Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIMOSIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-
tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara
persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau
trauma lahir.
Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera
lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan
dasar dan penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta
perawatan pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan meningkatkan keberhasilan
penanganan kelainan bayi dan anak.

1.2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana asuhan kebidanan pada anak yang menderita penyakit
fimosis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui asuhan pada penyakit fimosis
b. Mengetahui pengertian pada penyakit fimosis
c. Mengetahui etiologi, tanda dan gejala serta tindakan yang tepat untuk mengatasi fimosis.
d. Mengetahui macam-macam fimosis.
1

1.3. RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang dan tujuan di atas maka kami dapat merumuskan masalah dari penulisan
makalah ini yaitu:
1. Apakah pengertian dari Fimosis?
2. Apa tanda dan gejala dari fimosis?
3. Apa penyebab terjadinya fimosis?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari fimosis?
5. Berapa besar angka kejadian yang terjadi pada bayi yang terkena fimosis?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat pada bagian kepala (Grans)
dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan
dan kesakitan saat kencing. (Andi Maryam)
Fimosisi adalah salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin pria, yang dimaksud
dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (Preupitium) melekat pada bagian kepala
(Grans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi
kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi pada penis (balantis).
Jika keadaan ini di biarkan dimana muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka dokter
menganjurkan untuk disunnat, tindakan ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis
agar ujungnya terbuka. (Patologis, Dr.Sutisna Himawan,1996)
Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. Kelainan menyebabkan bayi / anak sukar
berkemih. Kadang-kadang begitu suka sehingga kulit prepusium menggelembung seperti
balon. Bayi / anak sering menangis sebelum urine keluar.
Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis)
tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce,
preputium, foreskin,) Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat
ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium
melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk
berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan
bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat.
Fimosis adalah prepusium penis tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke
korona galndis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan
oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan
prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi
perlahan-lahan sehinga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.
3
Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma yaitu cairan putih, kental
yang biasa mengumpul diantara kulit kulup dan kepala penis akan tertinbun di tempat itu, sehingga
mudah sekali terjadi infeksi. Biasanya yang sering di serang adalah bagian ujung penis, sehingga
di sebut infeksi ujung penis atau blantis. Sewaktu akan kencing, anak menjadi rewel yang terlihat
adalah kulit kulup yang terbelit dan menggelembung.

2.2. ETIOLOGI
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis
tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala
penis sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat,
misalnya karena infeksi atau benturan.

2.3. PENYEBAB FIMOSIS


Kebanyakan kasus, fimosis adalah bawaan lahir. Pada kasus yang lebih jarang, fimosis
terjadi karena kulup kehilangan kemampuan peregangan, misalnya karena peradangan atau luka
akibat pembukaan paksa kepala penis. Pembentukan jaringan parut dari bekas luka itu mencegah
peregangan kulup.

2.4. MACAM - MACAM FIMOSIS


a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya
merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang
pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor
pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara 4
glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari
glans penis.
Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat
ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya
1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian,
penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh
kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.

b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul
kemudian setelah lahir.
Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk , peradangan kronik
glans penis dan kulit preputium ( balanoposthitis kronik ), atau penarikan berlebihan
kulit preputium ( forceful retration ) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan
pembentukan jaringan ikat ( fibrosis) dekat bagian kulitpreputium yang membuka.
Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni
kulitpreputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi
besarnya lubang di ujung preputium.
Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak selalu
menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni,
buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat
darurat.

2.5. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala penyakit fimosis diantaranya :
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukkan urine.
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang saat mulai buang air kecil
yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang
keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum
keluar muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan. 5
5. Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar dengan arah
yang tidak dapat di duga.
6. Bisa juga disertai demam.
7. Terjadi iritsi pada penis.

2.6. GANGGUAN
Aliran urine berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil, menggelembungnya ujung
prepusium penis pada saat miksi dan menimbulkan retensi urine.Kadangkala pasien dibawa
berobat oleh orang tuanya Karena adanya benjolan lunak di ujung penis yang tak lain adalah
korpus smegma. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami
deskuamasi oleh bakteri yang ada didalamnya.
Tindakan tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis
karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder.
Dapat diberikan salep dexametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah
pemberian selama 6 minggu prepusium dapat diretraksi spontan kemudian dilakukan sirkumsisi.

2.7. KOMPIKASI
a) Ketidaknyamanan / nyeri saat berkemih.
b) Akumulasi sekret dan smegma di bawah prepusium yang kemudian terkena
c) Infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
d) Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
e) Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan pembengkakan
glans penis yang disebut parafimosis.
f) Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut balinitis.
g) Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan kerusakan
pada ginjal.
h) Fimosis merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker penis.
6
2.8. PENATALAKSANAAN
Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu:
a) Sunat
Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara
permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air
kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum
ataupun local.
b) Obat
Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup. Pemberian
salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam
jangka waktu tertentu agar efektif.

c) Peregangan
Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan setelah
mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.
Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama dan/atau
sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai fimosis
kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta menjaga
kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan
kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali
kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan.
Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara berlebihan
ke belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan
parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam
kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.
Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan tindakan
sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah plastik
lainnya seperti preputioplasty(memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya).
Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik.
7
Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit preputium 1 atau 2 kali sehari,
selama 4-6 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik,
kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan dikembalikan lagi ke posisi
semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.

Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga kebersihan bokong dan penis.
a. Bokong
Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan popok basah dan terkena
macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau
tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal dan merah
disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada beberapa bayi, gatal-gatal dan
merah dibokong cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah
mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :


1) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau berpergian.
2) Jangan berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek yang cocok dengan bayi .
3) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan bagian paha untuk
ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil atau besar).
4) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur dengan
bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan.
5) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1 sampai 2 hari atau lebih
bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.
b. Penis
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1) Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan kasa.
Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok.Cukup diusap dari atas ke bawah
dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang. 8
2) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
3) Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa menyebabkan
iritasi.
4) Memberikan salep kortikoid ( 0,05 0,1 % ) 2x / hari selama 20 30 hari , terapi ini tidak
dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan
untuk usia sekitar 3 tahun.

2.9. TERAPI
Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa
sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan komplikasi,
seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus
segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.
Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi
komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama,
perlengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat
frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan.
Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis. Sebagai
pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-
30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi
dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.
Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti dengan
usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika manuver ini gagal ,
periu dilakukan insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada temuan klinis lokal, sirkumsisi
dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.

9
2.10. Angka kejadian
Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya 4% bayi yang
preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh.
Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur
1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10%
pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-
17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai
dewasa bila tidak ditangani.
Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak disirkumsisi memiliki
resiko menderita 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993, dituliskan review bahwa resiko terjadi
sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999 dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang sirkumsisi
disebutkan bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi menderita
sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan jurnal tahun 2001 dan
2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko.
Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang sulkus.
Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat menjadi
89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan
1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat
iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya
keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). Suatu penelitian lain juga
mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang
penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia
17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain
mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
10
BAB III
TINJAUAN KASUS

No register / rekam medis : 11021991


Tanggal masuk / tanggal kunjungan : 20 November 2011
Tanggal / jam pengkajian : 21 November 2011/ O8.00 WIB
Pengkaji : Neni Hindriani
Tempat : Klinik

A. Data Subjektif
1. Biodata
a. Identitas Bayi
Nama bayi : By. D
Tanggal lahir/hari/jam : Minggu, 13 November 2011, jam 09.00 WIB
Jenis kelamin : Laki - laki
BB : 3 kg
PB : 47 cm
b. Identitas Orang Tua
Nama ibu : Diah Nama Ayah : Sidik
Umur : 29 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Golongan darah : O Golongan darah : A
Alamat : Padaherang
2. Keluhan Utama
Bayi sering menangis keras ketika akan BAK
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengtakan bahwa bayinya selalu menangis pada saat akan BAK
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Riwayat Kehamilan
G2P2A0
11
Usia kehamilan 38 minggu, mengkonsumsi obat FE dan vit B Complek, ibu mengatakan pernah
imunisasi TT 2 kali pada saat usia 5 bulan dan 6 bulan, ibu pernah melakukan USG, ibu
mengatakan tidak ada komplikasi yang berat saat kehamilan.
b) Riwayat Persalinan
Ibu mengatakan persalinan di tolong oleh bidan persalinan berlangsung di klinik, dengan normal
tanpa menggunakan alat, kira-kira persalinan 8 jam dengan presentasi kepala, ketuban pecah
dengan spontan dengan warna cairan ketuban putih, tidak ada komplikasi yang menyertai
persalinan, dengan keadaan tali pusat normal,tidak di berikan obat saat persalinan
c) Keadaan Bayi saat Lahir
Ibu mengatakan ada kelainan pada bayi, yaitu bayi sering menangis keras ketika akan BAK, dan
pada saat lahir bayi di berikan salep mata dan VIT K, Keadaan bayi rewel, pernapasan
spontan,frekuensi teratur, bayi lahir dengan tangisan yang kuat, warna kulit kemerahan.
d) Riwayat Post Natal
Berat badan bayi saat lahir 3 kg,panjang badan bayi 47 cm, ada kelainan congenital, kondisi
kesehatan tidak baik.
5. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya sudah mendapat imunisasi hepatitis B, polio pada saat lahir.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Ibu mengatakan berat badan bayinya waktu lahir 3 kg, tinggi badan waktu lahir 47 cm.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit keluarga seperti hipertensi,
TBC, dan lain lain, meskipun ada keluarganya yang menderita hipertensi
8. Riwayat Psikososial
Hubungan ibu dengan anak sangat erat dan penuh kasih sayang, begitu pula dengan keluarga anak
yang bahagia atas kelahirannya.
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu mengatakan bayinya menyusu ASI, setiap bayi ingin menyusu dan jika bayi rewel.
b. Eliminasi
Ibu mengatkan bayinya BAB 3 kali/ hari dengan konsistensi lembek, dan BAK 4-5 kali/ hari
dengan warna jernih kekuningan, dan sering menangis keras pada saat akan BAK.
12
c. Istirahat dan tidur
Ibu mengatakan banyinya tidur malam 6 jam, dan tidur siang 4 jam.
d. Hygiene
Ibu mengatakan bayinya di mandikan 2 kali/hari,dan di bersihkan bagian tali pusat 2 kali/hari,ganti
popok setiap bayi BAK atau BAB.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-tanda Vital
Denyut jantung : 140 x/ menit
Respirasi : 60 x/ menit
Suhu : 36,50C
3. Antropometri
a. Berat Badan Lahir : 3000 gram, BB sekarang 3000 gram
b. Panjang Badan Lahir : 47 cm, PB Serkarang 47 cm
c. Lingkar Kepala Lahir : 33 cm, LK Sekarang 33 cm
d. Lingkar Dada Lahir : 34 cm, LD sekarang 34 cm
e. LILA : 11 cm

4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : ubun-ubun kecil sudah menutup, keadaannya datar, sutura tidak ada
molase, caput succedaneum (-), cephal hemathoma (-), tidak ada kelainan.
b. Mata : Bentuk mata simetris, kotoran (-), konjungtiva berwarna merah muda,
sklera putih, pelvebra normal, reflek pupil (+), reflek berkedip (+),tidak ada kelainan.
c. Hidung : Lubang hidung normal, cuping hidung (-), pernafasan cuping hidung (-),
tidak ada secret, tidak ada kelainan normal.
d. Bibir dan mulut : warna kemerahan, tidak sumbing, bentuk simetris, palatum (+), lidah
bersih, gusi bagus, reflek suckling (+), reflek rooting (+), tidak ada kelainan.
e. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran cairan,daun telinga tulang rawan
lentur, posisi telinga normal, fungsi pendengaran baik.
f. Leher : pembengkakan kelenjar getah bening (-), kelenjar thyroid (-), reflek
tonik neck (+),pergerakan leher (+); tidak ada kelainan.

13
g. Dada : bentuk dada simetris, lingkar dada normal,gerakan dada kembang
kempis dengan normal, tonjolan puting menonjol, tulang rusuk atau sternum tidak terlihat.
h. Abdomen : bentuk simetris, bising usus (-), pembesaran hepar (-), kelainan tali pusat
tidak ada
i. Genetalia : lubang uretra (+), puerperium tidak bisa ditarik ke belakang untuk
membuka seluruh bagian kepala penis.
j. Keadaan punggung : spina bifidika (-)
k. Anus : anus (+), tidak ada kelainan
l. Ektremitas atas : gerakan tangan baik, tidak ada kelainan.
Ektremitas bawah : gerakan baik, tidak ada kelainan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah : tidak dilakukan
b. Urine : tidak di lakukan
c. Faeces : tidak di lakukan

C. Analisa
Bayi D berusia 1 minggu dengan Fimosis
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Memberitahukan kemungkinan kelainan yang diderita bayinya adalah fimosis, karena
dilihat dari hasil pemeriksaan dan tanda tanda seperti bayi selalu menangis keras saat akan
BAK.
3. Memberitahukan kepada ibu agar tidak menarik puerpetium bayinya kebelakang secara paksa
karena bisa menyebabkan infeksi
4. Menjaga kebutuhan personal hygiene terutama penis dan tidak mencuci penis dengan sabun
berlebihan
5. Memberikan terapi obat dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup penis
6. Melakukaan terapi peregangan bertahap pada kulup yang dilakukan setelah mandi dengan air
hangat selama 5 sampai 10 menit setiap hari, dan lakukan dengan hati hati untuk menghindari
luka yang menyebabkan pembentukan parut.
7. Menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan kulit
preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali kulit
preputium kedepan batang penis setiap selesai membersihkan.
8. Menganjurkan ibu untuk segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis anak dan
melakukan tindakan sirkumsisi. 14
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis
(glands) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak menjadi
kesulitan dan kesakitan saat kencing.
Adapula tanda dan gejala pada fimosis di antaranya : Penis membesar dan menggelembung
akibat tumpukkan urine, Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembang
saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan
oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada
ujung penis sebelum keluar muaranya yang sempit, Biasanya bayi menangis dan mengejan saat
buang air kecil karena timbul rasa sakit, Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan
dibersihkan, Air seni keluar tidak lancar.Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar
dengan arah yang tidak dapat di duga, Bisa juga disertai demam, dan terjadi iritsi pada penis.

B. SARAN
Dalam mengerjakan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini kurang dari
sempurna, maka dari itu saya meminta saran dan kritik yang dapat membangun agar kedepannya
bisa lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah,2005,Perawatan Anak Sakit,Jakarta: EGC


Haws.,Paulette S.,2008,Asuhan Neonatus Rujukan Cepat,Jakarta; EGC
http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/kelainan-bawaan-pada-neonatus.html
http://jogjawithlove.blogspot.com/2009/06/fimosis.html

Anda mungkin juga menyukai