Anda di halaman 1dari 92

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan

bangsa. Amanat konstitusi ini mengisyaratkan bahwa hanya bangsa yang cerdas yang mampu

dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya

manusia Indonsia mutlak diperlukan dan harus senantiasa diupayakan agar tidak ketinggalan

jauh dengan bangsa-bangsa lain. Peningkatan mutu sumber daya manusia yang sangat strategis

adalah melalui pendidikan. Sebab pada hakikatnya pendidikan merupakan upaya dan proses

peningkatan sumber daya manusia dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa bisa

diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa atau pun negara dalam

menyelenggarakan Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, pendidikan menjadi faktor utama atau

penentu bagi masa depan bangsa.1[1] Adapun tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa, mengembangkan prestasi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan

keterampilan , kreatif, mandiri, sehat jasmani dan rohani dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.2[2]

Mutu pendidikan menyangkut berbagai komponen, karena pendidikan itu sendiri sebagai

suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen yang merupakan satu keterkaitan. Oleh karena

1[1] Muarif, Wacana Pendidikan Kritis, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2005), hlm. 89.

2[2] UU. No 22/2003 tentang SISDIKNAS Pasal 3, hlm. 68.


peningkatan mutu pendidikan tidak boleh dilihat dari satu sisi saja, peningkatan mutu pendidikan

harus dilihat dari unsur input, proses dan out put pendidikan. Berdasarkan pengamatan dan

analisis Departemen Pendidikan Nasional rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh beberapa

faktor:

1. Kebijakan dam penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational

prodaction fuction/ input out put analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekwen. Pendidikan

ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi

semua input yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan

menghasilkan output yang diharapkan. Pendekatan ini menganggap apabila input pendidikan,

seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan saranan dan prasarana

pendidikan akan terpenuhi, maka mutu pendidikan secara otomatis akan terjadi. Dalam

kenyataan mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Hal ini terjadi karena selama ini dalam

penerapan dan pendekatan educational prodaction fuction terlalu memusatkan pada input

pendidikan dan kurang memperlihatkan pada proses pendidikan, padahal proses pendidikan

sangat menetukann out put pendidikan.

2. Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukaan secara birokratik, sentralistik, sehingga

menempatkan sekolah sebagai penyelenggara. Pendidikan sangat tergantung pada

keputusan birokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan

yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian

sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan

memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan

pendidikan nasional.
3. Peran serta masyarakat, khusunya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan

selama ini sangat minim partisipasi masyarakat. Selama ini pada umumnya sangat lebih

banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan, yaitu monitoring,

pengambilan keputusan, evaluasi dan akuntabilitas, berkaitan akuntabilitas sekolah tidak

mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan

kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa sebagai salah satu unsur utama dalam

berkepentingan dengan pendidikan.

Penyelenggaraan sistem pemerintahan di Indonesia telah berimbas pada pengelolaan

sistem pendidikan, yakni semula lebih bersifat sentralistik bergeser kearah pengelolaan yang

bersifat desentralistik. Hal ini secara implisit dinyatakan dalam UU No 22 Tahun 1999 tentang

otonomi daerah. Untuk dapat, melaksanakan kewajiban ini secara bertanggungjawab dan dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penduduk daerah yang bersangkutan, maka

diperlukan strategi pengelolaan pendidikan yang tepat. Pengelolaan dalam hal ini adalah

kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Untuk itu sekolah harus dapat

memahami kondisi lingkungan (kelebihan dan kekurangan) untuk kemudian melalui proses

perencanaan dalam bentuk program-program prioritas yang harus dilaksanakan dan dievalusi

sesuai dengan visi dan misinya. Sekolah harus menentukan target mutu yang ingin dicapai untuk

setiap kurun waktu, merencanakannya, melaksanakan dan mengoreksi untuk kemudian

menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah dapat mandiri tetapi

masih dalam rangka acuan kebijakan nasional

Peningkatan mutu pendidikan akan terwujud jika sekolah dengan segala potensi yang

dimilikinya diberi kewenangan untuk mengatur, mengelola, mengembangkannya. Pengelolaaan

dan pengembangan harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan peserta
didiknya. Pemikiran yang demikian yang melandasi upaya pemberian otonomi yang luas kepada

sekolah agar secara efektif dan dinamis dapat mengupayakan peningkatan mutu pendidikan

melalui pengelolaan sekolah. Mutu pendidikan sebagai salah satu sarana pengembangan sumber

daya manusia sangat penting maknanya bagi pembanguanan nasional. Bahkan dapat dikatakan

masa depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang berkulitas masa kini. Pendidikan

yang berkualiatas hanya akan muncul apabila terdapat sekolah yang berkualiatas, Karena itu

upaya peningkatan mutu sekolah merupakan titik strategis dalam upaya menciptakan pendidikan

yang berkualitas.

Peningkatan mutu pendidikan harus dilaksanakan dengan memberdayakan dan

melibatkan semua unsur yang ada dilembaga pendidikan.3[3] Adanya penerapan sistem otonomi

dalam pemerintahan, dalam UU No 2/ 1999 disebutkan adanya pelimpahan wewenang oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam kerangkan negara kesatuan Republik

Indonesia. Pelimpahan wewenang dari pusat ke daerah, termasuk didalamnya pendidikan.

Pengeloaan khusus dibidang pendidikan yang dikenal dengan otonomi pendidikan adalah

melatarbelakangi penerapan manajemen berbasis sekolah pada setiap lembaga pendidikan.

Dengan penerapan demokrasi pendidikan ini dalam kerangka manajemen berbasis sekolah,

masing-masing lembaga dihadapkan dengan berbagai masalah dan tuntutan seiring

perkembangan disegala bidang. Yaitu sekolah diberikan otonomi yang lebih besar dalam

kewenangan dan pengelolaan dengan menerapkan keputusan partisipasif, dalam rangka

meningkatakan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.

Dengan diberlakukannya paradigma baru ini memungkinkan sekolah memiliki otonomi

yang seluas-luasnya, yang menuntut peran masyarakat secara optimal, dan menjamin kebijakan

3[3] Willem Mantja, Jurnal Ilmu Pendidikan (Filsafat, Teori, dan Praktek Pendidikan), Th 23, No.I,
Januari, 2000, hlm. 11.
nasional yang terabaikan. Selama ini masyarakat sebagai bagian tak terpisahkan dari pengelolaan

pendidikan seringkali hanya bersifat pelengkap. Sekolah yang merupakan kepanjangan

tangan pemerintah seringkali meletakkan dan memposisikan masyarakat sebagai pendukung

kebijakan sekolah. Karena itu peran masyarakat yang mestinya sejajar dengan sekolah, tidak

tampak. Bahkan masyarakat dimarjinalkan karena dianggap sebagai pelengkap belaka4[4].

Akan tetapi dengan paradigma baru ini, sekolah sebagai lembaga pendidikan terdepan

memiliki wewenang yang besar dalam mengelola dan menentukan arah pertumbuhan dan

perkembagan lembaganya. Selain itu, dengan MPMBS peran serta masyarakat menduduki

tempat yang urgent karena disini sekolah dituntut untuk mandiri walaupun masih harus mengacu

pada kebijakan atau acuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah (tujuan pendidikan nasional).

Masyarakatlah yang tahu persis apa yang menjadi kebutuhannya dan apa yang diharapkannya

dari generasi muda di masa mendatang. Disamping itu, setiap masyarakat mempunyai budaya

dan adat istiadat yang beranekaragam, sehingga antara masyarakat yang satu dengan yang

lainnya mempunyai kebutuhan yang berbeda.

Kepala sekolah merupakan faktor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan

menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya yang direalisasikan

dengan MPMBS. Kepala sekolah dituntut senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan

begitu, MPMBS sebagai paradigma baru pendidikan yang dapat memberikan hasil yang

memuaskan. Kinerja kepala sekolah dalam kaitannya dengan MPMBS adalah segala upaya yang

dilakuakan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan

MPMBS disekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

4[4] Supriono S.-Achmad Sapari, Manajemen Berbasis Sekolah (Jabang Jatim: Anggota IKAPI, ,
2001), hlm. 66.
Melihat penting dan strategisnya posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan

sekolah, maka seharusnya kepala sekolah harus mempunyai nilai kemampuan relation yang baik

dengan segenap warga di sekolah, sehingga tujuan sekolah dan tujuan pendidikan berhasil

dengan optimal. Ibarat nahkoda yang menjalankan sebuah kapal mengarungi samudra, kepala

sekolah mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah.

Dari uraian diatas peneliti ingin mencermati SMPN 13 Malang, di sini peneliti ingin

mengamati bagaimana sosok peran kepala sekolah sebagai tokoh sentral di lingkungan

pendidikan. Karena dengan adannya otonomi daerah kepala sekolah mempunyai kewenangan

keputusan pertisipatif dalam memandirikan dan memberdayakan sekolah. Oleh karena itu

peneliti merasa interst, bagaimana kepala sekolah mengaktualisasikan MPMBS di sekolahnya.

Sehingga peneliti merumuskan penelitian ini dengan judul Peran Kepala Sekolah Dalam

Aktualisasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Di SMPN 13 Malang .

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena itu maka fokus masalah skripsi ini

telah diarahkan kepada studi tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

di sekolah melalui MPMBS,

yaitu diantaranya :

1. Bagaimana persepsi dan pemahaman kepala sekolah tentang MPMBS?

2. Peran-peran apa yang dilakukan kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendiskripsikan persepsi dan pemahaman kepala sekolah tentang MPMBS

2. Mendiskripsikan peran-peran apa yang dilakukan kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS

D. Manfaat Penelitian
Manfaat diadakan penulisan ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran dalam hazanah ilmu

pengetahuan khususnya manajemen pendidikan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini menjadi masukan bagi penyelenggara pendidik di SMPN 13

Malang khususnya dalam meningkatkan mutu sekolah.

E. Ruang lingkup dan Pembatasan penelitian

Agar tidak terjadi kesalah fahaman dalam memhami hasil penelitian ini, maka penulis

perlu menjelaskan batasan penelitian diantaranya:

Penelitian pertama, yaitu tentang persepsi dan pemahaman kepala sekolah dalam

aktualisasi MPMBS di SMPN 13 Malang, yang meliputi cara kepala sekolah mensosialisaiskan

MPMBS ke segenap warga sekolah, strategi apa yang dilakukan kepala sekolah dalam

aktualisais MPMBS di SMPN 13 Malang.

Penelitian kedua, mengenai peran kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS di SMPN 13

Malang, yang meliputi: peran kepala sekolah sebagai manajer, pendidik, supervisior, dan

pemimpin.

F. Definisi Operasional

Penelitian adalah proses komunikasi dan memerlukan akuarasi bahasa agar tidak

menimbulkan perbedaan pengertian antara orang. Sedangkan definisi operasional sendiri adalah

definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi),

karena hal yang dapat diamati membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk

melakukan hal yang serupa, sehingga yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali

oleh orang lain.


Definisi operasional dalam penellitian ini dimaksudkan untuk menghindari

kesalahpahaman dalam memahami pembatasan-pembatasan yang diuraikan dalam penelitian ini

sehingga kalimatnya mudah dipahami, diantaranya:

1. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah adalah sebagai metode manajemen

yang memberikan kontribusi otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong

pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga

sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk

meningktkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasioanal. Dengan otonomi

yang lebih besar, sekolah memiliki kewenangan yang olebih besar dalam mengelola

sekolahnya, maka sekolah lebih mandiri5[5]. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan

adalah bagaiman peran kepala sekolah dalam aktualisasi pengelolaan peningkatan mutu

pendidikan yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada SMPN 13 Malang dan

mendorong pengambil keputusan yang melibatkan langsung semua warga SMPN 13

Malang.

2. Peran Kepala Sekolah adalah kewajiban kepala sekolah untuk mempengaruhi,

mendorong, mengakrabkan dan membimbing dalam proses pelaksanaan kegiatan

pengajaran baik perencanaa, pengorganisasian, pelaksanaan, maupun pengendalian.

5[5] Dikdasmen, Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Buku 1 Konsep dan
Pelaksanaan, th. 2001, hlm. 1.
3. Aktualisasi adalah pengaktualan, perwujudan, perealisasian, pelaksanaan, penyadaran,

jadi yang dimaksud dalam aktualisasi dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan

MPMBS di SMPN 13 Malang6[6].

4. Otonomi Daerah adalah kemandirian sekolah dalam mengurus diri sendiri dan

menetukan arah tindakan dan peningkatan mutu pendidikan menurut aspirasi warga

sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah kepala sekolah dalam

kemandirian SMPN 13 Malang untuk menentukan arah tindakan dalam peningkatan

mutu baik akademik maupun non akademik.

5. SMP adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program 3 tahun (PP. No

28 th 1990) dalam penelitian yang dimaksud adalah SMPN 13 Malang.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh dalam isi pembahasan desain ini,

maka secara global dapat dilihat pada sistimatika penulisan dibawah ini sebagi berikut:

BAB I. Merupakan pendahuluan yang didalamnaya memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II. Mendeskripsikan kajian pustaka : Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,

Pengertian MPMBS, Karakteristik MPMBS, Tujuan MPMBS, Aktualisasi MPMBS,

Konsep Kepala Sekolah, Pengertian Kepala Sekolah, Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah, Kepala

Sekolah yang Efektifif, Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer, Educator, Supervisior, Leader

Dalam Aktualisasi MPMBS.

6[6] Pius A Partanto, M. dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Poluler, (Surabaya: Arkola, 2001), hlm. 17.
BAB III. Metodologi penelitian. Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Sumber Data,

Prosedur Penelitian, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-Tahap Penelitian.

BAB IV. Memaparkan tentang: Gambaran umum SMPN 13 Malang, Lokasi Penelitian, Visi dan Misi,

Kegiatan Belajar Mengajar, Keadaan Peserta Didik, Keadaan Guru Dan Tenaga Lainnya,

Keadaan Fasilitas (sarana prasarana), Hasil Penelitian, Persepsi dan Pemahaman Kepala Sekolah

Dalam Aktualisasi MPMBS, Peran-peran yang dilakukan kepala sekolah dalam aktualisasi

MPMBS, Peran kepala sekolah sebagai manajer, pendidik, supervisior, pemimpin.

Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V. Merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

1. Pengertian MPMBS

Terminologi MBS atau pendidikan berbasis masyarakat (PBM) di muat dalam Undang-

Undang No 25 Tahun 2000 tentang Propenas. Menurut undang-undang ini MBS, dimaksudkan

sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Perwujudan shoool/community based education ini ditandai dengan pembentukan komite

sekolah dan dewan pendidikan Kabupaten/ kota. Dilingkungan depdiknas dan Dinas Diknas,

terminologi yang populer adalah MPMBS. MPMBS pada intinya adalah otonomi, akuntabilitas,

dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Titik tekan MPMBS adalah

perbaikan mutu masukan, proses, keluaran pendidikan, serta sepanjang memungkinkan juga

menggamit layanan purnalulus. Dengan demikian , meski MBS dan MPMBS memiliki kaitan

yang sangat erat, namun MBS memiliki cakupan yang lebih luas. Jika MBS benar-benar

diterapkan, kewenagan kepala sekolah, sistem pembayaran tenaga guru, penetapan kalender

sekolah, penetapan biaya pendidikan sekolah, bahkan juga kurikulum, semuanya menjadi

kewenangan sekolah.7[7]

7[7]Sudarwan Danim, Visi baru Manajmen Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 28.
Otonomipengelolaan pendidikan
PendidikanBerbasis
masyarakat

jika

ManajemenPeningkatan Mutu Sekolah

MPMBS
berhasil

Gambar 1; Skema berfikir penerapan MPMBS di Indonesia

Dalam hal ini konsultan ADB mengemukakan bahwa:

MPMBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah,
memberikan fleksibilitas atau keluwesan-keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi
secara langsung warga sekolah (guru, peserta didik, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat
(orang tua, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha,dsb) untuk meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku8[8].

Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam

pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah.

Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri pada

perbaikan proses pendidikan9[9].

8[8]Ade Irawan dkk, Mendagangkan Sekolah Indonesia (Jakarta: Corruption Watch, 2004), hlm. 30.

9[9]Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Depdikbud, Direktorat Jendral


Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1999), hlm. 5.
Menurut Direktorat Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah (Dit. Dikdasmen),

MPMBS dapat didefinisikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif untuk memenuhi
kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan
pendidikan nasional. Karena itu, esensi MPMBS = otonomi sekolah + pengambilan keputusan
partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah.

Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan

melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah (guru,

peserta didik, karyawan, orang tua siswa, tokoh masyarakat) didorong untuk terlibat secara

langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dapat berkontribusi terhadap pencapaian

tujuan sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika seseorang dilibatkan (berpartisipasi)

dalam pengambilan keputusan, maka yang bersangkutan akan mempunyai rasa memiliki

terhadap keputusan tersebut, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggungjawab dan

berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah.

Dengan pengertian di atas, maka sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) lebih

besar dalam mengelola sekolahnya (menetapkan sasaran peningkatan mutu, menyusun rencana

peningkatan mutu, melaksanakan rencana peningkatan mutu, dan melakukan evaluasi

pelaksanaan rencana peningkatan mutu) dan partisipasi kelompok-kelompok yang

berkepentingan dengan sekolah merupakan ciri khas MPMBS. Jadi sekolah merupakan unit

utama pengelola proses pendidikan, sedang unit-unit diatasnya (Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi) merupakan unit pendukung dan pelayanan sekolah,

khususnya dalam pengelolaan peningkatan mutu10[10].

2. Karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

10[10]Dikdasmen, Ibid., hlm. 9-10.


Berbicara karakteristik MPMBS tidak dapat dipisahkan dari karakteristik sekolah efektif

(effective school). Jika MPMBS merupakan wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif

merupakan isinya. Oleh karena itu, karakteristik MPMBS berikut memuat secara insklusif

elemen-elemen sekolah yang efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output.

Dalam menguraikan karakteristik MPMBS, pendekatan sistem input-proses-output

digunakan untuk memandunya. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan

sebuah sistem, sehingga menguraikan karakteristik MPMBS yang juga karakteristik sekolah

efektif mendasarkan pada input, proses, dan output.

Output yang Diharapkan

Sekolah harus memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah

yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, output

dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic

achievement) dan output berupa prestasi non akademik (non-academic achievement). Output

prestasi akademik misalnya, NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba bahasa Inggris,

matematika, fisika, cara-cara berpikir (kritis, kreatif/divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif

dan ilmiah). Output non akademik misalnya, prestasi dibidang olahraga dan kesenian. Jadi

sekolah yang menerapkan MPMBS harus memiliki output pendidikan yang diharapkan sekolah.

b. Proses

Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut;

1) Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi


Sekolah yang menerapkan MPMBS memiliki efektivitas proses belajar mengajar (PBM) yang
tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik.
PBM yang efektif juga lebih menekankan pada belajar mengatahui (learning to know), belajar
bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi
diri sendiri (learning to be).
2) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah
untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program
yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut
memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil
keputusan dan inisiatif/ prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.

3) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib


Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses
belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning). Karena itu, sekolah
yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman, tertib melalui pengupayaan
faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini peran kepala sekolah
sangat penting.
4) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
Tenaga kependidikan terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Oleh karena itu, pengelolaan
tenaga kependidikan, mulai dari analisis kebetuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi
kinerja, hubungan kerja, hingga sampai pada imbal jasa. Terlebih-lebih pada pengembangan
tenaga kependidikan, ini harus dilakukan secara terus menerus mengingat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.
5) Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu didasari
oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki elemen-elemen sebagai berikut; (1) informasi
kualitas digunakan untuk perbaikan, (2) kewenangan harus sebatas tanggung jawab; (3) hasil
harus diikuti penghargaan (rewards) atau sanksi (punishment); (4) kolaborasi dan sinergi, bukan
kompetisi, harus merupakan basis untuk bersama; (6) warga sekolah merasa aman terhadap
pekerjaannya; (7) atmosfir keadilan (fairness) harus ditanamkan; (8) imbal jasa harus sepadan
dengan nilai pekerjaannya; dan (9) warga sekolah merasa memiliki sekolah.
6) Sekolah Memiliki Teamwork yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis
Kebersamaan (teamwork) merupakan karakteristik yang dituntut oleh MPMBS, karena output
pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual. Karena itu, budaya
kerjasama antar fungsi dalam sekolah, antar individu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan
hidup sehari-hari warga sekolah.
7) Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut
untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada
atasan. Untuk menjadi mandiri, sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk
menjalankan tugasnya.
8) Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat
Sekolah yang menerapkan MPMBS memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan
masyarakat merupakan bagian kehidupannya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin
tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar
pula rasa tanggung jawab; dan makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat
dedikasinya.

9) Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen


Keterbukaan/transparansi dalam pengelolaan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang
menerapkan MPMBS. keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan,
perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya, yang selalu
melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat pengontrol.
10) Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologis dan Pisik)
Perubahan harus merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua warga sekolah. Sebaliknya
kemapanan merupakan musuh sekolah. Tentu saja yang dimaksud perubahan adalah
peningkatan, baik bersifat fisik maupun psikologis.artinya, setiap dilakukan perubahan, hasilnya
diharapkan lebih baik dari sebelumnya (ada peningkatan) terutama mutu peserta didik.
11) Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan
kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi
belajar tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah.
Oleh karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu
peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan dan terus-menerus.

12) Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan


Sekolah selalu tanggap/responsive terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan
mutu. Karena itu sekolah selalu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat.
Bahkan, sekolah tidak hanya menyesuaikan terhadap perubahan/tuntutan, akan tetapi juga
mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin bakal terjadi. Menjemput bola, adalah padanan
kata yang tepat bagi istilah antisipatif.
13) Komunikasi yang Baik
Sekolah yang efektif umumnya memiliki komunikasi yang baik, terutama antar warga sekolah,
dan juga sekolah-masyarakat, sehingga kegiatan-kegiaatan yang dilakukan oleh masing-masing
warga sekolah dapat diketahui. Dengan cara ini, maka keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat
diupayakan untuk mencapai tujuan dan sasaran sekolah yang telah dipatok
14) Sekolah Memiliki Akuntabilitasi
Akuntabilitasi adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap
keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitasi ini berbentuk laporan prestasi
yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah, orangtua siswa, dan masyarakat. Berdasarkan
hasil laporan ini, pemerintah dapat menilai apakan program MPMBS telah mencapai tujuan yang
dikehendaki atau tidak. Demikian pula para orangtua peserta didik dan anggota masyarakat dapat
memberikan penilaian apakah program ini dapat meningkatkan prestasi anak-anaknya secara
individual dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
c. Input Pendidikan

1) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas


Secara formal, sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan kebijakan, tujuan dan
sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu tersebut harus
dinyatakan oleh kepala sekolah. Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu tersebut disosialisasikan
kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai
pada kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah.
2) Sumberdaya Tersedia dan Siap
Secara umum, sekolah yang menerapkan MPMBS harus memiliki tingkat kesiapan sumberdaya
yang memadai untuk menjalankan proses pendidikan. Artinya segala sumberdaya yang
diperlukan untuk menjalankan proses pendidikan harus tersedia dan dalam keadaan siap. Ini
bukan berarti sumberdaya yang ada harus mahal, akan tetapi sekolah yang bersangkutan dapat
memanfaatkan keberadaan sumberdaya yang ada di lingkungan sekolahnya.
3) Staf Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampu (kompeten) dan berdedikasi
tinggi terhadap sekolahnya. Implikasinya jelas, yaitu bagi sekolah yang ingin efektivitasnya
tinggi, maka kepemilikan staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi meruakan keharusan.
4) Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi
Sekolah yang menerapkan MPMBS mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk
meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Karena itu kepala sekolah, guru, peserta
didik dan warga sekolah harus dodorong untuk meralisasikan komitmen dan harapan mutu
tinggi warga sekolah merupakan input yang baik, karena kondisi sekolah akan dinamis dan
konstruktif.
5) Fokus pada Pelanggan (Khususnya Peserta Didik)
Pelanggan, terutama Peserta didik, harus merupakan fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya
semua input dan proses yang dikerahkan di sekolah tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu
dan kepuasan peserta didik. Konsekuensi logis dari ini semua adalah bahwa penyiapan input dan
proses belajar mengajar harus benar-benar mewujudkan sosok utuh mutu dan kepuasan yang
diharapkan daripeserta didik.
f) Input Manajemen
Sekolah yang menerapkan MPMBS memiliki input manajemen yang memadai
untuk menjalankan roda sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya
menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan
membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya dengan efektif. Input manajemen yang
dimaksud meliputi; tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sitematis, program yang mendukung
bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi
warga sekolahnya untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan
efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai11[11].

Adapun ciri-ciri manajemen berbasis sekolah sebagaimana yang dijelaskan


Supriono Subakir dan Achmad Sapari dalam bukunya, Manajemen Berbasis Sekolah adalah
sebagai berikut;
a) Ada upaya peningkatan peran serta BP3 dan masyarakat untuk mendukung kinerja sekolah.
b) Program sekolah disusun dan dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan proses belajar
mengajar (kurikulum), bukan kepentingan administratif.
c) Menerapkan prinsip efektivitas dan efesiensi dalam penggunaan sumberdaya sekolah (anggaran,
personil, dan fasilitas).
d) Mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, dan kondisi lingkungan sekolah
walau berbeda dari pola umum atau kebiasaan.
e) Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggungjawab kepada masyarakat, selain kepada
pemerintah atau yayasan.
f) Meningkatkan profesionalisme personil sekolah.
g) Meningkatkan kemandirian sekolah di segala bidang.
h) Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah, pelaksanaan
sampai dengan evaluasi (kepala sekolah, guru, BP3, dan tokoh masyarakat, dan lain-lain).

11[11]Ibid., hlm. 11-20.


i) Adanya keterbukaan dalam pengelolaan pendidikan sekolah, baik yang menyangkut program,
anggaran, ketenagaan, prestasi sampai dengan pelaporan.
j) Pertanggungjawaban sekolah dilakukan baik terhadap pemerintah, yayasan, maupun
masyarakat12[12].

3. Tujuan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

Pada dasarnya MPMBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif. Lebih rincinya, manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah (MPMBS) bertujuan untuk:
a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui pengambilan keputusan bersama (partisipatif).
c) Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang
mutu sekolahnya.
d) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan
dicapai13[13].

4. Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

Pada dasarnya esensi konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) adalah
otonomi sekolah plus pengambilan keputusan secara partisipatif. Konsep ini membawa
konsekuensi bahwa pelaksanaan MPMBS sudah sepantasnya menerapkan pendekatan
idiograpik (membolehkan adanya keberbagaian cara melaksanakan MPMBS) dan bukan lagi
mengunakan pendekatan monotetik (cara melaksanakan MPMBS yang cenderung
seragam/konformitas untuk semua sekolah). Oleh karena itu, dalam arti yang sebenarnya tidak
ada satu resep pelaksanaan MPMBS yang sama untuk diberlakukan ke semua sekolah. Tetapi
satu hal yang perlu diperhatikan bahwa mengubah pendekatan manajemen peningkatan mutu
berbasis pusat menjadi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Bukanlah merupakan
proses sekali jadi dan bagus hasilnya (oneshot and quick-fix), akan tetapi merupakan proses
yang berlangsung secara terus-menerus dan melibatkan semua pihak yang bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan pendidikan.
Adapun tahap-tahap pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah(MPMBS) adalah sebagai berikut;
a. Mensosialisasikan Konsep MPMBS
Sekolah merupakan sistem yang terdiri dari unsur-unsur dan karenanya hasil kegiatan di sekolah
merupakan hasil kolektif dari semua unsur sekolah. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh
sekolah adalah mensosialisasikan konsep MPMBS kepada setiap unsur sekolah (guru, siswa,
wakil kepala sekolah, guru BK, karyawan, orangtua siswa, pengawas, pejabat Dinas Pendidikan

12[12]Supriono Subakir, Achmad Sapari, Manajemen Berbasis Sekolah ( Jakarta; Kerjasama


Pemerintah RI dan UNICEF-UNESCO), th. 2001, hlm. 8-9.

13[13]Dikdasmen, op.cit., hlm. 4.


Kabupaten/Kota, Pejabat Dinas Pendidikan Propinsi, dsb.) melalui berbagai mekanisme,
misalnya seminar, lokakarya, diskusi, rapat kerja, simposium, forum ilmiah, dan media massa.
b. Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah
Pada tahap ini, sekolah melakukan analisis output sekolah yang hasilnya berupa identifikasi
tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih (ketidaksesuaian) antara
output sekolah saat ini dan output sekolah yang diharapkan di masa yang akan datang (tujuan
sekolah). Besar kecilnya ketidaksesuaian antara output sekolah saat ini (kenyataan) dengan
output sekolah yang diharapkan (idealnya) di masa yang akan datang memberitahukan besar
kecilnya tantangan.
c. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Sekolah (Tujuan Situasional Sekolah)

1) Visi
Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk
memandu perumusan misi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh ke depan
kemana sekolah akan dibawa. Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah,
agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.
2) Misi
Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Dalam
merumuskan misi, harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok
kepentingan yang tekait dengan sekolah. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk
memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
3) Tujuan
Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Jika visi dan misi
terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu 3-5
tahun. Dengan demikian pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang
telah dicanangkan.
4) Sasaran
Sasaran adalah penjabaran tujuan, yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh
sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibandingkan tujuan sekolah. Rumusan sasaran harus
selalu mengandung peningkatan, baik peningkatan kualitas, efektivitas, produktivitas, maupun
efesiensi (bisa salah satu atau kombinasi). Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka
sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas kriterianya, dan disertai indikator-indikator yang
rinci. Penentuan sasaran yang mana dan berapa besar kecilnya sasaran, tetap harus didasarkan
atas tantangan nyata yang dihadapi oleh /sekolah.
d. Mengidentifikasi Fungsi-Fungsi yang Diperlukan untuk Mencapai Sasaran
Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar mengajar berserta
fungsi-fungsi pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan dan
evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi
pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah-masyarakat, dan fungsi
pengembangan fasilitas.
e. Melakukan Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap
fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik
faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Tingkat kesiapan harus memadai, artinya,
minimal memenuhi ukuran kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, yang dinyatakan
sebagai; kekuatan bagi faktor yang tergolong internal; peluang, bagi faktor yang tergholong
eksternal. Sedang tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi ukuran
kesiapan, dinyatakan bermakana; kelemahan, bagi faktor yang tergolong internal; dan ancaman,
bagi faktor yang tergolong eksternal. Baik kelemahan maupun ancaman, sebagai factor yang
memiliki tingkat kesiapan kurang memadai; disebut persoalan.
f. Alternatif Langkah Pemecahan Persoalan
Dari hasil analisis SWOT, maka langkah berikutnya adalah memiliki langkah-langkah
pemecahan persoalan (peniadaan persoalan), yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah
fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih ada persoalan, yang sama artinya
dengan ada ketidaksiapan fungsi, maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh
karena itu, agar sasaran tercapai, perlu dilakukan tindakantindakan yang mengubah
ketidaksiapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-
langkah pemecahan persoalan, yang hakekatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan dan
atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan atau peluang, yakni dengan memanfaatkan adanya satu
atau lebih faktor yang bermakna kekuatan dan atau peluang.

g. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu


Hal pokok yang harus diperhatikan oleh sekolah dalam penyusunan rencana adalah
keterbukaan kepada semua pihak yang menjadi stakeholder pendidikan, khususnya orangtua
peserta didik dan masyarakat (BP3/Komite Sekolah) pada umumnya. Dengan cara demikian
akan diperoleh kejelasan, berapa kemampuan sekolah dan pemerintah untuk menanggung biaya
rencana ini, dan berapa sisanya yang harus ditanggung oleh orangtua peserta didik dan
masyarakat sekitar. Dengan keterbukaan rencana ini, maka kemungkinan kesulitan memperoleh
sumber dan untuk melaksanakan rencana ini bisa dihindari.
Secara visual, alur berpikir pembuatan rencan dan program sekolah (dari butir 2 s/d 7)
dapat dilihat pada gambar berikut;

Gambar 2; Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah


h. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui
bersama antara sekolah, orangtua peserta didik, dan masyarakat, maka sekolah perlu
mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Dalam menghindari berbagai penyimpangan, kepala sekolah perlu melakukan supervisi
dan monitoring terhadap kegiatan-kegiatan peningkatan mutu yang dilakukan di sekolah.
Kepala sekolah sebagai manajer dan pimpinan pendidikan di sekolahnya berhak dan perlu
memberikan arahan, bimbingan, dukungan, dan teguran kepada guru dan tenaga lainnya
jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan jalur-jalur yang telah ditetapkan.
i. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan

Untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan

menngenai sumber daya mansuia sekila, kinerja dalam

mengambangkan dan mencapai target kurikulum dan

prestasi yang sudah diraih siswa. pelaksanaan evaluasi bias

dilaksanakan dalam jangka pendek, menengah, dan jangka

panjang. Dalam melaksanakan evaluasi, kepala sekolah

harus mengikutsertakan setiap unsur yang terlibat dalam

program, khususnya guru dan tenaga lainnya agar mereka

dapat menjiwai setiap penilaian yang dilakukan dan

memberikan alternatif pemecahan. Demikian pula orangtua

peserta didik dan masyarakat sebagi pihak eksternal harus

dilibatkan untuk menilai keberhasilan program yang telah

dilaksanakan.

j. Merumuskan Sasaran Mutu Baru


Hasil evaluasi berguna untuk dijadikan alat bagi

perbaikan kinerja program yang akan datang. Jika dianggap

berhasil, sasaran mutu dapat ditingkatkan sesuai dengan

kemampuan sumberdaya yang tersedia. Jika tidak, bisa saja

sasaran mutu tetap seperti sediakala, namun dilakukan

perbaikan strategi dan mekanisme pelaksanaan kegiatan.

Namun tidak tertutup kemungkinan, bahwa sasaran mutu

diturunkan, karena dianggap terlalu berat atau tidak

sepadan dengan sumberdaya pendidikan yang ada (tenaga,

sarana dan prasarana, dana) yang tersedia. Setelah sasaran

baru ditetapkan, kemudian dilakukan analisis SWOT untuk

mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi dalam

sekolah.

B. Konsep Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah


Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala

sekolah. Karena dia sebagai pemimpin dilembaganya, maka dia harus mampu membawa

lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dia harus mampu melihat adanya

berubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik.

Kepala sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan

pengaturan dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya atau secara informal

kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya

Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu

sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat diamana terjadi interaksi

antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.14[14]

Dilembaga persekolahan, kepala sekolah atau yang lebih populer sekarang disebut

sebagai guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, bukanlah mereka yang

kebetulan mempunyai nasib baik senioritas, apalagi secara kebetulan direkrut untuk menduduki

posisi itu, dengan kinerja yang serba kaku dan mandul. Mereka diharapkan dapat menjadi sosok

pribadi yang tangguh, andal dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sekolah.

Kepala sekolah adalah sebagai padanan dari shcool principal , yang tugas kesehariannya

menjalankan principalship atau kekepalasekolahan. Istilah kekepalasekolahan mengandung

makna sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala

sekolah. Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat beberapa istilah untuk menyebut

jabatan kepala sekolah, seperti administrasi sekolah (shcool administrator), pimpinan sekolah

(shcool leader), manajer sekolah(shcool manajer), dan lain-lain.15[15]

14[14] Wohjosumidjo, op.cit., hlm. 83.

15[15] Sudarwan. Menjadi Komunitas Pembelajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 56.
Dari penjelasan diatas maka, bisa disimpulkan bahwasanya posisi kepala sekolah akan

menetukan arah suatu suatu lembaga. Kepala sekolah merupakan pengatur dari program yang

ada di sekolah. Karena nantinya diharapkan kepala sekolah akn membawa spirit kerja guru serta

kultur sekolah dalam peningkatan mutu belajar siswa.

2. Fungsi dan Tugas Kepala Sekolah

Kyte (1972) mengatakan bahwa seorang kepala sekolah mempunyai lima fugsi utama.

Pertama bertanggungjawab atas keselamatan, kesejahteraan, dan perkembangan murid-murid

yang ada di lingkungan sekolah. Kedua, bertanggungjawab atas keberhasilan dan kesejahteraan

profesi guru. Ketiga, berkewajiban memberikan layanan sepenuhnya yang berharga bagi murid-

murid dan guru-guru yang mungkin dilakukan melalui pengawasan resmi yang lain. Keempat,

bertanggungjawab mendapatkan bantuan maksimal dari semua institusi pembantu. Kelima,

bertanggungjawab untuk mempromosikan murid-murid terbaik melalui berbagai cara.

Sebagaimana firman Allah

( Zpx=yz F{$# @%y` oT) ps3n=yJ=9 /u tA$s% )ur


Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi. Al-Baqarah (2) ayat 30.

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwasnya seorang kepala sekolah merupakan amanah, yang harus

dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT dan kepada manusia (warga sekolah) atas rakyat yang

memberi amanah.

Aswarni Sudjud, Moh. Saleh dan Tatang M Amirin dalam bukunya Administasi

Pendidikan menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah:

2. Perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy) sekolah.


3. Pengatur tata kerja (mengorganisasi) sekolah, yang mencakup: a, mengatur pembagian tugas dan
wewenang. b, mengatur petugas pelaksana. c, menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasi).
4. Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi: a. Mengatur kelancaran kegiatan. b. mengarahkan
pelaksanaan kegiatan. c. mengevaluasi pelaksaanaan kegiatan. d. membimbing dan
meningkatkan kemampuan pelaksana.16[16]

Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah:

1. Perencanaan sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah sebagai lembaga pendidikan dengan
cara merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pencapaian.
2. Mengorganisasikan sekolah dalam arti mebuat membuat struktur organiasasi (stucturing),
menetapkan staff (staffing) dan menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staff
(functionalizinng)
3. Menggerakkan staf dalam arti memotivasi staf melalui internal marketing dan memberi contoh
external marketing.
4. Mangawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan membimbing semua staf dan
warga sekolah.
5. Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar peningkatan dan pertumbuhan
kualitas, serta melakukan problem solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan
masalah secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi konflik17[17].

Sebagai adamisnistrator kepala sekolah mengandung makna sebagai kepala sekolah

dengan tugas pokok dan fungsi di bidang administrasian, pimpinan sekolah mengandung makna

sebagai kepala sekolah yang menjalankan tugas pokok dan fungsi menggerakkan dan

mempengaruhi guru-guru dan staf sekolah untuk bekerja. Manajer sekolah mengandung makna

sebagai kepala sekolah dengan tugas pokok dan fungsi proses dan operatif dari keseluruhan

aktivitas instituisinya, sedangkan school principal bermakna menjalankan tugas pokok dan

fungsi sebagai principalship.18[18]

Pada dasarnya tugas kepala sekolah itu sangat luas dan kompleks. Rutinitas kepala

sekolah menyangkut serangkaian pertemuan interpersonal secara berkelanjutan dengan murid,

guru dan orang tua, atasan dan pihak-pihak terkait lainnya. Bllimberg (1987) membagi tugas

16[16] Daryanto, Administarsi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 81.

17[17] Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, ( Bandung: Cipta Cekas
Grafika, 2004), hlm. 112.

18[18] Sudarwan, op.cit., hlm. 57.


kepala sekolah sebagai berikut: (1) Menjaga agar segala program sekolah berjalan sedamai

mungkin (as peaceful as possible); (2) Menangani konflik atau menghindarinya; (3) Memulihkan

kerjasama; (4) Membina para staf dan murid; (5) Mengembangkan organisasi; (6)

Mengimplementasi ide-ide pendidikan

Untuk memenuhi tugas-tugas di atas, dalam segala hal hendaknya kepala sekolah

berpegangan kepada teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori ini didasarkan pada

pengalamannya, karakteristik normatif masyarakat dan sekolah, serta iklim instruksional dan

organisasi sekolah.

3. Kualitas Kepala Sekolah Yang Efektif

Kualitas dan kompetensi kepala sekolah secara umum setidaknya mengacu kepada empat

hal pokok, yaitu; (a) sifat dan ketrampilan kepemimpinan, (b) kemampuan pemecahan masalah,

(c) ketrampilan sosial, dan (d) pengetahuan dan kompetensi profesional.

Dalam kaitannya peningkatan kinerja tenaga kependidikan, dan kualitas sekolah, kepala

sekolah profesional seperti disarankan Sellis harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Mempunyai visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya
maupun bagi tenaga kependidikan dan peserta didik yang ada di sekolah.
2. Mempunyai komitmen yang jelas pada program peningkatan kualiatas.
3. Mengkomunikasi pesan yang berkaitan dengan kualitas.
4. Menjaminkan kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan sekolah.
5. Menyakinakn terhadap para pelanggan (peserta didik, oranng tua, mayarakat,) behwa terdapat
channel cocok untuk meyampaiakan harapan dan keinginan
6. Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.
7. Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti yang kuat.
8. Pemimpin melakukan inovasi.
9. Menjamin stuktur organisasi yang menggambarkan tanggungjawab yang jelas.
10. Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang, baik bersifar
oragnisasional maupun budaya.
11. Membangun tim kerja yang efektif.
12. Mengembangkan mekanisme yanng cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi.19[19]

19[19] Mulyasa, op.cit., hlm. 86.


C. Peran Kepala Sekolah Dalam Aktualisasi MPMBS

Kepala sekolah (school administrator) memegang peranan kunci dalam keberhasilan

aplikasi MPMBS. Bekal kemampuan, keahlian, dan keterampilan menjadi keniscayaan bagi

kepala sekolah untuk mampu menjalankan roda lembaganya secara bebasis MPMBS. Esensi

mengenai kemampuan kepala sekolah di dalam mengelola pendidikan telah banyak dibahas

dalam literatur akademik yanng relevan. Pendidikan yang bermutu, baik proses maupun

produknya merupakan instrumen utama bagi penyelesaian persoalan-persoalan sosial dan

kemanusiaan yang ada di Indonesia, terutama dalam rangka menghadapi era globalisasi dan

perdagangan bebas20[20].

Untuk mewujudkan MPMBS, membutuhkan figur kepala sekolah yang profesional dalam

bidangnnya. Peran kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS, antara lain:

1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Educator (Pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah harus memiliki strategi

yang tepat untuk meningkatkan profesionalime tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan

iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan

kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik,

seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi (acceleration) bagi

peserta didik yang cerdas di atas normal.21[21]

Dalam memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung

dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan itu

dilaksanakan untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha menanamkan,

20[20]Sudarwan Danim, op. cit., 2006, hlm. 211.

21[21] Mulyasa, op.cit., hlm. 99.


memajukan dan meningkatakan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral,

fisik, aristik22[22].

Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualiatas

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat

mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya

pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi

guru, wakil kepala sekolah atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat

mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya

dengan pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.

Keputusan Menteri Pendiidkan dan kebudayaan No 0296/U/1996, meupakan landasan

penilaian kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai educator harus kemampuan

membimbing guru, tenaga kependidikan nonguru, membimbing peserta didik, mengembangkan

tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek dan mmeberi contoh mengajar.

2. Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Kepala sekolah adalah manajer pendidikan, demikian dikemukankan oleh Hersey dan

Blancahard (1977) kepala sekolah didalam suatu organisasi ditempatkan pada suatu kedudukan

tempat dia berada bersama para guru yang melaksanakan tindakan dan pekerjaan mengajar dan

mendidik. Seorang manajer tidak saja menuntun dan membimbing orang-orang dibawahnya,

melainkan menerima laporan dari tindakan-tindakan yang berkaitan dengan proses pencapain

tujuan organisasi. Kedudukan kepala sekolah sebagai seorang manajer harus memiliki bobot

pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang harus memiliki perspektif dan onjektivitas.

Perspektif diperlukan untuk mengarahkan semua pekerjaan yangn terdistribusikan kelurahan

22[22] Sumidjo, op.cit.,hlm. 122.


dalam pencapain tujuan, dan objektivitas diperlukan untuk mengambil keputusan yang

diperlukan demi kemajuan sekolah yang dipempinnya.23[23]

Ada beberapa sikap manajer intrapreneur yang dapat dijadikan pedoman keberhasilan

MPMBS, diantaranya yaitu:

1. Manajer intrapreneur akan berbuat lebih strategi (strategis planning), dengan keberanian

mengambil resiko.

2. Manajer intrapreneur akan dikendalikan oleh kesempatan dan peluang, dengan bertanya pada

dirinya, bagaimana mengontrol sumber daya untuk dapat memperoleh keberhasilan dari

kesempatan yang dihadapinya.

3. Manajer intrapreneur akan menumbuhkan motivasi pegawainya24[24].

Sesuai dengan yang ditetapkan dalam penilaian kinerja kepala sekolah harus memiliki

kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, yang diwujudkan

dalam kemampuan menyusun program sekolah, personalia, memberdayakan tenaga

kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah memiliki

strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau

kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatakan

profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan

yang menunjang program sekolah.

23[23] Willem Mantja, Kompetensi Kekepalasekolahan: Landasan Peran dan Tanggungjawabnya,


Jurnal Pendidikan (Filsafat, Teori dan Praktek Pendidikan), IKIP Malang Th 23, No Islam, Januari 1996,
hlm. 60,

24[24]Hari Suderadjat, op.cit., hlm. 124.


Dalam konteks MPMBS kepala sekolah adalah manajer, yaitu sebagai orang yang

melaksanakan kegiatan manajemen dan sekaligus melaksanakan kepemimpian kepala sekolah.

Kepala sekolah melakukan peran manajer, menyusun perencanaan, pengorganisasian, evaluasi

dan pelaporan. Kepala harus berusaha menggerakkan dan memberdayakan potensi warga

sekolah serta meningkatkan peran serta masyarakat yang di arahkan untuk peningkatakan mutu

pendidikan secara luas.25[25]

3. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisi

Supervisi mempunyai kedudukan yang penting dalam kegiatan sekolah. Karena

kegiatan sekolah mengacu pada tujuan pembentukan manusia pribadi dan individu.

Supervisi adalah aktivitas menetukan kondisi/syarat-syarat yang esensial yang

akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.26[26] Sedangkan dalam kurikulum 1984 dalam

buku Pedomana Administasi dan Supervisi Pendidikan, Supervisi adalah pembinaan yang

diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk

mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih baik.27[27]

Dengan pengertian tersebut, supervisi mempunyai posisi yang cukup urgen dalam

meningkatkan kerja profesionalitas para stafnya agar kegiatan di sekolah bisa terealisasi dengan

baik.

Maka dari itu tugas kepala sekolah sebagai supervsisor, harus memiliki, mencari dan

menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Dan meneliti

25[25] Ahmad Ghozali dan Fuaduddin TM, Kepemimpinan KepalaSekolah Yang Efektif (Modul
Diklat Peningkatan Kualiatas Kepemimpian Kepala Sekolah), (Jakarta: DEPAG RI, 2004), hlm. 86.

26[26] M. Daryanto, Administarsi Pendidiakan (Jakarta Rineka Cipta, 1998), hlm. 84.

27[27]. Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi, (Jakarta: Grafindo Persada,1993), hlm. 154.
syarat-syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan mana yang belum ada atau kurang

maksimal. Jadi pokok pikiran tentang supervisi pendidikan, yakni:

Bahwa supervisi pendidikan pada hakikatnya merupakan segenap bantuan yang ditujukan pada
perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pengajaran. Melalui kegiatan supervisi, segala faktor
yang berpengaruh terhadap proses pengajaran dianalisis, dinilai dan ditentukan jalan
pemecahannya28[28].

Supervisi dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor,

supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan

dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan

pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan kependidikan disekolah terarah pada tujuan

yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk

mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati

dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kepala sekolah sebagai supervior harus diwujudkan dalam kemamapuan menyusun, dan

melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan

menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program

supervise kelas, pengembangan supervisi untuk kegiatan eksra kurikuler, pengembangan

supervisi perpustakaan, labolatorium, dan ujian.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh Supervisior: 1. Hubungan konsultatif,

kolegial dan bukan hirarkhis, 2. Dilaksanakan secara demokratis, 3. Berpusat kepada tenaga

kependidikan (guru), 4. Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru), 5.

Merupakan bantuan professional.29[29]

28[28]M. Daryanto, op.cit., hlm. 84.

29[29] Mulyasa, 2005, op.cit..,hlm. 111.


Kepala sekolah sebagai supervisior mempunyai peran dan tanggungjawab membina,

memantau, dan memperbaiki proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Tanggungjawab ini di kenal dan dikategorikan sebagai tanggung jawab supervisi. Supervisi

sebagai proses membantu guru guna memperbaiki dan meingkatkan pembelajaran kurikulum.

Hal ini terkandung bahwa kepala sekolah adalah supervisor dalam membantu guru secara

individual maupun kelompok untuk memperbaiki pengajaran dan kurikulum serta aspek

lainnya.30[30]

Kepala sekolah sebagai supervisor bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan semua

program pengajaran. Program pengajaran dalam kerangka aktualisasi MPMBS adalah model

PAKEM, yaitu pembelajaran aktif, kreatif, kreatif, efektif, dan mnyenangkan31[31].

Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh (1)

meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya, dan (2)

meningkatakan keterampilan tenaga kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya.

Peran kepala sekolah dalam penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah

adalah melakukan kegiatan supervisi dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Membimbing guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan pendidikan yang hendak
dicapai dan aktivitas pengajaran dalam mencapai tujuan tersebut,
2. Membimbing guru agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang persoalan dan kebutuhan
murid, serta upaya yang ditempuh dalam mengatasi persoalan tersebut,
3. Membantu guru agar dapat memahami lebih jelas masalah kesulitan belajar murid dan upaya
mengatasinya,
4. Membantu agar memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan menggunakan multi
metode dalam pengajaran,
5. Menyeleksi dan memberikan tugas kepada guru sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya,
6. Membantu guru untuk memahami sumber pengalaman belajar,
7. Membantu guru untuk memahami dan menggunakan alat peraga,

30[30] Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.
112

31[31] Depdiknas, op.cit., hlm. 21.


8. Membantu guru untuk dapat menerapkan penilaian yang valid, reliable,dan objektif,
9. Menumbuhkan moral kerja yang tinggi kepada setiap guru,
10. Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja guru berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
11. Memupuk dan mengembangkan hubungan yang harmonis dan kooperatif dini kalangan guru,
12. Mengikutsertakan wali murid, tokoh masyarakat, dan stakeholder dalam menyusun program
sekolah.

4. Peran Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)

Kepala sekolah pada esensinya laksana sebuah lokomotif yang akan membawa

gerbong-gerbong organisasi sekolahnya. MPMBS telah membangkitkan kesadaran akan esensi

dan eksistensi kepemimpinan kepala sekolah, dan mempunyai kewenangan dalam pembuat

keputusan sekolah. Maka, kepala sekolah harus mampu bekerjasama dengan stafnya untuk

membuat keputusan yang inovatif dalam kerangka mencapai tujuan yang efektif, efisien, dan

akuntabel. Sebagimana firman Allah, bahwasnya dalam pelaksnaan keputusan harus menjamin

terwujudnya keadilan,

d,pt:$$/ $Z9$# tt/ Lln$$s F{$# Zpx=yz y7oY=yy_ $R) r#yt


y7=s 3uqyg9$# 7Ks? wur
$yJ/ 7x >#xt Ngs9 !$# @6y `t tbq=t t%!$# b) 4 !$# @6y `t
>$|t:$# tPqt (#qnS
Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka
melupakan hari perhitungan. (Shad (38) ayat 26.

Peranan pokok kepala sekolah terdapat dalam kesanggupannya untuk mempengaruhi

lingkungan melalui kepemimpinan yang dinamis. Para kepala sekolah dilihat oleh masyarakat

sebagai orang kunci dalam pemeliharaan dan pengembangan pengajaran, dan mereka sendiri

pada umumnya memang ingin mementingkan peranan dalam perbaikan pengajaran. Akan tetapi,

kurangnya waktu, keterlibatannya dalam berbagai macam kewajiban lain yang tak terbilang

jumlahnya, dan perasaan ketakmampuan dirinya telah mengahambat pencapain tersebut. Namun
kebanyakan kepala sekolah berusaha untuk menegakkan ajaran pengembangan kesanggupan

profesional meraka selaku pemimpin instruksional yang dinamis, kreatif, dan efektif32[32].

Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain atau kelompok agar

mereka berbuat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berbagai cara dan usaha dapat

dilakukan oleh seoranng pemimpin dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, seperti:

persuasif, mempengaruhi, atau dengan kekerasan atau dengan mengunakan wewenang yang

dimilkinya. Cara-cara ini sering digunakan oleh seorang pemimpin dalam usahanya mendorong

motivasi bawahannya agar mereka berbuat atau bertindak kearah tujuan yang diharapkan. Cara-

cara demikian sering digunakan oleh kepala sekolah didalam melaksanakan kepemimpinannya

dalam rangka melaksanakan kurikulum disekolahnya33[33].

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,

meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan

mendelegaikan tugas. Wahjosumidjo Mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus

memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan

pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari

kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi misi sekolah, kemampuan

mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunukasi.

Dalam MPMBS adanya kewenangan (authority) kepala sekolah sebagai pemimpin

pendidikan, sebagai direktur yang harus mampu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah serta

strategi pencapaiannya yang berorientasi ke masa depan sesuai dengan sabda Rasullah SAW:

32[32]Oteng Sutisna, op.cit., hlm. 231.

33[33]Oemar Hamalik, Administrasi dan Supervisi Pengambangan Kurikulum, (Jakarta: Mandar


Maju, 1992), hlm.107.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat (1) jujur, (2) percaya

diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6)

emosi yang stabil, (7) teladan34[34].

Peran yang harus ditampilakan oleh pimpinan kepala sekolah yang menerapkan konsep

manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut:

a. Memimpin sekolah secara efektif dan efisien


b. Merangkap ulang problem-problem yang dihadapi secara benar untuk kemudian mencari
strategi cerdas dan manjur dalam rangka memcahkannya.
c. Memfokuskan tugas-tugas pada hasil terbaik yang dikendaki dan memelihara fokus itu.
d. Mengembangkan pemikiran strategi dan merencanakan secara baik lingkup tugas institusi.
e. Merestruktur dan merekultur sinergi secara berenergi.
f. Mengaitkan seluruh aspek manajemen untuk mendukung struktur pekerjaan dan desain ulang
organisasi.
g. Memperkuat perluasan pembelajaran dan pendekatan tim untuk mencapai hasil terbaik dari
proses belajar siswa.
h. Mengkreasi kapasitas profesional dan tim kerja untuk mencapai hasil yang diinginkan35[35].

34[34]E. Mulyasa, op.cit., hlm. 118.

35[35] Sudarman danim, op.cit.,hlm. 182.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, karena fokus penelitiannya

adalah peran kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS. Pendekatan ini merupakan suatu proses

pengumpulan data secar sistematis dan intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang persepsi

dan pemahaman kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS serta peran kepala sekolah dalam

aktualisasi MPMBS di SMPN 13 Malang.

Menurut Bogdan dan Taylor mendefiniskan metodologi kulitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghadirkan data deskriptif beberap kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang atau pelaku yang dapat diamati36[36]. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

36[36] Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
hlm: 3.
mengungkapkan daya deskriptif dari informasi tentang apa yang mereka lakukan, rasakan, dan

yang mereka alami terhadap fokus penelitian.

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik antara lain: alamiah, manusia sebagai instrument,
menggunakan metode kkualitatif, analisis data secara induktif, diskriptif, lebih mementingkan
proses dari pada hasil, adanya fokus, adanya kriteria untuk keabsahan data, desain penelitian
bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan disepkati bersama.37[37]

Berdasarkan paparan diatas, maka penelitian ini diarahkan pada peran kepala sekolah di

sekolah SMPN 13 Malang kaiatnnya dengan aktualisasi MPMBS di SMPN 13 Malang.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun

sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari sumber data utama yang berupa kata-

kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Sumber dan

jenis data terdiri dari data dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan data statistic.38[38]

Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Sumber data utama (primer), yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan

observasi. Sumber data tersebut meliputi:

1) Kepala sekolah SMPN 13 Malang (melalui wawancara)


2) Wakil kepala sekolah SMPN 13 Malang (melalui wawancara)
3) Waka. Kurikulum SMPN 13 Malang (melalui wawancara)
4) Guru Agama SMPN 13 Malang (melalui wawancara)
5) Koordinator TU SMPN 13 Malang (melalui wawancara)
6) Komite SMPN 13 Malang (melalui wawancara)
7) Kegiatan ekstarkulikuler di SMPN 13 Malang (melalui wawancara)

Sebagaimana yang diungkapka Moleong bahwa:

37[37] Ibid, hlm: 27.

38[38] Moleong, L.J. op.cit, hml. 112.


Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawncarai merupakan sumber data
utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis dan melalui perekaman video/ atau
audio tape, pengmbilan foto atau film, pencatatan sumber data utama melalaui wawancara atau
pengmatan berperan serta sehingga merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar dan bertanya.39[39]

2. sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data diluar kata-kata dan tindakan yakni sumber

data tertulis. Sumber tertulis dapat dibagi tas sumber dari buku dan majalah ilmiah, sumber data

arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

yang digunakan penulis dalam penelitian ini, terdiri atas dokumen-dokumen yang meliputi:

13 Malang
la SMPN 13 Malang

Adapun teknik pengambilan sumber data dalam penelitian ini adalah menggunkana teknik bola

salju(snow bolling sampling).Yang dimaksud dengan teknik bola salju yaitu:

Peneliti memilih responden/ sample secara berantai, jika pengumpulan dari dat responden/
sample ke-1 sudah selesai, peneliti minta agar responden kelurahan-2, lalu yang ke-2 juga
memberikan rekomendasi untuk responden ke-3, dan selanjutnya. Proses bola salju ini
berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai kebutuhan.40[40]

Dari keterangan diatas, maka sumber data utama yang menjadi sumber informasi dalam

penelitian ini adalah: kepala sekolah, kepala sekolah yang nantinya akan memberikan

pengarahan kepada peneliti dalam pengambilan sumber data, dan memberikan rekomendasi

kepada informan lainnya seperti: wakil kepala sekolah, koordinator TU, komite sekolah, juga

memberikan kepada informan lainnya seperti: , waka kurikulum, dan guru agama. Sehingga

semua data-data yang diperlukan peneliti terkumpul, sesuai dengan kebutuhan penelitian.

39[39] ibid., hlm. 112.

40[40] Arikunto, Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm.: 115.
Untuk lebih lebih mudah mengenai sumber data, bisa dilihat ditabel.

Tabel Informan penelitian

Data Metode Informan/ Data diperoleh

persepsi dan wawancara, Kepala sekolah, wakil

pemahaman observasi, kepala sekolah, waka

kepala sekolah dokumentasi kurikulum, guru olahraga,

komite sekolah,

koordinator TU.

peran kepala Wawancara, Kepala sekolah, wakil

sekolah dalam Observasi, kepala sekolah, komite

aktualilsasi Dokumentasi sekolah, koordinator TU,

MPMBS waka kurikulum, guru

olahraga, guru agama

C. Prosedur Pengumpulan Data

Data penelitian ini akan dikumpulakan dengan tiga teknik (1). Teknik wawancara, (2).

Teknik observasi berperan serta, (3). Teknik dokumentasi

1. Teknik Wawancara

Wawancara dilaksanakan dengan maksud antara lain: mengkonstruksikan mengenai orang,

kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan motivasi, tuntutan, kepedulian, dan kebutuhan lain-

lain41[41]. Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, tetapi disaat lain bisa juga tidak,

41[41] Moleong, L.J. op.cit., hlm. 135


meskipun pertanyaan yang mendalam dapat dikembangkan secara spontan selama proses

wawancara berlangsung. Tujuannya adalah mengkaji lebih dalam atau lebih fokus

Tentang hal-hal yang dibicarakan dalam tahapan teknik wawancara adalah sebagai berikut: 1.

menentukan informan yang di wawancarai, 2. persiapan wawancara dengan menetapkan garis

besar pertanyaan, 3. memantapkan waktu, 4. melakukan wawancara dan selam proses

wawancara berlangsung peneliti berusaha memelihara hubungan yang wajar sehingga informasi

yang diperoleh akan objektif, 5. mengakhiri wawancara dengan segera menyalin dalam transkrip

wawancara.

Teknik wawancara ini untuk memperoleh data-data tentang: a. Bagaimana persepsi dan

pemahaman kepala sekolah tentang MPMBS, b. Peran-peran apa yang dilakukan kepala sekolah

dalam aktualisasi MPMBS.

Responden yang akan menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala sekolah, b. wakil kepala sekolah, c. waka kurikulum, d. coordinator TU, e. guru agama

dan olahraga, f. ketua komite sekolah.

2. Tenik Observasi Berperan serta

Observasi yaitu pengamatan melalui pemusatan terhadap suatu objek dengan menggunakan

seluruh alat indera, yaitu penglihatan, peraba, penciuman, pendengaran, pengecapan42[42].

Observasi digunakan untuk memperoleh data dilapangan dengan alasan untuk mengetahui

situasi, mengambarkan keadaan, melukiskan bentuk. Guba dan Lincoln43[43]. Menyebutkan

observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu: Ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif

menggunakan pengamatan:

42[42] Arikunto,op.cit., hlm. 133

43[43]. Moleong. L.J. op.cit, hlm. 125.


(1). Pengamatan didasarkan pada pengamatan langasung, (2). Pengamatan juga memungkinkan
melihat dan mengamti sendiri kemudian mencatat perilaku kejadian sebagaiman yang terjadi
pada keadaan yang sebenarnya, (3). Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa
dalam situasi yang berkaitan dengan mengetahui profesional maupun pengetahuan yang
diperoleh secara langsung dari data, (4). Sering terjadi adanya keraguan data yang diperoleh
dengan teknik wawancara, jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data adalah dengan
pengamatan, (5). Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi
yang rumit, dan dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikatif lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Metode ini digunakan untuk mnegumpulkan data-data dengan jalan menjadi

partisipan secara langsung dan sistematis terhadap obyek yang diteliti, dengan cara mendatangi

langsung lokasi penelitian yaitu SMPN 13 Malang untuk memperhatikan peran kepala sekolah

dalam aktualisasi MPMBS. Selain itu, metode observasi juga bisa digunakan untuk mengamati

kondisi sekolah, sarana dan prasarana sekolah.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dari:

Berbagai jenis informasi dapat juga diperoleh melalui dokumentasi, seperti surat-surat resmi,
catatan rapat, laporan-laporan, artikel, media, kliping, proposal, agenda, memorandum, laporan
perkembangan yang dipandang relevan dengan penelitian yang dikerjakan. Sebagian di bidang
pendidikan dokumen ini dapat berupa buku induk, rapot, studi kasus, model satuan pelajaran
guru, dsb44[44].

Adapun dokumen yang dikumpulkan dan dianalisis peneliti dalam penelitian ini

adalah dokumen yang berkaitan dengan kondisi sekolah sebagai lokasi penelitian dan dokumen

yang berkaitan dengan fokus dan masalah penelitian. Dokumen yang dianalisi yaitu: daftar

pegawai tetap dan struktur organisasi, program tahunan peningkatan mutu, data-data yang

dihasilkan peneliti tersebut diharapkan mampu menjawab pertanyaan bagaimana peran kepala

kepala sekolah dalam mengaktualisasikan MPMBS di SMPN 13 Malang.

D. Analisis Data

44[44], Ibid., hlm. 113.


Setelah berbagai data terkumpul, maka untuk meneganalisanya digunakan tehnik analisi

deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data-data yang telah terkumpul

mengenai persepsi dan pemahaman kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS serta peran kepala

skeolah dalam aktualisasi MPMBS dini SMPN 13 Malang.

Sebagaimana pandangan Moleong menyebutkan bahwa analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data karena dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesisi kerja spirit yang disarankan

oleh data.

Proses analisis data dilakukan peneliti adalah melalui tahap-tahap sebagai berikut: (1).

Pengumpulan data, dimulai dari berbagai sumber yaitu dari beberapa informan dan pengamatan

langsung yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, transkrip wawancara dan dokumentasi.

Setelah dibaca dan dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya mengadakan reduksi data

yang dilakukan dengan jalan membuat abstaksi. Abstraksi yang akan membuat rangkuman inti.

tahap (2). Proses pemilihan, yang selanjujtnya menyusun dalam satuan-satuan yang kemudian

diintegrasikan pada langkah berikutnya, dengan membuat koding. Koding merupakan symbol

atau singkatan yang diterapkan pada sekelomok kata-kata yang bisa merupa kalimat atau

paragraf dari catatan di lapangan.45[45] (3). tahap terakhir adalah pemeriksaan keabsahan data.

Setelah selesai tahap ini, mulailah pada tahap pembahasan hasil penelitian. Sehinggga dapat

digambarkan sebagaimana bagan berikut ini:

Bagan : Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif

45[45] Miles, Matthew B. dan Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif . Terjemahan: Tjejep
R.R. (Jakarta, UI Press, 1992), hlm: 87.
Hlm 20 Miles, Matthew B. dan Michael Huberman

E. Pengecekan Keabsahan Data

Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu tahap pendahuluan, tahap

penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk

pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu, jika

terdapat data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data

sekali lagi di lapangan, sehingga data tersebut memiliki kadar validitas yang tinggi.

Moloeng berpendapat bahwa: Dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan

keabsahan data46[46]. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti

kredibilitasnya dengan mengunakan teknik sebagai berikut:

1) Presistent Observation (Ketekunan pengamatan) yaitumengadakan observasi secara terus

menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai

aktivitas yang sedang berlangsung dilokasi penelitian. Dalam hal ini yang berkaitan dengan

peran kepala sekolah adalam aktualisasi MPMBS di SMP Negeri 13 Malang.

2) Triangulasi yaitu tehnik pemeriksaan keabsaahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain dini luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.

46[46] Moleong, L.J. op.cit., hlm. 172.


3) Triangulasi yang digunakan dalampenelitian ini adalah triangulasi sumber data dengan cara

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperloreh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.. Sehingga perbandingan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan tentang peran kepala sekolah adalam

aktualisasi MPMBS di SMP Negeri 13 Malang. (pada hasil observasi) dengan wawancara oleh

beberapa informan atau responden.

4) Peerderieting (Pemeriksaan sejawat melalui diskusi), bahwa yang dimaksud dengan

pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil

sementara atau hasil ahir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan

sejawat.

F. Tahap Tahap Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

Menyusun proposal penelitian:

Proposal penelitian ini digunakan untuk minta ijin kepada lembaga yang terkait sesuai

dengan sumber data yang diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan data

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah:

1) Wawancara denga Kepala SMPN 13 Malang.


2) Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah SMPN 13 Malang.
3) Wawancara dengan Waka Kurikulum SMPB 13 Malang
4) Wawancara dengan Guru Agama SMPN 13 Malang.
5) Wawancara dengan TU SMPN 13 Malang
6) Wawancara dengan Komite Sekolah
7) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari lapangan.
8) Menelaah teori-teori yang relevan.

b. Mengidentifikasi data
Data yng sudah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi diidentifikasikan

agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi.


b. Menganalisa data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMPN 13 Malang

1. Sejarah Singkat SMPN 13 Malang

Berdirinya SMPN 13 Malang mempunyai latar belakang dengan munculnya problem

sosial yang ada diwilayah Malang, SMPN 13 Malang berdiri pada tahun 1983/1984, akan tetapi

permulaannya menempati lokasi SDN Sumbersari VII selama satu tahun. Kemudian pada tahun

ajaran 11984/1985 pindah kelokasi SMPS jalan Veteran juga selama 1 tahun. Dan terakhir pada

tahun 1985/1986 pindah kelokasi gedung baru jalan Sunan Ampel II Malang sampai saat ini.

Selama dua tahun ajaran yakni pada tahun 1984/1985 dan 1985/1986 SMPN 13 Malang masih

dibawah pengelolaan SMPN 1 Malang dan mulai tahun 1986/1987 sudah mampu berdiri sendiri

lepas dari SMPN 1 Malang. SMPN 13 Malang bertempat di Jl Sunan Ampel II Dinoyo Malang

(150m lokasi UIN Malang).

2. Profil Kepala Sekolah

Berkembangnya SMPN 13, tidak lepas dari profesionalisme kepala sekolah, meskipun

baru diangkat menjadi kepala sekolah di SMPN 13 namun, sebelumnya sudah pernah menjadi

kepala sekolah di SMPN 7 Malang, sehingga tidak diaragukan lagi kemampuannya dalam
mengelola sekolah. Pada program tahun pelajaran 2005/2006 kepala sekolah memberikan ide

tentang program IMTAQ, dan Conversation BHS. Inggris. Kedisiplinan dan keuletan telah

dimiliki kepala sekolah sehinngga

kita sebagai warganya telah menemukan figur yang mampu untuk meningkatkan

profesionalisme para guru disini, hasil wawancara dengan guru Agama yang juga meranngkap

Waka. Humas. Memang pada ajaran ini kita mendapatkan kepala sekolah yang baru, namun juga

tidak kalah saing, kita bisa melihatnya itu dengan kepiawaiannya dalam merumuskan program

sekolah, juga dalam akuntabilas sekolah yang trasparan sehingga dalam penggunaan dana BOS

kepala sekolah telah memanagenya dibantu oleh Bendahara sekolah. Hasil wawancara dengan

komite sekolah.

Berikut hasil observasi, tentang curriculum vitae kepala sekolah: Drs. H. Muhammad Nur

Faqih, M.Ag, Tempat, tgl lahir: Malang, 3 Maret 1954, Alamat: Jl. Kramat 34 Singosari Telp

0341-451527, Pendidikan Formal: SD (1968) MI (1969), SMP (1971), SMA (1974), PGSLP IPA

(1979), Sarmud PAI Unisma (1086), Sarjana PAI IAIN (1988), Pasca Sarjana (PAI) Unisma

(2000). Prestasi: Instruktur Fisika SMP JATIM (1997-1999), Badan Pengawas KPRI SMP 8

Malang (1997-1999) Kepala SMP 7 Malang (2003-2005), Guru Teladan II Tk I Prop. Jawa

Timur, Juara Umum lomba keberhasilan guru tingkat nasional (2001), Prestasi dalam penulisan

buku, yaitu Buku Fisika Kelas 1,2,3(1989 dan 1992). Pengabdian masyarakat: Pengasuh mahad

Tarbiyah Islamiyah Darul Hikmah Singosari Malang.

3. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan proses belajar mengajar SMPN 13 Malang di mulai pukul 07.00 WIB sampai

pukul 13.45 untuk hari senin, selasa, rabu, kamis, hari jumat pukul 10.45 WIB dan hari sabtu

11.00 karena ada program wajib bagi kelas 1 untuk mengikuti pramuka. Namun ada juga jam
tambahan ekstrakulikuler mulai pendukung materi kesenian seni tari, tata boga, tata busana,

teknik jilid keliping, lokomotif, tapak suci, basket ball, PMR, KKI (karate), dan tambahan

khusus yang semua siswa wajib mengikuti adalah IMTAQ, conversation dan tak lupa andalan

ekstrakulikernya yaitu Marching Band. Semua kegiatan ekstra tersebut siswa diperkenankan

memilih sendiri sesuai dengan kemampuan bakat dan minatnya.

Sebagai aplikasi dari manajemen peningkatan mutu sekolah SMPN 13 Malang memberi

tambahan prestasi siswa baik dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk kelas 1

wajib mengikuti pramuka dengan tujuan membentuk siswa yang mantap dan handal yang siap

menjadi juara setiap event lomba akan dapat memberikan wadah penyaluran hobby siswa

dibidang disiplin dan kepemimpinan yang membentuk generasi muda menjadi: Mandiri,

Disiplin, Cerdas dan trampil, Berbudi pekerti tinggi, Bersosial, Siap menjadi pemimpin.

Untuk kelas 2 pengembangan bakat yang lebih mendalam. Dan kegiatan tambahan yang

wajib diikuti oleh semua siswa baik kelas 1 dan 2 adalah Marching Band yang merupakan

kegiatan yang banyak diminati oleh para siswa dan satu-satunya ektrakulikuler yang telah

membri nama harum SMP 13. Karena dengan kegiatan ini SMP 13 bisa menemukan jati dirinyna

bahwa meskipun berada di pinggiran kota tetapi para peminat juga banyak. Bahkan TIM

Marching Band berlatih dengan giat karena akan di undang dalam acara Kontestan dini Bali.

Pada tahun 2005/2006 ini ada program baru, yaitu pendalaman keimanan yang disebut dengan

IMTAQ, kegiatan ini terfokus pada keterbiasannya para siswa melakukan ibadah, yaitu

pembiasaan sholat berjamaah dan membiasakan pula untuk melakukan sholat dhuha, dan pada

hari jumat diadakan sholat jumat bersama.

4. Keadaan Peserta Didik


Peserta didik adalah sasaran utama yang akan dibimbing, dibina serta ditingkatkan

sumber dayanya dalam peningkatan mutu sekolah. Karena melalui prestasi didik sekolah bisa

membuktikan bahwa ia telah melaksanakan program peningkatan mutu sekolah.

Proses penerimaan siswa baru, SMPN 13 Malang mempunyai 2 jalur yang pertama

penyeleksian melalui NEM dan jalur ujian reguler beserta tes psikologi. Hal ini dilaksanakan

agar sekolah nantinya mengetahui perkembangan siswa mulai dari input proses sampai out put.

Sehingga ada peningkatan yang semuanya telah kita sepakati bersama, hasil wawancara dengan

kepala sekolah.

Dalam dekade 4 tahun SMPN 13 Malang peminat siswa selalu bertambah. hal

Berdasarkan dokumen yang didapat oleh peneliti, bahwasanya jumlah peserta didik SMPN 13

Malang sebagaimana tabel berikut.

Tabel 1
Data siswa Tamatan (4 tahun terakhir)

Jumlah (Kls
Kelas 1 Kelas II Kelas III
Jml I + II + III)
Tahun Pendaftar Jml Jml Jml Jml
ajaran Cln Jml Jml Jml Sis
Romb. Romb. Romb. Romb.
Siswa Siswa Siswa Siswa wa
Bel Bel Bel Bel
Baru)
2002/2003 372 305 7 346 8 346 8 997 23
2003/2004 385 307 7 304 7 344 8 945 22
2004/2005 388 329 7 301 7 291 7 921 21
2005/2006 398 337 8 323 7 299 7 959 22
Rekapitulasi hasil observasi dan wawancara dengan TU.
Berdasarkan table diatas menjelaskan bahwa dalam setiap tahunnya jumlah calon siswa

semakin bartambah, yaitu mulai tahun ajaran 2002/2003 samapai 2005/2006. Pada tahun ajaran

2002-2005 jumlah sisiwa kelas hanya 7 kelompok, namun pada tahun 2005/2006 jumlah kelas I

bertambah menjadi 8 kelompok, . Sehingga pada tahun ajaran 2005/2006 jumlah siswa secara

keseluruhan 959.
Penjelasan tersebut diperoleh peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan coordinator

TU dan berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan oleh petugas TU. Peningkatan tersebut

tidak hanya dari jumlah siswa, akan tetapi dari segi kualitas juga meningkat dari tahun ke tahun

baik dari akademis maupun non akademis, dari kegiatan luar sekolah maupun intern sekolah,

sebagaimana yang telah diungkapkan oleh wakil kepala sekolah, bahwa:

prestasi-prestasi yang diraih oleh SMPN 13 Malang ini, diantaranya dapat dilihat hasil UAN
terbukti bahwa siswa SMPN 13 Malang 100% lulus mulai tahun 2002/2003 sampai 2004/2005,
begitu pula dengan nilai rata-rata yang cukup memuaskan, sedangkan dilihat dari dari prestasi-
prestasi mata pelajaran EBTANAS juga meningkat.

Jumlah lulusan siswa dan hasil UAN dapat digambarkan sebagaimana table berikut:

Tabel 2
Tamatan (3 tahun terakhir)

Tahun Lulusan (%) Rata-rata NUN Siswa yang


ajaran melanjutkan ke
SLTA
Jumlah Target Hasil Target Jumlah Target
2002/2003 100 100 18,27 20,50 98,20 100
2003/2004 100 100 18,39 20,50 98,62 100
2004/2005 100 100 19.25 22.00 99,25 100
Sumber: Rekapitulasi data dari SMPN 13 Malang

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2002-2005 selalu ada peningkatan

mulai dari lulusan, rata-rata NUN, dan siswa yang melanjutkan ke SLTA. semua siswa lulus

sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh sekolah. Mengenai rata-rata NUN setiap

tahunnya kita selalu ada kenaikan meskipun hal ini tidak sesuai dengan target yang diinginkan

sekolah, namun hasil NUN cukup memuaskan. Dan untuk siswa yang melanjutkan ke SLTA

tidak sesuai dengan jumlah siswa yang keluar dari SMPN 13 Malang, hal ini disebabkan karena

rata-rata orang tua siswa di sekolah ini adalah menengah ke bawah, ini menunjukkan karena

factor ekonomi serta pendidikan orang tua yang yang rendah. Pernyataan tersebut peneliti

dapatkan ketika mewawancarai guru Agama beliau mengatakan bahwa:


meskipun sekolah ini ada dipinggiran kota namun, yang mayoritas siswanya dari kalangan
menengah kebawah, sekolah ini berusaha membantu baik material maupun fisik, sehingga
diharapkan semua peserta didik disini bisa melanjutkan ke jenjang selanjutnnya, sesuai denngan
target yang diinginkan sekolah. Dan setiap satu minggu sekali ada pemberian makanan sehat
empat lima sempurna bantuan dari donatur dan guru.

SMPN 13 Malang mempunyai prestasi yang cukup memuaskan, baik prestasi akademik

maupun prestasi non akademik, sekolah ini menunjukkan bahwasanya telah melakukan

pendidikan yang inovatif serta telah melaksanakan amanah bangsa yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa. Prestasi-prestasi yang diperoleh di SMPN 13 Malang merupakan bentuk

peningkatan kreativitas bakat dan minat siswa. Berikut prestasi yang pernah diraih oleh segenap

siswa-siwi SMPN 13 Malang baik tingkat daerah mauun tingkat propinsi. Juara I Tropy Tetap

Rektor UIN Malang Prestasi Olahraga, Seni, dan Kepramukaan, 2004. Juara I Komite 45 kg

Kadet Putra Karate Piala Bupati Jombang se Jatim, 2004. Tim Favorit Pataga I Kwarran

Blimbing Malang, 2004. Juara III Open Tournament Karate, 2004. Juara UMUM Jumpa

Gembira PMR VI Piala Gubenur Jatim, 2005. Juara II Kata Beregu Putri Bupati Kota Malang

CUP, 2005. Telada II PI PBTD Pataga II Prasbhara Blimbing Malang, 2005. Juara UMUM

Piala Gubenur Jatim Jumpa Bakti Gembira PMR, 2005. Telada I gaktur Lantas pataga II, 2005.

Juara III Lari 800 m Atletik Pelajar se Kota Malang, 2005. Harapan I PBB Tingkat SMP se

Kota Malang Piala DIKNAS, 2006.

Dari penjelasan tersebut, berdasarkan hasil observasi menunjukkan banyak prestasi yang

cukup membanggakan yang diraih. Hal ini menunjukkan bahwasnya potensi kemampuan yang

dimiliki siswa SMPN 13 Malang cukup memuaskan, kita bisa melihat hasil prestasi olahraga,

pramuka, dan drum band. Yang semua kegiatan tersebut ada di kegiatan ekstarkulikuler.
Prestasi akademik yang pernah di raih The Third Golden Winner Junior High School

(First Year) English Olympic, 2006. The Second Golden Winner Junio High School (Third

Year) English Olimpic, 2005.

5. Keadaan Guru dan Tenaga Lainnya

Dalam keberlangsungan proses belajar mengjaar, guru mempunyai posisi yang penting.

Guru dan para staf sekolah merupakan unsur pokok yang dalam organisasi pendidikan, karena

merekalah yanng akan mengantar keberhasilan peserta didik.

Untuk meningkatkan profesionalisme guru, maka sekolah SMPN 13 Malang

mendelegasikan para guru untuk mengikuti pelatihan baik yang diadakan di DIKNAS dan juga

mengadakan Work Shop untuk kompetensi guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di

sekolah

Adapun workshop ataupun pelatihan yangn sudap pernah dilakukan dan mendelegasikan
para gurunya sebagaimana dalam tabel berikut;
Tabel 3
Latihan yang pernah diikuti guru SMPN 13 Malang

Tahun Nama Pelatihan Ket


2000 Profesionalisasi Pendidikan Kekaryaan 1 hari
2000 Penulisan Karya Ilmiah 1 hari
2000 Pelatihan Manajemen Kepala sekolah 6 hari
2001 Seminar Internasional Demokratisasi dan 7 hari
Desentralisasi Pendidikan
2002 Pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi 3 hari
2003 Pelatihan Calon Pelatih (Training Of Trainer) MPMBS 7 hari
2005 Pelatiahan penggunaan alat teknologi bhs. Inggris 2 hari
2005 Pelatihan penggunaan alat labolatorim IPA 2 hari
Sumber: Rekapitulasi data dari SMPN 13 Malang

Berdasarkan tebel diatas ada usaha yang dilakuakan oleh sekolah untuk meningkatkan

profesionalime guru dengan mengikutsertakan sebagian guru untuk mendapatkan pengetahuan

dan wawasan yang mana hal tersebut sangat membantu guru untuk meningkatkan potensinya.

Hasil wawancara dengan waka kurikulum


...untuk meningkatkan potensi guru kami sudah pernah mengadakan melalui Work Shop di P-

WEC Desa Petungsewu-Kabupaten Malang yang dipandu oleh Pengawas Dinas Pendidikan Kota

Malang. yang mana kegiatan ini mempunyai tujuan: Mengupayakan guru agar dapat

memanfaatkan alam sebagai sumber ajar, dan diikuti segenap guru SMPN 13 Malang dan Work

shop penggunaan alat IPA yang tujuannya untuk terpenuhinya peningkatan SDM guru IPA

khususnya dalam penggunaan alat-alat IPA, serta mendaftarkan semua guru IPA dalam setiap

seminar/ kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan LAB IPA.

Manyoritas guru dan tenaga lainnya di SMPN 13 Malang merupakan lulusan S1 dan yang

paling rendah pendidikannya adalah lulusan SMP. Adapun perinciannya sebagaiman berikut.

Tabel 4
Tingkat Pendidikan Personalia SMP 13

Jenjang SMU D1 D3 S1 S2 SLTP


Pendidikan
Jumlah 14 3 3 39 1 3
Jumlah 63
Sumber: Rekapitulasi data dari SMPN 13 Malang

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah guru lulusan S1jumlahnya 39 orang, S2

jumlahnya 1 orang yaitu kepala sekolah, D3 jumlahnya 2 orang guru dan koor Tata Usaha,

D1jumlahnya 3 orang yang semuanya menjadi staf tata usaha, SMU jumlahnya14 orang, 2 orang

satpam dan 12 orang menajdi staf sedangkan dari SLTP berjumlah 3 orang yang semua menjadi

tukang kebun.

Dari hasil observasi, SMPN 13 juga telah membuat pembagian tugas guru dalam proses

pembelajaran. Yang juga diperjelas dengan jumlah jam pelajaran, jenis guru dan jabatan guru,

sebagaimana terdapat pada lampiran.

6. Keadaan orangtua Pesera Didik


Peran serta oranng tua dalam pelaksanaan peningkatan mutu sekolah mmepunyai posisi

yang urgen. Latar belakang orang tua peserta didik SMPN 13 Malang yang notabene ekonomi

menengah ke bawah merupakan faktor yang mempengaruhi laju perkembangan dan peningkatan

mutu pendidikan di sekolah.

Adapun latar belakang pendidikan orang tua peserta didik, penghasilan perbulan serta

tingkat pendidikan.

Tabel 5
Pekerjaan dan penghasilan Orang Tua

Pekerjaan Jumlah (%) Penghasilan/perbulan Jumlah


Pegawai Negeri 15,58 200.000,00 9,5
TNI/Polri 5,75 201.000,00-400.000,00 29,1
401.000,00-600.000,00 30,9
Karyawan 18,72 601.000,00-1.000.000,00
Swasta
Petani -
Pengusaha 8,60 >1.000.000,00
Nelayan -
Lain-lain 51,35
Sumber: Rekapitulasi data dari SMPN 13 Malang

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwasanya orang tua siswa yang menjadi pegawai

negri: 15,58, TNI/Polri: 5,75, karyawan swasta: 18,72, pengusaha: 8,60, dan lain-lain 51,35. Hal

ini menunjukkan mayoritas pekerjaan orang tua SMPN 13 Malang tidak diketahui apa

pekerjaannya, dengan tidak diketahui pula penghasilan perbulannya.

7. Keadaan Fasilitas Sarana dan Prasarana

Fasilitas merupakan salah satu aspek keberhasilan peningkatan mutu sekolah. Karena

fasilitas yang akan menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, yang akan memberi

kemudahan proses belajar mengajar dan dapat mengembangkan potensi akademik maupun non

akademik.
Tercapainya prestasi yang diraih oleh SMPN 13 Malang, tidak lepas dari sarana dan

prasarana yang mendukung terhadap peningkatan mutu sekolah. Karena sarana dan prasarana

merupakan aspek yang akan mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar dan

memudahkan guru sebagi fasilitator dan meringankan siswa dalam menangkap mata pelajaran.

Sebagaimana tabel berikut

Adapun fasilitas yang dimiliki SMPN 13 Malang sebagaimana berikut:


Tabel 6
Data Kondisi Ruang

Jml Ruang Jml Ruang


Jumlah Yang Yang Kategori
Ruang
Ruang Kondisinya Kondisinya Kerusakan
Baik Rusak
Ruang Kelas 27 26 - -
Perpustakaan 1 1 - -
Laboratorium 1 1 - -
IPA
Ketrampilan 3 3 - -
otomotif
Laboratorium 1 1 - -
Bahasa
Ruang 3 3
computer
Audio Visual 1 1 - -
Sumber: Rekapitulasi data dari SMPN 13 Malang
Dari table diatas SMPN 13 berusaha memenuhi fasilitas yang diperlukan dalam proses

pembelajaran karena diharapkan terpenuhinya fasilitas pendidikan merupakan penunjang

terhadap keberhasilan peningkatan mutu sekolah yang telah ditetapkan., yang hal ini lebih

spesifik pada peningkatan prestasi siswa. Sarana dan prasarana yang menunjang terhadap proses

belajar mengajar, yaitu: gedung perpustakaan, ruang labolatorium computer, IPA, keterampilan

otomotif, dan Bahasa, serta ruang audio visiual.

Keberadaan fasilitas di SMPN 13 Malang membutuhkan perawatan agar sarana dan

prasarana yang mendukung terhadap keberhasilan dalam proses belajar mengajar tetap
berlangsung setiap saat, maka perlu dana operasional dan perawatan untuk tetap menjaga

keutuhan dan keamanan barang tersebut.

Adapun dana operasional dan perawatan SMPN 13 Malang sebagaimana berikut:

Tabel 7
Sumber Dana Operasional dan Perawatan.

Tahun Pemerintah Orang Jumlah


Ajaran (Rp) Tua/Masyarakat (Rp)
(Rp)
2001/2002 659.491.000,00 306.202.000,00 965.693.000,00
2002/2003 806.921.000,00 342.116.050,00 1.184.002.050,00
2003/2004 806.921.000,00 342.116.050,00 1.184.002.050,00
2004/2005 977.500.000,00 409.000.000,00 1.725.792.800,00
Sumber: Rekapitulasi data dari SMPN 13 Malang
Dari table diatas menunjukkan, bahwa agar sarana dan prasarana tetap berfungsi, maka

membutuhkan dana untuk perawatannya. Dari tahun ketahun dana operasional dan perawatan

tersebut selalu bertambah, hal ini ada indikasi bahwasanya penunjang sarana prasarana di SMPN

13 pihak pemerintah dan masyarakat setiap tahunnya membantu dalam perawatan sarana dan

prasarana ini, sehingga masih bisa berfungsi dan dapat digunkan dengan baik, Karena mendapat

perawatan yang cukup baik.

B. HASIL PENELITIAN

Penyajian dan analisis data dimaksudkan untuk memaparkan atau menjadikan data yang

diperoleh dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Persepsi dan Pemahaman Kepala Sekolah SMPN 13 Malang Dalam Aktualisasi MPMBS

Bersamaan dengan desentralisasi pengelolaan pendidikan, pemerintah Indonesia juga

melakukan perintisan penerapan manajemen berbasis sekolah dengan menekankan pada

peningkatan mutu, yang kemudian dikenal dengan MPMBS. Dalam pelaksanaan MPMBS

sekolah mempunyai kewenagan untuk mengembangakan program pendidikan yang sesuai


dengan kebutuhan anak didik di masing-masing sekolah, sehingga semua pihak mempunyai

kewajiban memperbaiki tatanan sekolah.

MPMBS merupakan strategi memperbaiki mutu pendidikan, sehingga kepala sekolah,

guru, peserta didik, dan orangtua mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap proses

pendidikan, dan mempunyai tanggungjawab untuk mengambil keputusan yang menyangkut

pembiayaan, personal, dan kurikulum sekolah.

Sehubungan dengan pernyataan diatas, berikut hasil wawancara kepala sekolah;

MPMBS adalah sebuah pilihan tepat dalam strategi menajemen sekolah pada era globalisasi
pendidikan. Dengan MPMBS, sekolah akan menjadi unit yang relatif otonom untuk menentukan
sekolah yang dikendakinya pada masa datang. MPMBS akan mampu menjamin lahirnnya
keputusan berkualitas tinggi karena hal itu dibuat dan disepakati oleh kelompok bukan oleh
pribadi atau orang seorang.
Dengan adanya MPMBS, akan muncul kondusivitas komunikasi antar pengguna yang meliputi
annggota komite sekolah, pengawas, guru-guru, orang tua siswa, tokoh masyarakat, kalangan
profesional, kelompok peduli sekolah, siswa.

Jadi dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa persepsi dan pemahaman kepala

sekolah tentang MPMBS adalah pemberian kewenangan dan keputusan, yang tujuannya agar

sekolah lebih mandiri dan lebih berani terhadap apa yang sudah dilakukan oleh suatu lembaga itu

sendiri, sehingga sekolah harus mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan dalam

proses pendidikan dilembaganya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh wakil kepala sekolah

MPMBS tepat sekali diterapkan di era otonom ini, karena sekolah punya wewenang dalam
meningkatkan lembaga sendiri, meskipun dalam hal ini Diknas tidak lepas tangan begitu saja.
MBS merupakan MPMBS yang telah diterapkan di sekolah-sekolah. Jika sekolah menerapkan
MPMBS maka dengan konsekwensi ia harus mengikuti alur atau prinsip-prinsip yang ada dalam
MPMBS. Kewenangan otonomi sekolah memang telah saya rasakan bahwasanya sekolah harus
mampu mendesain atau meningkatkan mutunya. Misalnya saja standar prestasi, program
unggulan, muatan lokal, kalender belajar, program khusus.
Sedangkan informan dari guru olahraga
.di era sekarang sekolah harus berani menunjukkan keunggulan sekolahnya, hal itu tidak lain
hanya untuk meningkatkan mutu sekolah. Apalagi dari pusat sudah memberi kewenangan untuk
mengelola lembaga sendiri, itu merupakan perwujudan pemerintah agar kepala sekolah dan para
stafnya lebih bertanggungjawab. SMPN 13 sudah menunjukkan jati dirinya terhadap peningkatan
mutu sekolah, yaitu kegiatan ekstrakulikuler olahraga banyak diadakan di sekolah ini yang tidak
lain adalah untuk penyaluran bakat minat siswa.

Otonomi sekolah sudah dirasakan oleh SMPN 13 Malang, karena sekolah lebih berani

tampil menunjukkan keunggulannya. Sehingga sekolah ini harus mengikuti langkah-langkah

yang ada dalam kerangkan MPMBS. Dan dengan diberlakukannya MPMBS warga sekolah lebih

bertanggungjawab terhadap pendidikan yanng dikelola di lembaganya. Serta dapat meningkatkan

bakat dan minat sisiwa melalui pengdaan ekstrakulikuler sekolah.

Dari uraian tersebut MPMBS merupakan salah satu alternative untuk memperbaiki mutu

sekolah, karena dengan diberlakukannya MPMBS, masing-masing sekolah akan bersaing

menampilkan keunggulannya sesuai dengan ciri masing-maisng sekolah. Hal ini akan berdampak

positif bagi pendidikan di masyarakat kita. Agar semua komponen sekolah ikut

bertanggungjawab terhadap pendidikan.

Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan Komite sekolah, bahwa:

Kepala sekolah di era otonomi sekolah ini, harus menjadi fasilitator dan pembimbing yang
handal sehingga apa yang diingginkan sekolah benar-benar tercapai, sekolah ini dengan kepala
sekolah yang baru telah menunjukkan jari dirinya. Yaitu dengan program unggulannya pada
tahun ajaran 2005-2006: kegiatan IMTAQ, Marching bandnya, conversation bahasa.

Kepala sekolah dalam paradigma baru ini, membutuhkan tenaga dan pikiran warga

sekolah. Sehingga ia harus mensosialisaiskan ke segenap warga sekolah mengenai manajemen

peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) yang merupakan program pemerintah pusat.

Karena hal ini akan mendukung terlaksananya MPMBS dengan baik. Sebagaimana yang telah

disebutkan diatas. Untuk merealisasikan MPMBS di SMPN 13 Malang dibutuhkan keberanian

dan pertanggujawaban yang penuh atas sekolah. Maka tugas kepala sekolah selaku komando

mensosialisisaikan ke segenap warga sekolah


Sehubungan dengan tugas kepala sekolah mensosialisasikan MPMBS terhadap warga

sekolah, berikut hasil wawancaranya;

sebelum melangkah lebih jauh, tugas saya dengan diberlakukannya otonomi sekolah, pertama
kali menyampaikan kesegenap warga sekolah tentang konsep MPMBS, yaitu kepada guru,
karyawan, wali murid, staf dan para peserta didik saya. Penyampaian ini saya samapaikan di
rapat khusus, dan memfungsikan tempat informasi sebagai pemberitahuan atau informasi terbaru
mengenai program peningktan mutu sekolah.
...untuk bidang-bidang tertentu saya adakan rapat khusus, misalnya saja bidang administrasi
karena ada sistem pengelolaan manajemen terbaru tentang pengelolaan sekolah, bidang
peningkatan mutu unggulan, bidang peningkatan mutu selama tahun, dan bidang tambahan mulai
dari fisik sampai kultur sekolah.

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah tersebut, menggambarkan bahwa kepala

sekolah sudah melaksankan tugasnya sebagai direktur sekolah. Yaitu menyampaikan tentang

konsep MPMBS ke segenap warga sekolah, mulai dari segenap guru, koordinator administrasi

sekolah, karyawan, peserta didik. Dan mengenai program khusus kepala sekolah langsung

mengajak koordinator pelaksana, agar mereka lebih memahami sehingga nantinya mudah

melaksanakan tugasnya dengan baik pula.

Pernyataan diatas juga ditegaskan kembalil oleh koordinator TU bahwa:

.diberlakukannya otonomi sekolah, dibutuhkan kehandalan kepala sekolah dalam


peningkatan mutu sekolah. Dalam manajemen sekolah, kepala sekolah sudah melaksankan
tugasnya yaitu mulai dari program kerja khusus untuk staf dan karyawan, penampungan siswa
baru, perancangan bentuk laporan ke DIKNAS. Mengenai penyampaian ini kepala sekolah
mengajak wakil kepala sekolah, dan segenap karyawan dan staf TU.

Peningkatan mutu sekolah perlu perbaikan yang terus menerus sehingga nantinya akan

terbiasa melakukannya. Tiada hari tanpa perbaikan. Karena dalam meningkatkan mutu sekolah

perlu adanya stategi agar kita lebih mudah melaksanakannya. Kepala sekolah SMPN 13 Malang

sudah melakukan hal itu yang mempunyai tujuan agar apa dicanangkan sesuai dengan yang

ditetapkan.
Dalam menerapkan MPMBS, kepala sekolah harus mempunyai strategi terjitu agar

proses pelaksanaan peningkatan mutu dapat teralisasi.

Adapun hasil wawancaranya peneliti dengan waka kurikulum adalah sebagai berikut;

sebenarnya dalam meningkatkan prestasi siswa, misalnya UAN kita sudah jauh hari
mengadakan try out, menambah jam pelajaran, bekerjasama dengan BIMBEL dalam
memudahkan pengetesan siswa. Dan dalam meningkatkan profesionalisme guru, kita adakan
work shop, mengikuti pelatihan, mengikuti MGMP sebulan sekali di DIKNAS, dan kita bisa
mengadakan rapat khusus mengenai peningkatan hasil belajar siswa, dalam hal ini guru bisa
sharing antar guru.

Berdasarkan hasil observasi, maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Dalam program tahunan SMPN 13 Malang, mempunyai strategi agar para peserta

didiknya lulus sesuai dengan target yang telah ditentukan. Maka dari itu perlu jam tambahan,

mengadakan try out. Semua hal itu dilakukan agar target sekolah tercapai yang salah satunya

mengeluarkan output yang unggul.

Adapun strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam aktualisasi

MPMBS, yaitu:

menggugah peran orang tua, agar banyak terlibat dalam peningkatan mutu sekolah, sehingga
orang tua lebih banyak mengetahui dan lebih dekat dengan sekolah hal ini biasanya saya
sampaikan dalam rapat semester,...karena bisa juga terjadi ketidakmajuan sekolah karena akibat
orang tua tidak mau dengan sekolah, orang tua hanya menitipkan anaknya, tanpa mau membantu
meningkatkan prestasi anak.
....karena kita lihat posisi peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan memiliki posisi yang
sangat strategis dan penting, maka dari itu untuk menggalang peran serta masyarakat bagi
terlaksanya program di sekolah saya usahakan terus menerus.

Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi kepala sekolah dalam aktualsasi

MPMBS, yaitu meningkatkan profesionalisme guru melalui work shop mengikuti pelatihan,

mengikuti MGMP sebulan sekali di DIKNS, menumbuhkan dunia disiplin, meningkatkan

lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zamannya,

dengan menambah jam pelajaran (bimbingan) khusus untuk persiapan UAN dan pelaksanaan try
out, menggugah wali murid agar lebih bertanggungjawab terhadap perkembangan dan

peningkatan pendidikan. Sehingga orang tua juga memiliki tanggungjawab yang sama terhadap

mutu sekolah. Karena dengan keterlibatan orang tua pihak sekolah lebih mudah dalam

menyampaikan dan mengikutsertakan wali murid dalam peningkatan mutu sekolah.

Dari paparan diatas kepala sekolah sudah berusaha melaksanakan MPMBS di SMPN 13

Malang dengan optimal, dengan strategi yang telah dilakukan diharapkan pelaksanaan MPMBS

dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan cita-cita sekolah yang telah disepakati bersama.

2. Peran Kepala Sekolah Dalam Aktualisasi MPMBS


a.Peran Kepala Sekolah Sebagai Manager
1). Penyusunan Rencana Program Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

Kepala sekolah adalah orang yang bertanggungjawab dalam penyusuan rencana program

peningkatan mutu di sekolah. Oleh karena baik tidaknya penyusunan rencana progarm, banyak

ditentukan oleh profesionalisme kepala sekolah.

Dalam penyusunan rencana program peningkatan mutu sekolah, kepala sekolah

melibatkan semua unsur personalia sekolah dan dewan sekolah. Unsur personalia terdiri dari

kepala sekolah, wakil kepala sekolah, urs. Kurikulum, urs kesisiwaan, urs. Humas, urs. sarana

dan prasarana, guru Agama, IPA, Olahraga, Kesenian, Bhs. Inggris, Tata Usaha, Dewan Sekolah.

Rencana yang diajukan harus menjelaskan kegiatan secara detail dan lugas tentang aspek-

aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, siapa penanggungjawabnya,

kapan dan dimana, biaya yanng diperlukan untuk melakukan acara tersebut.

Hal pokok yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah dalam penysunan rancangan

peningkatan mutu adalah keterbukaan kepada semua pihak yang menjadi pihak stakeholder

pendidikan khususnya orang tua, masyarakat (komite sekolah).


Adapun peran yang dilakukan kepala sekolah sebagai manajer dalam peningkatan mutu

sekolah menyatakan bahwa:

Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah, mengenai rencana program peningkatan

mutu sekolah,

dalam penyusunan rencana program peningkatan mutu sekolah di SMPN 13 ini, saya
melibatkan semua orang yang mempunyai kepentingan kepada sekolah ini, mulai dari komite
sekolah, wakil kepala sekolah, guru Agama, guru IPA, guru bhs. Inggris, guru Kesenian, guru
Olahraga, beserta para waka kurikulum, dan tata usaha.
mereka saya libatkan agar mempunyai keputusan dan tanggunggjawab yang sama terhadap
peningkatan mutu sekolah ini, karena saya hanya sebagi fasilator dan pembimbing.

Dari penjelasan diatas kepala sekolah sebagai manajer pendidikan, dalam membuat

perencanaan peningkatan mutu sekolah melibatkan semua elemen sekolah mulai dari guru, staf,

komite sekolah. Yang tujuannya agar segenap warga sekolah ikut terlibat dalam pengambil

keputusan serta bertanggungjawab terhadap hasil keputusan yang sudah ditetapkan bersama.

Sedangkan menurut wakil kepala sekolah menyatakan bahwa:

langkah-langkah penyusunan program peningkatan mutu sekolah: 1). Penyusunan visi misi
tujuan, 2).Identitas kebutuhan, 3).Perumusan profil,4).Identitas faktor kekuatan,5).Identitas
faktor peluang,6).Identitas faktor hambatan,7).Identitas faktor tantangan.
....serta kita telah membuat prioritas pengembangan sekolah, yang tujuannya untuk
mengembangkan mutu sekolah ini ke depan.

Untuk lebih jelasnya tentang prioritas pengembangan SMPN 13 Malang dapat di lihat pada

lampiran.

Hasil observasi yang diperoleh peneliti, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 9
Materi Peningkatan Mutu Sekolah

Materi Penanggung Tujuan


Peningkatan jawab
Mutu
Agama Dra. Mufidah Mengembangkan potensi siswa agar
menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME.
Berakhlaq mulia dan beriman.
IPA Nur Bungah S Mengoptimalkan penggunaan
Demontrasi Laboratorium IPA dan komputer,
penggunaan alat perpustakaan, ruang keterampilan
IPA PKK, dan otomotif.

Bhs. Ingggris Dra.Diana Meningkatkan keterampilan


Conversation Poerwati berbahasa inggris siswa kelas VIII
melalui Program Conversation
Class (PCC) dan pengadaan
Broadcasting.
Matematika Druyatun, S.Pd Tercapainya pembelajaran yang
Membuat menyenangkan siswa
srategi rumus
Kesenian
Indrawati, S.Pd Sebagai wadah penyaluran bakat
Marching dan minat siswa, pengetahuan, dan
Band ketrampilan
Olahraga H. Nursalim, S.Pd Wadah pengembangan bakat
Karate

Dari table diatas dapat disimpulakan, bahwasanya kepala sekolah sebagai seorang

manajer telah melaksanakan tugas dengan baik, yaitu bisa dilihat dari pembagian job terhadap

masing-masing guru sesuai dengan komitmen dan kompetensi guru. Pembagian tugas ini mulai

dari mata pelajaran akademik sampai non akademik, akademik yaitu mata pelajaran IPA, bahasa

Inggris, Matematika, dan Agama. Sedangkan mata peljaran non akademik yaitu: kesenian dan

olahraga.

Sedangkan menurut waka kurikulum dalam peningkatan mutu sekolah menyatakan

bahwa:

ada materi tambahan program peningkatan mutu sekolah fisik sekolah:tersedianya semua
fasilitas yang memadai, KBM/ kurikulum:terwujudnya pembelajaran model PAKEM,
kelembagaan:tercapainya status akreditasi, ketenagaan: Personalia yang profesional,peserta
didik:tercapainya prestasi akademik dan non akademik,peran serta masyarkat:partisipasi
masyarakat yang tinggi,kultur sekolah:terwujudnya sekolah yang asri, yang semua itu untuk
peningkatan mutu sekolah

Mengenai program peningkatan mutu SMPN 13 Malang tahun ajaran 2005/2005 peneliti

melakukan observasi di sekolah, bahwa:

Program Peningkatan Mutu Smpn 13 Malang Tahun Ajaran 2005/2006


1.Peningkatan Pramuka
Penanggungjawab: Dra. Sriyatun, S.Pd, Tujuan :Dengan Ekskul Pramuka yang mantap dan
handal yang siap menjadi juara setiap event lomba akan dapat memberikan wadah penyaluran
hobby siswa dibidang disiplin dan kepemimpinan yang membentuk generasi muda menjadi:
Madiri, Disiplin, Cerdas dan trampil, Berbudi pekerti tinggi, Bersosial, Siap menjadi pemimpin.
Pelaksanaan: Rutin, Sumber Dana: Dewan Sekolah
2.Peningkatan SDM siswa meliputi pelajaran tambahan, try out dan peningkatan NUN.
Penanggungjawab: Hr Supriyanto, S.Pd, Tujuan: Meningkatkan motivasi belajar siswa,
Meningkatkan peroleha NUN tertinggi dan rata-rata, Melakukan seleksi terhadap siswa yang
memiliki daya tangkap cepat (upper) dan daya tangkap lambat (lower), Pelaksanaan: Insidental,
Sumber Dana: Dewan Sekolah.
3.Peningkatan SDM guru
Penanggungjawab: Indrawati, S.Pd, Tujuan: SDM guru lebih meningkat dari tahun sebelumnya.
Sudah melaksanakan KBK (kurikulum 2004), Memperoleh kenaikan NUN 0,05, Jumlah
kegaiatan: Insidental, Sumber Dana: Dewan Sekolah
4.Peningkatan Marching Band
Penanggungjawab: Indrawati, S.Pd, Tujuan: Terbentuk team Marching Band Senior dan Yunior,
Team Senior siap mengikuti kejurda, Pelaksanaan: Rutin, Sumber Dana: Dewan Sekolah.
5.IMTAQ
Penanggungjawab: Baidhoi, S.Pd, Tujuan: Mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, Berakhlaq mulia dan beriman, Pelaksanaan:
Rutin, Sumber Dana: Dewan Sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut, menunjukkan bahwa SMPN 13


Malang telah membuat rancangan yang cukup baik. Mulai dari Peningkatan Pramuka,
Peningkatan SDM siswa meliputi pelajaran tambahan, try out dan peningkatan NUN.
Peningkatan SDM guru, Peningkatan Marching Band, dan IMTAQ. Yang diserta pula dengan
penanggungjawab agar koordinasinya lebih mudah dan pemataunnya lebih baik pula.
2). Pengoorganisasian dan Penetapan Staf Peningkatan Mutu Sekolah

Untuk melaksanakan program peningkatan mutu sekolah telah disusun, dan dalam
pelaksanaannya perlu diorginisir agar dapat bekerja secara profesioanl, efektif dan efisien. Jadi
mengorganisasikan berarti melengkapi program yang telah disusun dengan susunan oragnisasi
pelaksanaanya.
Dalam mengorganisasikan kegiatan sekolah, kepala sekolah harus mengetahui
karakteristik dan kemampuan guru dan staf lainnya sehingga dapat menempatkan meraka pada
posisi yang sesuai. Sebagai contoh kepala sekolah SMPN 13 Malang dalam memilih dan
menempatkan para pembantu kepala sekolah, terdiri dari wakil kepala sekolah, yang nantinya
dibagi menjadi wakil kurikulum, sarana dan prasarana, kesiswaan, dan humas. Dalam pemilihan
tersebut butuh kecermatan dan ketelitian kepala sekolah serta memang orang-orang yang
profesional dalam bidang yang akan ditanggungnya dan bisa membantu kepala sekolah untuk
merealisasikan program peningkatan mutu sekolah.
Mengenai stuktur organisasi SMPN 13 Malang tahun pelajaran 2005/2006.
KEPALA SEKOLAH
Struktur Organisasi SMP secara Operasional
Berdasarkan dokementasi dilapangan, untuk lebih jelas struktur organisasi serta bahwa

setiap personil yang ada dalam struktur organisasi tersebut di atas mempunyai tugas dan fungsi

sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk mengetahui alur kegiatan dan mekanisme kerja

SMPN 13 Malang terdapat dalam lampiran.

SMPN 13 Malang juga telah menetapkan tenaga administarsi beserta tugasnya, yang
tujuannya agar setiap personal mengetahui apa saja pekerjaanya selama berada di sekolah
sehingga jelas arah dan tujuaanya, hal ini peneliti mendapatkan dari koordinator TU saat
wawancara. Hal ini bisa dilihat pada lampiran.
Mengenai program peningkatan mutu SMPN 13 telah membuat program tambahan tugas

guru, hal itu semua untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi program disekolah sebagaimana

yang telah diungkapkan oleh wakil kepala sekolah.

....agar pelaksanaan program di sekolah berjalan sesuai dengan rencana kita telah membuat tugas
tambahan dari personel di sekolah...agar pengkoordinasiannya serta pengevaluasiannya lebih
mudah
Berkaitan dengan tugas tambahan guru dapat dilihat pada lampiran.

3). Penggerakan Program Peningkatan Mutu

Dalam melaksanakan program peningkatan mutu sekolah, kepala sekolah harus mampu

menggerakkan team work yang sudah disusun. Sehingga dalam proses pelaksanaannya berjalan

dengan baik. Kepala sekolah harus menjaga keadaan yang harmonis di sekolah juga dengan

komite sekolah. Agar pelaksaan program peningkatan mutu dapat terealisasi dengan optimal.
Maka perlu teamwork yang kompak dalam melaksanakan program-program yang disepakati

bersama.

Berhubung dengan hal tersebut, peneliti melakuakan wawancara dengan kepala sekolah;

untuk merealisasikan MPMBS di sekolah ini, kami tak bisa lepas dari peran komite sekolah
yang sering memberi masukan yang cukup signifikan dalam peningkatan mutu sekolah. Karena
dengan keterlibatan komite sekolah maka dari pihak eksternal sekolah juga ikut terlibat dalam
pertanggungjawaban peningkatan mutu sekolah di SMPN 13, hal ini akan mendukung
keberhasilan tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan ketetapan yang telah disepakati.

Dari penjelasan diatas, kepala sekolah menggalang partisipasi masyarakat (komite

sekolah) karena di era otonomi sekarang masyarakat merupakan partner sekolah yang harus

dilibatkan dalam peningkatan mutu sekolah, agar mereka juga ikut terlibat dalam

pertanggungjawaban perbaikan sekolah.

Posisi kepala sekolah merupakan kedudukan yang tertinggi yang ada dalam sekolah

sehingga ia harus mampu menggerakkan segenap warga sekolah dalam melaksanakan tujuan

sekolah yang telah disepakati bersama. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh guru agama,

bahwa:

tahun ajaran 2005/2006 ada program IMTAQ, karena program ini baru kepala sekolah sering
mengingatkan saya dalam melaksanakan amanah ini. Dan juga terlilbat dalam pelaksanaan
program ini, yaitu mengenai kultum pad sholat jamaah, mengingatkan kepad siswa untuk
melaksanakn sholat sunnah dhuha.
Adapun hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah, sebagai berikut;

...Cara yang dilakukan kepala sekolah adalah menggerakkan guru dan staff dalam organisasi
sekolah untuk bekerja secara optimal. Salah satu arahan dalam menggerakkan guru dan staff
adalah dengan menerapkan motivasi Artinya kepala sekolah harus dapat mendorong agar para
guru dan staff untuk mengerjakan tugasnya. Cara yang dilakukan kepala sekolah adalah
menggerakkan guru dan staff dalam organisasi sekolah untuk bekerja secara optimal.

Dari penjelasan dapat diambil kesimpulan, bahwa kepala sekolah SMPN 13 Malang telah

melaksankan tugas sebagai manajer sekolah dengan baik, yaitu dapat menggerakkan para guru

yanng telah melaksanakan tugas, agar sesuai dengan cita-cita sekolah. Dan menggerakkan pihak
eksternal sekolah yaitu komite sekolah yang sebagai partner sekolah dalam melaksnakan

peningkatan mutu sekolah.

4). Pengawasan Program Peningkatan Mutu

Dalam mewujudkan rencana progaram peningkatan mutu sekolah, kepala sekolah harus

mengontrol apakah segenap warga sekolah sudah melaksankan tugas yang diamanahkan dengan

baik, sehingga hasil atau target yang di ingin dicapai sekolah sesuai dengan yang di tetapkan.

Tujuan dari pemantau atau pengawasan ini untuk menjaga agar program tetap terarah dan

menuju kepada pencapain yangn tujuan yang direncanakan serta mengadakan berbagai kreasi

atau strategi yang lebih jitu terhadap kegiatan kurang tepat sasaran.

Sehubungan dengan pelaksanaan pengawasan ini, berikut berikut hasil wawancara

dengan kepala sekolah;

dalam melaksanakan pengawasan atau evaluasi program, selain mengadakan rapat bulanan
untuk seluruh guru dan para staf. Saya adakan rapat yang sifatnya insidental. Hal ini biasanya
saya lakukan setelah sekolah mengadakan program peningkatan mutu sekolah. Misalnya dalam
meningkatkan NUN, seminggu sekali kita rapat, mengevaluasi bersama, mulai waktu pelaksaan,
materi yang disampaikan dan pemateri yang menyampaikan, dari sini biasanya saya langsung
memonitoring, apakan guru yang telah diberi tanggungjawab sudahan melaksankan dengan baik
dan benar.

Maka dari penjelasan diatas, kepala sekolah perlu kecakapan bertindak, sehingga

rencana awal yang kita inginkan bisa tercapai. Dalam pelaksanaan pengawasan kepala sekolah

bisa bekerjasama dengan koordinator pelaksana, sehingga dengan mudah saya mengetahuinya,

titik mana saja yang memang ada celah yang tidak bisa kita laksanakan dengan baik.

Sehubungan dengan pengawasan yang dilakuakn kepala sekolah, peneliti juga melakukan

wawancara dengan Guru Agama.

untuk kelancaran dalam proses pelaksnaan peningkatan mutu di sekolah, sosok kepala sekolah
sangat menentukan. Dalam rapat sebulan sekali kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para wali
kelas dan staf mengadakan rapat bulanan. Dan evaluasi menganai program peningkatan mutu
sifatnya 3 bulan sekali. Dan pada waktu tertentu yang memang membutuhkan kehadiran dewan
sekolah kita bisa mendatangkan, karena kami lihat peran dewan sekolah dalam peningkatan mutu
sekolah ini sangat urgen.
Kepala sekolah beserta dewan sekolah biasanya mengadakan musyawarah terlebih dahulu topik
yang disamapaikan adalah mengenai permasalah misalnya saja Program IMTAQ siswa. Karena
dalam program ini komite sekolah sangat mendukunng, sehingga kalau ada permasalahan maka
kita minta solusi yang terjitu.

Dari penjelasan dapat diambil kesimpulan, bahwa kepala sekolah SMPN 13 Malang telah

melaksanakan evaluasi peningkatan mutu sekolah, dalam hal ini kepala sekolah langsung

berkoordinasi dengan pelaksana peningkatan mutu sekolah. Evaluasi ini diadakan sebulan sekali,

dan ketika hal yang bersifat insidental mendatangkan komite sekolah, yang sebelumnya kepala

sekolah dan dewan sekolah mengadakan musyawarah terlebih dahulu, sehingga mengetahui

pokok permasalahannya.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan observasi di SMPN 13 Malang,

kepala sekolah memang selalu di sekolah dan jika tidak ada kesibukan selalu menyempatkan diri

untuk mengontrol atau keliling kelas untuk mengantisipasi adanya kelas kosong, dan waktu

istirahat mengimami dan menemani guru, dan siswa untuk melaksanakan sholat dhuha.

b. Peran Kepala Sekolah Sebagai Educator/pendidik.

Sekolah sebagai suatu komunitas pendidikan membutuhkan figur pendidik yang dapat

mendayagunakan semua potensi yanng ada dalam sekolah untuk suatu visi misi sekolah. Pada

level ini kepala sekolah harus mampu meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar

mengajar serta meningkatkan prestasi siswa. Karena indikator keberhasilan kepala sekolah

sebagai pendidik adalah kepuasan kerja guru, sebagai internal customer dan kepuasan siswa

sebagai external customer. Indikator keberhasilan ini merupakan konsep dasar yang harus

menjadi acuan kepala sekolah dalam mengukur keberhasilannya.

1). Kemampuan membimbing guru


Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah

dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Dalam hal ini, peningkatan

produktivitas dan pretasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan prilakuk tenaga

kependidikan di sekolah.

Dalam menerapkan MPMBS, membutuhkan tenaga pendidik yang profesioanal yang

mempunyai tingkat keuletan, kepekaan sosial yang tinggi, dan rasa ingin tahu yang mendalam.

Maka kepala sekolah sebagai pendidik di sekolah, harus mampu meningkatkan keahlian dalam

proses belajar mengajar, karena guru merupakan komponen utama pembelajaran.

Sehubungan dengan kemampuan guru, berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah;

dalam MPMBS ini-saya juga ikut terlibat dalam proses belajar mengajar beda dengan dulu,
sehingga dalam hal ini saya lebih memahami dan mengetahui bagaiman kondisi siswa sekarang.
Dan untuk merealisasikan peningktan mutu sekolah kita bukan memperbarui kurikulum saja,
tetapi bagaiman kompetensi guru sebagai mid set menjadikan profesional dengan memberi
motivasi kepada peserta didik. Karena peran guru bukan hanya bisa mengajar dengan baik
melainkan bagaimana sebagi promotor pembelajaran yang harus mampu memotivasi siswa
belajar dan mengubah sikap siswa yang kurang termotivasi atau tidak mau belajar menjadi
belajar.

kemarin kita adakan pelatihan di Wetang sewu selama 3 hari yang tujuannya guru lebih
mengusai strtegi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (joufulllearning) dan dalam
tingkat sekolah sendiri ada tim MGMP yaitu wadah bagi guru-guru untuk mendiskusikan
permasalahan proses belajar mengajar guru, dan setiap sebulan sekali ada delegasi ke DIKNAS,
untuk meningkatkan profesi.

Hasil wawancara dengan guru Agama;

permasalahan guru dalam proses belajar mengajar itu mesti ada, maka dari itu kita telah
membentuk MGMP untuk membantu kami semua dalam memecahkan permasalahan.
kepala sekolah dan penasehat guru dijadikan biro konsultasi oleh kita semua, Karena setiap
matapelajaran mempunyai pmbimbing tersendiri.
diberlakukannya KBK, setia guru harus mampu membuat metode pembelajaran yang cukup
dinamis. Dan hal ini kepala sekolah berusaha agar segenap guru mampu melakukan hal itu.

Dari observasi peneliti, waktu itu kepala sekolah kebetulan mengajar di kelas 3D.

Sebagai guru bimbingan konseling dan hal ini cukup efektif karena kepala sekolah nantinya juga
mengetahui permasalahan-permasalahn guru yang dihadapi dikelas. Dari penjelasan dapat

diambil kesimpulan, bahwa kepala sekolah SMPN 13 Malang, telah melaksanakan perannya

sebagai pendidik, yaitu ikut terlibat dalam pemberian materi, sebagai guru konseling. Kepala

sekolah telah menunjukkan perannya, dalam meningkatkan profesionalisme guru dengan

mengadakan pelatihan di Wetang sewu selama 3 hari yang tujuannya guru lebih mengusai strtegi

pemebelajaran yang efektif dan menyenangkan (joufulllearning), serta telah membentuk tim

MGMP di sekolah.

2). Kemampuan Membimbing Peserta didik

Hasil akhir MPMBS adalah banyaknya prestasi akademik dan non akademik. Segenap

warga sekolah menyusun dan melaksanakan program untuk mencapai sasaran yang telah

ditetapkan. Dari pernyataan kepala sekolah hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah adalah

.semua prestasi yang diperoleh sekolah ini tidak lepas dari visi misi sekolah. Kegiatan ekstra
di yang merupakan wadah siswa untuk mengmbangkan bakatnya telah membuhkan hasil.
...pada pelajaran yang akan datang kita akan membuka ekstra elektaronik.

Rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui bersama (stakeholder).

Kepala sekolah sebagai pengambil langkah, mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan. Karena

penerapan MPMBS tujuannya agar mengarah lebih terfokus pada peningkatan mutu yang

merupakan agenda utama pendidikan. Sebagai mana yang diungkapkan hasil wawancara dengan

waka. Kurikulum,

marching band merupakan keunggulan sekolah ini, jadi kita senantiasa berusaha meningkatkan.
Untuk kegiatan ektrakulikuler lainnya kita telah membentuk koordinatornya, prestasi yang diraih
anak didik kita cukup memuaskan.
dalam meningkatakan prestasi akademik, kita mengadakan jam tambahan untuk mata pelajaran
yang akan di UAN kan, dan mengadakan try out untuk persiapan UAN
Bidang non edukatif seperti ekstra kurikuler karate, seni tari, komputer, KIR, dan tata

boga, marching band terlaksana penuh dengan prestasi yang baik, keberhasilan kepala sekolah

mewujudkan program ini terbukti dengan diraihnya kejuaraan. Tercapainya predikat A diposisi

nomor I dalam penilaian akreditasi menunjukkan kinerja kepala sekolah dalam mewujudkan

peningkatan mutu sekolah sangat tinggi. Hampir seluruh komponen mendapatkan nilai yang

memuaskan diatas rata-rata. Berikut tabel hasil Akreditasi

Tabel 10
Penetapan Hasil Akreditasi Sekolah

Perolehan Nilai Jumlah Peringkat


Kurikulum & 1960 A (Amat
Pembelajaran
Baik)
Adm & Man. Sekolah 980
Organisasi & Kelembagaan 500
Sarana & Prasarana 1500
Ketenangan 1500
Pembiayaan & Pendanaan 1500
Peserta Didik 810
Peran Serta Masyarakat 500
Ling. & Budaya Sekolah 470
Total 9720
Sumber: Rekapitulasi hasil observasi dengan TU.
Sedangkan hasil observasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Data Kegiatan Sekolah Tahun Pelajaran 2005/2006


a. Kegiatan Seni dan Olahraga:
1. Seni tari diadakan tiap Sabtu
2. Basket dan sepak bola diadakan pada tiap Minggu pagi
3. Bela diri (Karate/KKI, Tapak Suci/silat) diadakan tiap Sabtu sore
4. Drum band / Marching Band tiap hari Sabtu siang
5. Bola Volley tiap hari Sabtu Sore
6. Modeling setiap Sabtu siang
b. Karya Ilmiah Remaja
1. Diikuti siswa kelas VII, VIII, dan III
2. Menjalin kerjasama dengan pihak lain
3. Mengikuti lomba tingkat kota.
c. PMR(Palang Merah Remaja)
1. PMR diadakan setiap Sabtu siang
2. Membuat apotek hidup
3. Melaksanakan kegiatan dan kegiatan upacara bendera
4. Mengikuti lomba tingkat kota.
d. Kegiaan Pramuka
1. Pelatihan kepramukaan diadakan secara rutin (sabtu siang)
2. Kegiatan ini diikuti oleh siswa kelas VII (wajib) dan VIII (boleh ikut/tidak) serta pengurus OSIS
3. Mengikuti kegiatan tingkat Kwaran dan Kwarcab maupun Kwarda
4. Mengadakan perkemahan sabtu minggu (Persami) untuk pelantikan penggalang ramu, rakit, dan
terap

Dari penjelasan di atas kepala sekolah berusaha meningkatkan potensi peserta didiknya

dengan seoptimal mungkin. Kegiatan ekstra yang dilaksanakan SMPN 13 Malang merupakan

penyaluran bakat dan minat siswa, yang tujuannya peseta didik tetap eksis dengan perubahan

zaman.

c. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisior


1).Kemampuan melakukan pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan

Peran kepala sekolah dalam pelaksanaan MPMBS cukup tinggi. Dengan menerapkan

kepemimpinan Tut Wuri Handayani memberi semangat kerja menyediakan fasilitas yang

dibutuhkan dengan inovatif khusus bagi guru, pembelajaran model PAKEM yang diterapkan

guru dengan mewujudkan guru bisa menentukan model pembelajaran dengan menggunakan

strategi.

Pelaksanaan program MPMBS dengan melibatkan unsur dewan sekolah dengan

mendatangkan nara sumber dan pakar pendidikan dalam pembelajaran.

Berhubungan dengan hal tersebut, peneliti melakuakan wawancara dengan Waka

Kurikulum.

untuk meningkatkan profesionalisme guru di SMP ini, setiap tahunnya kita mengadakan
pelatihan, dan saya sebagai coor, selalu mengingatkan para guru yang mendapat undangan dari
DIKNAS, untuk mengikuti pelatihan.
Sebagai supervisor pendidikan di SMPN 13, kepala sekolah memiliki pemikiran yang kreatif,
dan ini dibuktikan khususnya dari perkembangan sumber daya yang ada di SMP, misalnya dapat
dibuktikan dengan keterangan, kepala sekolah membuat program perencanaan pembelajaran dan
program supervisi kegiatan problem solving, dengan koordinator guru pembimbing.
Dari pernyataan diatas, kepala sekolah sebagai supervisor dalam aktualisasi MPMBS

membuat perencanaan pembelajaran dan program supervisi kegiatan problem solving dengan

koordinator guru pembimbing. Dalam pelaksanaan supervisior kepala sekolah, bisa

diindikasikan, problem guru bisa diminimalisir karena sudah mengurangi permasalah guru dalam

meningkatkan proses belajar mengajar

Pernyaataan serupa juga disamapakan oleh Guru Olahraga

Sekolah yang menerapkan MPMBS, kepala sekolah memiliki peran yang penting dalam
mensupervisi semua warga sekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor merupakan salah satu
faktor yang dapat mendorong peningkatan peroses belajar mengajar. Untuk dapat mewujudkan
visi misi tujuan sasaran sekolah melalui program yang dilaksanakan secara terencana dan
bertahap.Oleh karena itu kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan mensupervisi para
guru dan staff yang ada agar mampu mengambil inisiatif intuk meningkatkan mutu sekolah.
Apalagi program ajaran sekarang ini, kita lagi mempersiapan pementasan Marching Band ke
Bali. Sehingga mulai sekarang kita mempersiapakan, agar hasilnya nanti tidak mengecewakan.

Dari pernyataan diatas, kepala sekolah sebagai supervisor merupakan salah satu faktor

yang dapat mendorong peningkatan guru dalam peroses belajar mengajar, dalam program

peningkatan mutu sekolah kepala sekolah telah melaksanakan tugasnya dengan baik, yaitu bisa

meningkatkan kualitas gurunya agar dalam pelaksanaan program yang sudah disepakati bersama

bisa terlaksana dengan baik. Program unggulan SMPN 13 Malang dalam Marching Band telah

dipersiapkan pelaksanaannya dalam pementasan di Bali, sehingga bisa menghasilkan yang

memuaskan.

Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah dalam melakukan supervisi

untuk meningkatkan etos kerja para pendidik maka perlu ada pengawasan dan dalam
melaksanakan supervisi ini bisanya saya lakukan dengan individual maupun kelompok, dalam
bentuk individul,
...misalnya dalam mengatasi problema yang dialami siswa, salah satu guru biasanya langsung
datang keruangan saya, yang kebetulan saya juga menjadi guru BK di sekolah ini.
Dan hasil observasi, kepala sekolah dalam rencana tindakan (action plan) melaksanakan

supervisi 3x, yaitu pada tanggal 30/9/05, 2/10/05, 3/12/05, yang semua dikoordinir langsunng

oleh waka kurikulum. Dalam pelaksanaan supervise tersebut kepala sekolah membahas

pelaksanaan dan pengembangan kurikulum sekolah.

Hasil wawancara kepala sekolah,

...mengenai pengembangan mata pelajaran, yang diadakan satu bulan sekali, dievent seperi ini
saya bisa menyampaikan hal-hal yang memang cukup urgent, misalnya saja berkaitan dengan
materi matematika-pemberian rumus yang mudah bagi siswa memfungsikan labolatorium dan
audiovisual untuk memudahkan siiswa dalam menangkap materi. Karena dari awal kita sudah
mengatur jadwalnya.

Dari pernyataan diatas, seorang guru membutuhkan pengawasan dalam meningkatkan

profesinya, sehingga kepala sekolah sebagai supervisor telah melaksanakan tugasnnya dalam

peningkatan mutu sekolah. Pelaksanaan supervisior di SMPN 13 Malang telah dilaksanakan

kepala sekolah dengan sistem individual dan bisa pula dengan kelompok. Pelaksanaan yang

bersifat individual penanganannya di ruang kepala sekolah. Yaitu berkaitan dengan problema

siswa baik berkaitan dengan prestai siswa di sekolah maupun tentang kondisi keluarga.

Mengenai kelompok kepala sekolah memberi bimbingan kepada guru bidang studi tentang

strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Berikut hasil wawancara dengan Tata Usaha

...dan dalam penerapan MPMBS dini SMPN 13 ini kepala sekolah telah membuat program
khusus mengenai tugas fungsi dan wewenang tata usaha, sehingga kita dapat mengetahui apa
saja tugas kita selama ada di sekolah. Dan setiap minggu sekali kita setorkan kepada kepala
sekolah, dan hal ini biasnaya diperiksa atau dirapatkan setiap sebulan sekali, dan setiap semester
bisa di koreksi bersama mengenai tugas yang sudah dilaksanakan dan biasanya kita melibatkan
para koordinator waka sekolah.

Dari pernyataan diatas, dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah perlu sosok

yang kompeten di bidangnya. Kepala sekolah berusaha meningkatkan mutu SMPN 13 Malang

dengan memberi program khusus untuk bidang administrasi dan karyawan, sehingga dalam

melaksanakan tugasnya ia tidak sembarangan karena sudah ada acuan kerjanya. Dan untuk
pengontrolannya kepala sekolah meminta untuk menyetorkan setiap minggunya hasil kerja yang

sudah dilaksanakan serta daftar absensi pula. Mengenai tugas dan fungsi bidang administrasi

untuk lebih jelasnnya berada di lampiran.

d. Peran Kepala Sekolah Sebagai Leader/Pemimpin


1). Kemampuan mengambil keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan

Kemampuan kepala sekolah dalam memimpin sekolah secara baik dan benar

merupakan suatu keberhasilan dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Dalam pelaskanaan

MPMBS kepala sekolah mempunyai patner kerja yaitu dewan sekolah, yang merupakan kunci

utama roda penggerak bagi pelibatan orang tua secara lanngsung atau tidak langsung dalam

proses pembuatan keputusan sekolah.

Sebagaimana ungkapan koordinator komite sekolah bahwasanya kepala sekolah

mempunyai posisi yang cukup penting di sekolah, ia nantinya akan membawa arah sekolah

SMPN 13 ini, apalagi kita telah melaksanakan program unggulan yaitu mulai dari yang bersifat

keterampilan sampai pengetahuan, hal ini merupakan musyawarah kita bersama, pada waktu

awal program tahunan. Kepala sekolah beserta segenap dewan guru dan dewan kepala sekolah

merundingkan.

Sehubungan dengan kemampuan mengambil keputusan wakil kepala sekolah, berikut

petikan hasil wawancara.

kepala sekolah mempunyai kewenangan dan tanggungjawab dalam mengambil keputusan dan
menjamin pelaksanaannya. Apalagi setelah sekolah di beri kewenagan dalam pengelolaannya,
maka kami butuh pemimpin sekolah yang tegas, cepat taggap, dan bijaksana.
.......karena dalam melaksanakan program peningkatan mutu sekolah membutuhkan kerjasama
baik kompetensi guru sebagai pelaksana pembelajaran di kelas, dan para staf untuk menata
administarsi sekolah, maka dibutuhkan figur yang mampu dalam memutuskan suatu program
yang belum teralisasi, dan meningkatkan program yang sudah terlaksana dengan baik. Maka
konsekwensinya kepala sekolah harus memahami benar bagaimana proses pengambilan
keputusan.
Dari pernyataan di atas, figur kepala sekolah yang tegas dibutuhkan dalam era

peningkatan mutu sekolah. Apalagi dengan diberlakukannya otonomi sekolah maka kepala

sekolah sebagai nahkoda di sekolahnya harus mampu mengambil keputusan yang cerdas tidak

merugikan dan menguntungkan sebelah pihak semata. Sehingga kepala sekolah harus

mengetahui dan memahami bagaimana konsekwensi dalam mengambil keputusan yang

bertanggungjawab.

Hasil petikan dengan kepala sekolah

untuk merealisasikan program peningkatan mutu sekolah yang sudah ditetapkan, saya bersama
para guru, staf, dan dewan sekolah bermusyawarah, bagaiamana program peningkatan mutu
teralisasi dengan baik, maka saya pribadi selalau memberi waktu kepercayaan kepada peserta
rapat untuk mendiagnosa dan mencari solusi terhadap masalah yag terjadi, sehingga tidak ada
ketimpangan dan program peningkatan mutu sekolah tetap berjalan dengan baik.

Dari pernyataan di atas, kepala sekolah dalam mengambil keputusan tidak serta merta

memutuskan, namun melakukan musyawarah untuk menghasilkan kata mufakat. Dan sennatiasa

memberi kepercayaan kepada peserta rapat karena setiap invidu dirasa mampu melasanakn

tugasnya dengan baik.

2). Kemampuan mempengaruhi dan memotivasi dalam pelaksanaan peningkatan mutu


sekolah

Keberhasilan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin adalah kecakapan agent of

change, melalui kecakapan memotivasi prestasi dan kepuasan kerja stafserta kreativitasnya.

Kemampuan kepala sekolah memegang peran penting dalam mencapai tujuan sekolah. Motivasi

staf dan guru merupakan kekuatan yang mendorong evektifitas dan efisiensi pencapain tujuan

Keberhasilan terlaksanannya progaram peningkatan mutu sekolah tidak bisa lepas dari

peran kepala sekolah sebagai pemimpin, keberhasilan sekolah SMPN 13 di pengaruhi oleh
berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun dari lingkungan. Untuk memotivasi

warga sekolah dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan yang

telah di tetapkan serta di sepakati bersama. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mempunyai

strategi untuk merealisasikan program yang direncanakan.

Motivasi kerja diterapkan dengan mencanangkan janji kebersamaan dan kebulatan

tekad serta Sabta tekad untuk meraih sukses. Penanganan ini dilakukan kepala sekolah melalui

sebuah acara, dengan tujuan memacu semangat orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan

sekolah.

Sehubungan dengan pemberian motivasi, berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala

sekolah;

motivasi itu merupakan bagian salah satu faktor yang menentukan keefektifan kerja seseorang,
dalam mengelola sekolah ini, kunci saya hanya satu yaitu memberi kepercayaan penuh kepada
guru dan staf dalam melaksanakan program yang telah disepakati bersama. Dalam program
peningkatan mutu sekolah, tugas saya menggerakkan bagaimana segenap warga sekolah merasa
enjoy dan mempunyai kepuasan tersendiri, sehingga dalam pelaksanaanya para guru dan staf
tidak merasa terbebani. Dan saya tidak akan segan-segan mengatakan guru A ini hebat atau
profesional, biasanya saya samapaikan dalam forum atau ivent seperti upacara, jika memang ada
guru yang telah berhasil melaksanakan tugasnyan dengan baik dan benar

Dari penjelasan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin sekolah senantiasa memberi

motivasi ke segenap guru yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesioanal.

Karena dengan motivasi kepala sekolah guru akan lebih semangat dalam melaksnakan tugasnya.

Kepala sekolah juga memberi semangat kerja yang tinggi dan bisa menikmati kerjanya sehingga

guru merasa tidak terbebani dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah juga sering memberi

dukungan, jika ada seorang guru yang berhasil dalam melaksanakan tugasnya, dan

menyampaikan kepada guru lainnya agar bisa meniru dan mengikutinya. Serta kepala sekolah

juga memberi reward melalui motivasi untuk meningkatkan kualitas guru.

Pernyataan kepala sekolah ini perkuat oleh Ibu Mufidah guru Agama di SMPN 13
kita melaksanakan amanah (menjadi guru) ini berat, jika tak ada yang menggerakkan atau
memotivasi maka perlahan-lahan para guru akan demo, apalagi barang-barang sudah naik.
Namun, untungnya kita mendapatkan kepala sekolah sekaligus penyiram jiwa kita. Kepala
sekolah selalau mengatakan bahwasanya pekerjaan guru adalah hal yang mulia. Kepala sekolah,
sering mengacungkan jempol dan memberi semangat kepada guru yang telah melaksanakan
tugasnya dengan baik. Saya bisa membri contoh, progarm 2005 ini ada IMTAQ yang memang
dirilis tahun ajaran sekarang, kepala sekolah senantiasa memberi semangat kepada Bpk.
Baidhowi dengan menyakinkan dan memberi ide agar progaram yang batu ini bisa terealisasi
dengan maksimal.

Dari pernyataan diatas bisa disimpulkan, bahwasanya kepala sekolah SMPN 13

Malang, telah melaksankan tugasnya sebagai pimpinan sekolah dengan baik, yang dapat

dibuktikan membri motivasi kepada segenap fewan guru dalam melaksanakan bimbingan belajar

atau dalamdalam melaksanakan tugas tambahan sebagai koordinator pelaksana peningkatan

mutu sekolah. Kepala sekolah juga memberi ide, dan solusi pemecahan jika dalam pelaksanaan

program sekolah ada permasalahan. Sehingga guru sebagai pelaksana tidak merasa keberatan

dalam melaksanakn tugasanya. Maka ketika terjadi keharmonisan dengan semngat kerja yang

tinggi, apa yang diinginkan sekolah bisa terlaksana dengan tujuan yang diharapkan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah ditemukan beberapa data yang peneliti inginkan baik hasil interview,

observasi dan dokumentasi. Pada uraian ini akan saya sajikan uraian bahasan sesuai dengan

rumusan penelitian dan tujuan penelitian. Pada pembahasan ini peneliti akan akan

mengintegrasikan temuan yang ada kemudian memodifikasi teori yang ada.

Sebagian ditegaskan dalam teknik analisis dalam penelitian, saya menggunakan analisis

kualitatif diskriptif (pemaparan) dari data yang kami dapatkan baik melalui observasi,

dokumentasi dan interview dari pihak-pihak yang mengetahui tentang data yang dibutuhkan.

Pembahasan dimaksudkan untuk memaparkan atau menjadikan data yang diperoleh dari

hasil penelitian di korelasikan dengan teori yang ada, yaitu sebagai berikut :
1. Persepsi dan Pemahaman Kepala Sekolah Dalam Aktualisasi MPMBS

Kepala sekolah SMPN 13 Malang telah mengetahui dan memahami bagaimana konsep

dasar yang ada dalam MPMBS. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan MPMBS di SMP 13 sudah

berjalan dengan baik, yaitu kepala sekolah sebagai direktur sekolah telah mensosialisaikan ke

segenap warga sekolah, mulai dari guru, staf, karyawan, siswa sera wali murid.

MPMBS memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas atau

keluwesan-keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah

(guru, peserta didik, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua, tokoh masyarakat,

ilmuwan, pengusaha,dsb) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan

nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku47[47].

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam

meningnkatkan mutu sekolah. Maka dalam aktualisasi MPMBS kepala sekolah harus mampu

membuat strategi dengan baik terhadap warga sekolah, agar tujuan yang telah disepakati bersama

tercapai.

Sesuai dengan karakteristik MPMBS bahwasanya sekolah mempunyai kewenangan dan

kemandirian untuk melakukan yang terbaik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kepala

sekolah telah melakukan program khusus untuk meningkatkan potensi siswa dengan dengan

mengadakan program IMTAQ dan handalan SMPN 13 yaitu Marching Band. Mengadakan

tambahan belajar (bimbingan) untuk persiapan UAN serta try out yang wajib diikuti oleh seluruh

kelas 3 yang tujuannya agar tamatan periode 2005/2006 ini sesuai dengan target yang inginkan.

Kepala sekolah juga meningkatkan kualitas guru, karena merupakan salah satu komponen

terpenting untuk keberhasilan proses belajar mengajar,yaitu dengan mengadakan MGMP,

47[47]Ade Irawan dkk, Mendagangkan Sekolah, Indonesia (Jakarta: Corruption Watch, 2004), hlm.
30.
delegasi workshop, serta pelatihan. Yang semua itu untuk meningkatkan profesionalisme guru

sebagai pendidik dan pembimbing bagi siswa.

Kepala sekolah juga melibatkan orang tua dalam aktualisasi MPMBS. Karena dalam

rangka mewujudkan MPMBS maka partisipasi orang tua sangat diperlukan, karena sekolah

merupakan partner orang tua dalam mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi peserta didik.

Kepala sekolah juga membuat iklilm sekolah dengan hidup disiplin. Karena dengan hidup

disiplin, maka ada rasa hormat terhadap kewenangan, hormat terhadap orang lain serta upaya

untuk menanamkan kerjasama.

2. Peran-Peran Yang Dilakukan Kepala Sekolah Dalam Aktualisasi MPMBS

Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah, karena

kepala sekolah merupkan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah

menuju tujuannya.48[48]

Kepala sekolah SMPN 13 Malang telah melakukan peran-perannya dengan optimal

dalam peningkatan mutu sekolah. Adapun peran-peran yang telah dilakukan oleh kepala sekolah

dalam aktualisasi MPMBS di SMPN 13 Malang sebagai berikut:

a. Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Kepala sekolah adalah manejer pendidikan tingkat sekolah dan ujung tombak utama dalam

mengelola pendidikan di level sekolah. Kepala sekolah memegang peran poros yang paling

penting (privotal role) untuk keberhasilan aktualisasi MPMBS , dan oleh karena itu, kepala

48[48].E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,(Bandung: Remaja Rosdakarya 2005), hlm.
158.
sekoah harus mempunyai kemampuan manajerial yang professional dalam mengelola

sekolahnya.49[49]

Kemampuan manjerial SMPN 13 Malang dapat ditunjukkan dengan, membuat perencanaan

peningkatan mutu sekolah, yang dalam pelaksanaan melibatatkan semua elemen sekolah mulai

dari wakil kepala sekolah, guru, pawa wakil kepala sekolah, koordinator TU, serta komite

sekolah. Hal ini sesuia dengnan konsep dari MPMBS yang menuntut dukungan semua pihak,

partisipasi masyarakat dan orang tua yang merupakan salah satu aspek peningkatan mutu

sekolah.

Kepala sekolah juga sudah menetapkan para truktur organisasi sekolah beserta struktur

administarsi sekolah beserta tugasnya pula. Hal ini untuk mempermudah pengevaluasian

sekolah.

Salah satu arahan dalam menggerakkan guru dan staff adalah dengan menerapkan motivasi

Artinya kepala sekolah harus dapat mendorong agar para guru dan staff termotivasi untuk

mengerjakan tugasnya. Cara yang dilakukan kepala sekolah adalah menggerakkan guru dan staff

dalam organisasi sekolah untuk bekerja secara optimal. Dan menggerakkan pihak eksternal

sekolah yaitu komite sekolah yang sebagai partner sekolah dalam melaksnakan peningkatan

mutu sekolah.

Dan evaluasi menganai program peningkatan mutu sifatnya 3 bulan sekali. Dan pada waktu

tertentu yang memang membutuhkan kehadiran dewan sekolah kita bisa mendatangkan, karena

kami lihat peran dewan sekolah dalam peningkatan mutu sekolah ini sangat urgen. Kepala

sekolah beserta dewan sekolah biasanya mengadakan musyawarah terlebih dahulu topik yang

49[49] Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Dini Indonesia, .


(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 55.
disamapaikan adalah mengenai permasalah misalnya saja Program IMTAQ siswa. Karena dalam

program ini dewan sekolah sangat mendukunng, sehingga kalau ada permasalahan maka kita

minta solusi yang terjitu.

b. Peran Kepala Sekolah Sebagai Pendidik

Salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar mengajar dalam kelas

adalah guru. Karena itu guru tidak saja mendidik melainkan juga berfungsi sebagai orang dewasa

yang bertugas professional memindahkan ilmu pengetahuan (taransfer of knowledge) atau

penyalur ilmu pengetahuan (transmitter of knowledge) yang dikuasai kepada anak didik. Guru

menjadi pemimpin, atau menjadi pendidik, dan pembimbing di kalangan anak didiknya.50[50]

Kepala sekolah SMPN 13 telah melakukan usaha peningkatan kualitas guru yang

merupakan keharusan dalam proses belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan pengjarannya.

Usaha kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru antara lain: mengadakan pelatihan,

mengikuti seminar, diadakannya MGMP di sekolah, dan menghadiri MGMP yang diadakan

DIKNAS setiap satu bulan sekali.

Pelaksanaan MPMBS di SMPN 13 Malang, bisa dikatakan sukses dengan program

unggulan Marching Bandnya. Karena sekolah yang telah melaksanakan MPMBS harus mampu

mengatarkan peserta didik mempunyai skill atau keterapilan yang akan membantu untuk

keberlangsungan hidupnya. Maka kepala sekolah membuka program ekstarkulikuler yang

memadai untuk pengembangan bakat dan minat siswa, mulai dari yang bersifat ilmu

pengetahuan misalnya karya ilmiah remaja (KIR), conversation program dari pengembangan

mata pelajaran bahasa inggris, IMTAQ yaitu dengn tujuan peningkatan keimanan siswa serta

diharapkan dapat berahlak muli. Biding non edukatif seperti ekstra kurikuler karate, seni tari,

50[50] Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta Bumi Aksara, 2003), hlm. 118.
komputer, KIR, dan tata boga, marching band terlaksana penuh dengan prestasi yang baik,

keberhasilan kepala sekolah mewujudkan program ini terbukti dengan diraihnya kejuaraan.

c. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisior

Supervisi ialah aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan

pegawai sekolah dalam pekerjaan mereka secara efektif.

Adapun yang sudah dilakukan kepala sekolah di SMPN 13 Malang sebagai supervisor

dalam aktualisasi MPMBS membuat perencanaan pembelajaran dan program supervisi kegiatan

problem solving dengan koordinator guru pembimbing. Dalam pelaksanaan supervisior kepala

sekolah, berusaha mengurangi permasalah guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar.

Perlu dipahami bahwa setiap kepala sekolah bertanggungjawab mengarahkan apa yang

baik bagi tenaga kependidikan, dan dia sendiri harus berbuat baik. Kepala sekolah juga harus

menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian. Seperti motto Ki Hajar Dewantara: Ing ngarsa sung

tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayaniKemampuan melakukan pengawasan dan

pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.51[51]

Kepala sekolah sebagai supervisor merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong

peningkatan guru dalam peroses belajar mengajar, dalam program peningkatan mutu sekolah

kepala sekolah telah melaksanakan tugasnya dengan baik, yaitu bisa meningkatkan kualitas

gurunya agar dalam pelaksanaan program yang sudah disepakati bersama bisa terlaksana dengan

baik. Program unggulan SMPN 13 Malang dalam Marching Band telah dipersiapkan

pelaksanaannya dalam pementasan di Bali nanti, sehingga bisa menghasilkan yang memuaskan.

Karena fungsi utama supervisi adalah perbaikan proses pembelajaran agar peserta didik dapat

menyerap secara maksimal segala pesan yang disampaikan guru.

51[51] E. Mulyasa,op.cit.,hlm:112.
Teknik yang digunakan kepala sekolah SMPN 13 Malang dalam pelaksanaan supervise,

yaitu dengan individual dan kelompok. Yaitu membimbing guru dalam mengatasi probema siswa

dan dan dalam kelompok membicarakan proses dalam belajar mengajar.

Secara praktek kepala sekolah telah melaksanakan tugasnya sebagai supervisor yang

matang, sesuai dengan teknik-teknik supevisi, yaitu perseorangan dan kelompok. Teknik

perseorangan dapat dilakukan dengan: a. mengadakan kunjungan kelas, b. mengadakan

kunjungan observasi, c. membimbing guru tentang mempelajari siswa dan atau menngatasi

problema yang dialami siswa, membimbing guru dalam pelaksanaan kurikulum, sedangkan

teknik kelompok dapat dilakukandengan: a. mengadakan pertemuan atau rapat, b. mengadakan

diskusi kelompok, c. mengadakan pentaran.52[52]

d. Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin

Figur kepala sekolah di era peningkatan mutu sekolah dibutuhkan pemimpin yang mampu

meningkatkan mutu sekolah. Apalagi dengan diberlakukannya otonomi sekolah maka kepala

sekolah sebagai nahkoda di sekolahnya harus mampu mengambil keputusan yang cerdas tidak

merugikan dan menguntungkan sebelah pihak semata. Karena konsep manajemen ini

menggariskan bahwa manajemen sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam

membuat keputusan-keputusan yang bermutu yang diperoleh melalui langkah-langkah yang

sistematis.53[53]

Hal itu sudah dilaksanakan oleh kepala sekolah SMPN 13 Malang sebagai sosok pemimpin

yang arif dan bijaksana karena dalam memutuskan perkara yang ada dalam sekolah SMPN 13

52[52]. Ngalim Purwanto, Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) hlm. 122.

53[53] Sudarwan Danim, Visi baru Manajmen Sekolah, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm;229
senantiasa melalui musyawarah yang diikuti oleh para dewan guru dan juga melibatkan komite

sekolah jika ada yang bersifat insidental.

Selain itu kepala sekolah juga telah melaksanakan tugas sebagai pemimpin sekolah dengan

mengikuti dan mendukung dan memotivasi terhadap program yang kita laksanakan, misalnya

pada waktu pelaksanaan sholat berjamaah kepala sekolah memberi siaraman rohani kepada

segenap dewan guru dan para. Kepala sekolah selalu mengatakan bahwasanya pekerjaan guru

adalah hal yang mulia. Kepala sekolah, sering mengacungkan jempol dan memberi semangat

kepada guru yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Saya bisa memberi contoh,

progarm 2005 ini ada IMTAQ yang memang dirilis tahun ajaran sekarang, kepala sekolah

senantiasa memberi semangat kepada Bpk. Baidhowi dengan menyakinkan dan memberi ide

agar program yang baru ini bisa terealisasi dengan maksimal.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan serta hasil penelitian yang sudah dilakukan serta rumusan
masalah maka dapat diambil kesimpulan:
1. Persepsi dan Pemahaman Kepala Sekolah Dalam Aktualisasi MPMBS

SMPN 13 Malang sudah melaksanakan MPMBS dengan optimal yaitu bisa dilihat

pemahaman kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS. Kepala sekolah sebagai direktur sekolah

telah mensosialisaikan ke segenap warga sekolah, mulai dari guru, staf, karyawan, siswa sera

wali murid. Kepala sekolah telah melakukan program unggulan/khusus untuk meningkatkan

potensi siswa dengan dengan mengadakan program IMTAQ dan handalan SMPN 13 yaitu

Marching Band. Kepala sekolah juga melibatkan orang tua dalam aktualisasi MPMBS, karena

sekolah merupakan partner orang tua dalam mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi

peserta didik. Kepala sekolah juga membuat iklim sekolah dengan hidup disiplin. Karena dengan

hidup disiplin, maka ada rasa hormat terhadap kewenangan, hormat terhadap orang lain serta

upaya untuk menanamkan kerjasama.


2. Peran-Peran Yang Dilakukan Kepala Sekolah Dalam Aktualisasi MPMBS

Kepala sekolah SMPN 13 Malang dalam aktualisasi MPMBS telah memainkan peran-

perannya diantaranya sebagai manager, pendidik,

supervisior, pemimpin. Dalam mengatur sekolah, kepala sekolah telah membuat perencanaan

peningkatan mutu sekolah sesuai dengan visi misi sekolah, mengorganisasikan penetapan

penanggungjawab, dan menggerakkan warga (guru dan karyawan) sekolah dalam peningkatan

mutu sekolah, serta mengawasi pelaksanaan peningkatan mutu sekolah. Dan di SMPN 13

Malang juga mengadakan evaluasi 3 bulan sekali. Sebagai pendidik, yang sudah dilakukan oleh

kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru antara lain: mengadakan pelatihan, mengikuti

seminar, diadakannya MGMP di sekolah, dan menghadiri MGMP yang diadakan DIKNAS. Dan

dalam meningkatkan prestasi pserta didik, manambah jam pelajaran, mengadakan try out, serta

membuka program ekstrakulikuler yang memadai untuk pengembangan bakat dan minat siswa,

mulai dari yang bersifat ilmu pengetahuan misalnya karya ilmiah remaja (KIR), conversation

program dari pengembangan mata pelajaran bahasa inggris, IMTAQ. Bidang non edukatif seperti

ekstrakurikuler karate, seni tari, komputer, dan tata boga, marching band. Sebagai supervisior

kepala sekolah telah melakukan pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja

tenaga kependidikan dalam melaksanakan program yang telah disepakti bersama. Kepala sekolah

juga berusaha mengatasi permasalahan guru dengan baik, baik hal menggunakan teknik

individual maupun kelompok. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam mengambil

keputusan kegiatan-kegiatan sekolah, melibatkan segenap dewan guru dan komite sekolah.

Dalam pelaksanaan kegiatan sekolah kepala sekolah juga memberi motivasi ke segenap
koordinator pelaksana kegiatan, hal ini menunjukkan bahwasanya adanya dukungan dari kepala

sekolah.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian peran kepala dalam aktualisai MPMBS di SMPN 13

Malang, maka disarankan:

1. Untuk meningkatkan mutu sekolah di SMPN 13 Malang, kepala sekolah agar secara terus

menerus melakukan perbaikan dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis

sekolah terutama dalam meningkatkan prestasi akademik guru, yaitu mengadakan studi

banding ke sekolah yang bermutu dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yangn lebih

tinggi, menjalin kerjasama dengan instansi untuk aktualisasi MPMBS.

2. Di samping itu juga perlu adanya sebuah upaya penyadaran kepada seluruh warga

sekolah, termasuk para orangtua siswa dan masyarakat, bahwa keberhasilan pendidikan

di sekolah adalah tanggungjawab kolektif, sehingga mereka juga harus memberikan

kontribusi yang nyata terhadap berbagai program yang dilakukan oleh sekolah.

3. kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian tentang MPMBS dari

tinjauan lain, sehingga dapat memberi tambahan refernsi menganai peran kepala sekolah

dalam aktualisasi MPMBS.

PEDOMAN INTERVIEW

A. Mengenai persepsi dan pemahaman Dalam Aktualisasi MPMBS


Kepala sekolah
1. Pengertian MPMBS
2. Bagaimana mensosialisasikan MPMBS ke warga sekolah (guru, karyawan, wali siswa)
3. Bagaimana strategi dalam peningkatan mutu pendidikan
Non kepala sekolah
1. Apa prestasi yang sudah di raih SMPN 13 Malang
2. Bagaimana meningkatkan potensi guru
3. Apa ekstrakulikuler yang di unggulakan di SMPN 13 Malang
4. Apa strategi sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah
5. Bagaimana memperoleh informasi tentang MPMBS
6. Bagaiman posisi kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS

B. Peran Kepala Sekolah dalam aktualisasi MPMBS


Kepala sekolah
1. Bagaimana membimbing guru pengembangan program pembelajaran dan bimbingan konseling?
2. Bagaimana meningkatkan potensi peserta didik dalam prestasi akademik dan non akademik?
3. Bagaimana perencanaan peningkatan mutu sekolah sesuai dengan visi misi sekolah?
4. Bagaimana mengorganisasikan penetapan penanggungjawab peningkatan mutu sekolah?
5. Bagaimana menggerakkan warga guru dan karyawan sekolah dalam peningkatan mutu sekolah?
6. Bagaimana mengawasi pelaksanaan peningkatan mutu sekolah?
7. Bagaimana melakukan pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan?
8. Bagaimana mengambil keputusan untuk peningkatan mutu pendidikan?
9. Bagaimana mempengaruhi dan memotivasi dalam pelaksanaan peningkatan mutu sekolah?
Non kepala sekolah
Wakil Kepala Sekolah

1. Apa langkah penyampaian peningkatan mutu sekolah?


2. Bagaimana menggerakkan para staf dalam aktualisasi MPMBS?
3. Bagaimana kepala sekolah dalam membimbing peserta didik di sekolah?
4. Bagaimana kreteria memimpin MPMBS?
Waka Kurikulum
Secara operasional apa yang menjadi tanggungjawab dari waka kurikulum?
2. Mata pelajaran apa yang mendapat jam tambahan?
3. Strategi dalam aktualisasi MPMBS?
4. Apa materi tambahan program peningkatan mutu sekolah?
5. Strategi meningkatkan prestasi siswa secara adakemik?
6. Bagaimana kepala sekolah merencanakan supervsisi sekolah?
Guru
1. Kepemimpinan yang bagaimana yang di pakai kepala sekolah dalam aktualisasi MPMBS?
2. Apakah kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk berkreatif?
3. Selain bidang kegiatan belajar-mengajar bidang apakah yang menjadi perhatian khusus kepala
sekolah dalam peningkatan mutu?
4. Bagaimana peran kepala sekolah dalam mensupervisi MPMBS?
5. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang evaluasi yang diterapkan sesuai MPMBS?
Tata Usaha

1. Berapa tahun sekali jabatan kepala sekolah?


2. Apa yang sudah dilakukan kepala sekolah dalam membuat program administrasi?

Komite Sekolah

1. Bagaimana kepala sekolah menerapkan MPMBS di sekolah?


2. Bagaimana pimmpinan kepala sekolah dalam memutuskan keputusan di sekolah?

PEDOMAN OBSERVASI

1. Hasil akreditasi sekolah


2. prestasi akademik dan non akademk, pelatihan guru
3. materi peningkatan mutu sekolah
4. keadaan dan kondisis siswa, guru, orangtua, kondisi ruang
5. program peningkatan mutu sekolah tahun ajaran 2005/2006

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Struktur Organisasi SMPN 13 Malang


2. Mekanisme kerja pengelola SMPN 13 Malang
3. Daftar nama guru yang mendapat tambahan
4. Prioritas pengembangan SMP 13 Malang
5. Pembagian tugas guru dalam proses belajar mengajar
6. Daftar uraian tugas tenaga administrasi

DAFTAR PUSTAKA

A Partanto, Pius, M. Dahlan Al-Barry. 1994, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola.

Arifin, Muzayyin. 2003, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1993.Organisasi dan Administrasi, Jakarta: Grafindo Persada.


------------------------. 2002. Prosedur Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto, M. 1998. Administarsi Pendidiakan, Jakarta: Rineka Cipta.

Dikdasmen, Depdiknas.2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta Buku 1 Konsep dan
Pelaksanaan.

Hadiyanto.2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Dini Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengambangan Kurikulum, Jakarta: Mandar Maju.

Irawan Ade dkk. 2004. Mendagangkan Sekolah, Indonesia. Jakarta: Corruption Watch.

Mantja, Willem, Jurnal Ilmu Pendidikan, 1 Januari, 2000

------------------. Kompetensi Kekepalasekolahan: Landasan Peran dan Tanggungjawabnya, Jurnal


Pendidikan (Filsafat, Teori dan Praktek Pendidikan), IKIP Malang Th 23, No Islam, Januari
1996.

Miles, Matthew B. dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif . Terjemahan: Tjejep R.R.
Jakarta: UI Press.

Moleong, L.J.2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,

Muarif. 2005. Wacana Pendidikan Kritis, Jogjakarta: IRCiSoD.

Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung: Remaja
Rosdakarya.

_________, 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto,Ngalim. 1992. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.


Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarwan Danim. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar, Jakarta: Bumi Aksara.

______________. 2006 Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.

Suderadjat, Hari. 2004. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasisi Sekolah, Bandung: Cipta Cekas Grafika.

Sutisna. 1983. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional, Bandung: Angkasa.

Subakir, Supriono dan Sapari, Achmad . 2001. Manajemen Berbasis Sekolah Penerbit Jakarta; Kerjasama
Pemerintah RI dan UNICEF-UNESCO.

Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Depdikbud, Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum

Wahdosumidjo. 2003. Kepimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo Persada: cetakan

Anda mungkin juga menyukai