Anda di halaman 1dari 41

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antenatal Care (ANC)

2.1.1 Pengertian ANC

Pemeriksaan ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan

kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan,

kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara

wajar. ANC sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko

kehamilan. Menurut World Health Organization (WHO), ANC untuk mendeteksi

dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat

menurunkan AKI dan memantau keadaan janin. (buku keperawatan maternal).

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik

untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan. (ilmu kebidanan di tab)

2.1.2 Tujuan Antenatal Care

Tujuan asuhan kehamilan adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

ibu serta janin.


3. Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan dalam

kehamilan serta kemungkinan komplikasi yang tejadi selama masa

kehamilan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat

(baik ibu maupun bayinya), dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berlangsung normal dan pemberian

ASI ekslusif dapat berjalan lancar

6. Mempersiapkan ibu dan keluarga sehingga dapat berperan dengan baik

dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang dengan

normal.

Tujuan Pelayanan antenatal terpadu menurut Depkes adalah pelayanan

antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.

Tujuan umum adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh

pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan

dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Tujuan

khusus adalah :

1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan

berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling

KB dan pemberian ASI.

2. Menghilangkan missed opportunity pada ibu hamil dalam

mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan

berkualitas.
3. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu

hamil.

4. Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu

hamil sedini mungkin.

5. Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai

dengan sistem rujukan yang ada.(pedoman anc di data)

2.1.3 Kunjungan ANC

Pada setiap kali kunjungan ANC, perlu didapatkan informasi yang sangat

penting yaitu:

1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama sebelum 14

minggu

a. Membangun hubungan saling percaya antara petugas

kesehatan dan ibu hamil.

b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum

yang merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.

d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk

menghadapi komplikasi

e. Mendorong perilaku yang sehat selama kehamilan (gizi,

latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua antara minggu 14-

28.
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai

preeklamsia (tanyakan pada ibu tentang gejala-gejala preeklamsia,

pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui

proteinuria).

3. Dua kali kunjugan selama trimester ketiga antara minggu 28-36

dan sesudah minggu ke 36

a. Antara minggu 28-36 sama seperti di atas ditambah

palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan

ganda

b. setelah 36 minggu sama seperti di atas ditambah proses

persalinan dan kepastian letak serta posisi janin. (buku

kehamilan fisiologis dan patologis)

2.1.4 Standar ANC

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), standar pelayanan antenatal

ada 6 :

1. Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

motivasi ibu, suami dan anggota keluarga agar mendorong ibu untuk

memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur. Hasil yang

diharapkan:
a. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan.

b. Ibu, suami dan masyarakat mengetahui dan menyadari manfaat

pelayanan kehamilan secara dini dan teratur.

c. Meningkatkan ibu hamil sebelum kehamilan 12 minggu

2. Pemantauan dan pelayanan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pelayanan

meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk

menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus

mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan, khususnya anemi, kurang

gizi, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS), dan infeksi human

immune deficiency virus / acquired immune deficiency syndrome (HIV /

AIDS), memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan

kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas.

Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila

ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang

diperlukan dan melakukan rujukan. Hasil yang diharapkan:

a. Ibu hamil mendapatkan pelayanan minimal 4 kali selama

kehamilan.

b. Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.

c. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan.

d. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda

bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.


e. Mengurus trasnportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi

kedaruratan.

3. Palpasi abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, bila umur

kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya

kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta

melakukan rujukan tepat waktu. Hasil yang diharapkan:

a. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik.

b. Diagnosis dini kelainan letak dan merujuknya sesuai dengan

kebutuhan.

c. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta

merujuknya sesuai dengan kebutuhan.

4. Pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan atau

rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Hasil yang diharapkan adalah:

a. Ibu dengan anemia berat segera dirujuk.

b. Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia.

c. Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia.


5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan tekanan darah

pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia serta

mengambil tindakan yang tepat untuk merujuk. Hasil yang diharapkan

adalah:

a. Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang

memadai dan tepat waktu.

b. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsi.

6. Persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarganya pada trimester III, untuk memastikan bahwa persiapan

persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan

direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya

untuk merujuk bila terjadi gawat darurat. Hasil yang diharapkan adalah:

a. Ibu hamil dan masyarakat tergerak untuk merencanakan persalinan

yang bersih dan aman.

b. Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai.

c. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin

jika perlu.

d. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan. (di buku

ANC fokus)
Dalam melaksanakan pelayanan ANC ada sepuluh standar

pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang

dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah

sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :

a. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan.

Suatu teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan untuk menilai

status gizi ibu dengan timbangan pada waktu setiap pemeriksaan.

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil

dihitung dari Trimester (TM) I sampai TM III yang berkisar anatar 9-

13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong

normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran

tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko

terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga

panggul.

b. Ukur tekanan darah.

Pada saat kehamilan, tekanan darah seorang ibu merupakan faktor

penting dalam memberikan makanan pada janin. Pengaturan tekanan

darah selama kehamilan sangat tergantung pada hubungan antara

curah jantung dan tekanan atau resistensi pada pembuluh darah, yang

keduanya berubah selama kehamilan. Tekanan darah yang normal

110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu

diwaspadai adanya preeklampsi.


c. Nilai status gizi

Selain menggunakan timbangan berat badan, mengukur status gizi

ibu hamil dapat dilihat dari lingkar lengan atas (LILA) setiap kali ibu

datang periksa. Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak

pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis

(KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa

bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan

KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

d. Ukur tinggi fundus uteri.

Pembesaran rahim yang dapat dilihat dan diraba dari luar berdasarkan

umur kehamilan dapat menjadi pegangan memperkirakan janin dalam

rahim dan tuanya umur kehamilan. Dengan makin besar rahim,

terjadi penambahan berat badan ibu hamil.

e. Tentukan posisi janin dan detak jantung janin

Pada kehamilan yang lebih tua dapat dilakukan evaluasi terhadap

gerakan janin dalam rahim, perabaan kerangka janin, pendengaran

terhadap detak jantung janin, perkiraan umur kehamilan dan

perkiraan persalinan dengan menilai tinggi rahim. Metode

pemeriksaan yang lazim dilakukan dengan teknik Leopold dapat

ditemukan kedudukan janin. Untuk menilai denyut jantung janin

dapat menggunakan funanduscope ataupun doppler.


f. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid/ TT lengkap.

Imunisasi terutama pada ibu hamil bertujuan untuk mencegah

terjadinya tetanus neonaturum dengan cara pemberian suntikan

tetanus toksoid pada ibu hamil. Jadwal pemberian imunisasi TT pada

ibu hamil adalah dua kali dengan selang waktu pemberian minimal

empat minggu. Apabila pernah menerima TT dua kali pada

kehamilan terdahulu dengan jarak kehamilan tidak lebih dari dua

tahun, maka hanya diberikan satu kali TT saja.

g. Pemberian Tablet besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena

terjadinya menstruasi dan perdarahan sebanyak 50-80 cc setiap bulan

dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mg untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin serta

plasenta. Mungkin wanita sering mengalami kehamilan dan

melahirkan akan banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin

anemis pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi

anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran)

dengan peningkatan volume 30-40% yang puncaknya pada kehamilan

32-34 minggu.

h. Tes laboratorium sederhana (Haemoglobin (Hb), protein urin) dan

atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

Penyakit Menular Seksual (PMS) sering kali merugikan janin yang

dikandung, terutama disebabkan tertularnya janin didalam rahim ibu


hamil dengan kondisi sebagai pembawa bibit penyakit PMS, baik

pada stadium awal maupun pada stadium akhir sangat

membahayakan keselamatan janin, baik keselamatan dalam

persalinan maupun keselamatan kesehatan bayi.

i. Tatalaksana kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu

hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga

kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai

dengan sistem rujukan.

j. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling).

Temu wicara penting dilakukan sebagai media komunikasi antar

sesama ibu hamil dengan bidan yang membina. Temu wicara ini

dikoordinir oleh kepala desa/kelurahan dan dilaksanakan oleh kader

posyandu bersama puskesmas, biasa dilakukan saat hari posyandu,

kegiatan ini selain membahas masalah kehamilan juga membahas

cara pemeliharaan masa nifas dan masa menyusui.


2.1.5 Fungsi Antenatal Care

1. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas

pendidikan.

2. Melakukan skrining, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan

resiko tinggi dan merujuk bila perlu.

3. Memantau kesehatan selama hamill dengan usaha mendeteksi dan

menangani masalah yang terjadi. (buku keperawatan maternitas)

2.1.6 Pelaksana daan tempat Pelayanan Antenatal

Pelayanan kegiatan antenatal didapat dari tenaga medis yaitu dokter

umum, dokter spesialis dan tenaga paramedis yaitu bidan, perawat yang

sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di

puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, bidan praktik swasta, pondok

bersalin desa (polindes), rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum.

(buku keperawatan maternitas)

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi ANC

Peran serta ibu dalam memanfaatkan antenatal dipengaruhi oleh perilaku

individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Menurut Lewrence Green

dengan modifikasi Buku pendidikan dan perilaku kesehatan ( Sujikdjo

Notoatmodjo) factor yang mempengaruhi perilaku antara lain.

a. Faktor yang mempermudah (predisposing factor)

Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral sosial, dan unsure

lain yang terdapat dalam diri individu

1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan itu terjadi setelah orang

melakukan penginderaan yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality).

Dari pengetahuan dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan

2) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat

dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap adalah kesiapan pada seseorang

untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap

positif, kecenderungan tindakan adalah

menyenangi,mendekati,mengharapkan objek tertentu, sedangkan

dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi,

menghindari, tidak menyukai objek tertentu. Sikap merupakan

penentu penting dalam tingkah laku.

3)

b. Faktor pendukung (enabling factor)

1) Keterjangkauan Fasilitas
Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari

faktor-faktor yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit,

yang semuanya itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana

masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan

kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan

masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan

keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

2) Jarak ANC

Menurut Departemen Pendidikan Nasional jarak adalah ruang

sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu

jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Faktor

biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan

pelayanan kesehatan. Menurut Kpenger(1983) keterjangkauan

masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan

memengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan.demikian juga

menurut Andersen, et all (1975) dalam Greenlay (1980) yang

mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang

memungkinkan seseorang untuk memanfaatakan pengobatan.

3) Jj

4) jj

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)


Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang dikarenakan

adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua,

tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat

besar pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku positif akan

menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan

1) Perilaku Masyarakat

2) Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarkat adalah menumbuhkan dan meningkatkan

tanggungjawab individu, keluarga, terhadap kesehatan atau

kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat. Partisipasi

masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan yaitu ;

a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau

karena paksaan

b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau

karena insensitif

c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi ingin

meniru

d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran

e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan

hak asasi dan tanggungjawab

Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal

dari masyarakat dan pihak provider. Dari masyarakat dapat

terjadi karena kemiskinan, kesenjangan sosial, sistem


pengambilan keputusan dari atas ke bawah, pengalaman pahit

masyarakat tentang program sebelumnya, persepsi masyarakat

yang berbeda dengan persepsi provider tentang masalah

kesehatan yang dihadapi.

Sedangkan hambatan yang ada dalam pihak provider adalah

terlalu mengejar target, persepsi yang berbeda antara provider

dan masyarakat, dan pelaporan yang tidalk objektif. Partisipasi

masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam

masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi

perubahan perilaku yang merupakan faktor penting dan besar

pengaruhnya terhadap derajat kesehatan

Faktor faktor yang berhubungan dengan Antenatal Care

1) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dengan

bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir

semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan

kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care.

Semakin muda umurnya semakin semakin tidak mengerti tentang

tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.

Menurut penelitian Woro Tri Hardjanti (2007) seorang wanita

sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa

tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan


dapat berlangsung aman yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu

akan meningkat setiap tahun. Wiknjosastro (2005), juga

menyatakan bahwa dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa

usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia

dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian

maternal yang terjadi 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat

kembali sesudah usia 30-35 tahun.

2) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.

Menurut Crow, pendidikan adalah suatu proses dimana

pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses

belajar. pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang,

semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Menurut dictionary of

education dalam buku Achmad Munib, dkk (2004) pendidikan

adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia

hidup, proses yakni orang dihadapkan pada pengaruh

lingkunganyang terpilih dan terkontrol (sekolah), sehingga dia

dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan

sosial dan kemampuan individu yang optimal. Proses perubahan

perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan hidup dengan

demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah


laku, yang berpendidikan tinggi akan berbeda tingkah laku dengan

orang yang berpendidikan dasar. Wanita yang berpendidikan akan

lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang proporsional karena

manfaat pelayanan akan disadari sepenuhnya.

3) Paritas

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih

dari satu orang. Ibu yang bru pertama kali hamil merupakan hal yang

sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya.

Paritas adalah jumlah janin dan berat janin 500 gram atau lebih, yang

pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka

dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Paritas 1 dan paritas tinggi

(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih

tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat

ditangani dengan asuhan obstetri, sedangkan resiko pada paritas tinggi

dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian

kehamilan pada peritas tinggi adalah tidak direncanakan. Ibu yang baru

pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga(buku

keprwtnmaternal)

termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga

kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu

orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga


tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (bab 2 penelitian di

lawe)

4) Pendapatan perkapita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan

perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga yang

diperoleh dari hasil pembagian pendapatan seluruh anggota

keluarga tersebut. Pendapatan keluarga yang memadai akan

menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa,

karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik primer

maupun sekunder. Menurut budioro keterbatasan sarana dan

sumber daya, rendahnya penghasilan,adanya peraturan atau

perundangan yang menjadi penghambat akan membatasi

keberdayaan orang maupun masyarakat untuk merubah

perilakunya.

5) Jarak

Menurut Departemen Pendidikan Nasional(2002) jarak adalah

ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu

jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC.

6) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.penginderaan terjadi pada penciuman, penglihatan,

pendengaran, pengecapan,peraba. Namun sebagian besar


pengetahuan manusia berasal dari mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat

langgeng. overt behavior). Dari pengetahuan dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang dimiliki ibu tentangpelayanan Antenatal Care

(ANC) dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak

pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada.(faktor

yang mempengaruhi anc di lawe)

7) Dukungan Petugas Kesehatan.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan

diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk

jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan. dengan kehamilan.

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor ketersediaan pelayanan

mencakup

ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya, termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit,

Poloklinik, Posyandu, Polindes, Puskesdes, Dokter atau Bidan


Praktek Swasta, dan sebagainya. Selain fasilitas yang harus

tersedia agar masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan Antenatal

maka harus diperhatikan juga tenaga kesehatannya atau sumber

daya manusia (SDM).

8) Dukungan keluarga/suami

Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang

diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk

memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan.dukungan

yang diberikan dapat berupa infomational dengan memberikan

informasi, apraisal yaitu dengan penghargaan atas usaha yang

dilakukan, instrumental yaitu dengan memberikan bantuan, dan

emosional yaitu dengan memberikan kasih sayang, mendengarkan

keluhan dengan begitu membuat seseorang merasa lebih

disayangi,dihargai, aman serta nyaman.(penelitian hub dukgn

suami dgn anc

9) sz
2.1.8 Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :

a. Anamnesa

Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:

1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.

2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah

kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil seperti

muntah berlebihan, pusing, sakit kepala, perdarahan, sakit perut hebat,

demam, batuk lama, jantung berdebar-debar, cepat lelah, sesak nafas

atau sukar bernafas, keputihan yang berbau, gerakan janin, perilaku

berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri, bicara

sendiri, tidak mandi, dsb. Riwayat kekerasan terhadap perempuan

(RKtP) selama kehamilan

3. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan

yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan

riwayat penyakit yang diderita ibu.

4. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.

5. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.


6. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,

diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan

sebagainya.

7. Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat

pemakaian obat Malaria.

8. Di daerah risiko tinggi Infeksi Menular Seksual (IMS), tanyakan

gejala IMS dan riwayat penyakit pada pasangannya. Informasi ini

penting untuk langkah-langkah penanggulangan penyakit menular

seksual.

9. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,

frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan

gizinya.

10. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi

kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, seperti

penolong persalinan, tempat bersalin, pendamping ibu saat bersalin,

persiapan untuk transfusi darah bila terjadi perdarahan, transportasi

menuju tempat persalinan dan biaya yang dibutuhkan saat persalinan.

b. Pemeriksaan

Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis

pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis

(kejiwaan) ibu hamil.


Tabel 2.1.8 Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu

(Sumber: Pedoman ANC)

c. Penanganan dan tindak lanjut kasus

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau

diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan

normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.

d. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu

Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan

antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga

kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan Buku

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pada saat ini pencatatan hasil

pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya tidak


dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Dengan

menerapkan pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka

kualitas pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.

e. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif

KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan

antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu

ibu hamil dalam mengatasi masalahnya.

Tabel 2.1.8 Materi KIE efektif dalam pelayanan antenatal terpadu


Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi anamnesa,

pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana tindak-lanjutnya harus

diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya. Apabila ditemukan kelainan atau

keadaan tidak normal pada kunjungan antenatal, informasikan rencana tindak

lanjut termasuk perlunya rujukan untuk penanganan kasus, pemeriksaan

laboratorium/penunjang, USG, konsultasi atau perawatan, dan juga jadwal kontrol

berikutnya, apabila diharuskan datang lebih cepat.


2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian pengetahuan

Menurut Notoadmojo(2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan

ini terjadi setelah orang melakuan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Dalam kamus besar bahasa indonesia (2005), pengetahuan adalah sesuatu yang

diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi

berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana

informasi yang tersedia.serta keadaan sosial budaya.

2.2.2 Jenis pengetahuan

Pengetahuan masyarakat dalam konteks kesehatan beraneka ragam

pemahamannnya. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis

pengetahuan diantaranya sebagai berikut.

a. Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam

bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang bersifat nyata

seperti keyakinan pribadi, prespektif dan prinsip. Pengetahuan seseorang

biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis maupun

lisan. Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan

bisa tidak disadari. Contoh sederhana: seseorang mengetahui tentang

bahaya merokok bagi kesehatan, namun ternyata ia merokok

b. Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud


perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata di deksripsikan dalam tindakan

tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh sederhana:

seseorang yang telah mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan

dan ternyata dia tidak merokok

2.2.3 Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni cara

tradisional atau nonilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara ilmiah

atau modern, yakni melalui proses ilmiah.

1. Cara nonilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukan metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah,

tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada

periode ini antara lain meliputi:

a. Cara Coba Salah (Trial and Eror)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba ini

dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut

dapat terpecahkan.
b. Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c. Cara kekuasaan atau Otoritas

Suatu pendapat yang diterima oleh masyarakat pada waktu itu,

sampai dalam jangka waktu yang lama tanpa melalui pembuktian

yang empiris. Orang lain menerima pendapat yang dikemukakan

oleh orang yang mempunyai otoritas(pemimpin pemerintahan,

tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan), tanpa terlebih

dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat

tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah

sudah benar.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi pada masa lalu. Namun perlu diperhatikan di sini

bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun

seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk dapat

menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan

berpikir kritis dan logis.


e. Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari

Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan

diyakini oleh para pengikut agama yang bersangkutan. Sebab

kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah wahyu dan bukan

karena hasil usaha penalaran atau penyelidik manusia.

f. Kebenaran secara intuitif

Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau

suara hati atau bisikan hati saja.

g. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan pekembangan kebudayaan, cara berpikir manusia

pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

Dengan kata lain dalam memperoleh pengetahuan manusia

menggunakan jalan pikiranya, baik secara induksi maupun

deduksi.

h. Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

i. Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan umum ke khusus.


2. Cara Ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih empiris, logis, ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan

dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat

pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek

yang diamatinya.

2.2.4 Tingkat pengetahuan

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda

kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (comprehensive)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham dengan objek atau materi harus dapat menyebutkan contoh,

menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang

bergizi.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.


6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang

kurang gizi, dapat menanggapi tejadinya diare di suatu tempat, dapat

menafsirkan penyebab mengapa ibu-ibu tidak mau mengikuti KB dan

sebagainya.

2.2.5 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan didalam dan di luar sekolah (baik formal maupun

nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah suatu

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan

juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin

banyak informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula

pengetahuan yang di dapat.( tambahkan)


b. Informasi/ media massa

Informasi adalah sesuatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan

menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi dapat

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan

pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui

komunikasi. Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, dll.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.

c. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi sesorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar individu baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh


terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu.

f. Usia

Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur sesorang

maka proses-proses perkembangan mentalnya ini tidak secepat ketika

berumur belasan. Selain itu, Abu Ahmad (2001), juga mengemukakan

bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur.

Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur

dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh,

akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut

kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

berkurang.

g. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama

bagi seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang

baik maupun yang buruk tergantung dari sifat kelompoknya. Dalam


lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan

berpengaruh pada cara berpikir seseorang.

h. Intelegensi

Intelegensi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar

dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam

situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi proses belajar. intelegensi bagi seseorang merupakan

salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi

secara terarah sehingga ia menguasai lingkungan. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan

berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

2.2.6 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau dengan

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

2.3 Hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan antenatal care

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya, sehingga pengetahuan dipengaruhi

oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan sangat

mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan ANC.

Pengetahuan yang baik tentang pemeriksaan kehamilan akan mendorong ibu


hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Penelitian yang dilakukan oleh Pratitis

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang

tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan pemeriksaan kehamilan. Semakin

tinggi pengetahuan seseorang tentang tanda bahaya kehamilan maka akan semakin

patuh melakukan pemeriksaan kehamilan. Menurut penelitian Nurul Miftah

Reskiani, Balqis, Nurhayani menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan ibu hamil dengan pemanfaatan pelayanan ANC di Puskesmas

Antang. Ibu hamil yang memanfaatkan pelayanan ANC cenderung memiliki

pengetahuan yang cukup mengenai pemeriksaan kehamilan. Sejalan dengan hasil

penelitian Siringo-Ringo menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

ibu hamil terhadap pelaksanaan ANC(pada bab 2 hub pengetahuan nmnfat anc)

Menurut Murniati (2007), terdapat kecenderungan tingkat pengetahuan

dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, dimana ibu yang memannfaatkan

pelayanan antenatal cenderung adalah ibu yang memiliki pengetahuan yang baik

mengenai pelayanan antenatal itu sendiri. Pengetahuan ini akan mambawa ibu

untuk berpikir dan berusaha supaya ia sehat (tidak ada keluhan) dalam

kehamilannya dan berusaha agar ia dan bayinya sehat dan selamat sewaktu

melahirkan. Penelitian yang dilakukan oleh Mullany dan Beckerand (2007) juga

menemukan bahwa tingkat pelayanan antenatal paling tinggi didapatkan pada

kelompok ibu dan suami yang mendapatkan pendidikan kesehatan( pada faktor

tingkt pengetahuan n dkgn kelu jurnalunsacid).


2.2 Kerangka terori

Faktor2

1. Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga

dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan

kehamilannya (Depkes RI, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Murniati (2007) bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan

dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan. Jarak kehamilan > 2tahun merupakan

jarak kehamilan yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal jika ibu

melakukan pemeriksaan kehamilan.

2. dukungan suami kepada istri dalam memeriksakan kehamilannya akan diikuti

dengan peningkatan pemanfaatan pelayanan antenatal. Menurut Sarwono (2003),

dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril

maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan.

Suami yang memberikan dukungan pada istri dalam pemeriksaan kehamilan, akan

lebih banyak memanfaatkan pelayanan antenatal, hal ini bahwa ibu yang memiliki

dukungan suami akan lebih mau dan bersemangat untuk memanfaatkan pelayanan

antenatal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saadiah (2005),

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan

pemanfaatan pelayanan antenatal. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu

hamil memanfaatkan pelayanan antenatal, salah satunya karena faktor psikologis,

dimana dukungan moral dari suami memiliki andil yang besar.


3.Sikap petugas merupakan sikap yang harus ditunjukkan oleh seorang petugas

terhadap ibu yang datang memeriksakan kehamilannya. Sikap petugas dalam

penelitian ini mencakup keramahan, cepat tanggap, penuh perhatian, menjelaskan

manfaat tablet FE dan menjelaskan pentingnya imunisasi TT serta

memberitahukan berapa kali kunjungan selama kehamilan

4.Riwayat kehamilan merupakan keadaan-keadaan yang dialami oleh ibu pada

kehamilan sebelumnya. Keadaan yang alami pada kehamilan sebelumnya

mendorong ibu untuk lebih berhati-hati dalam. Pengawasan dan pemeriksaan

keadaan kehamilan terutama kepada ibu yang tidak memanfaatkan pemeriksaan

kehamilan dan terdapat diagnosa klinis sangat diperlukan karena dapat

menyebabkan masalah yang besar terhadap ibu dan janin akibat dari gangguan

pada kehamilan yang tidak dideteksi dini. Kehamilan risiko tinggi adalah

kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih

besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa

kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan

persalinan dan nifas normal. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Maupe (2000), menyatakan bahwa ibu dengan riwayat

kehamilan kurang baik lebih memanfaatkan pelayanan antenatal ( hub

pengetahuan n pemanfaatan anc unhasacid jurnal)

5. USIA

Menurut nusalam (2001) Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang

tahun (Nursalam,
2001). Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya

daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia

seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Menurut

Depkes (2008) Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara

rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.

Menurut Manuaba (2001) usia yang berisiko masa kehamilan kurang dari 20

tahun dan lebih dari 35 tahun (bab 2 naibaho,vera tio))

6. pengetahuan

Pengetahuan sangat berperan dalam menentukan bagaimana seseorang bertindak.

Ketika ibu hamil mengetahui manfaat dan jadwal antenatal care, maka

kemungkinan besar akan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari petugas kesehatan, keluarga, atau media

massa.

6. pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar

dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada

akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika

seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat

perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai

yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2012). Wanita yang berpendidikan tinggi


cenderung mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan lebih baik. Wanita yang

berpendidikan tinggi memulai pemeriksaan kehamilan lebih awal daripada yang

berpendidikan rendah (bab 2 simomora,mery krista)

Anda mungkin juga menyukai