Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daging ayam adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan
protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh. Usaha
Proses keamanan dan kelayakan daging ayam ini harus dilakukan sedini
mungkin yakni mulai dari peternakan hingga daging ayam dikonsumsi. Salah satu
permasalahan yang paling penting dalam proses panjang ini adalah permasalahan
daging ayam yang akan dikonsumsi manusia sangat besar. Bahkan RPA
ayam tersebut dinyatakan sehat dari peternakan (farm), jika ditingkat RPA (hilir)
mampu menyediakan daging ayam yang memenuhi persyaratan teknis higiene dan
satu, yakni kompartemen sangat kotor (super dirty area) dalam bagian ini
kedalam drum atau panci air panas dan pencabutan bulu. Kompartemen dua, yakni
kompartemen kotor (dirty area) dalam bagian ini berlangsung proses pemotongan
seperti proses pemotongan kepala dan leher dari tubuh ayam, pemotongan kaki,
penyobekan perut, dan pengeluaran isi rongga perut, pembersihan bulu-bulu yang
yakni kompartemen bersih (clean area) dalam bagian ini berlangsung proses
pemotongan seperti proses pendinginan ayam dalam bak, penyiapan karkas sesuai
modern.
persyaratan teknis higiene dan sanitasi. RPA tradisional relatif tidak mempunyai
Selain itu permasalahan lain RPA di pasar tradisional adalah sebagai tempat
penjual daging ayam broiler diketahui bahwa peralatan untuk pelayanan penjualan
daging seperti meja tempat daging, pisau, talenan, timbangan dan peralatan lain
yang digunakan masih jauh dari kategori bersih. Pengawasan terhadap penyediaan
dan keamanan daging ayam oleh pihak berwenang masih sangat lemah. Rumah
Pemotongan Ayam (RPA) yang ada di pasar tradisional pada umumnya masih
Standar mutu pangan yang dikeluarkan oleh SNI dapat membantu konsumen
untuk menentukan mutu produk pangan yang akan dibelinya. Standar mutu bahan
misalnya pemilihan bahan pangan atau menghasilkan bahan pangan berdaya saing
tinggi. Indonesia telah memiliki standar mutu, yaitu standar yang dikeluarkan oleh
Badan Sta Hasil pangan asal hewan yang terbesar di Indonesia adalah daging
ayam.
Total konsumsi daging ayam di Indonesia mencapai 65,5% dan 34,5% daging
lainnya dari total produksi daging nasional 2,07 juta ton. Konsumsi ayam ras
mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2012 konsumsi ayam
sebesar 1,9 miliar ekor, tahun 2013 konsumsi ayam 2,3 miliar ekor sedangkan
pada tahun 2014 naik 16% menjadi 2,4 miliar ekor. Daging ayam adalah bahan
pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein, lemak, mineral serta zat
lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh. Daging ayam mudah tercemar oleh
Hewan, 2014).
Badan POM RI melalui Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan
Pangan, secara rutin memonitor kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di
diseluruh Indonesia telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan
sebanyak 153 kasus di 25 propinsi yang terjadi pada kurun waktu dari bulan
Bahan pangan yang berasal dari hewan merupakan sumber utama bakteri
(2011) pada 12 kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Barat terhadap 24 sampel
Setiowati (2011) selama bulan April-Juni di wilayah DKI Jakarta terhadap 213
daging ayam dan hasil uji laboratorium menunjukkan 7,9% daging ayam tercemar
bakteri Salmonella. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Restika (2012)
dari 24 sampel daging ayam yang berada di 3 pasar tradisional di Kota Tangerang
Selatan (Pasar Jombang, Pasar Bukit, Pasar Modern) ditemukan 16,7% daging
ayam yang telah tercemar bakteri Salmonella. Serta berdasarkan penelitian Aerita
(2014) pada Pasar Banjaran dan Pasar Trayeman Kabupaten Tegal, dari 30 sampel
daging ayam potong yang positif mengandung Salmonella sebanyak 16,7% dan
berdampak terhadap kehalalan, mutu dan keamanan daging yang dihasilkan dan
adalah penanganan limbah dan kebersihan tempat. Limbah yang dihasilkan dari
dengan judul