengan PID
akan memberikan lebih banyak osilasi dan membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk
mencapai kondisi stabil. Namun, overshoot pada PID lebih tinggi daripada PI.
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Tuning Cohen-Coon
27
Tuning dengan metode Cohen Coon dilakukan dengan mencari parameter-parameter tD, K, dan
dengan garis kuning sebagai profil Cai dan garis ungu menyatakan profil Ti. Dengan pendekatan
geometris, diperoleh nilai-nilai parameter Cohen-Coon sebagai berikut untuk setiap sistem
pengendali:
Tabel 13. Nilai parameter pengendalian P, PI, dan PID menggunakan metode Cohen-Coon
controller Kc τI τD Kc/ τI Kc τD
P 4.93 - - - -
PI 3.83 0.175 - 21.87 -
PID 6.03 0.24 0.04 24.74 0.24327
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
28
Gambar 27. Diagram blok pengendalian P, PI, dan PID dengan keluaran Ca
Uji coba sistem pengendali pada Simulink (seperti Gambar 27) menghasilkan profil pengendalian
dengan output CA sebagai berikut:
Gambar 28. Diagram blok pengendalian P, PI, dan PID dengan keluaran Ca
Tuning dengan metode Cohen-Coon untuk output T tidak dapat dilakukan karena dead time (τD)
bernilai nol
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Gambar 29. Diagram blok pengendalian P, PI, dan PID dengan keluaran Ca pada kasus Servo
Hasil simulasi dengan Simulink menunjukkan bahwa pengendalian dengan PI dan PID memberi nilai
akhir yang sama dengan nilai setpoint yang diinginkan. Dalam hal ini, pengendalian dengan PI dan
PID memberikan nilai overshoot yang sama, namun PI memberi nilai risetime yang lebih cepat
daripada PID.
Pengendali yang baik haruslah mampu membuat nilai output sama dengan nilai disturbance
tanpa ada perubahan pada set point.
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
30
Gambar 30. Diagram blok pengendalian P, PI, dan PID dengan keluaran Ca pada kasus Regulatory
Hasil simulasi dengan Simulink menunjukkan bahwa pengendali PI dan PID memberikan nilai akhir
yang lebih baik dibandingkan P-controller. Kedua pengendali, PI dan PID, memberi nilai disturbance
nol sesuai yang dikehendaki. Parameter PI memberi nilai overshoot yang lebih rendah dibandingkan
PID dengan risetime yang lebih cepat dibandingkan PID.
Feed-forward Control
Pada pengendalian feed forward, pengendali akan bekerja untuk mengantisipasi adanya perubahan
berupa gangguan sehingga efeknya tidak berpengaruh terhadap sistem proses. Keuntungan lain dari
sistem pengendalian ini adalah kecilnya kemungkinan sistem (closed loop) menjadi tidak stabil. Pada
permasalahan CSTR yang diberikan, control objective-nya masih sama dengan pengendalian
feedback, yaitu mengendalikan konsentrasi dan laju alir keluaran agar sesuai dengan set point yang
diinginkan. Variabel gangguan ditentukan berupa Ti dan Cai, sedangkan Tci berfungsi sebagai
variabel manipulasi.
Pada model open-loop, tidak ada pengendali yang dirancang untuk mengatasi gangguan yang
diberikan oleh variabel Ti , Tci, dan Cai (Tci belum menjadi variabel manipulasi). Akibatnya, dinamika
proses yang dihasilkan akan sama dengan fenomena yang terjadi pada open-loop feed back.
Model open-loop dengan variabel kendali T*(s) (temperatur keluaran reaktor) sebagai berikut
Gambar 30. Diagram blok pengendalian P, PI, dan PID dengan keluaran Ca pada kasus Regulatory
Gambar 30. Diagram blok pengendalian P, PI, dan PID dengan keluaran Ca pada kasus Regulatory
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
31
Jika hanya variabel Ti yang mengalami perubahan (initial value = 0, final value = 1), simulasi
perubahan temperatur keluaran menjadi seperti berikut
Gambar 32. Hasil simulasi temperatur keluaran reaktor pada kasus open-loop dengan gangguan Ti
Jika hanya variabel Cai yang mengalami perubahan (initial value = 0, final value = 1), simulasi
perubahan temperatur keluaran menjadi seperti berikut:
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
32
Gambar 33. Hasil simulasi temperatur keluaran reaktor pada kasus open-loop dengan gangguan Cai
Jika hanya variabel Tc yang mengalami perubahan (initial value = 0, final value = 1), simulasi
perubahan temperatur keluaran menjadi seperti berikut:
Gambar 34. Hasil simulasi temperatur keluaran reaktor pada kasus open-loop dengan gangguan Tc
Jika ketiga variabel mengalami perubahan, dinamika temperatur keluarannya menjadi sebagai
berikut
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
33
Gambar 35. Hasil simulasi temperatur keluaran reaktor pada kasus open-loop dengan gangguan Ti, Tc, dan Cai
Keempat gambar di atas menunjukkan bahwa tanpa pengendali, temperatur keluaran reaktor akan
mengalami penyimpangan yang berbeda-beda untuk tiap jenis gangguan. Temperatur keluaran
reaktor akan menyimpang paling besar ketika gangguan berupa konsentrasi Cai (sebesar 1,23)
sedangkan penyimpangan terkecil terjadi ketika gangguan berupa Tc (sebesar 0,36). Kenaikan
konsentrasi masukan akan berpengaruh pada kenaikan temperatur keluaran reaktor karena reaksi
menghasilkan panas (eksoterm). Sebaliknya, pengaruh kenaikan temperatur masukan coolant hanya
berpengaruh sedikit karena pengaruhnya tidak secara langsung pada aliran keluar produk. Ketika
tiga jenis variabel tersebut mengalami perubahan, penyimpangan pada temperatur keluaran CSTR
akan sama dengan penjumlahan masing-masing penyimpangan tiap variabel secara terpisah, yaitu
sebesar 2,31.
Model open-loop dengan variabel kendali Ca*(s) (konsentrasi A keluaran reaktor) sebagai berikut
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
34
Jika hanya variabel Cai yang mengalami perubahan (initial value = 0, final value = 1), simulasi
perubahan konsentrasi A keluaran menjadi seperti berikut
Gambar 37. Hasil simulasi open loop konsentrasi keluaran A dengan gangguan Cai
Jika hanya variabel Ti yang mengalami perubahan (initial value = 0, final value = 1), simulasi
perubahan konsentrasi A keluaran menjadi seperti berikut
Gambar 38. Hasil simulasi open loop konsentrasi keluaran A dengan gangguan Ti
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Jika hanya variabel Tci yang mengalami perubahan (initial value = 0, final value = 1), simulasi
perubahan konsentrasi A keluaran menjadi seperti berikut 35
Gambar 39. Hasil simulasi open loop konsentrasi keluaran A dengan gangguan Tci
Jika ketiga variabel mengalami perubahan, maka dinamika konsentrasi keluarannya adalah sebagai
berikut:
Gambar 40. Hasil simulasi open loop konsentrasi keluaran A dengan gangguan Ti,Tci, dan Cai
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
36
Keempat gambar di atas menunjukkan bahwa tanpa pengendali, konsentrasi A keluaran reaktor
akan mengalami penyimpangan yang berbeda-beda untuk tiap jenis gangguan. Konsentrasi A
keluaran reaktor akan menyimpang paling besar ketika gangguan berupa temperatur masukan (Ti)
(sebesar 0,36) sedangkan gangguan lain tidak terlalu menimbulkan penyimpangan yang berarti.
Ketika tiga jenis variabel tersebut mengalami perubahan, penyimpangan pada konsentrasi A
keluaran CSTR sebesar 0,82, yang paling tinggi di antara penyimpangan yang lain.
𝑦 = 𝐺𝑝 𝐺𝑓 𝐺𝑐 𝐺𝑠𝑝 𝑦𝑠𝑝 + 𝐺𝑑 − 𝐺𝑝 𝐺𝑓 𝐺𝑐 𝐺𝑚 𝑑
Pada permasalah CSTR yang dipaparkan di sini, perubahan set point-nya sama dengan nol sehingga
kasus ini merupakan kasus regulatory.
𝑦 = 𝐺𝑑 − 𝐺𝑝 𝐺𝑓 𝐺𝑐 𝐺𝑚 𝑑
Fungsi transfer untuk variabel kendali berupa temperatur keluaran reaktor (T*):
−0,00721𝑠 − 0,00863
𝑇∗ =
0,601𝑠 2 + 2,261𝑠 2 + 2,844𝑠 + 1,195
−0,0036𝑠 − 0,00431 −0,00721𝑠 − 0,00863
− 𝑇𝑖
0,601𝑠 3 + 2,261𝑠 2 + 2,844𝑠 + 1 −0,0036𝑠 − 0,00431
1,227
+ 2
0,601𝑠 + 1,543𝑠 + 1
0,601𝑠 2 + 1,543𝑠 + 0,985 0,601𝑠 2 + 1,543𝑠 + 0,985
− 𝐶
−0,0036𝑠 2 − 0,00791𝑠 − 0,00431 −0,0036𝑠 2 − 0,00791𝑠 − 0,00431 𝑎𝑖
Model closed-loop dengan variabel kendali T*(s) (temperatur keluaran reaktor) sebagai berikut
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
37
Hasil dinamika temperatur keluaran reaktor dengan hanya Ti sebagai gangguan (initial value = 0 dan
final value = 1)
Gambar 42. Hasil simulasi pengendalian feed forward temperatur keluaran terhadap gangguan Ti
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Hasil dinamika temperatur keluaran reaktor dengan hanya Cai sebagai gangguan (initial value = 0
dan final value = 1) 38
Gambar 43. Hasil simulasi pengendalian feed forward temperatur keluaran terhadap gangguan Cai
Hasil dinamika temperatur keluaran reaktor dengan Ti dan Cai sebagai gangguan (initial value = 0
dan final value = 1)
Gambar 44. Hasil simulasi pengendalian feed forward temperatur keluaran terhadap gangguan Ti dan Cai
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
Ketiga gambar di atas menunjukkan bahwa penyimpangan temperatur keluaran reaktor akan lebih
besar jika gangguan berupa Cai (2,5) daripada Ti (1,4) dengan pengendalian feed forward. 39
Model closed-loop dengan variabel kendali Ca*(s) (konsentrasi A keluaran reaktor) sebagai berikut
Hasil dinamika konsentrasi keluaran A dengan Ti sebagai gangguan (initial value = 0 dan final value =
1)
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
40
Gambar 46. Hasil simulasi pengendalian feed forward konsentrasi keluaran A terhadap gangguan Ti
Hasil dinamika konsentrasi keluaran A dengan Cai sebagai gangguan (initial value = 0 dan final value
= 1)
Gambar 47. Hasil simulasi pengendalian feed forward konsentrasi keluaran A terhadap gangguan Cai
Hasil dinamika konsentrasi keluaran A dengan Ti dan Cai sebagai gangguan (initial value = 0 dan final
value = 1)
Kelompok G
Tugas Besar 04 Pengendalian Proses
41
Gambar 48. Hasil simulasi pengendalian feed forward konsentrasi keluaran A terhadap gangguan Ti dan Cai
Ketiga gambar di atas menunjukkan bahwa penyimpangan temperatur keluaran reaktor akan lebih
besar jika gangguan berupa Cai (1,65) daripada Ti (-0,014) dengan pengendalian feed forward. Hal
yang harus diperhatikan adalah Gc dengan gangguan berupa Cai memiliki suku numerator yang lebih
besar daripada suku denumeratornya. Hal ini mengharuskan pemakaian lead element berupa 1/(s+1)
agar sistem dapat realizable. Pada keadaan di mana gangguan berasal dari Ti dan Cai, maka
penyimpangannya akan semakin besar, yaitu 1,65.
Kelompok G