KELOMPOK 3
Louise (11514056)
2016
1
DAFTAR ISI
Daftar Tabel.......................................................................................................2
Daftar Gambar..................................................................................................2
Daftar Lampiran...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
2.1 Teknik Propagasi Vegetatif........................................................................6
2.2 Rancangan Acak Lengkap..........................................................................6
BAB III METODOLOGI..................................................................................8
3.1 Waktu dan Lokasi........................................................................................8
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................8
3.3 Cara Kerja....................................................................................................9
3.4 Analisis Data...............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................13
4.1 Rancangan Acak Lengkap........................................................................13
4.2 Persen Hidup Stek.....................................................................................15
4.3 Jumlah Tunas Daun Stek..........................................................................16
4.4 Persen Stek Berakar..................................................................................17
4.5 Perbandingan Persen Hidup, Jumlah Tunas Daun, dan Persen Stek
Berakar pada Dua Jenis Tanaman Hutan yaitu Tectona grandis dan Ficus
benjamina..........................................................................................................19
2
5.1 Kesimpulan..............................................................................................22
5.2 Saran........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................23
LAMPIRAN..................................................................................................25
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
4.4 Jumlah Tunas Akar pada 20 stek Ficus benjamina dan Tectona
grandis...........................................................................................................17
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A.............................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
tanaman pada tahap populasi perbanyakan dilakukan dengan teknik pembiakan
vegetatif. Teknik perbanyakan vegetatif ini sangat bermanfaat dalam perbanyakan
tanaman karena tanaman baru yang dihasilkan mempunyai sifat genetik yang sama
seperti tanaman induknya. (Pudjiono, 2010)
1.2 Tujuan
Menentukan persen hidup stek batang Tectona grandis dan Ficus
benjamina
Menentukan jumlah tunas daun stek batang Tectona grandis dan Ficus
benjamina
Menentukan persen stek batang Tectona grandis dan Ficus benjamina
yang berakar
Membandingkan persen hidup stek, jumlah tunas daun, dan persen stek
berakar pada stek batang Tectona grandis dan Ficus benjamina
Menentukan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada keberhasilan
stek batang Tectona grandis dan Ficus benjamina
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
terkontrol seperti di laboratorium dan rumah kaca (green house) (Salamah dan
Susilaningrum, 2009).
F1 F9 J1 J8 F6
F8 J7 F4 J5 F10
J3 J9 J6 J10 F2
F3 J4 J2 F5 F7
7
BAB III
METODOLOGI
8
3.3 Cara Kerja
9
3.4 Analisis Data
10
= ( ) +
= + +
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
i = 1, 2, 3, , t
j = 1, 2, 3, , ri
= mean perlakuan ke-i
i = pengaruh perlakuan ke-i
t = jumlah perlakuan
ri = banyaknya ulangan dari perlakuan ke-i
Hasil dari Analisis Ragam ini adalah salah satu dari
H0, artinya tidak ada pengaruh perlakuan terhadap hasil yang diteliti;
atau
H1, artinya minimal ada Satu perlakuan yang memepengaruhi hasil.
Keputusan (dalam taraf nyata 5%) berupa penerimaan atau penolakan H0
berdasarkan Fhitung dan Ftabel yang jika Fhitung Ftabel maka H0 ditolak dan H1
diterima. Jika Ftabel Fhitung maka H1 ditolak dan H0 diterima. Fhitung secara
sistematis diperoleh dari Tabel Analisis Ragam atau yang biasa disebut dengan
tabel ANOVA seperti yang ditujukan oleh tabel 3.2 :
Tabel 3.2 Tabel Analisis Ragam atau Tabel ANOVA
11
()2
=
= +
=
1
=
1
12
BAB IV
Rancangan acak lengkap (RAL) adalah jenis rancangan percobaan yang paling
sederhana dan paling mudah jika dibandingkan dengan jenis rancangan percobaan
yang lain. RAL hanya bisa dilakukan pada percobaan dengan jumlah perlakuan
yang terbatas dan satuan percobaan harus homogen atau faktor luar yang dapat
mempengaruhi percobaan harus dapat dikontrol. (Mukmin, 2011).
Struktur data pengamatan untuk RAL yang terdiri dari t perlakuan dan r
ulangan disajikan sebagai berikut,
(Gaspersz, 1995)
13
Model : Y = 1 +i + ij
i : rata-rata populasi
(Walpole, 1995)
Asumsi yang dibutuhkan untuk analisis rancangan acak lengkap model tetap
adalah
Salah satu asumsi dalam uji nyata adalah E( ( ij2 ) 2 . Untuk mengetahui
apakah asumsi ini terpenuhi, maka data percobaan dapat diuji apakah mempunyai
ragam yang homogen.
Hipotesis yang akan diuji adalah
H0 : 12 22 ... t2 (varians homogen)
H1 : Minimal ada satu perlakuan yang ragamnya tidak sama dengan yang lain
Statistik uji yang digunakan adalah
(2.1)
Statistik ini akan menyebar mengikuti sebaran khi-kuadrat dengan derajat
2
bebas v = t-1. Dengan demikian jika x2 lebih besar daripada x ( t 1)
maka H0 ditolak
(Gaspersz, 1995).
14
Statistik Uji yang digunakan adalah sebagai berikut.
Fhitung =
(2.2)
Tolak H0, jika Fhitung > Ftabel atau Pvalue , dengan = 5%. (Walpole, 1995)
Proses perhitungan:
Setelah satu bulan, jumlah stek batang jati (Tectona grandis) dan beringin
(Ficus benjamina) yang hidup masing masing adalah 10 batang dari total 10
batang setiap jenis. Itu berarti, persen hidup kedua jenis stek adalah 100%.
Menurut Solikhin (2003), persen hidup stek tertinggi berdasarkan hasil
percobaannya adalah 34,56%. Perbedaan persen tumbuh yang mencolok
dikarenakan stek jati hasil percobaan kelompok ditempatkan pada kondisi
lingkungan (seperti cahaya matahari, suhu udara, kelembaban, media tumbuh) yang
berbeda dan dengan perlakuan yang agak berbeda juga.
Untuk persen hidup stek Ficus benjamina, mengacu pada kerabat dekatnya
Ficus variegata, persen hidupnya adalah 65% (Setiawan, 2014). Faktor yang
mempengaruhi persen tumbuh stek hingga berbeda dengan literatur adalah kondisi
lingkungan.
15
4.3 Jumlah Tunas Daun Stek
Tabel 4.3 Jumlah tunas daun dari Stek batang Jati (Tectona grandis)
16
pada minggu ke 2 dengan jumlah tunas bervariasi antara 1-6 tunas, dan rata-rata
tunas daun setelah masa penelitian (2 bulan) adalah 2,46 tunas.
Sedangkan pada tanaman Jati, jumlah tunas yang akan tumbuh tergantung
pada perlakuan pra penanaman stek batang itu sendiri. Perendaman dengan Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) memiliki peran penting dalam menunjang tumbuhnya
bakal tunas baru pada stek batang (Hartman, 1961). Selain itu, faktor lingkungan
dan teknik pemangkasan juga berpengaruh terhadap tumbuhnya tunas daun. Teknik
pemotongan batang yang akan dijadikan stek dan kondisi lingkungan yang sesuai
akan menghasilkan stek dengan tunas daun yang banyak pula.
Tabel 4.4 Jumlah Tunas Akar pada 20 stek Ficus benjamina dan Tectona grandis
1 21 1 8
2 18 2 3
3 22 3 0
4 29 4 7
5 0 5 5
6 0 6 10
7 9 7 17
8 36 8 16
9 29 9 10
17
10 0 10 4
Persen Stek Berakar = 100%
maka akan didapat persen stek berakar Ficus benjamina adalah 70% (dari 10 stek
batang) dan persen stek berakar Tectona grandis adalah 90% (dari 10 stek batang).
Menurut penelitian Husen dan Pal (2006) didapat persen stek berakar pada Tectona
grandis selama 45 hari pada 50 stek batang adalah 77.3% dengan umur individu
sumber stek adalah dua bulan, 53,3% dengan umur individu sumber stek adalah 15
tahun dan 37,9% dengan umur individu sumber stek adalah 30 tahun. Hal ini
berbeda dengan hasil percobaan yaitu didapat nilai persen stek berakar 90%
dikarenakan waktu pengamatan yang berbeda (pada percobaan hanya 21 hari)
sehingga dapat menghasilkan kemungkinan pertumbuhan yang berbeda. Selain itu,
pemberian kandungan pada ZPT yang berbeda dapat memengaruhi pertumbuhan
(pada literatur digunakan Auksin) serta penggunaan individu untuk dilakukan stek
memiliki umur yang berbeda dapat memengaruhi hasil perakaran (individu yang
lebih dewasa mengalami penurunan kadar auksin serta memiliki fisiologis yang
lebih tua) (Greenwood and Hutchinson 1993).
Pada penelitian Babaie dkk. (2014), didapat nilai persen stek berakar Ficus
benjamina selama 50 hari adalah 61,6% ketika dilakukan perlakuan vegetatif pada
akhir bulan Juni dan 73,3% ketika dilakuan perlakuan vegetatif pada awal bulan
September. Hal ini mendekati dengan perlakuan Ficus benjamina yang memiliki
nilai stek berakar adalah 70% pada akhir bulan September. Hal-hal yang
memengaruhi pertumbuhan salah satunya adalah penggunaan auksin yang meliputi
kadar dan orisinalitasnya (alami/sintetik). Auksin merangsang pembentukan akar
adventif pada banyak spesies dengan cara memfasilitasi transfer karbohidrat dan
bahan nitrogen ke dasar pemotongan dan primordia akar, sehingga alami atau
sintetik serta kadar auksin yang digunakan akan berpengaruh (Hartman dkk., 2002).
Selain penggunaan auksin, waktu pemotongan dari individu sumber stek juga
berpengaruh. Pemotongan pada bulan September lebih baik dari bulan Juni
dikarenakan suhu tinggi pada bulan Juni dapat menyebabkan pemberian panas
18
cahaya tinggi dan mengurangi kelembaban yang sehingga berpengaruh pada
pengurangan perakaran. Selain waktu pemotongan, kondisi mikroklimat pada
greenhouse juga berpengaruh pada perakaran (Nair et al., 2008).
4.5 Perbandingan Persen Hidup, Jumlah Tunas Daun, dan Persen Stek
Berakar pada Dua Jenis Tanaman Hutan yaitu Tectona grandis dan
Ficus benjamina
Setelah dipakai uji komperatif menggunakan software SPSS didapat lah hasil seerti
gambar 4.1
Pada gambar terlihat bahwa nilai dari kolom sig adalah 0 , hal ini berarti H0
diterima.
Dalam uji statistika terdapat 2 Hipotesis yang di ajukan yaitu H0 dan H1
H0 berarti perlakuan yang kita berikan tidak memberikan pengaruh kepada objek,
sedangkan H1 berarti ada pegaruh atas perlakuan yang kita berikan walau pun itu
Cuma 1 pengaruh terhadap 1 objek.
Dalam kasus kali ini H0 diterima dan H1 ditolak dengan pembuktian hasil
uji komperatif antar 2 variabel pada software SPSS,perbandingan antara persen
hidup dengan persen stek akar pada keduanya bisa dinyatakan bagus karena pada
Ficus benjamina itu adalah 100% banding 70% merupakan angka yang cukup
fantastis karena pada literatur tidak mencapai angka setinggi itu.
19
4.6 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek Tectona grandis dan
Ficus benjamina
Pada praktikum kali ini, bahan stek yang digunakan merupakan Ficus
benjamina dan Tectona grandis. Dilihat dari hasil akhir setelah 4 minggu, bibit-
bibit Tectona grandis mengalami pertumbuhan daun pada tunasnya sebanyak 4
bibit dari 10 bibit. Sedangkan bibit Ficus benjamina sama sekali tidak menunjukkan
adanya pertumbuhan.
Secara umum, faktor-faktor fisiologis tanaman yang mempengaruhi
pertumbuhan pada penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas
dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh
(Kramer dan Kozlowzky, 1960). Jika dianalisis satu persatu, keberadaan tunas pada
stek secara keseluruhan sama rata, karena batang dipotong per-dua nodul. Maka
poin ini tidak dapat digunakan sebagai poin untuk analisis. Poin selanjutnya adalah
jenis tanaman.
Menurut Figa (2007), pertumbuhan bibit stek Ficus benjamina sangat
dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Hal ini berdasarkan penelitian bahwa tanaman
pada bibit beringin yang hidup tanpa naungan tanaman jauh lebih tinggi dari pada
dengan naungan yang mengalami pertumbuhan yang relatif lambat. Sedangkan
kondisi cuaca selama satu bulan cenderung hujan dan munculnya matahari hanya
beberapa jam. inilah salah satu alasan tidak adanya pertumbuhan pada bibit Ficus
benjamina. Jika dilihat dari faktor genetik, Ficus benjamina memiliki karakter
tersendiri. Menurut Kshatri (2005), Ficus benjamina mulai berakar pada hari ke-
55. Hal inilah yang menyebabkan pada hasil pengamatan ditunjukkan tidak adanya
daun yang tumbuh pada seluruh bibit Ficus benjamina karena pengamatan
propagasi ini hanya dilakukan selama 30 hari.
Menurut Lemmens dan Soerienegara (2002), jati tumbuh paling baik dan
mencapai dimensi-dimensi terbesar dalam suatu iklim tropika lembab, tetapi pohon
ini memerlukan satu musim kemarau yang jelas, yaitu antara 3-4 bulan dengan
intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Bahkan, salah satu sumber
menyatakan bahwa kebakaran hutan yang tidak terlalu besar justru mengakibatkan
proses pemurnian tegakan jati, biji jati terdorong untuk berkecambah, pada saat
jenis-jenis pohon lain mati. Dilihat dari persyaratan-persyaratan tersebut, bibit jati
membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi untuk mendapatkan
pertumbuhan yang maksimal pada pertumbuhan awal. Beberapa jam dalam
beberapa hari dalam satu bulan pengamatan, terdapat intensitas cahaya yang cukup
tinggi yang menyebabkan 3 dari 10 bibit mengeluarkan daun dari tunasnya secara
hampir bersamaan. Daun pada 1 bibit selanjutnya muncul pada minggu ke 4. Hal
ini dapat disebabkan karena pertumbuhan akar pada tanaman stek jati dimulai pada
minggu ke 3 sampai minggu ke 4 (Novendra, 2008).
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan bibit jati adalah tanah basa (pH 6-8),
memiliki aerasi yang baik, banyak mengandung unsur kalsium (Ca) dan Fosfor (P),
serta bahwa Jati tidak tahan terhadap genangan air (Listyanto, 2008). Pada hasil
pengamatan selama satu bulan, karakteristik tanah cenderung basah dengan
20
penyinaran matahari yang minim. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan stek
Jati hanya mencapai angka 40%. Keberadaan jamur pada salah satu polybag
menyebabkan tidak tumbuhnya daun pada stek tanaman jati. Hal ini sesuai dengan
penelitian Astuti (2013) yang menyatakan bahwa adanya jamur pada media tanam
stek jati akan menghambat pertumbuhan akar yang secara masif akan menyebabkan
kematian pada sel-sel akar.
selain itu kadar ZPT juga perlu diperhatikan dalam perendaman calon stek
batang. maka dengan adanya berbagai kendala yang mempengaruhi pertumbuhan
pada teknik propagasi vegetatif ini , perlu adanya suatu inovasi metode dalam
mengatasi permasalahan tersebut. pembuatan pisau yang khusus untuk memotong
batang dengan sudut tertentu dapat diciptakan demi menghasilkan sudut terbaik
pada pertumbuhan stek. selain itu, alat pendeteksi kadar ZPT pada stek juga dapat
diciptakan untuk mengetahui kadar yang sudah tepat sesuai kebutuhan batang stek.
Dengan begitu, pertumbuhan stek batang dapat lebih dimaksimalkan melalui
pembuatan alat-alat tersebut.
21
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Teknik pemangkasan harap dilakukan dengan benar dan persediaan batang untuk
dijadikan stek sebaiknya memilih yang lebih muda dan tidak disediakan secara
mendadak.
22
DAFTAR PUSTAKA
Figa, 2007. Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi. Pasuruan: UPT Balai
Konservasi LIPI.
Gaspersz, Vincent. 1995. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan Jilid 1.
Bandung. Tarsito
Greenwood, M. S. dan Hutchinson K. W. 1993. Maturation as developmental
process. Ahuja M. R. and Libby W. J. (eds), Clonal Forestry, Vol. 1.
Springier-Verlag, Berlin Heidelberg, New York, pg. 14-33.
Harjosuwono, B. A., Arnata, I. W. & Puspawati, G. A. K. D. (2011). Rancangan
Percobaan Teori, Aplikasi SPSS dan Excel. Malang:Lintas Kata Publishing
Hartman, H. T. dan D. E. Kester. 1961. Plant Propagation, Principle and Practises.
Prentice Hall Inc, New York.
Hartman, H.T., Kester, D.E., Davies, Jr. F.T. and Geneve, R.L. 2002. Plant
propagation: Principles and Practices. 5th Ed. New Jersey: Prentice-Hall
Inc. Hlm 647.
Husen A. and Pal M. 2006. Variation in shoot anatomy and rooting behavior of
stem cuttings in relation to age of donor plants in teak (Tectona grandis
Linn. f.). New Forests 31:57-73.
Kramer, D.J. dan T.T Kozlowsky. 1960. Physiology of Trees, dalam Pengkajian
Penerapan Teknik Budidaya Rhizophora mucronata dengan Stek Hipokotil,
Mulyani, N., C. Kusmana, dan Supriyanto. 1999. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika 5 : 57-65.
Kshatri, B. Bahadur., Peter D. Kemp, John Hodgson, and N. R. Devkota .
Vegetative propagation of Ficus benjamina using non-sterile sand and
hardwood cuttings. Journal of Agronomy N.Z Vol 35. Nepal.
Listyanto, Adithya. 2008. Identifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jati di
Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi. Skripsi Sarjana Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pabelan.
23
Mukmin, Amiril. 2011. Menyelesaikan Rancangan Acak Lengkap Menggunakan
GenStat 12th Edition. Jakarta. Gramedia
Nair, A., Zhang, D. and Smagula, J. 2008. Rooting and over wintering stem cuttings
of Stewartia pseudocamellia Maxim. Relevant to Hormone, Media, and
Temperature. Hort Science. 43(7):2124-2128.
Novendra, I. Yanu. 2008. Karakteristik Biometrik Pohon Jati (Tectona grandis L.f.)
Studi Kasus di Bagian Hutan Bancar KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit
II, Jawa Timur. Skripsi Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pudjiono, S., dan H. Kondo., 1996. Technical Report for Conventional Vegetative
Propagation. Forest Tree Improvement Project No. 61. Kerjasama Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dangan Japan International
Cooperation Agency (JICA).
Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika edisi ke-3. Jakarta. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
24
LAMPIRAN
25
LAMPIRAN A
Tabel 5.1 Tally sheet Propagasi Vegetatif Kelompok 3
Jumlah tunas
daun
N Tangg Tecto
Waktu Ficus Foto
o al na
benjami
grandi
na
s
Pagi
01-
Pagi/So
1 Okt- 0/10 0/10
re Sore
16
02-
Pagi/So Pagi
2 Okt- 0/10 0/10
re
16
sore
03-
Pagi/So
3 Okt- 0/10 0/10
re
16
Pagi
26
Sore
04-
Pagi/So Pagi
4 Okt- 0/10 0/10
re
16
Sore
05-
Pagi/So Pagi
5 Okt- 0/10 0/10
re
16
Sore
06-
Pagi/So
6 Okt- 0/10 0/10
re
16
Pagi
27
Sore
07-
Pagi/So Pagi
7 Okt- 0/10 0/10
re
16
Sore
08-
Pagi/So
8 Okt- 0/10 0/10 Pagi
re
16
Sore
Pagi
09-
Pagi/So
9 Okt- 0/10 0/10
re
16
Sore
28
Pagi
10-
Pagi/So
10 Okt- 0/10 0/10
re
16
Sore
11- pagi
Pagi/So
11 Okt- 0/10 0/10
re
16
sore
12-
Pagi/So
12 Okt- 0/10 0/10 pagi
re
16
sore
13-
Pagi/So
13 Okt- 0/10 0/10
re
16
pagi
29
sore
14-
Pagi/So pagi
14 Okt- 0/10 0/10
re
16
sore
15-
Pagi/So pagi
15 Okt- 0/10 4/10
re
16
sore
16-
Pagi/So Pagi
16 Okt- 0/10 4/10
re
16
Sore
30
17-
Pagi/So Pagi
17 Okt- 0/10 4/10
re
16
Sore
18-
Pagi/So Pagi
18 Okt- 0/10 4/10
re
16
Sore
19-
Pagi/So
19 Okt- 0/0 4/10
re
16
Pagi
20-
Pagi/So
20 Okt- 0/0 5/10
re
16
Pagi
31
Sore
Pagi
21-
Pagi/So
21 Okt- 0/0 5/10
re
16
32