Laporan Fistum 1
Laporan Fistum 1
Di susun Oleh:
1. Awalia Siska P.L. (150342605762)
2. Devy Atika Farah (150342605754)
3. Elsada Trista Prasanti (150342605463)
4. Elvi Nuraini (15034260)
5. M. Kreshna Pangabdi (15034260)
6. Nur Qomariyah (150342600324)
Offering : I
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
08 / SEPTEMBER / 2016
PENGUKURAN POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR
JARINGAN TUMBUHAN
A. TUJUAN
1) Mengetahui nilai PA umbi kentang
2) Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis
3) Menunjukkan faktor penyebab plasmolisis
4) Mendiskripsikan peristiwa plasmolisis
5) Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial
osmotik antara sel dan larutan disekitarnya
B. DASAR TEORI
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel
yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross,
1992). Plasmolisis menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk
suatu zat , artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk
melalui membrannya.Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak
diam, tetapi dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar
maka ia harus mengambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur
tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa
masuk.
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak
air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya
di dalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar
ke potensial air yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih
rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel
akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh
ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan
membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo
discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis.
Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis (Tjitrosomo, 1987).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan
sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan
tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan berarti ruang bening
diantara dinding dengan protoplas diisi udara. Jika isinya air murni maka sel
tidak akan mengalami plasmolisis.
Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang
menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.Benang-benang tersebut
dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar
daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah
(Salisbury, 1995).
Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar
tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan
berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti
ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan
yang separuh jumlah selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena
tekanan di dalam sel = 0. Potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis
insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan
dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992).
Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial
airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam
isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi
menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial
tekanan.
Sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel
dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air
yang nilainya tinggi (= 0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air
yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar
sel masuk ke dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang.Osmosis pada
hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi
rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan
osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya (Tjitrosomo, 1987). Proses osmosis akan berhenti jika kecepatan
desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi (Kimball, 1983).
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis
(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis
cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di
dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis
dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel
bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan
tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan
juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu
semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun
(semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi
maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah. Potensial air murni pada
tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan
nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai
negatif (Salisbury dan Ross, 1992).
C. HIPOTESIS
1) Apabila potensial osmotik larutan semakin rendah maka plasmolisis pada
Rhoeo Discolor akan semakin bertambah.
2) Apabila potensial air larutan semakin rendah maka panjang kentang akan
semakin menyusut.
E. PROSEDUR KERJA
1) Mengukur Potensial Osmotik
Memasukkan 3 sayatan dalam setiap botol vial yang telah berisi larutan gula
Menutup botol vial
Mengambil setiap sayatan yang telah dierendam dalam air gula dan
diletakkan pada kaca benda yang telah ditetesi dengan air rendaman sayatan
tersebut
Hasil
Menyiapkan larutan gula dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%
masing-masing sebanyak 50 ml
Hasil
F. DATA PENGAMATAN
1. Mengukur Potensial Osmotik pada Rhoeo discolor
Rd Seluruh
Konsentrasi Larutan Plasmolisis Presentase
Ke- Sel
1 46 sel 46 sel 0%
0% 2 56 sel 56 sel 0%
3 61 sel 61 sel 0%
1 74 sel 40 sel 54, 05 %
5% 2 48 sel 28 sel 58, 33 %
3 63 sel 36 sel 57, 14 %
1 145 sel 108 sel 74, 48 %
10 % 2 127 sel 95 sel 74, 40 %
3 98 sel 69 sel 70, 40 %
1 52 sel 4 sel 7, 69 %
15 % 2 74 sel 52 sel 70, 27 %
3 - - -
1 83 sel 61 sel 73, 49 %
20 % 2 92 sel 74 sel 80, 43 %
3 78 sel 64 sel 82, 05 %
Keterangan : Rd = Rhoeo discolor
2. Mengukur Potensial Air Umbi Kentang (Solanum tuberosum)
Konsentrasi Larutan SK Ke- Sebelum Sesudah
1 3 cm 3, 02 cm
0% 2 3 cm 3, 01 cm
3 3 cm 3, 01 cm
1 3 cm 2, 99 cm
5% 2 3 cm 3, 93 cm
3 3 cm 2, 99 cm
1 3 cm 3, 31 cm
10 % 2 3 cm 3, 02 cm
3 3 cm 2, 76 cm
1 3 cm 2, 625 cm
15 % 2 3 cm 2, 605 cm
3 3 cm 2, 905 cm
1 3 cm 2, 25 cm
20 % 2 3 cm 2, 06 cm
3 3 cm 2, 05 cm
Keterangan : SK = Silinder Kentang
G. ANALISIS DATA
1. Mengukur Potensial Osmotik Irisan Paradermal Epidermis Bawah
Rhoeo discolor
a. Menghitung molaritas konsentrasi gula
gram 1000
Molaritas larutan = x
Mr V
0 1000
Pada konsentrasi larutan 0%, Molaritas larutan = x =0
342 100
M
5 1000
Pada konsentrasi larutan 5%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,146 M
10 1000
Pada konsentrasi larutan 10%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,292 M
15 1000
Pada konsentrasi larutan 15%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,439 M
20 1000
Pada konsentrasi larutan 20%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,585 M
Dapat diketahui bahwa semakin tinggi molaritas larutan maka semakin
banyak rata-rata jumlah sel yang mengalami plasmolisis.
b. Menghitung potensial osmotik konsentrasi gula
Rumus : -s= m I R T
Keterangan : s = Potensial Osmotik
M = molaritas dari larutan sukrosa
I = konstanta ionisasi, untuk sukrosa = 1
R = konstanta gas (0,0831 bar/ derajat mol)
T = suhu absolute = ( C + 273)
1) Konsentrasi 0%
- s= m I R T
= 0 x 1 x 0,083 x 298
=0
s = - 0
2) Konsentrasi 5%
- s= m I R T
= 0,146 x 1 x 0,083 x 298
= 3,61
s = - 3,61
3) Konsentrasi 10%
- s= m I R T
= 0,292 x 1 x 0,083 x 298
= 7,22
s = - 7,22
4) Konsentrasi 15%
- s= m I R T
= 0,439 x 1 x 0,083 x 298
= 10,85
s = - 10,85
5) Konsentrasi 20%
- s= m I R T
= 0,585 x 1 x 0,083 x 298
= 14,46
s = - 14,46
2) Konsentrasi 5%
0,01
a. SK 1 = x 100% = -0,33%
3
0,93
b. SK 2 = x 100% = 31%
3
0,01
c. SK 3 = x 100% = -0,33%
3
0,33 +31 + 0,33
SK = = 10,55%
3
3) Konsentrasi 10%
0,31
a. SK 1 = x 100% = 10,33%
3
0,02
b. SK 2 = x 100% = 0,67%
3
0,24
c. SK 3 = x 100% = -8%
3
10,33 +0,67 +8
SK = = 6,33%
3
4) Konsentrasi 15%
0,375
a. SK 1 = x 100% = -12,5%
3
0,395
b. SK 2 = x 100% = -13,16%
3
0,095
c. SK 3 = x 100% = -3,17%
3
12,5 +13,16 + 3,17
SK = = 9,61%
3
5) Konsentrasi 20%
0,75
a. SK 1 = x 100% = -25%
3
0,94
b. SK 2 = x 100% = -31,33%
3
0,95
c. SK 3 = x 100% = -25%
3
25 +31,33 + 25
SK = = 27,11%
3
30
25
Pertambahan Panjang (%)
20
15
10
0
0 3.61 7.22 10.85 14.46
Potensial air larutan gula (-s)
I. KESIMPULAN
1. Plasmolisis adalah lepasnya membran sel dari dinding sel tumbuhan
akibat sel dimasukkan pada larutan yang hipertonik. Adanya sirkulasi ini
bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, jika memerlukan suatu materi dari
luar maka sel tersebut harus mengambil materi itu dengan segala cara,
yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi
dari luar itu bisa masuk. Berdasarkan hasil praktikum sel pada
daun Rhoeo discolor aka mengalami plasmolisis bila di masukan pada
larutan gula dengan konsentrasi 5 %, 10%, 15%, dan 20 %. Hal ini terjadi
karena larutan tersebut memiliki kosentrasi yang lebih tinggi dibanding
dengan kosentrasi air dalam sel daun tersebut.
2. Plasmolisis diakibatkan oleh adanya perbedaan konsentrasi antara cairan
di dalam dan di luar sel, serta adanya osmosis yang menyebabkan air di
dalam sel tertarik ke arah luar sel. Berdasakan hasil praktikum silinder
kentang yang mengalami plasmolisis bila di masukan pada larutan gula
dengan konsentrasi 0%, 5 %, 10%, 15%, dan 20 %. Hal ini terjadi karena
larutan tersebut memiliki kosentrasi yang lebih tinggi dibanding dengan
kosentrasi air dalam silinder kentang tersebut.
J. DISKUSI
1. Apakah ada perbedaan respon sel sel epidermis pada larutan
eksternalnya ( larutan gula ) yang berbeda konsentrasi ?
Jawab : Ya, terdapat perbedaan respon sel sel pada larutan gula yang
berbeda konsentrasi. Bila konsentrasi gula semakin besar maka
larutan akan semakin encer yang menandakan bahwa larutan
tersebut semakin bersifat hipotonis. Bila suatu sel tersebut
berada dalam kondisi eksternal yang hipotonis, maka cairan
dalam sel akan keluar sesuai dengan prinsip dari konsentrasi
tinggi menuju ke konsentrasi rendah dan mengalami plasmolisis.
Kondisi tersebut terjadi karena sifat sel untuk menyeimbangkan
konsentrasi dalam sel dengan konsentrasi di lingkungannya. Hal
tersebut terbukti pada hasil percobaan diketahui bahwa irisan
melintang daun Rhodeo discolour yang direndam pada
konsentrasi larutan gula 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%
menunjukkan terjadinya plasmolisis pada penampang tersebut,
terutama pada konsentrasi larutan gula 20% terjadi plasmolisis
total.
2. Bagaimana kecenderungan bentuk hubungan antara tingkat plasmolisis
dengan konsentrasi larutan gula ?
Jawab : Hubungan antara tingkat plasmolisis dengan konsentrasi larutan
gula yaitu semakin pekat atau semakin tinggi konsentrasi larutan
gula maka semakin tinggi tingkat plasmolisisnya. Semakin
tinggi konsentrasi larutan gula maka konsentrasi air semakin
rendah. Bila sel berada pada lingkungan eksternal dengan
konsentrasi rendah larutan hipertonis ) maka cairan sel akan
keluar menyeimbangkan kondisi di dalam dengan di luar
sehingga akan terjadi plasmolisis. Konsentrasi larutan gula
sebanding dengan tingkat plasmolisis. Semakin tinggi
konsentrasi larutan gula, semakin tinggi pula tingkat plasmolisis
yang terjadi, begitu pula sebaliknya.
3. Bila tekanan osmotik larutan di luar sel atau jaringan sama dengan
tekanan osmotik cairan selnya, peristiwa apa yang akan terjadi ?
Jawab : Bila tekanan osmotik larutan eksternal sel sama dengan tekanan
osmotik cairan sel maka cairan eksternal tersebut bersifat isotonis
sehingga tidak terjadi perubahan volume didalam sel karena
konsentrasi larutan eksternal sel dan larutan internal sel sama dan
tidak terjadi perpindahan molekul.
4. Mengapa dalam praktikum ini ditekankan pada jumlah sel yang
mengalami plasmolisis sekitar 50% ? Jelaskan
Jawab : Ditekankannya jumlah sel yang mengalami plasmolisis sekitar
50% menandakan bahwa di dalam sel tersebut terjadi plasmolisis
sebagian yang ideal, maksudnya adalah saat sel yang mengalami
plasmolisis menunjuk sekitar 50% maka akan terdapat sel yang
tidak mengalami plasmolisis sebesar 50% pula sehingga tercapai
suatu kondisi setimbang diantara keduanya, yang dapat berarti
pula menandakan bahwa konsentrasi diluar sel dan konsentrasi di
dala sel sudah seimbang. Plasmolisis seperti ini disebut pula
sebagai plasmolisis insipien.
K. KEPUSTAKAAN