Anda di halaman 1dari 32

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIV/AIDS

PERIODE TAHUN 2014 2015


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGALIYAN
Periode 29 Juni 18 Juli 2015
Laporan Kesehatan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Ngaliyan
Periode Kepaniteraan 15 Juni 2015 15 Agustus 2015

Oleh :
Wiyata Rahmawan 01.207.5430
Rio Aditya Kurniawan 01.209.6007
Anindya Koniek Oktaviarum 01.210.6080
Rasyidafdola Gistadevhadi 01.211.6494

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015

1
2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HIV/AIDS


PERIODE TAHUN 2014 2015
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGALIYAN
Periode 29 Juni 18 Juli 2015
Laporan Kesehatan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Ngaliyan
Periode Kepaniteraan 15 Juni 2015 15 Agustus 2015

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Wiyata Rahmawan 01.207.5430


Rio Aditya Kurniawan 01.209.6007
Anindya Koniek Oktaviarum 01.210.6080
Rasyidafdola Gistadevhadi 01.211.6494

telah dinyatakan memenuhi syarat


Mengetahui
Kepala Puskesmas Ngaliyan Pembimbing Kepanitraan IKM

dr. Wahidah N., M.Kes dr. Joyce J. Maya

Koordinator Pendidikan IKM FK Unissula

Siti Thomas Z, S. KM, M. Kes

Semarang, Agustus 2015


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
3

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
kasus mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian HIV/AIDS di
wilayah kerja puskesmas Ngaliyan berdasarkan pendekatan HL- Blum periode
Juni-Juli 2015.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka
menjalankan Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat
data hasil kunjungan pasien dengan HIV/AIDS di puskesmas Ngaliyan.
Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1.dr. Wahidah N., M.Kes selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan yang telah
memberikan bimbingan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Ngaliyan, Semarang.
2.dr. Joyce J. Maya selaku pembimbing Kepanitraan IKM di Puskesmas
Ngaliyan yang telah memberikan bimbingan dan pelatihan selama kami
menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Ngaliyan, Semarang.
3.Paramedis, beserta Staf Puskesmas Ngaliyan atas bimbingan dan kerjasama
yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat
berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus HIV/AIDS di wilayah
kerja puskesmas Ngaliyan Semarang berdasarkan pendekatan HL Blum periode
Juni-Juli 2015 di puskesmas Ngaliyan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Agustus 2015


Penyusun
4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
PRAKATA .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan penelitian ................................................................. 4
1.3.1 Tujuan umum .......................................................... 4
1.3.2 Tujuan khusus ......................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa ......................................... 4
1.4.2 Manfaat bagi masyarakat ......................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6
2.1 Definisi ................................................................................. 6
2.2 Etiologi ................................................................................. 6
2.3 Faktor Risiko ........................................................................ 8
2.4 Patofisilogi ............................................................................ 8
2.5 Manifestasi Klinis ................................................................. 10
2.6 Diagnosa ............................................................................... 10
2.7 Penatalaksanaan .................................................................... 12
2.8 Komplikasi ........................................................................... 16
BAB III ANALISA SITUASI ................................................................. 17
3.1 Cara dan Waktu Pengamatan ................................................ 17
3.2 Gambaran Umum ................................................................. 17
3.3 Hasil pengamatan ................................................................. 18
3.3.1 Identitas pasien ............................................... 18
3.3.2 Keluhan Pasien ............................................... 18
3.3.3 Anamnesis ...................................................... 18
5

3.3.4 Pemeriksaan Fisik .......................................... 19


3.3.5 Data Perkesmas .............................................. 22
3.3.6 Data Lingkungan ........................................... 22
3.3.7 Data Perilaku .................................................. 23
3.3.8 Data Pelayanan Kesehatan Terdekat .............. 23
3.3.9 Data Genetika................................................. 24
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................... 25
4.1 Analisa Penyebab Masalah .................................................. 25
4.2 Ulasan Mengenai teori dan penelitian yang ada ................... 26
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah ............................................ 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 31
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 31
5.2 Saran ..................................................................................... 31
5.2.1 Untuk pasien ................................................................. 31
5.2.2 Untuk Puskesmas .......................................................... 32
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 34
LAMPIRAN ....................................................................................... 36
6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit infeksi Human Immunodeficiecy Virus/Acquired


Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) sampai saat ini cukup banyak
didunia (Karmakar et al., 2011). Penyakit HIV/AIDS telah mengkhawatirkan
masyarakat dunia, karena belum ditemukan obat dan vaksin untuk pencegahan
yang mana juga memiliki window period dan fase asimptomatik (tanpa gejala)
yang relatif panjang (Azikin, 2009). Pola perkembangan HIV/AIDS seperti
fenomena gunung es (Azikin, 2009), yang mana jumlah kasus yang dilaporkan
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kasus yang sebenarnya terjadi
(Komisis Penanggulangan AIDS, 2009). Pada hal ini HIV/AIDS menyebabkan
krisis multidimensi secara bersamaan di suatu negara sehingga memerlukan
respon dan layanan pengobatan serta pelayanan individu yang terinfeksi HIV
(Djoerban, 2009).
HIV adalah virus yang menyerang pada limfosit T-helper sehingga
sistem kekebalan tubuh akan menurun (Columbia University Pers, 2014).
Kekebalan tubuh yang menurunkan yang ditandai dengan penurunan CD4+
akan menyebabkan orang tersebut rentan untuk terkena penyakit lain
(Wahyuningsih, 2009 & Brown, 2005).
Hasil Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia dalam triwulan I (Januari-
Maret) 2014 tercatat sebanyak 6.626 orang terinfeksi HIV dan 308 sudah pada
tahap AIDS (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2014). Secara kumulatif menurut
Kemenkes RI dari tahun 2005 sampai dengan Desember 2013 tercatat sebanyak
127.427 orang terinfeksi HIV dan 52.348 menderita AIDS. Jawa Tengah masuk
peringkat ke-7 untuk kasus HIV dengan jumlah penderita sebanyak 5.882 orang
dan 3.339 orang untuk penderita AIDS. HIV/AIDS merupakan masalah
kesehatan global dan menjadi salah satu program MDGs (Milenium
7

Development Goals) 2015 yakni pada MGDs ke 6 yaitu pengendalian tentang


HIV/AIDS, malaria dan penyakit infeksi lainnya (KEMENKES RI, 2013).
Data angka kejadian HIV/AIDS di Puskesmas Ngaliyan terdapat 5
kasus. Berdasarkan dari hasil tersebut kemungkinan angka jumlah penderita
HIV/AIDS masih akan mengalami peningkatan pada tahun - tahun selanjutnya,
oleh karena itu kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Unissula Semarang di puskesmas Ngaliyan ingin mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit HIV/AIDS.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan rumusan


masalah sebagai berikut :
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan angka kejadian
HIV/AIDS di wilayah kerja puskesmas Ngaliyan berdasarkan pendekatan
HL Blum.
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang


berpengaruh terhadap peningkatan angka kejadian HIV/AIDS di
wilayah kerja puskesmas Ngaliyan berdasarkan pendekatan HL Blum.
1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku


yang mempengaruhi terjadinya HIV/AIDS.
1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan
kesehatan yang mempengaruhi terjadinya HIV/AIDS.
1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor keturunan
yang mempengaruhi terjadinya HIV/AIDS.
1.3.2.4. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan
yang mempengaruhi terjadinya HIV/AIDS.
1.4 Manfaat
8

1.4.1. Manfaat bagi mahasiswa


1.4.1.1. Memberi informasi ilmiah untuk memperkaya ilmu.
1.4.1.2. Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut
1.5.2. Manfaat bagi masyarakat
1.5.2.1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan.
1.5.2.2. Memberi masukan kepada tenaga kesehatan untuk lebih
memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif
dan preventif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
HIV adalah singkatan Human Immunodefisiency Virus yaitu virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh rentan
terhadap berbagai penyakit. HIV telah ditetapkan sebagai agens penyebab acquired
Immune Deficiency Syndrom (AIDS). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis
tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia Anderson Price,
2006). Definisi AIDS telah meliputi jumlah CD4 kurang dari 200 sebagai criteria
ambang batas. Sel CD4 adalah bagian dari limposit dan satu target sel dari infeksi
HIV.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat
pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional
pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV. Human Immunodeficiency
Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan
partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel
target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor
untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat
berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel
dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV
selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama
hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu
bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris
tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase
dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp
41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan.

9
10

Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV
termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar
matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton,
alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi
dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan
mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag
dan sel glia jaringan otak (Siregar,2008).
2.3 PATOGENESIS HIV(4)
Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T helper/induser
yang mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limfosit T 4 merupakan pusat dan sel
utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi
fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi
karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi
pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4. Setelah HIV mengikat diri
pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya
kemudian dengan enzym reverse transcryptase ia merubah bentuk RNA agar dapat
bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan
mengundang bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi
irreversibel dan berlangsung seumur hidup. Pada awal infeksi, HIV tidak segera
menyebabkan kematian dari sel yang di infeksinya tetapi terlebih dahulu
mengalami replikasi (penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk berkembang
dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan atau
merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit T4. setelah beberapa bulan
sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan terlihat gejala klinis
sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa antara terinfeksinya HIV dengan
timbulnya gejala-gejala penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari
10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa. Masa
inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai
dengan menunjukan gejala gejala AIDS. Pada fase ini terdapat masa dimana
virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3
bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa window period .Infeksi
11

oleh virus HIV menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan
daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena penyakit-
penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan
jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi. HIV
mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan
neurologis (Siregar, 2008)
2.4 GEJALA KLINIS
Penyakit ini disertai kumpulan gejala (syndrome) antara lain gejala infeksi dan
penyakit oportumistik yang timbul akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita.
Menurunnya kekebalan menjadikan penderita rentan terhadap infeksi oportunitik
dimana infeksi mikroorganisme yang dalam keadaan normal bersifat apatogen.
Pada penderita AIDS mikroorganisme yang bersifat apatogen dapat menjadi
pathogen (Syamsuridjat, 2001).
Adapun yang termasuk gejala mayor yaitu:
a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b) Diare kronik berlangsung lebih dari 1 bulan
c) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d) Penurunan kesadaran dan gangguan Neorologis
e) Demensia atau HIV ensepalopati

Sedangkan yang termasuk gejala minor :

a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan


b) Dermatitis generalisata yang gatal
c) Adanya Herpes Zoster Multisegmental dan atau berulang
d) Kandidiasis orofariengeas
e) Herpes Simpleks kronik progresif
f) Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening)
g) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin.

(Syamsuridjal, 2001)
12

Gejala dan tanda klinis yang patut diduga infeksi HIV menurut WHO SEARO
2007:
a) Keadaan umum :
1. Kehilangan berat badan > 10% dari berat badan dasar
2. Demam (terus menerus atau intermitten, temperatur oral > 37,5oC) yang
lebih dari satu bulan,
3. Diare (terus menerus atau intermitten) yang lebih dari satu bulan.
4. Limfadenopati meluas
b) Kulit :
Post exposure prophylaxis (PPP) dan kulit kering yang luas merupakan dugaan
kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti kulit genital (genital warts),
folikulitis dan psoriasis sering terjadi pada orang dengan HIV/AIDS(ODHA)
tapi tidak selalu terkait dengan HIV.
c) Infeksi
1. Infeksi Jamur : Kandidiasis oral, dermatitis seboroik, kandidiasis vagina
berulang
2. Infeksi viral : Herpes zoster,
3. herpes genital (berulang), moluskum kotangiosum, kondiloma.
4. Gangguan pernafasan : batuk lebih dari 1 bulan, sesak nafas, tuberkulosis,
pneumonia berulang, sinusitis kronis atau berulang
5. Gejala neurologis : nyeri kepala yang makin parah (terus menerus dan tidak
jelas penyebabnya), kejang demam, menurunnya fungsi kognitif
2.5 PENULARAN HIV/AIDS

Penularan utama HIV dapat melalui beberapa cara yaitu melalui hubungan seksual,
pemindahan darah atau produk darah, proses penyuntikan dengan alat-alat yang yang
terkontaminasi darah dari penderita HIV dan juga melalui transmisi vertikal dari ibu
ke anak. Sekali terinfeksi, maka orang tersebut akan tetap terinfeksi dan dapat menjadi
infeksius bagi orang lain (Rook et al, 2005).
1. Penularan seksual
13

Penularan seksual merupakan cara infeksi yang paling utama diseluruh dunia, yang
berperan lebih dari 75% dari semua kasus penularan HIV (Mitchell dan Kumar, 2007).
Penularan seksual ini dapat terjadi dengan hubungan seksual genitogenital ataupun
anogenital antara heteroseksual ataupun homoseksual. Risiko seorang wanita
terinfeksi dari laki-laki yang seropositif lebih besar jika dibandingka n seorang laki-
laki yang terinfeksi dari wanita yang seropositif (Rook et al 1998).
2. Transfusi darah dan produk darah
HIV dapat ditularkan melalui pemberian whole blood, komponen sel darah, plasma
dan faktor-faktor pembekuan darah. Kejadian ini semakin berkurang karena sekarang
sudah dilakukan tes antibodi-HIV pada seorang donor. Apabila tes antibodi dilakukan
pada masa sebelum serokonversi maka antibodi HIV tersebut tidak dapat terdeteksi
(Rook et al, 1998)
3. Penyalah guna obat-obat intravenaPenggunaan jarum suntik secara bersama-sama
dan bergantian semakin
meningkatkan prevalensi HIV/AIDS pada pengguna narkotika. Di negara maju, wanita
pengguna narkotika jarum suntik menjadi penularan utama pada populasi umum
melalui pelacuran dan transmisi vertikal kepada anak mereka (Rook et al, 1998).
4. Petugas Kesehatan
Menurut Murtiastutik (2008) petugas kesehatan sangat berisiko terpapar bahan
infeksius termasuk HIV. Berdasarkan data yang didapat dari 25 penelitian retrospektif
terhadap petugas kesehatan, didapatkan rata-rata risiko transmisi setelah tusukan jarum
ataupun paparan perkutan lainnya sebesar 0,32% (CI 95%) atau terjadi 21 penularan
HIV setelah 6.498 paparan, dan setelah paparan melalui mukosa sebesar 0,09% (CI
95%).
5. Maternofetal
Sebelum ditemukan HIV, banyak anak yang terinfeksi dari darah ataupun produk
darah atau dengan penggunan jarum suntik secara berulang. Sekarang ini, hampir
semua anak yang menderita HIV/AIDS terinfeksi melalui transmisi vertikal dari ibu
ke anak. Diperkirakan hampir satu pertiga (20-50%) anak yang lahir dari seorang ibu
penderita HIV akan terinfeksi HIV. Peningkatan penularan berhubungan dengan
rendahnya jumlah
14

CD4 ibu. Infeksi juga dapat secara transplasental, tetapi 95% melalui transmisi
perinatal (Rook et al, 1998).
6. Pemberian ASI
Peningkatan penularan melalui pemberian ASI pada bayi adalah 14%. Di negara maju,
ibu yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan memberikan ASI kepada bayinya (Rook
et al, 1998)
15

BAB III
ANALISA SITUASI

3.1.Cara dan Waktu Pengamatan

Cara pengamatan dilakukan dengan pengumpulan data primer dari

wawancara dan data sekunder dengan menggunakan rekam medik.

Pengamatan tidak dilakukan di rumah penderita (Home Visit) dikarenakan

pasien belum melakukan open status ke keluarga.

3.2. Gambaran Umum

Wilayah kerja puskesmas Ngaliyan terletak dibagian barat dari kota

Semarang berada di kelurahan Ngaliyan di wilayah kecamatan Ngaliyan.

Kecamatan terdiri dari 6 kelurahan dengan 2 puskesmas pembantu yaitu

puskesmas Beringin dan puskesmas Podorejo. Wilayah kerja puskesmas

ngaliyan mempunyai luas wilayah 1.970.838 Ha.

Puskesmas Ngaliyan mempunyai 7 kelurahan binaan yaitu :

Tabel kelurahan Binaan


NO Kelurahan Binaan JML L P JML
Penduduk KK
1 Ngaliyan 12.878 6382 6496 3217
2 Bambankerep 4.990 2473 2517 1158
3 Gondoriyo 5.662 2806 2856 1690
4 Beringin 14.127 7001 7126 3147
5 Podorejo 7450 3692 3758 2307
6 Wates 4204 2084 2120 1149
TOTAL 49311 12668
16

RTP puskesmas, 2013

3.3.Hasil Pengamatan
3.3.1. Data Pasien

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Asisten Apotek
Agama : Islam
Alamat : Beringin RT:01/RW:01
Tanggal Berobat : 6 Agustus 2015
Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Farmasi
II. Anamnesa

A. Keluhan Utama :

Tidak terdapat keluhan utama

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Penderita tidak merasakan adanya keluhan yang berarti.


Tidak terdapat penurunan berat badan yang berarti.
Penderita pertama kali mengetahui bahwa ternyata
mempunyai penyakit HIV adalah pada bulan Desember 2014
melalui skrining yang dilaksanakan di Puskesmas Ngaliyan,
selanjutnya penderita melakukan pemeriksaan TBC di
Rumah Sakit Tugu. Hasil yang didapatkan melalui foto
rongent adalah TB aktif, sehingga penderita (+) TBC.
Penderita telah melakukan pengobatan TBC selama 7 bulan,
karena memiliki alergi obat pirazinamid dan rifampisin
sehingga pengobatan diperpanjang menjadi 1 tahun. Untuk
17

pengobatan ARV telah dijalani selama 5 bulan. Pengobatan


ARV dilakukan setelah 1-2 bulan pengobatan TBC.

Penderita sudah menikah dua kali, dengan suami


pertama dikaruniai seorang anak perempuan yang sekarang
berusia 9 tahun sedangkan dengan suami keduanya
dikaruniai seorang anak laki-laki berusia 7 tahun. Penderita
menduga bahwa tertular HIV dari suami keduanya yang
bekerja sebagai entertaint di salah satu group musik. Karena
batuk terus menerus, riwayat merokok yang kuat, dan ada
banyak sayatan di daerah pergelangan tangan. Pertama kali
bertemu dengan suami keduanya di Jakarta, yang merupakan
seorang duda yang istri pertamanya pernah sakit yang sampai
terlihat sangat kurus dan sudah meninggal beberapa tahun
yang lalu hingga saat ini masih tidak diketahui penyakitnya.
Penderita sudah berpisah dengan suami keduanya sejak anak
kedua berusia 5 bulan dan sekarang tinggal di Semarang
bersama dengan kedua orang tua serta dua adiknya dan dua
anaknya.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :

Penderita tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.


Tidak konsumsi alkohol, narkoba dan merokok. Tidak
terdapat riwayat penyakit DM. Tidak terdapat riwayat
penyakit jantung. Tidak terdapat riwayat hipertensi.
D. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak terdapat HIV/AIDS pada keluarga, penderita


masih belum melakukan open status kepada keluarga.
Selama ini penderita mengaku pada keluarga sedang
menjalani pengobatan TBC. Hal ini karena penderita masih
merasa khawatir dengan beban psikis pada keluarga.
18

Ayah penderita memiliki penyakit kencing manis dan


hipertensi.
E. Riwayat Sosio Ekonomi :

Penderita tinggal di Semarang bersama kedua orang tua,


kedua adiknya Ny. B berusia 28 tahun dan Tn. C yang
berusia 10 tahun, dan kedua anaknya yang berusia 9 tahun
dan 5 tahun. Anak kedua dari penderita yang juga (+) HIV
dan saat ini masih menjalani pengobatan, tetapi anaknya
masih belum tahu bahwa anak memiliki penyakit HIV.
III. Pemeriksaan Fisik

Status Present

Jenis kelamin : Perempuan


Usia : 32 tahun
Berat badan : 43 kg
Tinggi badan : 153 cm
KU/Kesadaran : Baik / Compos Mentis
Kepala : mesocephal
Rambut : kehitaman, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva palpebra anemis (-/-),
injeksi conjungtiva (-/-) sklera ikterik (-/-), refleks pupil
(+/+), mata cekung (-)
Telinga : Bentuk normal, simetris, discharge (-/-
), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik (-/-), tidak bengkak
Hidung : Simetris, nafas cuping (-), sekret (-/-),
epistaksis (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor
(-), gusi berdarah (-), Hiperemis (-/-), faring hiperemis (-
)
19

Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar


limfe, kaku kuduk (-)
Kulit : turgor kulit kembali cepat (< 2 detik),
tidak sianosis, ruam eritromakulopapular (-).
Dinding thorax

Paru :
Inspeksi : Hemithorax dextra sama dg sinistra
Auskultasi : SD Vesikuler, Wheezing (-),Ronkhi (-)
Palpasi : Stremfemitus dextra et sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
Dinding Abdoment

Inspeksi : bentuk datar, simetris


Auskultasi : peristaltik (+), Normal
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
Hepar : konsistensi kenyal, tidak ada
pembesaran, nyeri tekan (-), tepi tajam, permukaan rata
Lien : tidak teraba
Anggota Gerak :

Atas (kanan/kiri) Bawah


(Kanan/Kiri)
Oedem < 2 < 2

Akral dingin -/- -/-


20

R. Fisiologis +/+ +/+

R. Patologis -/- -/-

Ptechie -/- -/-

Pemeriksaan penunjang:

Tes CD4 :

Diagnosis Kerja

Assesment : HIV

Terapi

Non farmakologi :

Konsumsi makanan yang bergizi.

Farmakologi

R/ Duviral tab No. X

S.2dd I. Pc

R/ Efavirens tab No. X

S.1dd I. Pc

3.3.2. Data Keluarga

Identitas keluarga

Tabel 2.1. Data Identitas Anggota Keluarga


21

No Nama Hub. Dgn Jenis umur Pend. Pekerjaan


pasien kelamin
1 Ny. A Pasien perempuan 32 th SMF Asisten
Apotek
2 XX Anak Perempuan 9 th SD Pelajar

3 XY Anak Laki-laki 7 th SD Pelajar

3.3.3. Data Lingkungan

a. Data individu

Penderita umur 32 tahun, seorang asistem apoteker di pustu.


Tinggal bersama orang tua, kedua adik kandung dan kedua anaknya.
b. Ekonomi

Penderita telah bekerja sebagai asisten apoteker di wilayah


Ngaliyan selama beberapa tahun 5 tahun, setelah itu dipindah tugaskan
ke daerah beringin sampai sekarang. Kebutuhan sehari-hari masih
bergantung dengan orang tua dikarenakan penghasilan yang belum
mencukupi untuk memebuhi kebutuhan sehari-hari.
Penderita pernah melamar kerja disalah satu Rumah Sakit
swasta akan tetapi sampai sekarang masih belum mendapatkan
panggilan untuk melakukan tes selanjutnya.
c. Lingkungan rumah

Lingkungan rumah pasien tidak diketahui dikarenakan tidak


melakukan home visit. Pasien masih belum open status kepada keluarga
mengenai penyakit yang diderita
d. Masyarakat

Penderita pada saat didiagnosis mengalami penyakit HIV


menjadi orang yang sangat minder, suka menyendiri, dan merasa
terkucilkan. Tapi akhirnya penderita mulai mencari komunitas-
22

komunitas online sehingga sekarang menjadi seseorang yang bisa


menerima keadaannya sekarang. Penderita sangat aktif di komunitas
online di facebook dari komunitas di Indonesia maupun komunitas di
Luar Negeri, Komunitas di Hangouts dan Komunitas Dukungan
Sebaya (KDS) di Rumah Sakit Tugu yang selalu dilaksanakan pada
setiap awal bulan pada hari kamis. Penderita open mind sekali dengan
statusnya kepada orang baru.
3.3.4. Data Perilaku

Sebelum mengetahui bahwa dirinya menderita HIV penderita


tidak melakukan hubungan sexual selain dengan suami dan tidak
melakukan rutinitas khusus, baik dalam hal makanan dan perilaku.
3.3.5. Data Pelayanan Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terdekat adalah puskesmas Ngaliyan


dan Rumah Sakit Tugu. Cara tempuh menggunakan naik motor atau
angkutan kota dengan waktu tempuh 10 menit
3.3.6. Data Genetik
23

: Laki-laki : Anak laki-laki HIV

: Wanita : Pasien HIV

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Analisa Penyebab Masalah


Faktor-faktor yang mendukung penderita mengalami HIV menggunakan

pendekatan HL BLUM, didapatkan data bahwa lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan genetika/kependudukan dapat mempengaruhi terjadinya HIV:

Gambaran Proses dan Masalah yang Diamati

Pendekatan HL BLUM
24

4.2. Ulasan mengenai teori dan penelitian yang ada


Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian HIV/AIDS

1. Genetik

Penyakit HIV tidak dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecuali

penularan yang terjadi dari ibu ke anak melalui persalinan normal dan

ASI.

2. Usia

Pada saat ini penderita HIV tidak memandang usia. Mulai dari

bayi sampai orang dewasa bisa terkena HIV. Pada bayi terjadi

penularan langsung dari ibu yang (+) menderita HIV baik melalui

dalan lahir ataupun ASI.

3. Perilaku

a. Gaya Hidup

Gaya hidup menjadi faktor yang paling berperan dalam

penularan HIV. Dewasa ini seperti gaya hidup seks bebas yang

semakain merebak ke semua kalangan bahkan mulai saat remaja.

Selain itu penggunaan jarum suntik bersama juga meningkatkan

resiko tertularnya HIV. Sebagai pada pengguna narkoba dan pada

pembuatan tatoo yang menggunakan jarum tidak steril. Penularan

HIV juga dapat terjadi melalui donor darah.

b. Pola makan
25

Pola makan tidak mempengaruhi terjsadinya HIV. Tetapi

pola makan yang salah pada penderita yang terkena HIV dapat

menurunkan kekebalan tubuh sehingga dapat meningkatkan status

menjadi AIDS.

c. Pekerjaan

Pekerjaan yang mempengaruhi tertularnya HIV biasanya

dialami oleh tenaga medis yang kurang berhati-hati dalam

menjalankan tugasnya. Resiko tinggi terdapat pada pekerja seks

komersial dan juga kepada para pengguna jasa PSK.

4. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan juga memiliki peran dalam penularan

HIV. Dewasa ini sudah mulai diwajibkan dilakukannya VCT pada ibu

hamil untuk memutus rantai penularan HIV ke janin. Sehingga apabila

pelayanan kesehatan tersebut kurang maksimal dalam memberikan

informasi tersebit, dikhawatirkan banyak ibu hamil yang tidak

melakukan VCT selama kehamilan.

5. Lingkungan

Selain lingkungan pekerjaan, lingkungan keluarga juga

memiliki peran dalam penularan HIV. Saat ini banyak ibu-ibu rumah

tangga yang menjadi penderita HIV dikarenakan tertular dari

suaminya. Karena itu, kesetiaan pada satu pasangan menjadi hal yang

sangat penting dalam berkeluarga sehingga tidak menimbulkan

kerugiaan bagi keluarga tercinta.


26

4.3. Alternatif Pemecahan Masalah


Tabel 3.3. Alternatif Pemecahan Masalah
Strategi Pengembangan
No Masalah Tujuan Sasaran
pelaksanaan Alternatif Kegiatan
27

1. Masalah - Agar pasien dan Pasien Memberikan - Memberi edukasi


individu / mulai dan anak informasi dan HIV/AIDS dan faktor
perilaku melakukan pola pasien edukasi tentang resiko terjadinya
makan dan gaya HIV/AIDS dan HIV/IADS.
hidup yang bagaimana cara - Memotivasi pasien
sehat. mengatur pola agar mengatur pola
makan dan gaya makannya sesuai Diit
hidup pada orang yang telah dianjurkan
HIV/AIDS agar oleh dokter
tidak terkena Puskesmas.
komplikasi yang - Memotivasi pasien
lebih berat. agar melakukan
kontrol CD4 dan viral
load secara rutin.
- Memotivasi pasien
jika penyakit
HIV/AIDS tidak bisa
sembuh dan pasien
harus minum obat
seumur hidup.
- Memotivasi pasien
agar berolahraga
secara rutin.

2. Masalah - Meningkatkan Petugas memberi - Melatih tenaga


Pelayana frekuensi kesehata informasi tentang kesehatan agar lebih
n penyuluhan n, pasien, HIV/AIDS, cara memperhatikan
Kesehata HIV di dan penularan, serta masalah HIV/AIDS.
n kelurahan keluarga pencegahan
HIV/AIDS.
28

lingkungan
puskesmas
- Meningkatkan
promosi
mengenai
pentingnya
screening pra
kehamilan dan
saat kehamilan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
29

5.1.Kesimpulan
Dari hasil pendekatan H.L. Blum mengenai faktor yang mempengaruhi

terjadinya HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan didapatkan

kesimpulan, yaitu :

5.1.1. Faktor perilaku

Berdasarkan kasus ini pola perilaku pasien memang kurang baik, karena

sebelum menikah tidak melakukan screening pra nikah dan pada saat

kehamilan juga tidak melakukan pemeriksaan screening HIV dan pasien

juga jarang melakukan aktivitas olahraga.

5.1.2. Faktor lingkungan

Berdasarkan kasus ini faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit

HIV/AIDS.

5.1.3. Faktor pelayanan kesehatan

Berdasarkan kasus ini faktor pelayanan kesehatan berpengaruh dalam

edukasi pasien tentang HIV/AIDS.

5.1.4. Faktor genetik

Berdasarkan kasus ini faktor genetik tidak mempengaruhi terjadinya

penyakit HIV/AIDS.

5.2.Saran
5.2.1. Untuk pasien
Menjelaskan kepada penderita tentang penyakit HIV/AIDS

beserta gejala, pengobatan dan pencegahannya.

Memotivasi penderita untuk menjaga kesehatannya dan menjaga

pola makan yang baik serta kebersihan diri.


30

Memotivasi penderita untuk rajin minum obat dan mengkontrol

kadar CD4 dan Viral load secara rutin.

5.2.2. Untuk Puskesmas


Melakukan edukasi tentang penyakit HIV/AIDS terutama

mengenai bahaya HIV/AIDS, cara penularan, cara pencegahaan

serta edukasi tentang pentingnya screening HIV/AIDS pra nikah

dan saat kehamilan.

Bekerjasama dengan pejabat desa / kelurahan setempat untuk

melakukan pendataan dan pemeriksaan screening HIV/AIDS pada

warga yang berisiko menderita HIV/AIDS maupun yang sudah

menderita HIV/AIDS.
BAB VI
PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan kasus

HIV/AIDS pada pasien di Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari bahwa kegiatan

ini sangat penting dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak

akan terjun di masyarakat sebagai Health Provider, Decision Maker, dan

Communicator sebagai wujud peran serta dalam pembangunan kesehatan. Akhir

kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam usaha

peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Brown. R.G., Burns, T., 2005. Lecture Notes Dermatologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga
2. Columbia University Pers, 2014, HIV Columbia Electronic Encyclopedia, 6th
Edition. Dalam:http://web.a.ebscohost.com/ehost/detail/detail?sid=1e271d6d-
d05f-494f-9621-
4151bd0f5091%40sessionmgr4003&vid=0&hid=4206&bdata=JnNpdGU9ZW
hvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#db=lfh&AN=39011845. Dikutip tanggal 18 Agustus
2015.
3. Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2014. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan
HIV-AIDS di Indonesia sampai dengan Maret 2014. Jakarta. Hal. 1
4. Karmakar, S. and Sharma, S.K. 2011. Clinical Characteristics of Tuberculosis-
Associated Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome in North Indian
Population of HIV/AIDS Parients Receiving HAART. Division of Pulmonary,
Critical Care, & Sleep Medicine, Department of Medicine, All India Institute of
Medical Sciences, Ansari Nagar, New Delhi 110029, India, 1, 239021.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Perkembangan HIV-
AIDS Triwulan IV
6. Komisi Penanggulangan AIDS. 2009. HIV dan AIDS sekilas pandang. Edisi
Kedua. Jakarta : Komisi Penanggulangan AIDS.
7. Wahyuningsih, R., 2009. Ancaman Infeksi Jamur pada Era HIV/AIDS. Maj
Kedokt Indon; 59: 569-572
8. World Health Organization: Global tuberculosis report 2013. Availabel from:
[http://www.who.int/tb/publications/factsheet_global.pdf]. Dikutip tanggal 18
Agustus 2015.

32

Anda mungkin juga menyukai