Anda di halaman 1dari 8

MANFAAT DAN EKSTRAKSI SENYAWA DALAM TUMBUHAN

MENIRAN(Phyllanthus niruri Linn)

1. Tanaman Meniran

Klasifikasi tanaman Meniran:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Marga : Phyllanthus

Jenis : Phylanthus niruri Linn.

Tanaman Obat Meniran sangat kaya akan berbagai kandungan kimia, antara lain:
phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin, nirtetrali, nirurin, nirurinetin, norsecurinine,
phyllanthenol, phyllnirurin, phylltetrin, quercitrin, quercetin, ricinoleic acid, rutin, salicylic acid
methyl ester, garlic acid, ascorbic acid, hinokinin, hydroxy niranthin, isolintetralin, dan
isoquercetin. Tumbuhan meniran secara kimia dicirikan antara lain oleh kandungan senyawa
turunan lignan, alkaloid, flavonoid, dan triterpenoid. Lignan, secara biogenetik adalah produk
kombinasi antara dua unit fenilpropan turunan asam sinamat, C6-C3. Dari berbagai jaringan
tumbuhan meniran telah berhasil ditemukan senyawa-senyawa lignan, dari jenis dibenzilbutan,
aril tetralin, dibenzilbutirolakton, dan jenis neolignan.
Lignan berupa zat padat hablur tanpa warna yang menyerupai senyawa aromatik
sederhana yang lain dalam sifat kimianya. Lignan tersebar luas di dunia tumbuhan, terdapat
dalam kayu, daun, eksudat, damar, dan bagian tumbuhan lain. Lignan terkadang dijumpai
sebagai glikosida. Lignan digunakan sebagai antioksida dalam makanan. Selain itu lignan juga
merupakan kandungan kimia yang aktif dalam tumbuhan obat tertentu. Lignan dapat diekstraksi
dengan aseton atau etanol dan seringkali diendapkan sebagai garam kalium yang sukar larut.

2. Senyawa Target (Chemical Marker)

Filantin:
H
OH3C
CH3O

CH3O

OH3C
H

CH3O

CH3O

Struktur Filantin (4-[(2S,3S)-3-[(3, 4-dimetoksifenil)metil]-4-metoksi-2-(metoksimetil) butil]-1,


2-dimetoksibenzen, rumus molekul : C24H34O6, BM : 418,53)

Filantin merupakan salah satu komponen utama Phylanthus niruri Linn yang memiliki
aktivitas melindungi hati dari zat toksik (antihepatotoksik) baik berupa parasit, obat-obatan, virus
maupun bakteri (Houghton et al., 1996). Pada penelitian lain juga menunjukkan bahwa filantin
yang diisolasi dari ekstrak heksan P. niruri L. menunjukkan aktivitas melindungi sel hepatosit
hati dari karbon tetraklorida dan sitotoksitas yang diinduksi dengan galaktosamin.

3. Khasiat tanaman meniran sebagai obat:


a) Antibakteri.

Ekstrak metanol daun Meniran mempunyai efek antibakteri paling tinggi terhadap bakteri
Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia colli, dan Pseudomonas aeruginosa. Efek
ini disebabkan senyawa antibakteri pada Meniran seperti phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin,
dan nietetralin. Ekstrak petroleum eter dari batang, daun, dan akar Meniran juga menunjukkan
efek antifungi.

b) Pelarut asam urat dan batu ginjal.

Kandungan flavonoid dan glikosida flavonoid adalah senyawa yang paling sering digunakan
dalam pengobatan asam urat dan batu ginjal. Karena itu, Meniran yang kaya akan senyawa
flavonid, dapat digunakan untuk mengobati asam urat dan batu ginjal.

Di dalam tubuh, flavonoid akan berikatan dengan kalsium dari batu ginjal lalu membentuk
senyawa kompleks kelat yang mudah larut. Ion-ion Na dan K dalam Meniran akan berikatan
dengan asam urat membentuk senyawa garam yang mudah larut dalam air sehingga asam urat
yang telah mengkristal di dalam darah dan ginjal akan terlarut secara perlahan dan kemudian
akan dikeluarkan melalui air seni.

Meniran juga bersifat diuretik (membantu keluarnya air seni). Dengan cara tersebut, Meniran
digunakan untuk mengatasi asam urat dan batu ginjal ataupun penyakit lain yang disebabkan
oleh asam urat seperti rematik gout.

c) Immunomodulator.

Penelitian terbaru menyingkapkan bahwa Meniran memiliki aktivitas immunomodulator.


Immunomodulator berperan membuat sistem tubuh lebih aktif menjalankan tugasnya, termasuk
menguatkan sistem imun/sistem kekebalan tubuh. Jika sistem imun meningkat, maka daya tahan
tubuh terhadap serangan berbagai bakteri dan virus juga meningkat.

Sistem kekebalan tubuh bekerja dengan 3 cara. Pertama, menghalangi masuknya bakteri dan
virus ke dalam tubuh. Kedua, jika bakteri dan virus berhasil masuk ke dalam tubuh, sistem
kekebalan tubuh akan mendeteksinya dan melakukan proses eliminasi sebelum bakteri dan virus
tersebut berkembang biak dan menyebabkan penyakit. Ketiga, jika bakteri dan virus terlanjur
berkembang biak, maka sistem kekebalan tubuh akan memberantasnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Meniran dapat memodulasi sistem imun melalui
proliferasi (penyebaran) dan aktivasi limfosit T dan B, apabila perlawanan sistem kekebalan
alami kita tidak mencukupi. Limfosit T dan B bekerja menurut jenis serangan virus dan bakteri
yang terjadi. Selain itu, Meniran juga berfungsi mengaktivasi sel fagositik seperti monosit dan
makrofag yang bertugas memberikan potongan patogen (agen biologis penyebab penyakit)
kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dikenali dan dibunuh.

Karena bersifat immunomodulator, Meniran dapat digunakan untuk memperkuat sistem


kekebalan tubuh terhadap bakteri, virus, dan mikroba penyebab penyakit sehingga dapat
mencegah berbagai penyakit yang disebabkan bakteri, virus, ataupun mikroba.
d) Antikanker.

Kemampuan Meniran sebagai immunostimulator membantu merangsang aktivitas sel natural


killer (NK) dan sel killer (K). Jika toksisitas kedua sel tersebut meningkat, sel-sel yang
mengalami mutasi dan abnormal (sel kanker) akan dihancurkan oleh keduanya.

e) Antidiabetes.

Phyllanthin dan hypophyllanthin merupakan komponen utama yang diduga berperan aktif
dalam penurunan kadar gula darah. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian terhadap tikus
yang sudah diinduksi aloksan (zat kimia yang diberikan untuk memicu kondisi diabetes pada
hewan percobaan). Ternyata, tikus yang diberi ekstrak Meniran menurun kadar gula darahnya.
Meniran terbukti berperan sebagai antidiabetes.

f) Hepatoprotektor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Meniran juga berfungsi sebagai hepatoprotektor.


Sekelompok tikus diinjeksi karbon tetraklorida (zat penginduksi hepatotoksik). Ternyata, yang
diberi air rebusan Meniran mengalami perbaikan organ liver. Meniran mengandung senyawa
antihepatotoksik seperti filantin, hipofilantin, triakontanal, dan trikontanol.Selain itu, senyawa
phyllanthus dalam Meniran juga diketahui bekerja sebagai pelindung hati (hepatoprotektor)
dengan cara menyabotase DNA polimerasi (enzim yang diperlukan virus hepatitis untuk
bereplikasi/menggandakan diri). Dalam sebuah penelitian di India, 59% pasien yang menderita
infeksi hepatitis B menunjukkan kadar HBV infection yang makin kecil setelah mengonsumsi
Meniran selama 1 bulan.

g) Hepatitis kronis.

Hasil uji klinis di RS Soetomo membuktikan bahwa Meniran berkhasiat mengatasi hepatitis
B. Pasien hepatitis kronis diberi sebuah kapsul Meniran 3 kali sehari selama sebulan. Ekstrak
Meniran dapat memodulasi sistem imun melalui proliferasi dan aktivasi limfosit T dan B. Sekresi
TNF- dan IFN- pun meningkat. Efek akhirnya, indikasi kesembuhan hepatitis. Meniran
mendorong mekanisme perbaikan sel-sel hati dengan cara meningkatkan jumlah enzim yang
berperan sebagai antioksidan.

h) Antituberkulosis.

dr. Zulkifi Amin, pakar imunologi TBC dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
sepanjang tahun 2000 melakukan uji klinis Meniran terhadap penderita tuberkulosis. Uji klinis
melibatkan 60 penderita usia 15-55 tahun. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing
terdiri atas 30 anggota. Kedua kelompok tetap diberikan obat-obatan anti TBC. Bedanya, 1
kelompok diberi juga tambahan kapsul ekstrak Meniran 50 mg. Frekuensi 3 kali sehari masing-
masing 1 kapsul. Selama 2 bulan keadaan mereka terus dipantau.
Pada minggu pertama efek Meniran terlihat sangat nyata. Jumlah bakteri tahan asam (BTA, salah
satu indikator TBC) pada pasien yang mengonsumsi Meniran berkurang nyata pada minggu
pertama. Perbedaan jumlah BTA antara pasien yang mengonsumsi Meniran dengan yang tidak
sangat signifikan. Meniran membantu meningkatkan kadar imunitas penderita TB dengan cara
meningkatkan CD4 limfosit T dan rasio CD4/CD8 limfosit T.

i) Penyakit kulit.

Konsumsi Meniran juga berguna sebagai terapi tambahan penyakit kulit seperti lepra dan
herpes zoster. Ekstrak Meniran bekerja dengan cara meningkatkan sistem imunitas seluler.
Dengan kata lain, Meniran mendorong limfosit T makin aktif bekerja. Herpes zoster berkembang
biak dengan leluasa saat sistem imunitas tubuh melemah.

Sedangkan lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri
tersebut menyerang kulit dan susunan syaraf tepi sehingga kemampuan penderita lepra untuk
merasakan rangsangan berupa sentuhan, panas, dingin, nyeri akan menurun. Dalam dunia medis,
pasien lepra akan diberi antibiotik untuk menahan laju perkembangan penyakit.

Makin berat infeksi, makin lama pengobatan antibiotik dilakukan sehingga tak jarang muncul
efek samping obat berupa ruam pada kulit, anemia, atau kerusakan hati. Dengan mengonsumsi
Meniran yang berfungsi sebagai immunomodulator, sistem kekebalan tubuh akan dipacu dan
proses kesembuhan akan terjadi lebih cepat.

4. Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Tanaman Meniran


(Phyllanthus niruri Linn) dengan Metode Kromatrografi Lapis Tipis.

Flavonoid yang merupakan salah satu metabolit sekunder dari tumbuhan, dilaporkan
memiliki aktivitas biologi antara lain sebagai anti mikroba, anti virus, anti jamur, obat infeksi
pada luka, mengurangi pembekuan darah dalam tubuh, mempercepat pembekuan darah di luar
tubuh, anti kanker dan anti tumor (Harborne, 1987).

Dalam pemisahan senyawa flavonoid umumnya dilakukan dengan menggunakan metode


ekstraksi secara maserasi dengan menggunkan pelarut organik umum yaitu metanol dan etanol,
selanjutnya diidentifikasi menggunakan kromatografi Lapis Tipis (KLT).

METODE

a. Bahan

Bahan kimia yang digunakan meliputi: etanol, n-heksan, kloroform, pelat KLT silika gel GF254,
berbagai pereaksi uji flavonoid seperti natrium hidroksida, asam sulfat pekat, dan magnesium,
asam klorida pekat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan meniran jenis
meniran hijau (Phyllanthus niruri Linn) yang tumbuh liar.

b. Metode Penelitian

Penyiapan sampel

Tumbuhan meniran (seluruh bagian tumbuhan : akar, batang, daun) dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan di udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung. Setelah
kering kemudian diblender hingga halus selanjutnya ditimbang 100 gram untuk selanjutnya
diekstraksi.

Ekstraksi dan fraksinasi

Sampel yang berupa serbuk halus sebanyak 100 gram diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol. Proses maserasi dilakukan selama 3x24 jam, dimana setiap 24 jam
ekstrak disaring dan dimaserasi dengan pelarut etanol yang baru. Ekstrak yang diperoleh dari 3
kali maserasi tersebut kemudian disatukan dan kemudian dipekatkan menggunakan evaporator
hingga pelarut menguap dan terpisah sehingga diperoleh ekstrak kental etanol. Ekstrak kental
etanol disuspensikan dengan air dan difraksinasi dengan n-heksan-air dengan perbandingan (3:1)
sehingga diperoleh dua lapisan yaitu lapisan air dan lapisan n-heksan. Lapisan n-heksan
dipisahkan selanjutnya dipekatkan dengan evaporator hingga diperoleh fraksi kental n-heksan.
Lapisan air yang telah dipisahkan difraksinasi kembali dengan kloroform sampai terbentuk dua
lapisan. Lapisan kloroform dipisahkan dari lapisan air kemudian dipekatkan hingga diperoleh
fraksi kental kloroform. Lapisan air difraksinasi kembali dengan etil asetat sampai terbentuk dua
lapisan. Lapisan etil asetat dipisahkan dari lapisan air selanjutnya dipekatkan dengan evaporator
untuk mendapatkan fraksi kental etil asetat.

Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan dengan cara melarutkan sejumlah kecil ekstrak kental ke dalam
etanol 95% selanjutnya dibagi menjadi 4 tabung. Tabung 1 sebagai kontrol, tabung 2, 3, dan 4
berturut-turut ditambahkan pereaksi flavonoid seperti natrium hidroksida, asam sulvat pekat,
bubuk magnesium-asam kloroda pekat. Uji positif flavonoid ditandai dengan berbagai perubahan
warna yang khas untuk setiap jenis flavonoid.

Analisis dan Identifikasi dengan KLT

Ekstrak kental etanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat dilakukan
pemisahan komponennya menggunakan teknik Kromatografi Lapis Tipis. Ekstrak kental etanol,
fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat dianalisis dengan KLT (Silika GF254 tebal
0,2 mm, panjang 6,5 cm dengan jarak elusi 5,3 cm). Fasa gerak yang digunakan yakni campuran
metanol : kloroform (1 :9) dan (1:1). Selanjutnya semua hasil analisis KLT dihitung faktor
retensinya (Rf).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi dan Fraksinasi

Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut yang dapat
melarutkan senyawa organik yang terkandung dalam sampel. Sampel meniran kering ditimbang
100 gram selanjutnya dimaserasi dengan pelarut etanol. Maserasi dilakukan selama 3x24 jam.
Dimana setiap 24 jam pelarut diganti dengan etanol yang baru. Proses ekstraksi dengan cara
maserasi ini bertujuan untuk mengekstrak komposisi kimia yang terkandung di dalam sampel.
Sedangkan penggunaan pelarut etanol adalah dengan tujuan untuk melarutkan semua komponen-
komponen kimia yang polar maupun non polar. Hal ini disebabkan karena etanol merupakan
pelarut yang bersifat universal, sehingga senyawa-senyawa kimia mulai dari yang kurang polar
sampai dengan polar dapat larut.

Hasil yang diperoleh dari 3 kali maserasi disatukan selanjutnya dipekatkan dengan
evaporator hingga pelarut menguap hingga diperoleh ekstrak kental etanol. Ekstrak kental etanol
yang diperoleh kemudian di uji fitokimia dengan menggunakan berbagai pereaksi flavonoid.
Hasil uji fitokimia menunjukkan meniran positif mengandung senyawa flavonoid. Ekstrak
selanjutnya disuspensi ke dalam 20 mL air, selanjutnya dilakukan partisi berturut-turut dengan 60
mL n-heksan, 60 mL kloroform dan 60 mL etil asetat. Partisi untuk masing-masing pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Penggunaan pelarut tersebut berdasarkan kenaikan polaritas
pelarut (Monache, 1996 dalam Bialangi, 2002). Dimana etil asetat lebih polar dibanding
kloroform dan n-heksan. Ekstraksi ketiga pelarut yang diperoleh selanjutnya dipekatkan pada
evapodator hingga diperoleh fraksi kental n-heksan, fraksi kental kloroform dan fraksi kental etil
asetat. Fraksi kemudian di uji fitokimia menggunakan berbagai pereaksi flavonoid.

Analisis dan Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis

Ekstrak kental etanol dan masing-masing fraksi yang diperoleh yakni fraksi n-heksan,
fraksi kloroform, fraksi etil asetat selanjutnya diidentifikasi dengan metode Kromatografi Lapis
Tipis. Caranya dengan menotolkan sampel menggunakan pipet mikro pada lempeng tipis silika
gel GF254 dengan pengembang (eluen) metanol : kloroform (1 : 9) dan (1 : 1). Semua hasil
analisis kromatografi lapis tipis kemudian dihitung nilai faktor retensi (Rf)-nya.
MANFAAT DAN DAN EKSTRAKSI SENYAWA DALAM
TUMBUHAN MENIRAN(Phyllanthus niruri Linn)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Obat
Tradisional yang di ampu oleh Bapak Dr.Khairul Anam M.Si.
Disusun oleh:
Rizki Kurniasih
J2C009006

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011

Anda mungkin juga menyukai