Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGUKURAN POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR


JARINGAN TUMBUHAN

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan


yang Dibimbing Oleh :
Ibu Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D

Di susun Oleh:
1. Awalia Siska P.L. (150342605762)
2. Devy Atika Farah (150342605754)
3. Elsada Trista Prasanti (150342605463)
4. Elvi Nuraini (15034260)
5. M. Kreshna Pangabdi (15034260)
6. Nur Qomariyah (150342600324)

Offering : I

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
08 / SEPTEMBER / 2016
PENGUKURAN POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR
JARINGAN TUMBUHAN

A. TUJUAN
1) Mengetahui nilai PA umbi kentang
2) Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis
3) Menunjukkan faktor penyebab plasmolisis
4) Mendiskripsikan peristiwa plasmolisis
5) Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial
osmotik antara sel dan larutan disekitarnya
B. DASAR TEORI
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel
yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross,
1992). Plasmolisis menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk
suatu zat , artinya suatu zat /materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk
melalui membrannya.Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak
diam, tetapi dinamis dengan lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar
maka ia harus mengambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur
tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa
masuk.
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak
air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya
di dalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar
ke potensial air yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih
rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel
akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh
ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisis merupakan keadaan
membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel . Sel daun Rhoeo
discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis.
Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis (Tjitrosomo, 1987).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan
sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan
tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan berarti ruang bening
diantara dinding dengan protoplas diisi udara. Jika isinya air murni maka sel
tidak akan mengalami plasmolisis.
Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang
menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.Benang-benang tersebut
dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar
daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah
(Salisbury, 1995).
Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar
tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan
berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti
ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan
yang separuh jumlah selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena
tekanan di dalam sel = 0. Potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis
insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan
dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992).
Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial
airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam
isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi
menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial
tekanan.
Sel yang isinya air murni tidak mengalami plasmolisis. Jika suatu sel
dimasukan ke dalam air murni, maka struktur sel itu terdapat potensial air
yang nilainya tinggi (= 0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai potensial air
yang lebih rendah (negatif). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dari luar
sel masuk ke dalam sel sampai tercapai keadaan setimbang.Osmosis pada
hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi
rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan
osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya (Tjitrosomo, 1987). Proses osmosis akan berhenti jika kecepatan
desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi (Kimball, 1983).
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis
(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis
cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di
dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis
dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel
bahan terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan
tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan
juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu
semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya semakin turun
(semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi
maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah. Potensial air murni pada
tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan
nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai
negatif (Salisbury dan Ross, 1992).

C. HIPOTESIS
1) Apabila potensial osmotik larutan semakin rendah maka plasmolisis pada
Rhoeo Discolor akan semakin bertambah.
2) Apabila potensial air larutan semakin rendah maka panjang kentang akan
semakin menyusut.

D. ALAT DAN BAHAN


1) Alat
a) Botol Vial
b) Labu Takar
c) Pipet dan Kobokan
d) Botol Selai / Balsem
e) Gelas Ukur
f) Kaca Benda dan Kaca Penutup
g) Mikroskop Cahaya
h) Batang Pengaduk
i) Pengebor Gabus
j) Mistar
k) Silet Tajam
l) Jangka Sorong
m) Beaker Glass
n) Serbet
o) Jarum Pentul
2) Bahan
a) Alumunium Foil
b) Larutan Gula atau Sukrosa
c) Daun Rhoe Discolor
d) Umbi Kentang

E. PROSEDUR KERJA
1) Mengukur Potensial Osmotik

Menyediakan 5 botol Vial

Mengisi Masing-masing botol dengan 5 ml larutan gula dengan konsentrasi


0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%

Membuat sayatan dari epidermis bagian bawah daun Rhoe Discolor

Memasukkan 3 sayatan dalam setiap botol vial yang telah berisi larutan gula
Menutup botol vial

Mendiamkan selama 15 menit

Mengambil setiap sayatan yang telah dierendam dalam air gula dan
diletakkan pada kaca benda yang telah ditetesi dengan air rendaman sayatan
tersebut

Menutup dengan kaca penutup

Mengamati menggunakan mikroskop

Menghitung jumlah sel yang mengalami plasmolisis

Hasil

2) Mengukur Potensial Air Umbi Kentang

Menyiapkan larutan gula dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%
masing-masing sebanyak 50 ml

Memasukkan kedalam botol selai atau botol balsem

Memilih umbi kentang yang cukup besar

Membuat silinder-silinder umbi dengan alat pengebor gabus diameter 5 mm


Memotong silinder umbi kentang tersebut sepanjang 2,5 atau 3 cm
menggunakan mistar

Memasukkan potongan-potongan silinder umbi kentang tersebut masing-masing 4


buah dalam botol selai yang berisi larutan gula dengan konsentrasi berbeda

Menutup botol selai menggunakan alumunium atau plastik

Mendiamkan selama 30 menit

Mengukur panjang silinder-silinder yang sudah direndam dalam larutan gula


menggunakan jangka sorong

Hasil

F. DATA PENGAMATAN
1. Mengukur Potensial Osmotik pada Rhoeo discolor
Rd Seluruh
Konsentrasi Larutan Plasmolisis Presentase
Ke- Sel
1 46 sel 46 sel 0%
0% 2 56 sel 56 sel 0%
3 61 sel 61 sel 0%
1 74 sel 40 sel 54, 05 %
5% 2 48 sel 28 sel 58, 33 %
3 63 sel 36 sel 57, 14 %
1 145 sel 108 sel 74, 48 %
10 % 2 127 sel 95 sel 74, 40 %
3 98 sel 69 sel 70, 40 %
1 52 sel 4 sel 7, 69 %
15 % 2 74 sel 52 sel 70, 27 %
3 - - -
1 83 sel 61 sel 73, 49 %
20 % 2 92 sel 74 sel 80, 43 %
3 78 sel 64 sel 82, 05 %
Keterangan : Rd = Rhoeo discolor
2. Mengukur Potensial Air Umbi Kentang (Solanum tuberosum)
Konsentrasi Larutan SK Ke- Sebelum Sesudah
1 3 cm 3, 02 cm
0% 2 3 cm 3, 01 cm
3 3 cm 3, 01 cm
1 3 cm 2, 99 cm
5% 2 3 cm 3, 93 cm
3 3 cm 2, 99 cm
1 3 cm 3, 31 cm
10 % 2 3 cm 3, 02 cm
3 3 cm 2, 76 cm
1 3 cm 2, 625 cm
15 % 2 3 cm 2, 605 cm
3 3 cm 2, 905 cm
1 3 cm 2, 25 cm
20 % 2 3 cm 2, 06 cm
3 3 cm 2, 05 cm
Keterangan : SK = Silinder Kentang

G. ANALISIS DATA
1. Mengukur Potensial Osmotik Irisan Paradermal Epidermis Bawah
Rhoeo discolor
a. Menghitung molaritas konsentrasi gula
gram 1000
Molaritas larutan = x
Mr V
0 1000
Pada konsentrasi larutan 0%, Molaritas larutan = x =0
342 100
M
5 1000
Pada konsentrasi larutan 5%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,146 M
10 1000
Pada konsentrasi larutan 10%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,292 M
15 1000
Pada konsentrasi larutan 15%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,439 M
20 1000
Pada konsentrasi larutan 20%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,585 M
Dapat diketahui bahwa semakin tinggi molaritas larutan maka semakin
banyak rata-rata jumlah sel yang mengalami plasmolisis.
b. Menghitung potensial osmotik konsentrasi gula
Rumus : -s= m I R T
Keterangan : s = Potensial Osmotik
M = molaritas dari larutan sukrosa
I = konstanta ionisasi, untuk sukrosa = 1
R = konstanta gas (0,0831 bar/ derajat mol)
T = suhu absolute = ( C + 273)
1) Konsentrasi 0%
- s= m I R T
= 0 x 1 x 0,083 x 298
=0
s = - 0
2) Konsentrasi 5%
- s= m I R T
= 0,146 x 1 x 0,083 x 298
= 3,61
s = - 3,61
3) Konsentrasi 10%
- s= m I R T
= 0,292 x 1 x 0,083 x 298
= 7,22
s = - 7,22
4) Konsentrasi 15%
- s= m I R T
= 0,439 x 1 x 0,083 x 298
= 10,85
s = - 10,85
5) Konsentrasi 20%
- s= m I R T
= 0,585 x 1 x 0,083 x 298
= 14,46
s = - 14,46

c. Menghitung presentase jumlah sel yang mengalami plasmolisis


Dari sejumlah sel - sel yang terdapat dalam tiap irisan paradermal
epidermis bawah Rhoeo discolor yang dimasukkan pada larutan gula
dengan konsentrasi berbeda, presentase jumlah sel yang mengalami
plasmolisis adalah:
konsentrasi
% sel yang mengalami plasmolisis = x 100%
jumlah sel ep awal
Pada konsentrasi larutan 0%, presentase sel yang mengalami
plasmolisissebagaiberikut :
0
a. Rd 1 = x 100% = 0%
46
0
b. Rd 2 = x 100% = 0%
56
0
c. Rd 3 = x 100% = 0%
61
0 +0 +0
Rd= = 0%
3

Pada konsentrasi larutan 5%, presentase sel yang mengalami plasmolisis


sebagai berikut :
40
a. Rd 1 = x 100% = 54,65%
74
28
b. Rd 2 = x 100% = 58,33%
48
36
c. Rd 3 = x 100% = 57,14%
63
54,65 +58,33 =57,14
Rd= = 56,71%
3

Pada konsentrasi larutan 10%, presentase sel yang mengalami plasmolisis


sbagai berikut : .
108
a. Rd 1 = x 100% = 74,48%
145
95
b. Rd 2 = x 100% = 74,80%
127
69
c. Rd 3 = x 100% = 70,40%
98
74,48 +74,80 +70,40
Rd= = 73,23%
3
Pada konsentrasi larutan 15%, presentase sel yang mengalami plasmolisis
sebagai berikut
4
a. Rd 1 = x 100% = 7,46%
52
52
b. Rd 2 = x 100% = 70,27%
74
c. Rd 3 = (belum selesai)
7,46 +70,27
Rd= = 38,87%
2
Pada konsentrasi larutan 20%, presentase sel yang mengalami plasmolisis
sebagai berikut :
61
a. Rd 1 = x 100% = 73,49%
83
74
b. Rd 2 = x 100% = 80,43%
92
64
c. Rd 3 = x 100% = 82,05%
78
73,49 +80,43 + 82,05
Rd= = 78,66%
3

Grafik hubungan antara Potensial Osmotik dengan presentase sel Rhoeo


discolor yang mengalami plasmolisis
Object 77

2. Mengukur Potensial Air Silinder Kentang


a) Menghitung molaritas konsentrasi gula
gram 1000
Molaritas larutan = x
Mr V
0 1000
Pada konsentrasi larutan 0%, Molaritas larutan = x =0
342 100
M
5 1000
Pada konsentrasi larutan 5%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,146 M
10 1000
Pada konsentrasi larutan 10%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,292 M
15 1000
Pada konsentrasi larutan 15%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,439 M
20 1000
Pada konsentrasi larutan 20%, Molaritas larutan = x =
342 100
0,585 M
b) Penghitungan potensial air larutan gula
Rumus : -s= m I R T
Keterangan : s = Potensial Air
M = molaritas dari larutan sukrosa
I = konstanta ionisasi, untuk sukrosa = 1
R = konstanta gas (0,0831 bar/ derajat mol)
T = suhu absolute = ( C + 273)
1) Konsentrasi 0%
- s= m I R T
= 0 x 1 x 0,083 x 298
=0
s = - 0
2) Konsentrasi 5%
- s= m I R T
= 0,146 x 1 x 0,083 x 298
= 3,61
s = - 3,61
3) Konsentrasi 10%
- s= m I R T
= 0,292 x 1 x 0,083 x 298
= 7,22
s = - 7,22
4) Konsentrasi 15%
- s= m I R T
= 0,439 x 1 x 0,083 x 298
= 10,85
s = - 10,85
5) Konsentrasi 20%
- s= m I R T
= 0,585 x 1 x 0,083 x 298
= 14,46
s = - 14,46

b) Menghitung presentase volume kentang setelah mengalami


osmosis
Keterangan : (-) = panjang akhir silinder kentang menurun dari
panjang awal
1) Konsentrasi 0%
0,02
a. SK 1 = x 100% = 0,67%
3
0,01
b. SK 2 = x 100% = 0,33%
3
0,01
c. SK 3 = x 100% = 0,33%
3
0,67 + 0,33 +0,33
SK = = 0,44%
3

2) Konsentrasi 5%
0,01
a. SK 1 = x 100% = -0,33%
3
0,93
b. SK 2 = x 100% = 31%
3
0,01
c. SK 3 = x 100% = -0,33%
3
0,33 +31 + 0,33
SK = = 10,55%
3

3) Konsentrasi 10%
0,31
a. SK 1 = x 100% = 10,33%
3
0,02
b. SK 2 = x 100% = 0,67%
3
0,24
c. SK 3 = x 100% = -8%
3
10,33 +0,67 +8
SK = = 6,33%
3

4) Konsentrasi 15%
0,375
a. SK 1 = x 100% = -12,5%
3
0,395
b. SK 2 = x 100% = -13,16%
3
0,095
c. SK 3 = x 100% = -3,17%
3
12,5 +13,16 + 3,17
SK = = 9,61%
3

5) Konsentrasi 20%
0,75
a. SK 1 = x 100% = -25%
3
0,94
b. SK 2 = x 100% = -31,33%
3
0,95
c. SK 3 = x 100% = -25%
3
25 +31,33 + 25
SK = = 27,11%
3
30

25
Pertambahan Panjang (%)

20

15

10

0
0 3.61 7.22 10.85 14.46
Potensial air larutan gula (-s)

Grafik Hubugan Potensial Air dengan Presentase Pertambahan Panjang


Silinder Kentang
H. PEMBAHASAN
1. Rhoe discolor
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum plasmolisis pada saat
sebelum diberi perlakuan, kondisi sel daun Rhoeo discolor dalam keadaan
normal, terlihat bagian-bagian sel berbentuk rongga segi enam dengan
sitoplasma berwarna ungu memenuhi dinding sel. Air yang diteteskan
membentuk lingkungan isotonik baik di dalam maupun di luar sel, sehingga
bentuk sel normal. Ketika sel pada daun Rhoeo discolor dimasukkan ke
larutan gula dengan konsentrasi 5%,10%,15% dan 20% mengalami
plasmolisis. Hal ini dikarenakan sel pada daun Rhoeo discolor diletakan pada
larutan gula dengan konsentrasi tingi (Hipertonik) dan menyebabkan sel
tersebut akan kehilangan air dan juga tekanan turgor yang menyebabkan
tumbuhan tersebut lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti itu
akan layu dan akan lebih banyak kehilangan air yang menyebabkan terjadinya
plasmolisis.
Tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel
terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan
membran. Akhirnya cytorrhysis runtuhnya seluruh dinding sel terjadi
Plasmolisis dapat dikembalikan jika sel diletakkan di larutan hipotonik, yaitu
menambah air pada sayatan yang diberi larutan gula sehingga sel akan
mengalami deplasmolisis.
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di
alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel
pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan osmosis.
Dua faktor penting yang mempengaruhi osmosis adalah kadar air dan materi
terlarut yang ada di dalam sel, dan kadar air dan materi terlarut yang ada di
luar sel.
Jika diamati dengan cermat pada mikroskop maka vakuola sel-
sel Rhoeo discolor tersebut tidak tampak dan sitoplasma akan mengkerut dan
membran sel akan terlepas dari dindingnya. Peristiwa lepasnya plasma sel
dari dinding sel ini disebut plasmolisis.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan tanaman layu, diantaranya
tanaman layu bisa terjadi jika Sel tumbuhan dalam kondisi lingkungan yang
berbeda, sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor,
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Kehilangan air lebih banyak akan
menyebabkan terjadinya plasmolisis. tekanan terus berkurang sampai di suatu
titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan
adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysisruntuhnya
seluruh dinding sel terjadi, dan kemungkinan besar layu tanaman tersebut.
Molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak.
Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu
bagian ke bagian yang lain. Perpindahan molekul-molekul itu dapat ditinjau
dari dua sudut. Pertama dari sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut
sumber dikatakan bahwa terdapat suatu tekanan yang menyebabkan molekul-
molekul menyebar ke seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan
difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan bahwa ada sesuatu
kekurangan/defisit akan molekul-molekul. Hal ini dibandingkan dengan
istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Sumber tersebut adanya
tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi negatif. Istilah
tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan tekanan difusi atau
deficit tekanan difusi yang disingkat dengan DTD.
Masuknya air ke dalam sel yang menyebabkan tekanan terhadap
dinding sel sehingga dinding sel meregang. Hal ini akan menyebabkan
timbulnya tekanan hidrostatik untuk melawan aliran air tersebut. Tekanan
hidrostatik dalam sel disebut tekanan turgor. Tekanan turgor yang
berkembang melawan dinding sebagai hasil masuknya air ke dalam vakuola
sel disebut potensial tekanan. Tekanan turgor penting bagi sel karena dapat
menyebabkan sel dan jaringan yang disusunnya menjadi kaku. Potensial air
suatu sel tumbuhan secara esensial merupakan kombinasi potensial osmotic
dengan potensial tekanannya. Jika dua sel yang bersebelahan mempunyai
potensial air yang berbeda, maka air akan bergerak dari sel yang mempunyai
potensial air tinggi menuju ke sel yang mempunyai potensial air rendah.
Dalam pengamatan sayatan paradermal epidermis bawah Rhoeo
discolor didapat hasil bahwa pada konsentrasi larutan 0% (s = - 0) tidak
terjadi plasmolysis. Pada konsentrasi larutan 5% (s = - 3,61) prosentase
rata-rata plasmolisis sel 56,71%. Pada konsentrasi larutan 10% (s = - 7,22)
terjadi rata-rata prosentase plasmolisis 73,23%. Konsentrasi larutan 15% (s
= - 10,85) terjadi rata-rata prosentase sel plasmolisis 38,87%, sedangkan
larutan 20% (s = - 14,46) terjadi rata-rata prosentase 78,66% sel mengalami
plasmolisis. Dari percobaan yang dilakukan adalah semakin rendah potensial
osmotik larutan sukrosa maka semakin tinggi rata-rata prosentase sel sel
Rhoeo discolor yang mengalami plasmolisis.
Terjadi kesalahan pada larutan yang berkonsentrasi 15% karena
kurang ketelitian dan kesabaran praktikan sehingga data yang diperoleh tidak
akurat/ tidak valid yang mana sebenarnya rata-rata prosentase plasmolisis sel
pada konsentrasi lartan 15% harus lebih besar dari konsentrasi larutan 10%.
2. Umbi Kentang (Solanum tuberosum)
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput
yang permeable secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi
ketempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi
molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis
maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983)
bahwa proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air
seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi.
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan kedalam larutan
gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air
larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air
akan bergerak dari luar kedalam sel, bila potensial larutan lebih rendah
maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel
akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh
ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan
terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis.
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial
osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial
osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya
potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel.
Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya
sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai
potensial osmotic dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa factor
antaralain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang
larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan
hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial osmotic akan meningkat jika
tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap
potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial
osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-
partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin
rendah (Meyer and Anderson, 1952).
Pada praktikum kali ini digunakan potongan kentang berbentuk
silinder dengan panjang awal 3 cm. Berdasarkan hasil praktikum, jaringan
tumbuhan yang dimasukan kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi
yang sudah ditentukan mengalami perpanjangan jaringan (pertambahan
volume) dan ada pula yang mengalami penyusutan panjang jaringan
(penyusutan volume) tumbuhan. Hasil perhitungan molaritas sukrosa dan
potensial air jaringan umbi kentang pada konsentrasi larutan sukurosa 0%
besar potensial airnya -0, pada konsentrasi larutan sukrosa 5% besar
potensial airnya -3,61, pada konsentrasi 10% besar airnya -7,22, pada
konsentrasi 15% besar potensial airnya -10,83, dan pada konsentrasi 20%
besar airnya -14,47.
Nilai potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung
nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonic terhadap cairan sel.
Berdasarkan hasil praktikum, plasmolisis insipient terjadi pada konsentrasi
0M; 0,146M; 0,292 M; 0,438 M; 0,585M dengan potensial osmosis -0 atm,
-3,61 atm, -7,22 atm, -10,83 atm dan -14,47 atm. Menurut Salisbury dan
Ross (1992), potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang
sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu
larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.
Dari hasil perhitungan potensial air di atas diperoleh hasil bahwa
pada konsetrasi larutan 0% potensial airnya sebesar 0. Komponen
potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis(solut) dan
potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel,air
murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel
mengakibatkan air meninggalkan sel. Pada konsentrasi 0% kentang
bertambah panjang karena air dari luar lingkungan masuk kedalam
jaringan kentang yang menyebabkan kentang bertambah panjang. Pada
konsentrasi larutan sukrosa 5% potensial airnya sebesar 3,61 dimana
silinder kentang mengalami rata-rata prosentase pertambahan panjang
10,55%, pada konsentrasi larutan sukrosa 10% potensial airnya sebesar
7,22 silinder kentang mengalami rata-rata prosentase pertambahan panjang
sebesar 6,33%, pada konsentrasi larutan sukrosa 15% potensial airnya
sebesar 10,83 silinder kentang mengalami rata-rata prosentase
pertambahan panjang sebesar 9,61%, dan pada konsentrasi larutan sukrosa
20% potensial airnya sebesar 14,47 silinder kentang mengalami rata-rata
prosentase pertambahan panjang sebesar 27,11%. Dari percobaan yang
dilakukan adalah semakin tinggi molaritas larutan sukrosa maka angka
potensial air juga semakin tinggi (berbanding lurus), sedangkan potensial
osmotik berbanding terbalik dengan konsentrasi sukrosa.
Terdapat kesalahan pada konsentrasi larutan 5%, karena data yang
diperoleh lebih besar dari konsentrasi larutan 10% akibat kurangnya
ketelitian dan kesabaran para praktikan sehingga data yang diperoleh tidak
akuran/tidak valid.

I. KESIMPULAN
1. Plasmolisis adalah lepasnya membran sel dari dinding sel tumbuhan
akibat sel dimasukkan pada larutan yang hipertonik. Adanya sirkulasi ini
bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, jika memerlukan suatu materi dari
luar maka sel tersebut harus mengambil materi itu dengan segala cara,
yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi
dari luar itu bisa masuk. Berdasarkan hasil praktikum sel pada
daun Rhoeo discolor aka mengalami plasmolisis bila di masukan pada
larutan gula dengan konsentrasi 5 %, 10%, 15%, dan 20 %. Hal ini terjadi
karena larutan tersebut memiliki kosentrasi yang lebih tinggi dibanding
dengan kosentrasi air dalam sel daun tersebut.
2. Plasmolisis diakibatkan oleh adanya perbedaan konsentrasi antara cairan
di dalam dan di luar sel, serta adanya osmosis yang menyebabkan air di
dalam sel tertarik ke arah luar sel. Berdasakan hasil praktikum silinder
kentang yang mengalami plasmolisis bila di masukan pada larutan gula
dengan konsentrasi 0%, 5 %, 10%, 15%, dan 20 %. Hal ini terjadi karena
larutan tersebut memiliki kosentrasi yang lebih tinggi dibanding dengan
kosentrasi air dalam silinder kentang tersebut.

J. DISKUSI
1. Apakah ada perbedaan respon sel sel epidermis pada larutan
eksternalnya ( larutan gula ) yang berbeda konsentrasi ?
Jawab : Ya, terdapat perbedaan respon sel sel pada larutan gula yang
berbeda konsentrasi. Bila konsentrasi gula semakin besar maka
larutan akan semakin encer yang menandakan bahwa larutan
tersebut semakin bersifat hipotonis. Bila suatu sel tersebut
berada dalam kondisi eksternal yang hipotonis, maka cairan
dalam sel akan keluar sesuai dengan prinsip dari konsentrasi
tinggi menuju ke konsentrasi rendah dan mengalami plasmolisis.
Kondisi tersebut terjadi karena sifat sel untuk menyeimbangkan
konsentrasi dalam sel dengan konsentrasi di lingkungannya. Hal
tersebut terbukti pada hasil percobaan diketahui bahwa irisan
melintang daun Rhodeo discolour yang direndam pada
konsentrasi larutan gula 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%
menunjukkan terjadinya plasmolisis pada penampang tersebut,
terutama pada konsentrasi larutan gula 20% terjadi plasmolisis
total.
2. Bagaimana kecenderungan bentuk hubungan antara tingkat plasmolisis
dengan konsentrasi larutan gula ?
Jawab : Hubungan antara tingkat plasmolisis dengan konsentrasi larutan
gula yaitu semakin pekat atau semakin tinggi konsentrasi larutan
gula maka semakin tinggi tingkat plasmolisisnya. Semakin
tinggi konsentrasi larutan gula maka konsentrasi air semakin
rendah. Bila sel berada pada lingkungan eksternal dengan
konsentrasi rendah larutan hipertonis ) maka cairan sel akan
keluar menyeimbangkan kondisi di dalam dengan di luar
sehingga akan terjadi plasmolisis. Konsentrasi larutan gula
sebanding dengan tingkat plasmolisis. Semakin tinggi
konsentrasi larutan gula, semakin tinggi pula tingkat plasmolisis
yang terjadi, begitu pula sebaliknya.

3. Bila tekanan osmotik larutan di luar sel atau jaringan sama dengan
tekanan osmotik cairan selnya, peristiwa apa yang akan terjadi ?
Jawab : Bila tekanan osmotik larutan eksternal sel sama dengan tekanan
osmotik cairan sel maka cairan eksternal tersebut bersifat isotonis
sehingga tidak terjadi perubahan volume didalam sel karena
konsentrasi larutan eksternal sel dan larutan internal sel sama dan
tidak terjadi perpindahan molekul.
4. Mengapa dalam praktikum ini ditekankan pada jumlah sel yang
mengalami plasmolisis sekitar 50% ? Jelaskan
Jawab : Ditekankannya jumlah sel yang mengalami plasmolisis sekitar
50% menandakan bahwa di dalam sel tersebut terjadi plasmolisis
sebagian yang ideal, maksudnya adalah saat sel yang mengalami
plasmolisis menunjuk sekitar 50% maka akan terdapat sel yang
tidak mengalami plasmolisis sebesar 50% pula sehingga tercapai
suatu kondisi setimbang diantara keduanya, yang dapat berarti
pula menandakan bahwa konsentrasi diluar sel dan konsentrasi di
dala sel sudah seimbang. Plasmolisis seperti ini disebut pula
sebagai plasmolisis insipien.

5. Apa yang dimaksud denga plasmolisis insipien ?


Jawab : Plasmolisis insipien adalah kondisi ketika volume vakuola dapat
untuk menahan protoplasma agar tetap menempel pada dinding
sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya
protoplasma dari dinding sel. Plasmolisis insipien terjadi pada
jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis.,
yaitu nilai sel yang berplasmolisis sebesar 50%. Hal ini terjadi
karena tekanan di dalam sel = 0. Potensial osmotik larutan
penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di
dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai
(Salisbury and Ross, 1992).
6. Menurut dugaan anda, apakah sel atau jaringan yang terplasmolisis dalam
praktikum ini masih dapat kembali normal bila dikembalikan ke
lingkungan air biasa ?
Jawab : Sel atau jaringan yang mengalami plasmolisis tidak dapat kembali
normal bila dikembalikan ke lingkungan air biasa karena belum
tentu air biasa tersebut konsentrasinya sama tau lebih besar
daripada sel yang telah mengalami plasmolisis. Sel atau jaringan
dapat kembali normal bila berada didalam ( dimasukkan ) air
murni atau akuades. Peristiwa ini disebut dengan deplasmolisis
( Tim Pengampu Fisiologi Tumbuhan ). Akuades atau air murni
dapat mengembalikan kondisi sel menjadi normal sebab
konsentrasi air murni setimbang.
7. Bagaimanakah perbedaan tingkat perubahan panjang potongan kentang
pada konsentrasi larutan gula yang berbeda ?
Jawab :Perbedaan tingkat perubahan panjang potongan kentang
dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi dari larutan gula dan nilai
potensial airnya. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di
sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel
tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan
nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola
dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan
potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3
komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan
potensial tekanan. Konsentrasi larutan gula juga berpengaruh
terhadap perbedaan pertambahan panjang pada kentang karena
semakin pekat atau tinggi konsentrasi larutan kentang maka
cairan dalam sel yang keluar akan semakin banyak sehingga
pemendekan akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Bila
konsentrasi larutan eksternal lebih besar daripada konsentrasi di
dalam sel maka air akn masuk ke dalam sel dan terjadi
pertambahan volume ( panjang )

8. Apakah artinya jika potongan kentang bertambah panjang ?


Jawab : Bila potongan kentang bertambah maka terjadi perpindahan air
masuk ke dalam sel karen terdapat perbedaan nilai potensial air
antara diluar sel dan didalam sel. Masuknya air ke dalam sel
menandakan bahwa potensial air rendah, yang berati potensial di
dalam sel kentang lebih rendah daripada potensial air di luar
sehingga air masuk dan volume kentang bertambah.
9. Bagaimana status potensial air jaringan kentang terhadap larutan
perendam jika tidak terjadi perubahan volume ?
Jawab : Bila tidak terjadi perubahan volume maka menandakan bahwa
potensial larutan di luar dan di dalam sel sama sehingga tidak
terjadi perpindahan molekul larutan dari konsentrasi atau potensi
tinggi menuju ke konsentrasi atau potensi rendah. Samanya
potensial larutan di dalam sel maupun diluar sel tidak berakibat
apapun pada sel. Hal ini terjadi pada larutan yang bersifat
isotonis.
10. Mengapa umbi kentang dapat berubah ukurannya setelah direndam dalam
larutan gula dalam berbagai konsentrasi, padalah sel sel umbi tersebut
memiliki dinding sel ?
Jawab : Umbi kentang dapat berubah ubah volumenya karena terjadi
perpindahan larutan dari dalam atau luar ke lingkungan luar atau
kedalam sel karena terdapat perbedaan konsentrasi larutan.
Perpindahan tersebut dapat terjadi pada kentang dan tumbuhan
lainnya padahal mempunyai dinding sel karena perpindahan
molekul air yang terjadi melalui pori pada membran yang
berukuran kecil. Molekul air dapat keluar dan masuk karena
ukuran molekulair yang kecil dan masih dapat melewati pori
tersebut.

K. KEPUSTAKAAN

Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jakarta : Erlangga.


Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1992. FisiologiTumbuhanJilid 1. Bandung : ITB.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 1995. FisiologiTumbuhanJilid 2. Bandung : ITB.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung : Penerbit Angkasa.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai