Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 1

TEKNIK JEMBATAN

Oleh :
Nama : I Dewa Gde Satria Wibawa
NIM : 1504105010
Kelas :1

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
A. Kegagalan Jembatan

Dalam konstruksi jembatan, terjadi tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-


beban statis ataupun beban-beban dinamis. Diantaranya adalah beban hidup (live load)
dan beban mati (dead load). Beban hidup merupakan beban segala macam kendaraan
yang melintas dan mempengruhi konstruksi tersebut sewaktu pada saat berada diatasnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan beban mati adalah bagian komponen atau material
konstruksi yang bersifat tetap dan terus menerus membebani keberadaan konstruksi
tersebut. Ada istilah lain untuk beban-beban yang biasa terjadi dan harus diperhitungkan
antara lain beban angin (Wind Load) dan beban yang disebabkan oleh gempa (Seismic
Load) serta masih adalagi tetapi jarang diperhitungkan yaitu Resonansi Load yang
disebabkan pengaruh dari suatu bunyi yang cukup keras dan bisa menimbulkan getaran
pada kontruksi jembatan, terjadi pada tempat-tempat tertentu yang sering dilanda angin
kencang atau badai.

Dalam analisis perhitungannya beban-beban tersebut harus dikombinasikan antara


satu dengan yang lain berdasarkan aturan-aturan yang sudah baku dan telah ditetapkan
sebagai peraturan-peraturan yang harus diikuti dan dilaksanakan agar nantinya tidak
terjadi kegagalan jembatan yang berakibat fatal terhadap keselamatan pengguna.

Menurut Undang-Undang no.18 tahun 1999 dan PP 29 tahun 2000, Definisi Kegagalan
Bangunan secara umum adalah merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik
sacara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan
kesehatan kerja dan/atau keselamatan umum, sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan
atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi

Jembatan berfungsi sebagai prasarana untuk pergerakan arus lalu lintas. Dengan
demikian Jembatan direncanakan agar dapat memberi pelayanan terhadap perpindahan
kendaraan dari suatu tempat ketempat lain dengan Waktu yang Sesingkat Mungkin
dengan persyaratan Nyaman dan Aman (Comfortable and Safe). Sehingga dapat
dikatakan bahwa kecepatan (speed) adalah merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai
indikator untuk menilai apakah suatu Jalan/ Jembatan mengalami kegagalan fungsi
Bangunan atau tidak.

TEKNIK JEMBATAN 1
Penyebab Kegagalan Jembatan
Kesalahan-kesalahan umum yang menyebabkan gagalnya suatu konstruksi jembatan
adalah:
1. Kegagalan Perencana

Untuk perencanaan Jembatan, tentu ada standar yang menjadi landasan.


Misalnya, jika merencanakan Jembatan harus berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI), maka ikutilah ketentuan desain dan parameternya, bagaimana
perhitungan pembebanan (pertimbangan beban mati/berat konstruksi, beban
bergerak (beban yang bergerak diatasnya), beban angin, gempa dsb.). Sehingga
kekuatan rencana awal Jembatan bisa direalisasikan, dan kesalahan dalam hal
pemilihan material (tulangan, baut, bantalan elastomer, kabel untuk jembatan tipe
suspense, dlsbg.) bisa dihindari. Penyebab kegagalan perencana umumnya
disebabkan oleh :

a. Tidak mengikuti TOR,


b. Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang
berlaku,
c. Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik,
d. Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data
perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen
konstruksi,
e. Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang
cukup dan akurat,
f. Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya
beban rencana) dalam perencanaan,
g. Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik,
h. Kesalahan gambar rencana.
2. Kegagalan Pengawas
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a. Tidak melakukan prosedur pengawasan dengan benar,
b. Tidak mengikuti TOR,
c. Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi,

TEKNIK JEMBATAN 2
d. Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh
metode konstruksi yang benar,
e. Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan teknis.
3. Kegagalan Pelaksana
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a. Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak,
b. Salah mengartikan spesifikasi,
c. Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar,
d. Tidak menggunakan material yang benar,
e. Salah membuat metode kerja,
f. Salah membuat gambar kerja,
g. Pemalsuan data profesi,
h. Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah.
4. Kegagalan Pengguna Bangunan
Penyebab kegagalan pengguna Bangunan umumnya disebabkan oleh :
a. Penggunaan bangunanan yang melebihi kapasitas rencana,
b. Penggunaan bangunan diluar dari peruntukan rencana,
c. Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program
pemeliharaan yang sudah ditetapkan,
d. Penggunaan bangunan yang sudah habis umur rencananya.
5. Kegagalan Bangunan Atas dan Bawah
Bangunan Bawah
Pondasi adalah merupakan bagian yang paling penting dari bangunan
bawah struktur jembatan yang harus meneruskan beban kendaraan serta
bagian-bagian diatasnya ke lapisan tanah. Kegagalan bangunan bawah (pilar
atau abutmen) terjadi apabila keruntuhan atau amblasnya bangunan bawah
tersebut dan atau terjadi keretakan struktural yang berpengaruh terhadap fungsi
struktur bangunan atas. Kegagalan pondasi dibagi sesuai dengan jenis pondasi
yaitu:
a. Pondasi Langsung, kegagalan pada pondasi langsung secara fisik dapat
terjadi apabila struktur tersebut mengalami:
AMBLAS, berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih
rendah daripada elevasi rencana.

TEKNIK JEMBATAN 3
MIRING, berarti posisi pondasi langsung tersebut tidak sesuai
dengan posisi vertikal rencana.
PUNTIR, berarti terjadinya suatu amblas yang disertai posisi
miring yang tidak beraturan .
b. Pondasi sumuran, kegagalan pondasi sumuran secara fisik sama dengan
Pondasi Langsung.
c. Pondasi Tiang Pancang Beton/ Baja, kegagalan pondasi tiang pancang
beton/ baja secara fisik dapat terjadi apabila struktur tersebut mengalami:
AMBLAS, berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih
rendah daripada elevasi rencana.
PATAH, yaitu kondisi dimana tidak ada kesatuan antara tiang dan
poor bangunan bawah yang mengakibatkan tiang pancang tidak
berfungsi, atau tiang pancang beton mengalami retak struktural.
Bangunan Atas
Kegagalan Bangunan Atas Jembatan dapat dibagi sesuai dengan jenis
bangunan atas yaitu:
a. Retak Struktural
Unsur retak akan mempengaruhi kekuatan struktur adalah lebarnya dan
kedalaman retak yang terjadi. Lebar retak yang berlebihan, disamping akan
secara langsung mengurangi kekuatan struktur juga akan memberikan peluang
udara dan air yang akan mengakibatkan terjadinya korosi yang pada akhirnya
juga mengurangi kekuatan struktrur. Maka oleh karena itu lebar maksimum
dan kedalaman retak harus dibatasi. Besarnya kedalaman maksimum retak
yang diizinkan adalah proporsional dengan tebal struktur itu sendiri.
b. Lendutan
Lendutan yang berlebihan, disamping akan mempengaruhi kekuatan
struktur juga mempunyai dampak psikologis bagi sipengendara. Besarnya
lendutan maksimum yang diizinkan adalah proporsional dengan bentang
jembatan yang bersangkutan.
c. Getaran/ Goyangan
Amplitudo getaran harus dibatasi sedemikian rupa, baik akibat angin
maupun pergerakan lalu lintas disamping sehingga masih memenuhi
persyaratan baik dari segi stabilitas struktur maupun dari dari kenyamanan

TEKNIK JEMBATAN 4
sipengendara. Besarnya amplitudo getaran maksimum yang diizinkan adalah
proporsional dengan bentang jembatan yang bersangkutan.
d. Kerusakan Lantai Kendaraan
Kerusakan lantai kendaran berupa retak, terkelupas dan atau pecah akan
berpengaruh secara langsung terhadap riding quality lantai kendaraan yang
menyebabkan kenyaman sipengendara akan berkurang. Maka. luas kerusakan
dibatasi tidak boleh melebihi angka yang dipersyaratkan yaitu persentase luas
yang rusak terhadap suatu luas segmen yang ditinjau.
e. Tumpuan (Bearing)
Kerusakan tumpuan pada derajat tertentu akan mempengaruhi sistem
pendukungan tumpuan terhadap beban yang pada akhirnya sistem distribusi
beban berubah. Oleh sebab itu tingkat kerusakan tumpuan ini harus dibatasi
sehinga tidak sampai merubah sistem pembebanan original. Besarnya tingkat
kerusakan maksimum yang diizinkan tergantung dari jenis tumpuan itu sendiri.
f. Expansion Joint
Kerusakan expansion joint yang berupa robek atau terkelupasnya joint
sealantnya tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan struktur. Namun akan
sangat berbahaya jika lubang yang yang terjadi cukup besar yang dapat
mengakibatkan bahaya bagi kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Oleh karena itu tingkat kerusakan expansion joint ini harus sedemikian rupa
sehingga tidak membahayakan kepada pengendara kendaraan.

Solusi Agar Tidak Terjadi Kegagalan Jembatan


1. Sebaiknya Diadakan Pembatasan volume kendaraan terutama pada saat diadakan
perawatan. Pada saat perawatan, maka ada penutupan jalur yang megakibatkan
kemacetan pada kendaraan, kemacetan kendaraan ini dapat berakibat buruk jika
ditambah beban angin, serta beban kendaraan berat pekerja perawatan Jembatan.
2. Dalam perawatan jembatan perlu juga memperhatikan kondisi cable, baut dan
pondasi tiyang penyangga. Artinya perawatan tidak hanya pada jalan atau kondisi
baloknya saja, tetapi juga memperhatikan kondisi yang mendasar dari jembatan.

TEKNIK JEMBATAN 5
B. Tipe - Tipe Jembatan
Jenis-jenis jembatan berdasarkan struktur:
1. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)

Dahulu, jembatan gantung yang paling awal digantungkan dengan


menggunakan tali atau dengan potongan bambu. Jembatan gantung modern
digantungkan dengan menggunakan kabel baja yang menggantung dari menara
jembatan kemudian melekat pada caisson (alat berbentuk peti terbalik yang
digunakan untuk menambatkan kabel di dalam air) atau cofferdam (ruangan di air
yang dikeringkan untuk pembangunan dasar jembatan). Caisson atau cofferdam
akan ditanamkan jauh ke dalam lantai danau atau sungai.

2. Jembatan Kabel (Cable Stayed Bridge)

TEKNIK JEMBATAN 6
Seperti jembatan gantung, jembatan kabel-penahan ditahan dengan
menggunakan kabel. Namun, yang membedakan jembatan kabel-penahan dengan
jembatan gantung adalah bahwa pada sebuah jembatan kabel-penahan jumlah kabel
yang dibutuhkan lebih sedikit dan menara jembatan menahan kabel yang lebih
pendek.
3. Jembatan pelengkung (arch bridge)

Jembatan lengkung memiliki dinding tumpuan pada setiap ujungnya.


Jembatan lengkung yang paling awal diketahui dibangun oleh masyarakat Yunani,
contohnya adalah Jembatan Arkadiko. Beban dari jembatan akan mendorong dinding
tumpuan pada kedua sisinya.
4. Jembatan rangka (truss bridge)

TEKNIK JEMBATAN 7
Jembatan kerangka adalah salah satu jenis tertua dari struktur jembatan
modern. Jembatan kerangka dibuat dengan menyusun tiang-tiang jembatan
membentuk kisi-kisi agar setiap tiang hanya menampung sebagian berat struktur
jembatan tersebut. Kelebihan sebuah jembatan kerangka dibandingkan dengan jenis
jembatan lainnya adalah biaya pembuatannya yang lebih ekonomis karena penggunaan
bahan yang lebih efisien. Selain itu, jembatan kerangka dapat menahan beban yang
lebih berat untuk jarak yang lebih jauh dengan menggunakan elemen yang lebih
pendek daripada jambatan alang.
5. Jembatan alang (Beam bridge)

Jembatan ini juga bisa disebut keturunan langsung jambatan batang kayu,
jambatan alang biasanya dibuat dari alang keluli "I", konkrit diperkuat atau konkrit
telah-tertegang (post-tensioned concrete) yang panjang. Ia kurang digunakan
sekarang kecuali untuk jarak yang dekat. Jembatan ini selalu digunakan untuk
jembatan pejalan kaki dan juga jembatan-jembatan yang merintangi hutan.Jembatan
alang adalah struktur jembatan yang sangat sederhana dimana jembatan hanya berupa
balok horizontal yang disangga oleh tiang penopang pada kedua pangkalnya. Asal
usul struktur jembatan alang berawal dari jembatan balok kayu sederhana yang di
pakai untuk menyeberangi sungai. Di zaman modern, jembatan alang terbuat dari
balok baja yang lebih kokoh. Panjang sebuah balok pada jembatan alang biasanya
tidak melebihi 250 kaki (76 m). Karena, semakin panjang balok jembatan, maka akan
semakin lemah kekuatan dari jembatan ini. Oleh karena itu, struktur jembatan ini
sudah jarang digunakan sekarang kecuali untuk jarak yang dekat saja.

TEKNIK JEMBATAN 8
6. Jembatan penyangga (cantilever bridge)

Berbeda dengan jembatan alang, struktur jembatan penyangga berupa balok


horizontal yang disangga oleh tiang penopang hanya pada salah satu pangkalnya.
Pembangunan jembatan penyangga membutuhkan lebih banyak bahan dibanding
jembatan alang. Jembaan penyangga biasanya digunakan untuk menahan beban
jembatan dari bawah sewaktu proses pembuatan. Jembatan ini agak keras dan tidak
mudah bergoyang, oleh karena itu struktur jembatan penyangga biasanya
digunakan untuk membuat jembatan rel kereta api.
7. Jembatan gelagar (girder bridge)

Balok gelagar merupakan komponen struktur lentur yang tersusun dari beberapa
elemen pelat. Balok gelagar pada dasarnya adalah balok dengan ukuran penampang
melintang yang besar serta bentang yang panjang. Penampang melintang yang besar
tersebut merupakan konsekuensi dari panjangnya bentang balok. Aplikasi balok

TEKNIK JEMBATAN 9
gelagar pada dunia konstruksi pada umumnya digunakan untuk konstruksi
jembatan. Pada konstruksi jembatan, gelagar digunakan pada struktur atas. Fungsi
gelagar pada jembatan adalah memikul beban dari struktur yang berada di atasnya,
kemudian meneruskan beban tersebut ke abutment dan diteruskan lagi ke poer.
Teknologi terbaru dalam balok gelagar adalah gelagar baja dengan system flens
prategang yaitu dengan penambahan kabel baja / strand yang letakan pada flens
bagian bawah gelagar guna meningkatkan kapasitas gelagar baja dengan adanya
momen balik (negatif momen) untuk mengurangi momen positif. Penambahan
kabel baja / strand pada gelagar baja komposit dapat mengurangi penggunaan baja
struktur gelagar baja komposit sehingga dapat mereduksi berat sendiri baja dan
mengurangi biaya konstruksi.
Jenis-jenis jembatan berdasarkan kegunaannya:
1. Jembatan jalan raya (highway bridge)

Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban lalu lintas kendaraan baik
kendaraan berat maupun ringan. Jembatan jalan raya ini menghubungkan antara
jalan satu ke jalan lainnya.

TEKNIK JEMBATAN 10
2. Jembatan darurat

Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk


kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan
darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus
dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan
baru dapat berfungsi.
3. Jembatan penyeberangan (foot bridge)

Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan. Fungsi dari


jembatan ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati
jembatan penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta mengurangi
faktor kecelakaan bagi penyeberang jalan.

TEKNIK JEMBATAN 11
C. Estetika Dan Konstruksi Jembatan
Menurut John Hosper Estetika dalam kontek penciptaan merupakan bagian dari
filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan karya yang indah. Dari pengertian ini,
bila dipahami bahwa estetika adalah ilmu yang mempelajari kualitas estetik suatu benda
atau karya dan daya impuls serta pengalaman estetik pencipta maupun penghayat
terhadap benda atau karya. Desain jembatan merupakan sebuah kombinasi kreasi seni,
ilmu alam, dan teknologi. Desain konseptual merupakan langkah awal yang harus di
ambil perancang untuk mewujudkan dan menggambarkan jembatan untuk menentukan
fungsi dasar dan tampilan, sebelum dianalisa secara teoritis dan membuat detail-detail
desain. Proses desain termasuk pertimbangan faktor-faktor penting seperti pemilihan
sistem jembatan, material, proporsi, dimensi, pondasi, estetika dan lingkungan sekitarnya.
Perencanaan jembatan secara prinsip dimaksudkan untuk mendapatkan fungsi tertentu
yang optimal.
Jembatan harus berfungsi tidak saja sebagai jalan, tetapi struktur dan bentuknya
juga harus selaras dan meningkatkan nilai lingkungan sekitarnya. Meskipun terdapat
perbedaan pandangan estetika dalam teknik jembatan, Svensson (1998) menyarankan:
1. Pilih sistem struktur yang bersih dan sederhana seperti balok, rangka,
pelengkung atau struktur gantung; jembatan harus terlihat terpercaya dan stabil.
2. Terapkan proporsi tiga dimensional yang indah, antar elemen struktural atau
panjang dan ukuran pintu masuk jembatan.
3. Satukan semua garis pinggir struktur, yang menentukan tampilannya.
Kekurangan salah satu bagian tersebut akan dapat menyebabkan kekacauan,
kebimbangan dan perasaan ragu-ragu.
4. Perpaduan yang sesuai antara struktur dan lingkungannya akan menjadi lansekap
kota. Sangat perlu skala struktur dibandingkan skala lingkungan sekitarnya.
5. Pemilihan material akan sangat berpengaruh pada estetika.
6. Kesederhanaan dan pembatasan pada bentuk struktural asli sangat penting.
7. Tampilan yang menyenangkan dapat lebih ditingkatkan dengan pemakaian
warna.
8. Ruang di atas jembatan sebaiknya dibentuk menjadi semacam jalan yang dapat
berkesan dan membuat pengendara merasa nyaman.
9. Strukturnya harus direncanakan sedemikian rupa sehingga aliran gaya dapat
diamati dengan jelas.

TEKNIK JEMBATAN 12
10. Pencahayaan yang cukup akan dapat meningkatkan tampilan jembatan pada
malam hari.

Karena sulitnya memberikan penilaian yang tepat terhadap sebuah tipe jembatan,
maka ada batasan-batasan atau kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah
jembatan. Banyak perpaduan yang harus dicakup oleh tipe jembatan disamping
dari segi konstruksi dan ekonomi. Beberapa hal yang tercakup di dalam kualitas
perencanaan estetika jembatan antara lain :
Fungsi
Proporsi
Harmoni
Keteraturan dan ritme
Kontras dan tekstur
Arah pencahayaan dan efek bayangan

TEKNIK JEMBATAN 13

Anda mungkin juga menyukai