Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras
dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui
reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jimmo. 2008).
Menurut Dwidjoseputro (1984), bentuk dan struktur selnya makhluk hidup dibedakan
menjadi dua yaitu makhluk hidup bersel banyak dan makhluk hidup bersel satu, makhluk ini
tidak dapat terlihat dengan mata kita, karena panca indra manusia memiliki kemampuan daya
pisah atau daya lihat yang sangat terbatas. Oleh karena itu banyak masalah mengenai benda
atau organisme yang akan diamati dan pengamatan itu hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan alat bantu. Salah satu alat bantu yang sering digunakan dalam penelitian atau
pengamatan tentang organisme yang tidak bisa dilihat dengan mata, terutama dalam bidang
kedokteran dan biologi adalah mikroskop dalam (bahasa latin mikro diartikan kecil sedangkan
scopium berarti penglihatan). Mikroskop sering digunakan untuk, meningkat kemampuan
daya pisah atau lihat seseorang sehingga memungkinkan dapat mengamati objek yang sangat
halus dan tidak dapat terlihat oleh mata terbuka.
Morfologi suatu mikroba dapat diperiksa dalam keadaan hidup maupun
mati.Pemeriksaan morfologi ini penting untuk mengenal nama bakteri, pengenalan sifat
fisiologisnya yang kebanyakan merupakan faktor penentu dalam mengenal nama spesies.
Bagian-bagian sel dapat dilihat dengan terlebih dahulu memberi warna dimana warna bisa
bersifat asam, netral, maupun basa.
Bakteri berasal dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani itu berarti tongkat atau
batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel
satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga
hanya tampak dengan mikroskop. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-
pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat

1
2

warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu
fiksasi, peluntur warna, substrat, identifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer
maka semua zat warna terhapus. Oleh karena beragamnya bentuk, struktur, dan sifat-sifat dari
mikroorganisme tersebutlah yang mendasari dilakukannya percobaan morfologi sel ini.
Dimana dengan melalui percobaan ini, dapat mengetahui dan memahami berbagai macam
bentuk, struktur, dan sifat-sifat dari mikroorganisme.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mengenal berbagai macam bentuk sel-sel mikroorganisme.
2.Praktikan diharapkan dapat mengenal bagian-bagian dari mikroskop dan mampu
menggunakan mikroskop untuk perbesaran berbagai jenis mikroorganisme.
3. Melakukan pewarnaan untuk mengetahui morfologi bakteri.

1.3 Manfaat Percobaan


Setelah melakukan praktikum Morfologi Sel, Mahasiswa dapat mengenal berbagai
macam bentuk sel-sel mikroorganisme, melakukan pewarnaan pada bakteri, mengenal bagian-
bagian mikroskop, serta mengunakan berbagai jenis perbesaran pada mikroskop. Dimana hal
tersebut akan menjadi dasar bagi mahasiswa untuk memasuki industri yang menerapkan ilmu-
ilmu biologi, serta dapat menjadi latihan awal bagi mahasiswa untuk mengoperasikan
laboratorium, maupun melakukan penelitian didalam laboratorium.

1.4 Hipotesa Percobaan


1. Bentuk sel hewan yaitu tidak berdinding sel yang mengandung selulosa sedangkan sel
tumbuhan sebaliknya.
2. Mikroorganisme dapat diketahui bentuk dan strukturnya melalui pengamatan di bawah
mikroskop.
3. Pewarnaan pada bakteri memudahkan melihat struktur bakteri, sifat sifat fisik dan
kimia khas dari bakteri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroskop
Mikroskop adalah alat optik yang dirancang untuk mengamati benda berukuran mikro
yang tidak dapat diamati secara langsung oleh mata. Pengembangan mikroskop dimulai abad
18 di Inggris. Ilmuwan memanfaatkan sifat lensa cembung yang dapat digunakan untuk
membesarkan objek. Sebuah lensa cembung dapat menghasilkan bayangan nyata ataupun
bayangan maya bergantung letak benda terhadap pusat lensa. Lensa cembung pertama
diletakkan didekat objek untuk menghasilkan bayangan nyata dan diperbesar. Lensa cembung
kedua diletakkan di dekat mata sebagai lup yang mampu membuat bayangan yang dihasilkan
lensa pertama lebih besar dan bersifat maya, sehingga dapat terlihat oleh mata. Bohlam bekas
yang dikeluarkan isinya dan diisi dengan air dapat digunakan sebagai lensa. Fokus lensa dari
bohlam dapat ditentukan dengan eksperimen penentuan titik api di bawah sinar matahari.
Dengan kreatifitas, susunan lensa cembung dari bohlam bekas berisi air dapat digunakan
sebagai mikroskop sederhana dengan perbesaran tertentu (Dimyanti, 2015).
Alat yang dipergunakan untuk melihat bentuk dan struktur sel dari sutu benda ialah
mikroskop. Mikroskop digunakan untuk memperoleh bayangan yang sangat halus dari suatu
benda dengan demikian kita dapat melihat susunan yang halus dari benda tersebut atau bagian
dari benda yang tak dapat dilihat dengan mata biasa. Mikroskop merupakan salah satu alat
yang penting pada kegiatan laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat
bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran sangat kecil
(mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang
berukuran kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu diketahui komponen mikroskop,
macam mikroskop, penggunaan dan pemeliharaannya (Tim Mikrobiologi Industri, 2016).
2.1.1 Jenis-Jenis Mikroskop
Mikroskop secara umum memiliki lensa okuler dan lensa objektif sebagai komponen
utama, yang biasanya memiliki perbesaran dapat diatur sesuai keinginan, seperti 10, 40, 60, 80
sampai 100 kali. Mikroskop tersebut Berguna untuk mengamati benda-benda yang
mikroskopik, kecil dan transparan. Mikroskop ini disebut mikroskop biasa. Selain mikroskop
biasa tersebut, masih terdapat beberapa jenis mikroskop, yaitu :

3
4

1. Mikroskop binokuler
Merupakan mikroskop yang mempunyai lensa okuler yang ganda. Gunanya untuk
mengamati sel-sel yang hidup.
2. Mikroskop kontras phase
Merupakan mikroskop biasa yang pada permukaan bawah meja objek dan lensa objektifnya
dipasang sebuah perlengkapan kontras phase. Gunanya untuk mengamati sel-sel hidup
tanpa menggunakan bahan pewarna.
3. Mikroskop electron
Merupakan mikroskop yang daya pembessaran yang sangat kuat. Gunanya untuk
mengamati sel-sel yang sangat kecil seperti virus (Tim Mikrobiologi Industri, 2016).

2.1.2 Bagian-Bagian Mikroskop


Menurut Tim Mikrobiologi Industri (2016), mikroskop memiliki beberapa bagian yang
harus diketahui secara umum, yaitu :
1. Statif
Statif adalah bagian dari mikroskop, dimana terpasang bagian bagian lain, seperti :
a. Kaki
b. Tiang, dilengkapi dengan alat pengatur untuk menempatkan kyker pada jarak yang tertentu
dari benda yang akan diselidiki. Alat pengukur ini terdiri dari skrub kasar (macrometer
scruf) untuk menggerakan kyker denagn cepat dan scruf halus (micrometer scruf) untuk
menempatkan kyker setepat tepatnya terhadap benda yang sejelas-jelasnya dari objek yang
diteliti.
c. Meja benda (objektive table) merupakan tempat menaruh benda yang diselidiki. Meja ini
ditengannya mempunyai lobang untuk meneruskan cahaya, yang dipergunakan untuk
menerangi benda yang dilihat.
2. Kyker
Kyker adalah bagian yang terpenting dari mikroskop dimana terdapat alat-alat pembesaran
benda yang terdiri dari :
a. Oculair, dipasang dalam pembuluh oculair ini dapat digerakkan terhadap tubus dari kyker
juga dapat diatur panjangnya. Oculair dapat lepas didalam tubusnya sehingga tubus itu akan
jatuh jika mikroskop itu dibalik, oculair itu diberi tanda yang menunjukkan kekuatan
5

pembesarannya yang beruap huruf, angka rum atau angka biasa. Biasanya oculair itu
mempunyai pembesaran 2x, 5x, an 12x. Sifat sifat bayangan yang dihasilkan adalah : maya,
terbalik, dan diperkecil.
b. Objektive, yang dipasang pada sebelah bawah dari tubus kyker dan biasanya bebrapa
objektive (satu sampai empat) dipasang bersama dan merupakan suatu alat yang dapat
digerakkan (berputar) terhadap tubus kyker dan dinamakan revolver, dengan alat ini tak perlu
tiap-tiap kali memasang objektif baru jika pembesaran yang lain, tinggal memutar revolver
saja dan menempatkan objektif yang dikehendaki pembesarannya pada tempatnya. Objektif
juga diberi tanda menunjukkan kekuatan pembesaran seperti pada oculair dan biasanya
mempunyai kekuatan pembesarannya : 10, 40, 60, 90 sampai 100x. Pembesaran dengan
mikroskop yang diperoleh secara kasar dapat ditentukan dengan mengalikan kekuatan
pembesaran objektif dan oculair yang dipakai. Sifat sifat yang dihasikan oleh lensa objektif
ialah : nyata, tegak dan diperbesar. Contohnya: objektif 20x, oculair 5x, pembesaran yang
diperoleh 100x,. Perhitungan semcam ini sebenarnya tidak tepat, sebab pembesaran dari
mikroskop masih dipengaruhi oleh: panjangnya tubus kyker, ialah jarak antara oculair sampai
pada bagian dari revolver yang dapat berputar bagian atas objektif. Untuk panjang tubus kyker
biasanya ditentukan menurut macam mikroskop, biasanya mikroskop keluaran pabrik leitz 170
mm, untuk zeiss 160 mm. Pada oculair biasanya terdapat suatu garis tanda yang menunjukkan
panjang tubus kyker yang tepat.
3. Alat Utama
Mikroskop memiliki 3 alat utama, yaitu :
a. Cermin
Berbentuk datar dan cekung untuk menangkap cahaya diteruskan melalui benda ke mata
kita. Cermin ini dapat berputar kesehala arah. Bagian cermin cekung dapat dilengkapi lebih
banyak dari pada cermin datar.
b. Diafragma
Untuk mengatur banyak sedikit cahaya yang dibutuhkan.
c. Condensor
Sebuah lensa untuk memusatkan cahaya yang dipergunakan untuk menaikturunkan dan
dengan cara input dapat diatur masuknya cahaya.
6

Gambar 2.1 Bagian-bagian mikroskop

2.1.4 Sistem Pengamatan Dengan Mikroskop


Pada penggunaan mikroskop, biasanya terdapat 2 sistem yang digunakan untuk
mempermudah melihat suatu objek, yaitu :
1. Sistem kering
Dengan tidak mempergunakan cairan preparat dan lensa objektif
2. Sistem basah
Dengan mempergunakan cairan antara objektif dan preparat. Cairan dapat berupa air,
tetapi yang lazim dipergunakan ialah minyak cadar (cadar olie). Dengan immerses system
dapat diperoleh pembesaran yang jauh lebih besar dari system kering, sampai 1000x atau
lebih. Sehabis bekerja dengan immerses olie, lensa harus dibasahi dengan alkohol absolute
atau dengan xylol, juga pada saat bekerja biasa jika lensa kotor karena suatu hal yang harus
dibersihkan (Tim Mikrobiologi Industri, 2016).
2.1.5 Hal-Hal Penting Dalam Menggunakan Mikroskop
a. Selalu membawa mikroskop dengan dua tangan
7

b. Bila menggunakan preparat basah, tabung mikroskop selalu dalam keadaan tegak, berarti
meja dalam keadaan datar. Ini berlaku bagi mikroskop dengan tabung tegak, tidak berlaku
untuk mikroskop dengan tabung miring
c. Preparat basah harus selalu ditutup dengan gelas penutup saat dilihat di bawah mikroskop
d. Selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop termasuk cermin.
e. Bila ada bagian mikroskop yang bekerja kurang baik/hilang segera laporkan kepada laboran.
f. Tidak dibenarkan melepas lensa-lensa mikroskop dari tempatnya.
g. Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang lensa objektif dengan perbesaran paling
rendah pada kedudukan lurus ke bawah (Dimyanti, 2015).
2.1.6 Pemeliharaan Mikroskop
Agar mikroskop yang digunakan dapat tahan lama, maka terdapat beberapa langkah
yang harus diketahui, yaitu :
a. Mikroskop harus disimpan ditempat sejuk, kering, bebas debu, bebas dari uap asam-basa.
Tempat penyimpanan yang sesuai adalah kotak mikroskop yang dilengkapi silica gel, yang
bersifat higroskopis sehingga lingkungan mikroskop tidak lembab. Selain itu dapat pula dalam
almari yang diberi lampu.
b. Bagian mikroskop non-optik dapat dibersihkan dengan kain flanel. Untuk membersihkan
debu yang terselip dapat dengan kuas kecil atau kuas lensa kamera, serta alat semprot atau
kuas lembut.
c. Bersihkan kotoran, berkas jari, minyak dan lain-lain pada lensa dengan menggunakan kain
lensa, tissue atau kain lembut yang dibasahi sedikit alkohol-ether atau isopropil alkohol.
Jangan sekali-kali membersihkan lensa dengan saputangan atau kain.
d. Bersihkan badan mikroskop dan lengan dengan kain lembut dengan sedikit deterjen.
e. Sisa minyak emersi pada lensa objektif dapat dibersihkan dengan xilol (xylene). Hati-hati
xilol dapat merusak bahan plastic (Dimyanti, 2015).
2.2 Sel
Menurut Minza (2016), sel adalah unit dasar kehidupan. Apakah komposisi sel ?
Komponen utama kebanyakan sel adalah air yaitu sekitar 80%. Dari berat sisanya terdapat
lipid sekitar 10%, karbohidrat 15%, protein 50% dan asam nukleat 15%. Sel bervariasi ukuran
dan bentuknya. Berdasarkan ada tidaknya membran yang melingkupi material genetik genom
sel, sel dapat dikelompokkan dua, yaitu sel eukaryotes (bahasa Yunani: eu artinya baik atau
8

benar, karyon artinya inti) yang mempunyai organel inti yaitu bermembran tertutup
melingkupi DNA; dan prokariot (bahasa Yunani: pro artinya sebelum) yang tidak mempunyai
organel ini. Prokariot terdiri dari dua domain yaitu Eubacteria dan Archaea. Sel prokariot dan
eukariot berbeda dengan virus. Virus tidak dikelompokkan sebagai makhluk hidup. Virus
merupakan kumpulan molekul besar yang sederhana dibandingkan sel.
Secara sederhana sel dapat digambarkan sebagai setetes air yang dikelilingi oleh
membran plasma. Tetesan air tersebut mengandung material yang terlarut seperti glukosa,
asam amino, ion positif, ion negatif, protein globular, dan biomaterial tersuspensi seperti
organel sel. Organel sel mengandung beberapa tipe kompleks supramolekul. Kandungan lipid
yang tinggi pada membran membuat sel fleksibel. Membran tersebut hadir sebagai penghalang
impermiable untuk molekul besar dan molekul kecil yang bermuatan. Oleh sebab itu, sifat ini
memungkinkan konsentrasi biomolekul di dalam sel lebih tinggi dari pada medium di
sekeliling sel. Pada bab ini dibahas struktur utama sel, sel prokariot, sel eukariot, empat
tingkatan penyusun sel, struktur dan fungsi organel sel.
2.2.2 Struktur Sel
Menurut Minza (2016), semua sel mengandung komponen dasar yang sama. Semua sel
mempunyai membran permiabel yang dinamakan membran sitoplasma. Membran ini
memisahkan isi sel dari bagian luar sel. Isi sel atau kandungan sel dinamakan sitoplasma.
Sitoplasma bukan merupakan campuran homogen (larutan) karena mengandung material yang
terlarut dan tersuspensi. Bagian berair dari sitoplasma dinamakan sitosol (cytosol). Sitoplasma
(cytoplasm) adalah campuran berair dari makromolekul, seperti protein, lipid, asam nukleat,
dan polisakarida, molekul organik kecil terutama prekursor makro-molekul, bermacam
senyawa inorganik dan ribosom. Ribosom yang berinteraksi dengan protein sitoplasma,
mRNA dan tRNA merupakan proses kunci dari sintesa protein (translasi).
Membran sitoplasma sel dilapisi oleh dinding sel yang kokoh. Dinding sel relatif
permiabel dan merupakan lapisan yang lebih kuat dibandingkan membran sitoplasma. Sel
tumbuhan dan kebanyakan mikroorganisme mempunyai dinding sel, sedangkan sel binatang
merupakan pengecualian. Gabungan beberapa makromolekul membentuk supramolekul
kompleks. Organel sel mengandung beberapa tipe supramolekul kompleks. Organel sel tidak
larut di dalam sel. Organel sel ada yang mempunyai membran (bermembran tertutup) dan ada
9

yang tidak mempunyai membran. Organel sel bermembran tertutup, misalnya mitokondria dan
kloroplast, sedangkan organel sel yang tidak mempunyai membran adalah ribosom.
Ukuran sel prokariot jauh lebih kecil dibandingkan sel eukariot. DNA sel eukariot
dilingkupi membran inti, sedangkan DNA prokariot tidak dilingkupi membran. Sel prokariot
sangat sederhana dibandingkan sel eukariot. Sel eukariot jauh lebih besar dan lebih kompleks
dibandingkan sel prokariot. Pada sel eukariot terdapat organel sel yang mempunyai struktur
bermembran tertutup (membrane-enclosed), seperti mitokondria dan kloroplast. Mitokondria
adalah tempat respirasi sel, sedangkan kloroplast tempat fotosintesis. Organel sel bermembran
tertutup hanya dimiliki oleh sel eukariot. Eukariot dan prokariot mempunyai ribosom yang
merupakan organel sel yang tidak memiliki membran. Inti dari genom sel eukariot adalah
tempat sintesa RNA. RNA yang telah disintesa ke luar inti sel, kemudian ditranslasi di luar inti
sel. Pada prokariot mRNA ditranslasi selagi mRNA ditranskripsi (sintesa RNA dari DNA).
Perbedaan lain yang menarik adalah sel prokariot mempunyai DNA sirkular berukuran kecil
yang dinamakan DNA plasmid. Pada sel eukariot, plasmid ditemukan pada eukariot yang
paling sederhana, seperti pada sel Saccharomyces cerevisiae. Ukuran DNA plasmid jauh lebih
kecil dibandingkan DNA genomnya. Dengan demikian, struktur internal sel prokariot sangat
sederhana dibandingkan sel eukariot.

Gambar 2.2 Struktur sel prokariot (atas) dan eukariot (bawah)


10

2.2.3 Teori Sel


Teori mengenai sel banyak dikemukakan, dari berbagai teori sel yang ada terdapat 2
yang terpenting, yaitu :
1. Menurut Robert Brown
Menentukan inti sel (nukleus) yang merupakan struktur penting dari sel.
2. Menurut Rudolf Virchow
Menyatakan sel merupakan kesatuan pertumbuhan makhluk hidup.
Dari penjelasan diatas dapat disimpiulkan bahwa sel merupakan kesatuan haredita, artinya tiap
tiap sifat yang diturunkan selalu melalui sel.
Tabel 2.1 Perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan
No Sel Hewan Sel Tumbuhan
Tidak berdinding sel yang Dinding sel terdiri dari
1
mengandung selulosa selulosa, tebal dan kuat.
2 Tidak mempunyai plastisida Mempunyai pastisida
3 Tidak bervakuola, kecuali protozoa Bervakuola
4 Memperoleh lisosom dan sentrosom -
(Tim Mikrobiologi Industri, 2016)
2.3 Bakteri
Menurut Dwidjoseputro (1984), bakteri berasal dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani
itu berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok
mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta
demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop.
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan
untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan
positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna,
substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang
sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna
terhapus. terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini
dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies.
11

Morfologi bakteri dapat berupa batang, bulat, pseudosarcina, spiral dan kelompok multiseluler
motile atau non motile.
Pengamatan mikroorganisme di laboratorium dilakukan antara lain untuk mengetahui
identitas yang pasti masing masing mikroorganisme yang berbeda, atau mengetahui adanya
proses biologi dasar yang dilakukan oleh mikroorganisme tersebut. Pencirian morfologi
termasuk usaha mengidentifikasi mikroorganisme, dimana ada pencirian morfologi akan
didapatkan karakteristik morfologi antara lain: bentuk sel, ukuran sel, susunan sel meliputi
setrahedron, rangkaian, rantai status gram positif atau negatif (Razif, 2005).
2.3.1 Bakteri Dalam Air
Menurut Tim Mikrobiologi Industri (2016), air merupakan bahan yang sangat vital bagi
kehidupan semua mahluk hidup. Air juga mempunyai sifat yang unik, antara lain :
1. Setiap zat jika dibekukan akan menyusut, tetapi air jika dibekukan justru memuai.
2. Air mempunyia titik didih dan titik beku yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
senyawa yang massa molekunya relatifnya tidak jauh berbeda dengannya.
3. Selain itu, air juga merupakan pelarut yang efektif untuk senyawa ion dan kovalen.
Didalam kehidupan sehari hari air dipergunakan untuk berbagai macam pemakainan. Karena
itu diperlukan air yang sehat, yang mempunyai ciri ciri :
a. Air bersifat netral
b. Kesadahan ditekan sekecil mungkin
c. Oksigen yang terkandung harus sesuai dengan yang dibutuhkan makhluk hidup itu sendiri.
d. Tidak mengandung bakteri yang membahayakan
e. Mengandung berbagai mineral yang diperlukan oleh tubuh mahluk hidup secara wajar dan
tidak berlebihan.
Jika air tersebut dilihat dari fisiknya keruh, maka air tersebut kemungkinan mengandung
unsur unsur mineral yang bisa mengganggu kesehatan manusia. Dari segi kimia, misalnya air
itu tercemar gas gas akan menyebabkan air tersebut mengandung asam asam yang sangat
berbahaya. Air sungai pada umumnya mengandung mikroorganisme, karena banyak
mengandung zat zat organik yang terlarut dalam air yang menjadi sumber makanan bagi
mikrorganisme tersebut. Hal ini juga dipengaruhi oleh pengguna sungai oleh masyarakat untuk
kebutuhan sehari hari. Untuk lingkungan yang berbeda, biasanya terdapat mikrorganisme yang
berbeda pula. Untuk lingkungan air di alam cukup banyak mengandung makanan untuk
12

pertumbuhan populasi jasad renik kelompok kelompok tertentu. Beberapa diantaranya dapat
menimbulkan penyakit pada air menandakan adanya kontaminasi pada air tanah.
Menurut Razif (2005), pada air yang kotor atau tercemar, misalnya air selokan, air
sungai, air buangan akan didapati kelompok bakteri seperti pada air yang masih jernih
ditambah dengan kelompok lainny, antara lain :
1. Kelompok patogen (penyebab penyakit) misalnya penyeab penyakit tifus, paratifus, kolera
dan disentri.
2. Kelompok penghasil racun, misal yang sering terjadi pada kasus keracunan bahan makanan
(daging, ikan, sayuran).
3. Kelompok bakteri pencemar, misalnya bakteri golongan coli, yang kehadirannya didalam
badan air dikatagorikan bahwa air tersebut tercemar kotoran manusia.
4. Kelompok bakteri pengguna, yaitu kelompok lain dari bakteri yang mampu untuk
menguraikan senyawa-senyawa tertentu didalam air. Dikenal kemudian adanya keompok
bakteri pengguna residu pesrisida, pengguna residu minyak bumi, dan sebagainya.
2.3.2 Pewarnaan Bakteri
Pengamatan morfologi koloni dilakukan dengan melihat bentuk, tepi, elevasi dan warna
dan untuk pengamatan morfologi sel dilakukan teknik pewarnaan gram dengan tujuan
mengetahui warna dan jenis gram sel bakteri tersebut. Jika dilihat di bawah mikroskop, bakteri
gram positif akan berwarna ungu, karena dapat menahan kompleks pewarna primer yaitu gram
A (kristal violet) sampai akhir prosedur pewarnaan. Sedangkan bakteri gram negatif akan
berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop, karena tidak dapat mempertahankan
kompleks warna kristal violet dengan pembilasan gram C (alkohol aseton), lalu terwarnai oleh
pewarna tandingan berupa gram D (safranin) yang akan terserap pada dinding selnya
(Sardiani, 2015).
Pewarnaan gram pada bakteri dapat digolongkan sebagai gram positif dan negatif,
perbedaan keduanya disebabkan masing masing mempunyai komposisi dinding sel yang
berbeda selalin itu bebrapa spesies bakteri sering kali menunjukkan karakter yang tidak
konsisten sehingga diantara selnya dapat menunjukkan kedua sifat gram dan bakteri tersebut
digolongkan sebagai bakteri gram variabel. Dengan mikroskop dapat diambil sel sel bakteri
yang menunjukkan fenomena, yaitu Muncul dalam dua sifat ungu dan merah jambu yang
dapat berarti gram variabel (umumnya jika sel yang dipreparasi dari kultur tua atau yang
13

berumur >48 jam) atau memang bakteri memiliki sifat gram variabel seperti beberapa spesies
Bacillus, Acinetobacter dan Arthrobacter. Kemungkinan lain yaitu karena kultur tidak murni
(Widodo, 2007).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
3.1.1 Alat
a. Mikroskop
b. Api Bunsen
c. Pipet Tetes
d. Pinset
e. Pisau Cutter Tajam
3.1.2 Bahan
a. Aquadest
b. Metthilen Blue
c. Minyak Emersi
d. Roti (Segar dan Rusak)
e. Air Comberan
f. Tempe (Segar dan Rusak)
g. Bawang Merah
h. Kentang (Segar dan Rusak)
3.2 Skema Kerja
Persiapan Peralatan
- Kaca objek dicuci dengan alkohol 95%
Persiapan Bahan
- Air comberan diteteskan ke kaca objek
- Disebarkan dengan pinset
- Dikeringkan dengan bunsen
Pemberian Warna
- Ditambahkan methilen blue dan aquadest lalu ditutup dengan kaca
preparat
Pengamatan
- Digunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
15

Data Hasil Pengamatan


Gambar 3.1 Skema kerja pengamatan air comberan dengan methilen blue

Persiapan Peralatan
- Kaca objek dicuci dengan alkohol 95%
Persiapan Bahan
- Air comberan diteteskan ke kaca objek
- Disebarkan dengan pinset
- Dikeringkan dengan bunsen
Pemberian Warna
- Ditambahkan minyak emersi dan aquadest lalu ditutup dengan
kaca preparat
Pengamatan
- Digunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
Data Hasil Pengamatan
Gambar 3.2 Skema kerja pengamatan air comberan dengan minyak emersi

Persiapan Peralatan
- Kaca objek dicuci dengan alkohol 95%
Persiapan Bahan
- Bawang merah diiris tipis, lalu diletakan pada kaca objek
- Ditambahkan aquadest, lalu ditutup dengan kaca preparat
Pengamatan
- Digunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
Data Hasil Pengamatan
Gambar 3.3 Skema kerja pengamatan sel bawang merah

Persiapan Peralatan
- Kaca objek dicuci dengan alkohol 95%
Persiapan Bahan
- Roti segar diiris tipis, lalu diletakan pada kaca objek
16

- Ditambahkan aquadest lalu ditutup dengan kaca preparat


Pengamatan
- Digunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
Data Hasil Pengamatan
Gambar 3.4 Skema kerja pengamatan roti segar

Persiapan Peralatan
- Kaca objek dicuci dengan alkohol 95%
Persiapan Bahan
- Roti busuk diiris tipis, lalu diletakan pada kaca objek
- Ditambahkan aquadest, lalu ditutup dengan kaca preparat
Pengamatan
- Digunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
Data Hasil Pengamatan
Gambar 3.5 Skema kerja pengamatan roti busuk

Persiapan Peralatan
- Kaca objek dicuci dengan alkohol 95%
Persiapan Bahan
- Tempe segar diiris tipis, lalu diletakan pada kaca objek
- Ditambahkan aquadest, lalu ditutup dengan kaca preparat
Pengamatan
- Digunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
Data Hasil Pengamatan
Gambar 3.6 Skema kerja pengamatan tempe segar

Persiapan Peralatan
- Kaca objek dicuci dengan alkohol 95%
Persiapan Bahan
- Tempe busuk diiris tipis, lalu diletakan pada kaca objek
- Ditambahkan aquadest, lalu ditutup dengan kaca preparat
17

Pengamatan
- Digunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
Data Hasil Pengamatan
Gambar 3.7 Skema kerja pengamatan tempe busuk

Persiapan Peralatan
- Kaca objek dicuci dengan alkohol 95%
Persiapan Bahan
- Kentang segar diiris tipis, lalu diletakan pada kaca objek
- Ditambahkan aquadest, lalu ditutup dengan kaca preparat
Pengamatan
- Digunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
Data Hasil Pengamatan
Gambar 3.8 Skema kerja pengamatan kentang segar

Persiapan Peralatan
- Kaca objek dicuci dengan alkohol 95%
Persiapan Bahan
- Kentang busuk diiris tipis, lalu diletakan pada kaca objek
- Ditambahkan aquadest, lalu ditutup dengan kaca preparat
Pengamatan
- Digunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
Data Hasil Pengamatan
Gambar 3.9 Skema kerja pengamatan kentang busuk
3.3 Prosedur Percobaan
1. Simple staining (pewarnaan sederhana)
a. Bersihkan kaca objek dengan alkohol 95%
b. Siapkan setetes air comberan aau lendir makanan basi yang akan diwarnai
c. Ambil 1 atau 2 ose biakan dan letakkan ditengah-tengah gelas objek
d. Dengan menggunakan ujung jarum ose, sebarkan biakan hingga melebar dan diperoleh
apusan tipis berdiameter 1-2 cm
18

e. Lakukan fiksasi dengan mengangin-anginkan atau dengan melewatkannya diatas nyala


api bunsen hingga apusan tampak kering dan transparan
f. Teteskan methilen blue keatas kaca objek tadi
g. Semprotkan sedikit aquadest
h. Keringkan hati-hati dengan tissue (jangan sampai terkena apusan)
i. Amati dengan mikroskop dengan variasi perbesaran dan bantuan minyak emersi
j. Gambar bentuk sel yang terlihat

2. Pengamatan sel bawang merah, daun, dan serat kapas


a. Bersihkan kaca objek
b. Iris tipis helaian bawang merah atau daun atau serat kapas
c. Ambil pinset dan letakan di kaca objek
d. Tetesi aquadest
e. Amati di bawah mikroskop dengan variasi perbesaran
f. Gambarkan bentuk sel yang terlihat

3. Pengamatan untuk roti, tempe, dan kentang (segar dan rusak)


a. Bersihkan kaca objek
b. Ambil sedikit prefarat yang segar
c. Tetesi denga aquadest
d. Amati dibawah mikroskop dengan variasi perbesaran
e. Lakukan hal yang sama untuk prefarat yang rusak
f. Bandingkan hasilnya
g. Gambarkan bentuk sel yang terlihat
19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan data sebagai berikut.
Tabel 4.1 Roti busuk
Literatur Pengamatan Keterangan
Sel roti busuk merupakan sel
prokariotik.

Pembesaran : 4x

Pembesaran : 10x

Pembesaran : 40x
20

Pembesaran : 100x

Sumber : Mikologi Dasar dan Terapan, 2014

Tabel 4.2 Roti segar


Literatur Pengamatan Keterangan
Sel roti segar merupakan sel
prokariotik.

Pembesaran : 4x

Sumber : Mikologi Dasar


dan Terapan, 2014

Pembesaran : 10x

Pembesaran : 40x
21

Pembesaran : 100x

Tabel 4.3 Kentang segar


Literatur Pengamatan Keterangan
Sel kentang segar
merupakan sel eukariotik.

Pembesaran : 4x

Sumber : Dasar-Dasar
Mikrobiologi, 1984

Pembesaran : 10x

Pembesaran : 40x
22

Pembesaran : 100x

Tabel 4.4 Kentang busuk


Literatur Pengamatan Keterangan
Sel kentang busuk
merupakan sel prokariotik.

Pembesaran : 4x

Sumber : Dasar-Dasar
Pembesaran : 10x
Mikrobiologi, 1984
23

Pembesaran : 40x

Pembesaran : 100x

Tabel 4.5 Bawang merah


Literatur Pengamatan Keterangan
Sel bawang merah
merupakan sel eukariotik.

Pembesaran : 4x

Sumber : Resensi Ilmu


Laboratorium Klinis, 2002
Pembesaran : 10x
24

Pembesaran : 40x

Pembesaran : 100x

Tabel 4.6 Tempe segar


Literatur Pengamatan Keterangan
Sel tempe segar merupakan
sel prokariotik.

Pembesaran : 4x

Sumber : Mikologi Dasar


dan Terapan, 2014

Pembesaran : 10x
25

Pembesaran : 40x

Pembesaran : 100x

Tabel 4.7 Tempe busuk


Literatur Pengamatan Keterangan
Sel tempe busuk
merupakan sel prokariotik.

Pembesaran : 4x

Sumber : Mikologi Dasar dan


26

Terapan, 2014 Pembesaran : 10x

Pembesaran : 40x

Pembesaran : 100x

Tabel 4.8 Air comberan methilen blue


Literatur Pengamatan Keterangan
Sel air comberan
merupakan sel prokariotik.

Pembesaran : 4x

Sumber : Dasar-Dasar
Mikrobiologi, 1984
27

Pembesaran : 10x

Pembesaran : 40x

Pembesaran : 100x

Tabel 4.9 Air comberan minyak emersi


Literatur Pengamatan Keterangan
Sel air comberan merupakan
sel prokariotik.

Pembesaran : 4x
28

Sumber : Dasar-Dasar
Mikrobiologi, 1984

Pembesaran : 10x

Pembesaran : 40x

Pembesaran : 100x

4.2 Pembahasan
Pada percobaan Morfologi Sel, digunakan roti, kentang, dan tempe sebagai
perbandingan sel pada keadaan segar dan busuk. Pada sel bawang merah, dilakukan
29

pengamatan pada strukturnya, sedangkan pada air comberan dilakukan pengamatan dengan
menggunakan methilen blue dan minyak emersi sebagai zat perbandingan untuk melihat
morfologi sel dengan jelas. Pada percobaan ini, dilakukan pengamatan pada mikroskop
dengan variasi pembesaran, yaitu 4x, 10x, 40x, dan 100x. Dilakukannya variasi pada
pembesaran ini adalah agar dapat dilihat morfologi sel pada setiap bahan dengan perbandingan
yang jelas. Sehingga, jika semakin besar perbesaran pada mikroskop maka akan semakin besar
sel yang dilihat (Harr, 2002).
4.2.1 Roti
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan morfologi dari roti segar dan roti busuk
dengan menggunakan variasi pembesaran pada mikroskop, untuk roti yang masih segar tidak
ditemukan bakteri maupun jamur sedangkan pada roti yang busuk terlihat bahwa jamur-jamur
tumbuh di bagian tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa jamur tersebut berkembang biak
dengan memanfaatkan roti sebagai substratnya atau sumber makanan, karena roti mengandung
unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, seperti
karbohidrat dan protein. Roti ermsuk kedalam sel prokariotik, yang tidak memiliki inti sel.
Jamur yang terdapat pada roti busuk yaitu Zygomycota, jamur ini dinamakan Zygomycota
karena membentuk spora berdinding tebal yang disebut Zigospora. Zygomycota berhabitat di
darat, di tanah, atau pada sisa organisme mati. Zygomicota merupakan kelompok utama yang
penting untuk membentuk mikoriza (simbiosis jamur dengan akar tanaman). Salah satu contoh
Zygomycota yang penting adalah Rhizopus stolonifer. Jamur ini biasanya tumbuh pada roti
dan makanan lain (Oetari, 2014)
4.2.2 Kentang
Pada percobaan selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi dari kentang segar dan
kentang busuk dengan menggunakan variasi pembesaran pada mikroskop. Pada Kentang yang
masih segar, tidak terlihat adanya bakteri dan hanya terlihat struktur dari sel kentang. Pada
pembesaran 4x, 10x, 40x dan 100x hanya terlihat butir- butir amilum yang berbentuk bulat
tidak beraturan. Sedangkan pada kentang busuk terlihat bahwa bakteri tumbuh di bagian
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut berkembang biak dengan memanfaatkan
kentang sebagai subtratnya atau sumber makanan, karena kentang merupakan media alami
atau media yang disusun oleh bahan-bahan alami yang mengandung unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, seperti air dan karbohidrat.
30

Hal ini juga menunjukan bahwa sel kentang segar adalah eukariotik, sedangkan sel kentang
busuk termasuk sel prokariotik karena tidak ditemukan inti sel pada bakteri yang ada
(Dwidjoseputro, 1984).
4.2.3 Tempe
Tempe merupakan produk fermentasi dengan jamur Rhizopus sp. Pada pengamatan
tempe segar ditemukan jamur yang sama dengan tempe yang busuk walaupun pada tempe
segar hanya terdapat sedikit jamur. Jamur yang terdapat pada tempe busuk yaitu Zygomycota,
sama seperti jamur yang terdapat pada roti busuk, jamur ini dinamakan Zygomycota karena
membentuk spora istirahat berdinding tebal yang disebut Zigospora. Zygomycota berhabitat di
darat, di tanah, atau pada sisa organisme mati. Zygomicota merupakan kelompok utama yang
penting untuk membentuk mikoriza (simbiosis jamur dengan akar tanaman). Anggota
Zygomycota terutama adalah jamur yang hidup sebagai saprofit. Zygomycota memiliki
miselium yang bercabang banyak dan tidak bersekat-sekat. Hifanya bersifat senositik. Serta
ditemukan hanya pada saat sel bereproduksi. Salah satu contoh Zygomycota yang penting
adalah Rhizopus stolonifer. Jamur ini biasanya tumbuh pada roti dan makanan lain. Oleh
karena pada tempe busuk dan segar memiliki jamur, maka termsuk ke dalam jenis sel
prokariotik yaitu tidak memiliki inti sel (Oetari, 2014).
4.2.4 Bawang Merah
Pada percobaan ini dilihat struktur sel dari bawang merah dengan menggunakan
mikroskop. Sel bawang merah merupakan sel aeukariotik, karena dapat terlihat jelas inti
selnya. Terlihat pada mikroskop struktur dari bawang merah yaitu dinding sel, inti sel,
membran sel dan sitoplasma. Bahan utama penyusun dinding sel berupa zat kayu yaitu
selulosa yang tersusun dari glukosa. Selain selulosa, dinding sel juga mengandung zat lain,
misalnya pektin, hemiselulosa, dan glikoprotein. Pada membran sel , terdiri atas dua lapis,
yaitu membran luar (membran sitosolik) dan membran dalam (membran nukleo-plasmik). Di
antara kedua membran tersebut terdapat ruangan antar membran (perinuklear space) selebar
10 - 15 nm. Pada membran inti terbentuk pori-pori sebagai akibat pertautan antara membran
luar dan membran dalam inti. Pori membran inti dikelilingi oleh bentukan semacam cincin
(anulus) yang bersama-sama dengan pori membentuk kompleks pori. Bagian dalam cincin
membentuk tonjolan-tonjolan ke arah lumen pori. Pada bagian tengah pori terdapat sumbat
tengah (Harr, 2002).
31

4.2.5 Air Comberan


Menurut Dwidjoseputro (1984), air comberan identik dengan air yang kotor, keruh dan
bau serta tempat hidup bakteri. Comberan adalah genangan air kotor yang mengendap hasil
buangan air limbah rumah tangga, seperti buangan air dari kamar mandi dan dapur. Bakteri
atau parasit yang terkandung di dalam air kotor antara lain Clostridium botulinum,
Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae, Escherichia coli, Mycobacterium marinum, Shigella
dysenteriae, Legionella pneumophila, Leptospira, Salmonella, Salmonella typhi, Vibrio
vulnificus, Vibrio alginolyticus, Vibrio parahaemolyticus dll. Didalam air comberan
mengandung banyak bakteri, sehinggan berjenis prokariotik.
Pada percobaan ini, menggunakan metilene blue dan minyak emersi untuk menguji
bakteri pada air comberan, fungsi metilene blue disini adalah untuk memperjelas struktur sel
yang diamati dengan memberi warna pada sampel, sedangkan minyak emersi adalah minyak
yang dipake untuk olesan pada mikroskop, yang fungsinya untuk memperjelas objek, dan
melindungi mikroskop itu sendiri. Emersi minyak merupakan teknik yang digunakan pada saat
kita akan mengamati preparat mikroskopik dengan perbesaran yang besar (100x misalnya).
Bahan yang digunakan saat melakukan teknik tersebut adalah minyak emersi. Teknik tersebut
dilakukan dengan cara mengoleskan minyak di lensa objektif dan preparat yang akan kita
amati. Minyak emersi memiliki indeks bias yang tinggi dibandingkan dengan air atau udara
sehingga objek yang kita amati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak
emersi.

Anda mungkin juga menyukai