Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR BW3105

TEKNIK PROPAGASI VEGETATIF

Tanggal Praktikum : 30 September 2016 21 Oktober 2016

Tanggal Pengumpulan Laporan : 28 Oktober 2016

KELOMPOK 3

Nadya Syahidah F (11514010)

Silvi Rindiana (11514025)

Salsabilla Nur Feranti (11514031)

Adenna Yuska N. (11514035)

Muhammad Iqbal (11514055)

Louise (11514056)

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016

1
DAFTAR ISI

Daftar Tabel.......................................................................................................2
Daftar Gambar..................................................................................................2
Daftar Lampiran...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4

1.1 Latar Belakang............................................................................................4

1.2 Tujuan..........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
2.1 Teknik Propagasi Vegetatif........................................................................6
2.2 Rancangan Acak Lengkap..........................................................................6
BAB III METODOLOGI..................................................................................8
3.1 Waktu dan Lokasi........................................................................................8
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................8
3.3 Cara Kerja....................................................................................................9
3.4 Analisis Data...............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................13
4.1 Rancangan Acak Lengkap........................................................................13
4.2 Persen Hidup Stek.....................................................................................15
4.3 Jumlah Tunas Daun Stek..........................................................................16
4.4 Persen Stek Berakar..................................................................................17

4.5 Perbandingan Persen Hidup, Jumlah Tunas Daun, dan Persen Stek
Berakar pada Dua Jenis Tanaman Hutan yaitu Tectona grandis dan Ficus
benjamina..........................................................................................................19

4.6 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek Tectona grandis dan


Ficus benjamina................................................................................................20

4.7 Inovasi Teknologi yang Dapat Diterapkan dalam Teknik Propagasi


Vegetatif dengan Stek
Batang...............................................................................................................21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................22

2
5.1 Kesimpulan..............................................................................................22
5.2 Saran........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................23
LAMPIRAN..................................................................................................25
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN

3.1 Tabel data RAL....................................................................................10


3.2 Tabel ANOVA.......................................................................................11
4.1 Struktur Data RAL...............................................................................13
4.2 Tabel ANOVA.......................................................................................15
4.3 Jumlah tunas daun dari Stek batang Jati (Tectona grandis).............16

4.4 Jumlah Tunas Akar pada 20 stek Ficus benjamina dan Tectona
grandis...........................................................................................................17

5.1 Tally sheet Propagasi Vegetatif Kelompok 3......................................25

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

3.1 Peta Lokasi Persemaian........................................................................8


4.1 Gambar hasil uji komparatig dengan SPSS.......................................19

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A.............................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan kayu


yang semakin meningkat tersebut bila tidak diimbangi dengan usaha penanaman
kembali maka degradasi hutan tidak dapat dihindari. Oleh karena itu perlu segera
digalakkan usaha-usaha penanaman hutan. Sekarang ini sudah sangat sulit untuk
mendapatkan pohon-pohon penghasil kayu jenis setempat. Penyelamatan jenis-
jenis tanaman indigenous atau unggulan setempat perlu segera dilakukan. Jenis
pohon ungulan setempat beberapa diantaranya mempunyai harapan yang baik
untuk dikembangkan.
Pengembangan jenis pohon andalan setempat perlu segera dilakukan
mengingat sekarang ini eksploitasi terhadap jenis setempat ini sudah banyak
dilakukan sehingga tanaman ini sudah sangat jarang. Penebangan pohon-pohon
andalan setempat yang berfenotip baik banyak dilakukan hal ini akan
menyulitkan dalam mendapatkan calon kandidat pohon plus dari sebaran alami
pohon andalan setempat tersebut. (Pudjiono, 2010)
Untuk pengembangan jenis tanaman unggulan setempat perlu adanya
individu-individu pohon yang berfenotip baik. Hal ini penting karena diharapkan
pohon yang akan dikembangkan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi
dalam hal produksinya. Diharapkan pohon yang dipilih adalah pohon yang
unggul setelah melalui beberapa tahapan seleksi. Pohon unggul atau individu yang
berfenotip baik sebagai hasil pemuliaan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sementara di sisi lain bahwa kebutuhan akan bibit terhadap pohon-pohon unggul
sudah sangat mendesak harus didapat. Untuk itu salah satu cara
pengembangbiakan dari pohon unggul tersebut melalui perbanyakan tanaman
secara pembiakan vegetatif. (Pujiono, 2010)
Pembiakan vegetatif terbagi dua cara yaitu pembiakan vegetatif dengan
menggunakan teknologi tinggi seperti kultur jaringan. Pembiakan vegetatif jenis ini
membutuhkan biaya tinggi dan sumber daya manusia yang terdidik. Sedangkan
untuk jangka pendek dimana kemampuan biaya terbatas maka solusinya adalah
dengan pembiakan vegetatif makro. Pembiakan vegetatif makro seperti stek,
sambungan dan cangkok mudah dipelajari dan tidak begitu membutuhkan
teknologi yang canggih. Cara ini dapat diterapkan dimana saja asalkan disiplin
dalam pemeliharaannya dan memenuhi kaidah pengembangbiakan vegetatif makro
secara umum. Untuk mengatasi kebutuhan bibit yang mendesak diperlukan
suatu upaya. Salah satu cara untuk menjawab tantangan kebutuhan bibit unggul
adalah penggunaan bibit dari hasil pemuliaan pohon. Untuk memperbanyak

4
tanaman pada tahap populasi perbanyakan dilakukan dengan teknik pembiakan
vegetatif. Teknik perbanyakan vegetatif ini sangat bermanfaat dalam perbanyakan
tanaman karena tanaman baru yang dihasilkan mempunyai sifat genetik yang sama
seperti tanaman induknya. (Pudjiono, 2010)

1.2 Tujuan
Menentukan persen hidup stek batang Tectona grandis dan Ficus
benjamina
Menentukan jumlah tunas daun stek batang Tectona grandis dan Ficus
benjamina
Menentukan persen stek batang Tectona grandis dan Ficus benjamina
yang berakar
Membandingkan persen hidup stek, jumlah tunas daun, dan persen stek
berakar pada stek batang Tectona grandis dan Ficus benjamina
Menentukan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada keberhasilan
stek batang Tectona grandis dan Ficus benjamina

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Propagasi Vegetatif

Propagasi Vegetatif merupakan salah satu teknik perbanyakan tumbuhan


generasi baru menggunakan bagian vegetatif dari tanaman induknya. Teknik ini
dilakukan jika persediaan benih menurun, kualitas benih kurang baik, dan tanaman-
tanaman yang musim berbunganya tidak menentu. Maka diperlukan suatu teknik
alternatif untuk menunjang kebutuhan bibit baru. Teknik vegetatif banyak memiliki
kelebihan. Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain
keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya,
produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat
secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang
cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya
relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan
berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih
cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono,
1996).

2.2 Rancangan Acak Lengkap

Pada pengamatan perkembangan stek vegetatif Gmelina arborea dan


Ficus benjamina, digunakan perancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Perancangan percobaan dilakukan sebagai prosedur untuk menempatkan
perlakuan ke dalam unit-unit percobaan dengan tujuan mendapatkan data yang
memenuhi persyaratan ilmiah (Harjosuwono et al, 2011). Rancangan Acak
Lengkap (RAL) termasuk rancangan faktor tunggal (hanya terdiri dari satu faktor)
merupakan rancangan yang paling sederhana jika dibandingkan rancangan-
rancangan lainnya (Boediono et all., 2001). Dalam rancangan ini tidak terdapat
lokal kontrol, sehingga sumber keragaman yang diamati hanya perlakuan dan
galat. RAL hanya cocok digunakan pada kondisi lingkungan, alat, bahan dan
media yang homogen. Kondisi ini biasanya hanya dapat dicapai di ruang-ruang

6
terkontrol seperti di laboratorium dan rumah kaca (green house) (Salamah dan
Susilaningrum, 2009).

Pengamatan dilakukan dengan memberikan 2 jenis perlakuan yang berbeda,


yaitu stek vegetatif Gmelina arborea dan Ficus benjamina. Pengulangan dilakukan
10 kali untuk masing-masing jenis sehingga dibuat 20 petak percobaan yang berupa
polybag. Secara singkat, tahap-tahapnya berupa pengacakan dengan bantuan
software Microsoft Excel dan perankingan. Pengacakan merupakan salah satu
aspek penting di dalam perancangan percobaan (desain eksperimen). Dengan
pengacakan, dapat dijamin keobjektifan data yang diambil dari sample dan
ketidakadilan peletakan perlakuan dan penarikan contoh dapat dihindari sehingga
data yang diperoleh dari pengukuran sampel diasumsikan telah mewakili populasi
sesungguhnya (Salamah dan Susilaningrum, 2009).
Sementara, pengulangan berfungsi untuk memberikan suatu dugaan dari
galat percobaan, meningkakan ketelitian percobaan, memperluas cakupan
penarikan kesimpulan, dan mengendalikan ragam galat (error variance) sehingga
data yang dihasilkan memiliki objektivitas tinggi (Sudjana, 1989). Pada
pengamatan kali ini, dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali.
Setelah dilakukan pengacakan dan menambahkan unsur pengulangan pada
software Microsoft Excel dan SPSS, diperoleh tabel penempatan perlakuan sebagai
berikut:

F1 F9 J1 J8 F6
F8 J7 F4 J5 F10
J3 J9 J6 J10 F2
F3 J4 J2 F5 F7

Dengan F melambangkan Ficus benjamina dan J melambangkan Tectona


grandis.
Menurut Sudjana (1989), beberapa keuntungan dari penggunaan RAL antara lain
denah percobaan yang lebih mudah, analisis statistik terhadap subjek percobaan
cukup sederhana, fleksibel dalam penggunaan jumlah perlakuan dan ulangan, dan
risiko kehilangan informasi (data-hilang) relatif lebih kecil dibandingan dengan
perancangan yang lain. Sementara, beberapa kekurangan dalam penggunaan RAL
antara lain persyaratan kondisi sampel yang harus homogen, tidak mungkin
dilakukan pada kondisi lingkungan yang tidak seragam, dan jumlah ulangan yang
rendah akan memberikan hasil yang tidak konsisten

7
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi

Praktikum teknik propagasi dilakukan dalam tiga minggu dimulai pada


tanggal 30 September 2016 hingga 21 Oktober 2016. Praktikum ini dilaksanakan
di lokasi persemaian yang terletak pada selatan Asrama ITB Jatinangot dengan
koordinat 65537.74 LS dan 1074604.10 BT. Berikut merupakan peta lokasi
persemaian.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Persemaian


Sumber: Google Earth
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum teknik propagasi digunakan peralatan seperti gunting stek,
ember, embrat, polybag, dan cangkul. Bahan yang digunakan pada praktikum ini
adalah top soil, kompos, stek batang dari tanaman Tectona grandis dan Ficus
benjamina, serta ZPT.

8
3.3 Cara Kerja

9
3.4 Analisis Data

Sebelum dilakukan analisis statistik, yang pertama kali dihitung setelah


pengamatan selama satu bulan adalah persen tumbuh, jumlah daun, dan persen
berakar.
Cara mengkalkulasikan persen tumbuh yakni dengan:

=

Untuk jumlah daun, cukup dengan menghitung jumlah daun yang tumbuh
pada batang stek setelah sebulan.
Sedangkan untuk persen berakar, yang dibandingkan adalah jumlah stek
yang berakar dengan stek yang hidup. Rumusnya adalah:

=

Untuk analisis statistik, pertama data dibuat tabulasi data Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 10 ulangan, seperti pada tabel di bawah.
Tabel 3.1 Tabel data RAL
Perlakuan
Ulangan Total
J (Tectona grandis) F (Ficus benjamina)
1 Y11 Y21 Y.1
2 Y12 Y22 Y.2
3 Y13 Y23 Y.3
4 Y14 Y24 Y.4
5 Y15 Y25 Y.5
6 Y16 Y26 Y.6
7 Y17 Y27 Y.7
8 Y18 Y28 Y.8
9 Y19 Y29 Y.9
10 Y110 Y210 Y.10
Total Y1. Y2. Y..
Tabel 3.1 Tabel data RAL dengan 2 perlakuan dan 10 ulangan
Dengan model linear seperti berikut:
= +

10
= ( ) +
= + +
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
i = 1, 2, 3, , t
j = 1, 2, 3, , ri
= mean perlakuan ke-i
i = pengaruh perlakuan ke-i
t = jumlah perlakuan
ri = banyaknya ulangan dari perlakuan ke-i
Hasil dari Analisis Ragam ini adalah salah satu dari
H0, artinya tidak ada pengaruh perlakuan terhadap hasil yang diteliti;
atau
H1, artinya minimal ada Satu perlakuan yang memepengaruhi hasil.
Keputusan (dalam taraf nyata 5%) berupa penerimaan atau penolakan H0
berdasarkan Fhitung dan Ftabel yang jika Fhitung Ftabel maka H0 ditolak dan H1
diterima. Jika Ftabel Fhitung maka H1 ditolak dan H0 diterima. Fhitung secara
sistematis diperoleh dari Tabel Analisis Ragam atau yang biasa disebut dengan
tabel ANOVA seperti yang ditujukan oleh tabel 3.2 :
Tabel 3.2 Tabel Analisis Ragam atau Tabel ANOVA

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Fhitung Ftabel


keragaman Bebas (db) Kuadrat Tengah
(JK) (KT)
Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTG
Galat t(r-1) JKG KTG
Total tr-1 JKT
Dimana:
2
= 2

()2
=

11
()2
=

= +

=
1

=
1

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rancangan Acak Lengkap

Rancangan acak lengkap (RAL) adalah jenis rancangan percobaan yang paling
sederhana dan paling mudah jika dibandingkan dengan jenis rancangan percobaan
yang lain. RAL hanya bisa dilakukan pada percobaan dengan jumlah perlakuan
yang terbatas dan satuan percobaan harus homogen atau faktor luar yang dapat
mempengaruhi percobaan harus dapat dikontrol. (Mukmin, 2011).

4.1.1 Struktur Data Rancangan Acak Lengkap

Struktur data pengamatan untuk RAL yang terdiri dari t perlakuan dan r
ulangan disajikan sebagai berikut,

Tabel 4.1 Struktur Data RAL


Perlakuan
1 2 T Total
Y11 Y21 Yt1
Y12 Y22 Yt2

Y1r Y2r Ytr
Total Y1. Y2. Yt. Y..

Nilai Tengah (Rata-rata) y1. y 2. yt. y..

(Gaspersz, 1995)

4.1.2 Model Linier Dan Analisis Ragam Rancangan Acak Lengkap

Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan paling sederhana.

Rancangan Acak Lengkap (RAL), data percobaan menggunakan model sebagai


berikut,

13
Model : Y = 1 +i + ij

Dimana : Yij : hasil pengamatan pada perlakuan ke-i, pengulangan ke-j

i : rata-rata populasi

ij : error pada perlakuan ke-i, pengulangan ke-j

(Walpole, 1995)

Asumsi yang dibutuhkan untuk analisis rancangan acak lengkap model tetap
adalah

i =0 dan var ( ij )= 2 untuk semua ij serta IIDN( 0, 2 )

4.1.3 Uji Homogenitas Varians

Dalam melakukan suatu eksperimen, harus dilakukan pemeriksaan varians


dari beberapa kelompok perlakuan. Untuk menguji kelompok tersebut bersifat
homogen atau tidak. Pemeriksaan tersebut menggunakan uji Bartlett.

Salah satu asumsi dalam uji nyata adalah E( ( ij2 ) 2 . Untuk mengetahui
apakah asumsi ini terpenuhi, maka data percobaan dapat diuji apakah mempunyai
ragam yang homogen.
Hipotesis yang akan diuji adalah
H0 : 12 22 ... t2 (varians homogen)
H1 : Minimal ada satu perlakuan yang ragamnya tidak sama dengan yang lain
Statistik uji yang digunakan adalah

x 2 2.3026 (r 1) log s (r 1) log s


i i
2
i
2
1

(2.1)
Statistik ini akan menyebar mengikuti sebaran khi-kuadrat dengan derajat
2
bebas v = t-1. Dengan demikian jika x2 lebih besar daripada x ( t 1)
maka H0 ditolak
(Gaspersz, 1995).

4.1.4 ANOVA (Analysis of Varians)

Hipotesis dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut.

H0 : 1 = 2 ==n (tidak ada perbedaan)

H1 : minimal ada satu yang beda i j

14
Statistik Uji yang digunakan adalah sebagai berikut.


Fhitung =

(2.2)

Daerah kritis adalah sebagai berikut.

Tolak H0, jika Fhitung > Ftabel atau Pvalue , dengan = 5%. (Walpole, 1995)

Proses perhitungan:

Tabel 4.2 Tabel ANOVA


F Tabel
Sumber
Db JK KT F hitung
Keragaman 5%

Perlakuan k-1 JKP KTP KTP/KTG


Galat k(n-1) JKG KTG
Total kn-1 JKT - - -
.
4.2 Persen Hidup Stek

Setelah satu bulan, jumlah stek batang jati (Tectona grandis) dan beringin
(Ficus benjamina) yang hidup masing masing adalah 10 batang dari total 10
batang setiap jenis. Itu berarti, persen hidup kedua jenis stek adalah 100%.
Menurut Solikhin (2003), persen hidup stek tertinggi berdasarkan hasil
percobaannya adalah 34,56%. Perbedaan persen tumbuh yang mencolok
dikarenakan stek jati hasil percobaan kelompok ditempatkan pada kondisi
lingkungan (seperti cahaya matahari, suhu udara, kelembaban, media tumbuh) yang
berbeda dan dengan perlakuan yang agak berbeda juga.
Untuk persen hidup stek Ficus benjamina, mengacu pada kerabat dekatnya
Ficus variegata, persen hidupnya adalah 65% (Setiawan, 2014). Faktor yang
mempengaruhi persen tumbuh stek hingga berbeda dengan literatur adalah kondisi
lingkungan.

15
4.3 Jumlah Tunas Daun Stek

Penghitungan dilakukan setiap hari selama 3 minggu, terhitung sejak


tanggal 30 September 21 Oktober 2016. Selama waktu pengamatan dan
pemeliharaan , stek batang dalam polybag selalu disiram dan diambil gambarnya
untuk digunakan sebagai perbandingan di setiap harinya. Dari 2 jenis stek batang
yaitu Tectona grandis dan Ficus benjamina, stek yang mengalami pertumbuhan
tunas daun hanya stek dari jenis Jati (Tectona grandis). Dari 10 stek batang dari
tanaman jati, hanya 4 stek batang yang tumbuh tunas daun, 6 stek batang lainnya
tidak teramati tumbuhnya tunas daun, melainkan hanya tumbuh akar. Sementara
untuk stek batang dari tanaman Ficus benjamina hanya tumbuh tunas akar saja.
Jumlah tunas daun dari stek batang jati ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Jumlah tunas daun dari Stek batang Jati (Tectona grandis)

Nomor Stek Jumlah tunas


J1 0
J2 2
J3 0
J4 4
J5 0
J6 7
J7 0
J8 0
J9 0
J10 6

Tunas pada tanaman Beringin tidak tumbuh dimungkinkan karena batang


yang dijadikan stek sudah berumur lebih tua dari yang seharusnya cocok digunakan
untuk stek batang. Batang tanaman yang akan dijadikan stek sebaiknya dipilih yang
masih berwarna cerah dan tidak terlalu keras (Sudrajat, 2005). Menurut perhitungan
Sudrajat (2005), stek batang Beringin (Ficus benjamina) sudah mulai tumbuh tunas

16
pada minggu ke 2 dengan jumlah tunas bervariasi antara 1-6 tunas, dan rata-rata
tunas daun setelah masa penelitian (2 bulan) adalah 2,46 tunas.

Sedangkan pada tanaman Jati, jumlah tunas yang akan tumbuh tergantung
pada perlakuan pra penanaman stek batang itu sendiri. Perendaman dengan Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) memiliki peran penting dalam menunjang tumbuhnya
bakal tunas baru pada stek batang (Hartman, 1961). Selain itu, faktor lingkungan
dan teknik pemangkasan juga berpengaruh terhadap tumbuhnya tunas daun. Teknik
pemotongan batang yang akan dijadikan stek dan kondisi lingkungan yang sesuai
akan menghasilkan stek dengan tunas daun yang banyak pula.

4.4 Persen Stek Berakar

Pada pengamatan terakhir tanggal 21 Oktober 2016 dengan total 21 hari


percobaan, didapat jumlah akar pada 20 stek Ficus benjamina dan Tectona grandis
seperti berikut.

Tabel 4.4 Jumlah Tunas Akar pada 20 stek Ficus benjamina dan Tectona grandis

Urutan Ficus Jumlah tunas Urutan Tectona Jumlah tunas


benjamina akar grandis akar

1 21 1 8

2 18 2 3

3 22 3 0

4 29 4 7

5 0 5 5

6 0 6 10

7 9 7 17

8 36 8 16

9 29 9 10

17
10 0 10 4

Apabila dihitung dengan rumus


Persen Stek Berakar = 100%

maka akan didapat persen stek berakar Ficus benjamina adalah 70% (dari 10 stek
batang) dan persen stek berakar Tectona grandis adalah 90% (dari 10 stek batang).
Menurut penelitian Husen dan Pal (2006) didapat persen stek berakar pada Tectona
grandis selama 45 hari pada 50 stek batang adalah 77.3% dengan umur individu
sumber stek adalah dua bulan, 53,3% dengan umur individu sumber stek adalah 15
tahun dan 37,9% dengan umur individu sumber stek adalah 30 tahun. Hal ini
berbeda dengan hasil percobaan yaitu didapat nilai persen stek berakar 90%
dikarenakan waktu pengamatan yang berbeda (pada percobaan hanya 21 hari)
sehingga dapat menghasilkan kemungkinan pertumbuhan yang berbeda. Selain itu,
pemberian kandungan pada ZPT yang berbeda dapat memengaruhi pertumbuhan
(pada literatur digunakan Auksin) serta penggunaan individu untuk dilakukan stek
memiliki umur yang berbeda dapat memengaruhi hasil perakaran (individu yang
lebih dewasa mengalami penurunan kadar auksin serta memiliki fisiologis yang
lebih tua) (Greenwood and Hutchinson 1993).

Pada penelitian Babaie dkk. (2014), didapat nilai persen stek berakar Ficus
benjamina selama 50 hari adalah 61,6% ketika dilakukan perlakuan vegetatif pada
akhir bulan Juni dan 73,3% ketika dilakuan perlakuan vegetatif pada awal bulan
September. Hal ini mendekati dengan perlakuan Ficus benjamina yang memiliki
nilai stek berakar adalah 70% pada akhir bulan September. Hal-hal yang
memengaruhi pertumbuhan salah satunya adalah penggunaan auksin yang meliputi
kadar dan orisinalitasnya (alami/sintetik). Auksin merangsang pembentukan akar
adventif pada banyak spesies dengan cara memfasilitasi transfer karbohidrat dan
bahan nitrogen ke dasar pemotongan dan primordia akar, sehingga alami atau
sintetik serta kadar auksin yang digunakan akan berpengaruh (Hartman dkk., 2002).
Selain penggunaan auksin, waktu pemotongan dari individu sumber stek juga
berpengaruh. Pemotongan pada bulan September lebih baik dari bulan Juni
dikarenakan suhu tinggi pada bulan Juni dapat menyebabkan pemberian panas

18
cahaya tinggi dan mengurangi kelembaban yang sehingga berpengaruh pada
pengurangan perakaran. Selain waktu pemotongan, kondisi mikroklimat pada
greenhouse juga berpengaruh pada perakaran (Nair et al., 2008).

4.5 Perbandingan Persen Hidup, Jumlah Tunas Daun, dan Persen Stek
Berakar pada Dua Jenis Tanaman Hutan yaitu Tectona grandis dan
Ficus benjamina
Setelah dipakai uji komperatif menggunakan software SPSS didapat lah hasil seerti
gambar 4.1

Gambar 4.1 uji komperatif melalui software SPSS

Pada gambar terlihat bahwa nilai dari kolom sig adalah 0 , hal ini berarti H0
diterima.
Dalam uji statistika terdapat 2 Hipotesis yang di ajukan yaitu H0 dan H1
H0 berarti perlakuan yang kita berikan tidak memberikan pengaruh kepada objek,
sedangkan H1 berarti ada pegaruh atas perlakuan yang kita berikan walau pun itu
Cuma 1 pengaruh terhadap 1 objek.
Dalam kasus kali ini H0 diterima dan H1 ditolak dengan pembuktian hasil
uji komperatif antar 2 variabel pada software SPSS,perbandingan antara persen
hidup dengan persen stek akar pada keduanya bisa dinyatakan bagus karena pada
Ficus benjamina itu adalah 100% banding 70% merupakan angka yang cukup
fantastis karena pada literatur tidak mencapai angka setinggi itu.

19
4.6 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek Tectona grandis dan
Ficus benjamina

Pada praktikum kali ini, bahan stek yang digunakan merupakan Ficus
benjamina dan Tectona grandis. Dilihat dari hasil akhir setelah 4 minggu, bibit-
bibit Tectona grandis mengalami pertumbuhan daun pada tunasnya sebanyak 4
bibit dari 10 bibit. Sedangkan bibit Ficus benjamina sama sekali tidak menunjukkan
adanya pertumbuhan.
Secara umum, faktor-faktor fisiologis tanaman yang mempengaruhi
pertumbuhan pada penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas
dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh
(Kramer dan Kozlowzky, 1960). Jika dianalisis satu persatu, keberadaan tunas pada
stek secara keseluruhan sama rata, karena batang dipotong per-dua nodul. Maka
poin ini tidak dapat digunakan sebagai poin untuk analisis. Poin selanjutnya adalah
jenis tanaman.
Menurut Figa (2007), pertumbuhan bibit stek Ficus benjamina sangat
dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Hal ini berdasarkan penelitian bahwa tanaman
pada bibit beringin yang hidup tanpa naungan tanaman jauh lebih tinggi dari pada
dengan naungan yang mengalami pertumbuhan yang relatif lambat. Sedangkan
kondisi cuaca selama satu bulan cenderung hujan dan munculnya matahari hanya
beberapa jam. inilah salah satu alasan tidak adanya pertumbuhan pada bibit Ficus
benjamina. Jika dilihat dari faktor genetik, Ficus benjamina memiliki karakter
tersendiri. Menurut Kshatri (2005), Ficus benjamina mulai berakar pada hari ke-
55. Hal inilah yang menyebabkan pada hasil pengamatan ditunjukkan tidak adanya
daun yang tumbuh pada seluruh bibit Ficus benjamina karena pengamatan
propagasi ini hanya dilakukan selama 30 hari.
Menurut Lemmens dan Soerienegara (2002), jati tumbuh paling baik dan
mencapai dimensi-dimensi terbesar dalam suatu iklim tropika lembab, tetapi pohon
ini memerlukan satu musim kemarau yang jelas, yaitu antara 3-4 bulan dengan
intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Bahkan, salah satu sumber
menyatakan bahwa kebakaran hutan yang tidak terlalu besar justru mengakibatkan
proses pemurnian tegakan jati, biji jati terdorong untuk berkecambah, pada saat
jenis-jenis pohon lain mati. Dilihat dari persyaratan-persyaratan tersebut, bibit jati
membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi untuk mendapatkan
pertumbuhan yang maksimal pada pertumbuhan awal. Beberapa jam dalam
beberapa hari dalam satu bulan pengamatan, terdapat intensitas cahaya yang cukup
tinggi yang menyebabkan 3 dari 10 bibit mengeluarkan daun dari tunasnya secara
hampir bersamaan. Daun pada 1 bibit selanjutnya muncul pada minggu ke 4. Hal
ini dapat disebabkan karena pertumbuhan akar pada tanaman stek jati dimulai pada
minggu ke 3 sampai minggu ke 4 (Novendra, 2008).
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan bibit jati adalah tanah basa (pH 6-8),
memiliki aerasi yang baik, banyak mengandung unsur kalsium (Ca) dan Fosfor (P),
serta bahwa Jati tidak tahan terhadap genangan air (Listyanto, 2008). Pada hasil
pengamatan selama satu bulan, karakteristik tanah cenderung basah dengan

20
penyinaran matahari yang minim. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan stek
Jati hanya mencapai angka 40%. Keberadaan jamur pada salah satu polybag
menyebabkan tidak tumbuhnya daun pada stek tanaman jati. Hal ini sesuai dengan
penelitian Astuti (2013) yang menyatakan bahwa adanya jamur pada media tanam
stek jati akan menghambat pertumbuhan akar yang secara masif akan menyebabkan
kematian pada sel-sel akar.

4.7 Inovasi Teknologi yang Dapat Diterapkan dalam Teknik Propagasi


Vegetatif dengan Stek Batang

Permasalahan utama dalam teknik propagasi vegetatif dengan stek batang


adalah persen tumbuh yang tergantung pada perlakuan pra penanaman. Teknik
pemangkasan yang baik diperlukan agar jaringan pada batang tidak rusak. Jika
jaringan rusak, maka akar dan daun akan sulit muncul dari stek (Campbell, 2006).

selain itu kadar ZPT juga perlu diperhatikan dalam perendaman calon stek
batang. maka dengan adanya berbagai kendala yang mempengaruhi pertumbuhan
pada teknik propagasi vegetatif ini , perlu adanya suatu inovasi metode dalam
mengatasi permasalahan tersebut. pembuatan pisau yang khusus untuk memotong
batang dengan sudut tertentu dapat diciptakan demi menghasilkan sudut terbaik
pada pertumbuhan stek. selain itu, alat pendeteksi kadar ZPT pada stek juga dapat
diciptakan untuk mengetahui kadar yang sudah tepat sesuai kebutuhan batang stek.
Dengan begitu, pertumbuhan stek batang dapat lebih dimaksimalkan melalui
pembuatan alat-alat tersebut.

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Persen hidup stek batang Tectona grandis adalah 100%, sedangkan


persen tumbuh stek batang Ficus benjamina adalah 100%
Jumlah tunas daun stek batang Tectona grandis adalah 4 batang dan
Ficus benjamina adalah tidak ada sama sekali
Persen stek batang Tectona grandis yang berakar 90% adalah dan Ficus
benjamina yang berakar adalah 70%
Membandingkan persen hidup stek, jumlah tunas daun, dan persen stek
berakar pada stek batang Tectona grandis dan Ficus benjamina persen
hidup mereka sebanding
Menentukan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada keberhasilan
stek batang Tectona grandis dan Ficus benjamina

5.2 Saran

Teknik pemangkasan harap dilakukan dengan benar dan persediaan batang untuk
dijadikan stek sebaiknya memilih yang lebih muda dan tidak disediakan secara
mendadak.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, R. Widya. 2013. Pengaruh Biofungisida terhadap Perakaran Stek Pucuk


Jati di Persemaian UBH-KPWN Wonocatur, Bantul. Skripsi Sarjana
Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Babaie, H., Hossein Z., dan Khodayar H. 2006. Propagation on Ficus benjamina
var. Starlight by Stenting Technique under Different Concetrations of IBA
in Various Times of Taking Cutting. Journal of Ornamental Plants, Vol. 4,
No. 2: 75-79.
Boediono dan Koester,Wayan,2001.Teori dan Aplikasi Statistika dan
Probabilitas.Bandung: PT Rosdakarya.
Campbell, N.A. 2006. Biology : Concept and connection. Pearson : San Fransisco

Figa, 2007. Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi. Pasuruan: UPT Balai
Konservasi LIPI.
Gaspersz, Vincent. 1995. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan Jilid 1.
Bandung. Tarsito
Greenwood, M. S. dan Hutchinson K. W. 1993. Maturation as developmental
process. Ahuja M. R. and Libby W. J. (eds), Clonal Forestry, Vol. 1.
Springier-Verlag, Berlin Heidelberg, New York, pg. 14-33.
Harjosuwono, B. A., Arnata, I. W. & Puspawati, G. A. K. D. (2011). Rancangan
Percobaan Teori, Aplikasi SPSS dan Excel. Malang:Lintas Kata Publishing
Hartman, H. T. dan D. E. Kester. 1961. Plant Propagation, Principle and Practises.
Prentice Hall Inc, New York.
Hartman, H.T., Kester, D.E., Davies, Jr. F.T. and Geneve, R.L. 2002. Plant
propagation: Principles and Practices. 5th Ed. New Jersey: Prentice-Hall
Inc. Hlm 647.
Husen A. and Pal M. 2006. Variation in shoot anatomy and rooting behavior of
stem cuttings in relation to age of donor plants in teak (Tectona grandis
Linn. f.). New Forests 31:57-73.
Kramer, D.J. dan T.T Kozlowsky. 1960. Physiology of Trees, dalam Pengkajian
Penerapan Teknik Budidaya Rhizophora mucronata dengan Stek Hipokotil,
Mulyani, N., C. Kusmana, dan Supriyanto. 1999. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika 5 : 57-65.
Kshatri, B. Bahadur., Peter D. Kemp, John Hodgson, and N. R. Devkota .
Vegetative propagation of Ficus benjamina using non-sterile sand and
hardwood cuttings. Journal of Agronomy N.Z Vol 35. Nepal.
Listyanto, Adithya. 2008. Identifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jati di
Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi. Skripsi Sarjana Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pabelan.

23
Mukmin, Amiril. 2011. Menyelesaikan Rancangan Acak Lengkap Menggunakan
GenStat 12th Edition. Jakarta. Gramedia
Nair, A., Zhang, D. and Smagula, J. 2008. Rooting and over wintering stem cuttings
of Stewartia pseudocamellia Maxim. Relevant to Hormone, Media, and
Temperature. Hort Science. 43(7):2124-2128.
Novendra, I. Yanu. 2008. Karakteristik Biometrik Pohon Jati (Tectona grandis L.f.)
Studi Kasus di Bagian Hutan Bancar KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit
II, Jawa Timur. Skripsi Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pudjiono, S., dan H. Kondo., 1996. Technical Report for Conventional Vegetative
Propagation. Forest Tree Improvement Project No. 61. Kerjasama Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dangan Japan International
Cooperation Agency (JICA).

Pujiono, S. (2010). Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Pada


Pemuliaan Pohon, 2-3. Retrieved 10 27, 2016, from
http://repository.unair.ac.id/30360/1

Salamah, M.,Susilaningrum, D.2009.Modul Praktikum Pengantar Metode


Statistika.Surabaya:ITS
Setiawan, Arif. 2014. Studi Awal Perbanyakan Vegetatif Nyawai (Ficus
variegata) dengan Metode Stek. Yogyakarta: Balai Besar Penelitiaan
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Soerianegara, I and R. H. M. J. Lemmens. 2002. Plant resources of South East


Asia N0 5(1). Timber trees: major commercial timbers. Bogor.
Solikhin, Ali. 2003. Studi tentang Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk dan
Pengelolaan Kebun Pangkas Jati. Bogor: Jurusan Manajemen Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sudjana, 1989. Desain Dan Analisis Eksperimen edisi ke III. TARSITO :


Bandung. Hal.1-20

Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika edisi ke-3. Jakarta. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.

24
LAMPIRAN

25
LAMPIRAN A
Tabel 5.1 Tally sheet Propagasi Vegetatif Kelompok 3

Jumlah tunas
daun
N Tangg Tecto
Waktu Ficus Foto
o al na
benjami
grandi
na
s

Pagi

01-
Pagi/So
1 Okt- 0/10 0/10
re Sore
16

02-
Pagi/So Pagi
2 Okt- 0/10 0/10
re
16

sore

03-
Pagi/So
3 Okt- 0/10 0/10
re
16
Pagi

26
Sore

04-
Pagi/So Pagi
4 Okt- 0/10 0/10
re
16

Sore

05-
Pagi/So Pagi
5 Okt- 0/10 0/10
re
16

Sore

06-
Pagi/So
6 Okt- 0/10 0/10
re
16

Pagi

27
Sore

07-
Pagi/So Pagi
7 Okt- 0/10 0/10
re
16

Sore

08-
Pagi/So
8 Okt- 0/10 0/10 Pagi
re
16

Sore

Pagi
09-
Pagi/So
9 Okt- 0/10 0/10
re
16

Sore

28
Pagi
10-
Pagi/So
10 Okt- 0/10 0/10
re
16

Sore

11- pagi
Pagi/So
11 Okt- 0/10 0/10
re
16

sore

12-
Pagi/So
12 Okt- 0/10 0/10 pagi
re
16

sore

13-
Pagi/So
13 Okt- 0/10 0/10
re
16
pagi

29
sore

14-
Pagi/So pagi
14 Okt- 0/10 0/10
re
16

sore

15-
Pagi/So pagi
15 Okt- 0/10 4/10
re
16

sore

16-
Pagi/So Pagi
16 Okt- 0/10 4/10
re
16

Sore

30
17-
Pagi/So Pagi
17 Okt- 0/10 4/10
re
16

Sore

18-
Pagi/So Pagi
18 Okt- 0/10 4/10
re
16

Sore

19-
Pagi/So
19 Okt- 0/0 4/10
re
16

Pagi

20-
Pagi/So
20 Okt- 0/0 5/10
re
16

Pagi

31
Sore

Pagi

21-
Pagi/So
21 Okt- 0/0 5/10
re
16

32

Anda mungkin juga menyukai