Anda di halaman 1dari 42

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiridari nyeri

ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepatkenyang

dansendawa.Keluhan ini sangat bervariasi baik dalam jenisgejala maupun

intensitas gejalatersebut dari waktu ke waktu(Djojoningrat, 2013).

Di Amerika Serikat,5.230 orang dari seluruh penduduknya terkena

sindrom dispepsia (tidak termasuk keluhan refluks) dimana hanya2.615 orang

dari jumlah penderita tersebut pergi ke dokter pelayanan primer. Di Inggris

terdapat 3.146 orang penderita terkena dispepsia dimana hanya 1.573 orang dari

penderita yang berkonsultasi ke dokter pelayanan primer. Dari seluruh penderita

yang datang ke dokter pelayanan primer,hanya1.258 orang di antaranya dirujuk

ke dokter spesialis.Berdasarkan data tersebut bahwa4.968 orang penderita di

Amerika Serikat membiarkannya saja bahkan3.083 orang penderita di Inggris

tidak pergi ke dokter. Pembiaran atau pengabaian pada kejadian sindrom

dispepsia terjadi mungkin saja karena mereka menganggap bahwa hal tersebut

hanyalah hal ringan yang tidak berbahaya(Wong et al, 2006).

Angka kejadian dispepsia diperkirakan antara 2.340 orang di negara barat.

Di Inggris dan Skandinavia dilaporkan angka prevalensinya berkisar 2.235 tetapi

hanya 1.142 yang mencari pertolongan medis. Di negara barat prevalensi yang

dilaporkan 1.093 Sekitar 784 penderita berkunjung ke dokter, umumnya


2

mempunyai keluhan dispepsia. Di daerah Asia Pasifik, dispepsia juga merupakan

keluhan yang banyak dijumpai prevalensinya sekitar 10-20% (WHO, 2013).

Di daerahAsia Pasifik, dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak

dijumpaiprevalensinya sekitar 2.459 (WHO, 2013).Dispepsia berada pada

peringkat ke10 dengan proporsi 598untuk kategori 10 jenis penyakit terbesar

pada pasien rawat jalan diseluruh rumah sakitdi Indonesia pada tahun 2003.

Tahun 2004,dyspepsiamenempati urutan ke15 dari daftar 50 penyakit dengan

pasien rawat inapterbanyak di Indonesia dengan proporsi 576 dan menempati

urutan ke35dari daftar 50 penyebab penyakit yang menyebabkan kematian

denganprevalensi 326 (Depkes RI, 2014).

Dispepsia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain menelan

udara,regurgitasi (alir balik) asam dari lambung, iritasi lambung (gastritis),kanker

lambung, peradangan kandung empedu, ketidakmampuanmencerna susu dan

produknya dan kecemasan atau depresi. Apabila dalamwaktu yang lama, pasien

mengalami komplikasi yang mungkin muncul,22yaitupendarahan

gastrointestinal, stenosis, pylorus dan perforasi (Corwin,2010).

Menurut WHOsuatu keadaan yang sempurna dari fisik, mental, dan

social, tidak hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan saja.Tidak ada

perbedaan jenis kelamin, laki-laki maupun perempuan dapat mengalami gejala

ini.Prevalensi penyakit ini beragam, sebagian besar penelitian Sherwood (2004)

menunjukkan, hampir 2.567 orang dewasa mengalami gejala dispepsia pada

suatu waktu dalam hidupnya. Suatu survey Annisa(2012) menyebutkan, sekitar


3

2.895 orang yang berobat ke dokter umum disebabkan gangguan saluran cerna

terutama dispepsia. Dan 2.454 orang yang datang ke spesialis disebabkan

gangguan pencernaan lagi-lagi terutama disebabkan oleh dyspepsia (Smeltzer,

2005).

Angka kejadian dispepsia pada beberapa daerah di Indonesia

menunjukkan data yang cukup tinggi.Menurut Maulidiyah (2010) juga, angka

kejadian dispepsia di Medan Sumatera Utara terdapat 3.965 orang.Berdasarkan

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah, pada tahun 2014 penyakit

dispepsia terdapat sebanyak 3.612 orang penderita (Survei Data Dinkes Tapanuli

Tengah, 2014).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan dispepsia di RSUD Pandan.

1.2.2 Tujuan khusus


4

Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses

asuhan keperawatan serta mendapatkan gambaran dalam melaksanakan asuhan

keperawatan sebagai berikut :

1. Pengkajian data.

2. Diagnosa, masalah dan kebutuhan.

3. Rencana asuhan keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.

4. Implementasi asuhan keperawatan sesuai masalah.

5. Mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi ilmu pengetahuan

a) Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan dalam

merawat klien dengan Dispepsia.

b) Menambah keilmuan baru yang dapat dijadikan pedoman untuk ilmu

selanjutnya terutama berkaitan dengan Dispepsia.

1.3.2 Bagi mahasiswa

a. Meningkatkan pengetahuan asuhan keperawatan Dispepsia.

b. Menambahketerampilanmahasiswa dalam menerapkan asuhan keperawatan

pada klien dengan Dispepsia.

1.3.3 Bagi lahan praktikan

a. Meningkatkan pelayanan mutu baik secara kualitas maupun kuantitas

terutama pada klien dengan masalah Dispepsia.


5

b. Sebagai tambahan informasi untuk meningkatkan dan menerapkan asuhan

keperawatan sesuai standar serta memberikan perubahan positif bagi tenaga

kesehatan khususnya memberi asuhan keperawatanpada klien dengan

Dispepsia.

1.3.4 Bagi institusi pendidikan

a. Sebagai sumber kepustakaan bagi mahasiswa

b. Agar dapat digunakan sebagai wacana dari ilmu keperawatan terutama

pada pasien Dispepsia.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini yaitu menggunakan

metode pustaka dimana mencari bahan bahan materi dari berbagai sumber yang

berkaitan dengan materi dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami Dispepsia.

1.5 Rumusan Masalah

Dalam laporan ini rumusan masalah yang didapatkan yaitu pengertian dispepsia,

etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penatalaksanaan medis

dan bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan dispepsia.


6

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori Medis

2.1.1 Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan gejala/simtom atau sindrom yang

terdiri dari keluhan nyeri ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa

cepat kenyang, rasa penuh/begah dan rasa panas di dada/epigastrium

(Dharnika, 2010).

2.1.2 Etiologi

a. Intoleransi makanan atau obat


Intoleransi makan merupakan penyebab dari dispepsia. Pada kondisi akut,

dispepsia dapat disebabkan oleh makan berlebihan, makan yang terlalu

cepat, makan makananyang berlemak, makan saat keadaan stres atau minum

alkohol atau kopi terlalu banyak.

b. Selain makan, banyak juga obat-obatan yang menyebabkan dispepsia, seperti

aspirin, NSAID, antiboitic (metronidazol, makrolid), obat diabetes

(metformin, penghambat alfa glokosidase, analog, amylin, antagonis reseptor

GLP-1).

c. Dispepsia fungsional

Dispepsia fungsional ini adalah penyebab utama dispepsia kronik.

Gejala mungkin timbul dari interaksi yang kompleks dengan peningkatan

sensitivitas visceral aferen, pengosongan lambung yang terlambat atau

sistem akomondasi makanan yang terganggu atau stres psikososial.


7

d. Infeksi Helikobacter Pylori

Walaupun infeksi lambung kronis karena H. Pylori adalah penyebab

utama dari penyakit ilkus peptic, infeksi ini bukan penyebab pada dipepsia

yang tidak ada penyakit ulkus pepticnya.

Patofisiologi
FaktorAgresif

Makanan/minuman
H. Pilori/bakteri
Yang mengiritasi NSAIDDispepsia
Peningkatanproduksi AspirinPengosonganMelekatpadaepitellambung
AsamLambung Lambung
Erosi
mukosalambung
Intake takadekuatAntibiotikPerkusimukosalambung
AnoreksiaAlkohol terganggung
Kerusakanmukosa
A
MK :NutrisikurangdariMual, muntah
Dis
pepsia
ter
ganggu
kebutuhan
MK :Perubahankeseimbangancairan MK : Gangguanpemenuhan

KurangPengetahuan EdemaAktivasinorepineprine
(sarafotonom) Perubahan
status Reaksiradang
MekanismekopingKekuatanotot Kesehatan
Tidakefektifsarafsimpatisterangsang
Aktivitastergangguuntukaktivasi RAS Lambungl
Stressor Kurangbersih
Hipotala
MK :Cemas MK : Gangguanmobilitasfisik REM menurun MK : Personal
higiene
8

Rasa tidaknyaman
MK :Nyeri

MK :gangguanpolatidur

2.1.4 Manifestasi Klinik


Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan,

membagi dispepsia menjadi 3 tipe :

1. Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :


Nyeri epigastrium terlokalisasi.
a. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.

b. Nyeri saat lapar.

c. Nyeri episodik.

2. Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia),

dengan gejala :

a. Mudah kenyang

b. Perut cepat terasa penuh saat makan

c. Mual

d. Muntah

e. Ipper abdominal bloating

f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)


9

2.1.5 PemeriksaanDiagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,

seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya

merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu

dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu

dilakukan beberapa pemeriksaan, pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa :

laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk

menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets

mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium

dalam batas normal.

b. Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran

makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap

saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.

c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran

endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.

d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak

dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,


10

apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat

dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan.

e. Waktu Pengosongan Lambung

2.1.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non farmakologis

a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-

obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres.

c. Atur pola makan

2. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:


Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama

dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena proses

patofisiologinya pun masih belum jelas.Obat-obatan yang diberikan meliputi

antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik (menghambat

pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).

2.2 Tinjauan Teori Keperawatan

2.2.1 Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
b. Integritas Ego :
11

Stress, ansietas, cemas


c. Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan.

d. Neurosensori

Kepala Pusing

e. Nyeri / Kenyamanan

Pembesaran abdomen,nyeri (sedang / berat)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Aili (2010 ) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada

klien dengan dispepsia adalah :

1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung d/d

klien meringis kesakitan

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah

makan d/d anoreksia

3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya

mual, muntah d/d kelemahan

4. Gangguanpersonal hygiene b/d kurang bersih d/d adanya karies

5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya d/d gelisah

6. Gangguan pemenuhan ADL b/d aktivitas terganggu d/d lemas


7. Gangguan mobilitas fisik b/d Kekuatan otot menurun d/d Kaki klien tampak
edema
8. Gangguan pola tidur b/d cemas d/d Klien tampak gelisah

2.2.3 Intervensi Keperawatan


12

Diagnosa Keperawatan I :Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi

pada mukosalambung

Tujuan:Klien mengatakan rasa nyeri hilang


Kriteria Hasil :Klien dapat beristirahat/tidur dan ikut serta dalam aktivitas

sesuai kemampuan.

Intervensi :
1. Kaji skala nyeri

R/ Nyeri dapat menimbulkan ketidaknyamanan kepada pasien dyspepsia

karena proses pengobatan.

2. Kaji tanda-tanda vital

R/ Dapat mengidentifikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.

3. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi fowler

R/ pertukaran posisi dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan

sirkulasi.

4. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat

meningkatkankerja asam lambung

R/ mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium

Kolaborasi :

1. Berikan obat sesuai dengan petunjuk

R/ Analgetik IV akan segera mengurangi rasa sakit, dan menghilangkan

rasa nyeri.
13

Diagnosa Keperawatan II :Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan.

Tujuan :Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang

diharapkan individu.

Kriteria Hasil :

a. BB meningkat

b. Klien makan sedikit tapi sering

Intervensi :

1. Berikan makanan sedikit tapi sering

R/ Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster


2. Monitor intake dan output secara periodik.

R/ Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan


3. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah

R/ Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk

meningkatkan intake nutrisi.

Kolaborasi :

1. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgesic ceftriaxone

R/ Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien.

Diagnosa Keperawatan III :Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan adanya mual, muntah


14

Tujuan : kebutuhan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi


Kriteria Hasil :
-TTV stabil

-Kadar elektrolit dalam batas normal

-Masukan cairan 2000 cc setiap hari

Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TTV

R/ Perkiraan berat ringannya hivopolemia dapat dibuat ketika TD sistolik

pasien turun lebih 10 mmhg

2. Berikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat

ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral

R/ Jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon

pasien secara individual.

3. Kaji nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa.

R/ Menurunkan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi

yang adekuat.

Diagnosa Keperawatan IV :Gangguanpersonal hygiene berhubungan

dengan kurang bersih

Tujuan : personal hygiene terpenuhi

Kriteria hasil : Klien merasa nyaman

Intervensi :
15

1. bersihkan tubuh pasien

R/ Klien merasa nyaman dan bersih

2. Pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan

R/ Sisa makanan dapat mengakibatkan karies

3. Beri pujian dan dorongan untuk tindakan positif

R/ Klien merasa senang dan diperhatikan

Diagnosa Keperawatan V :Cemas berhubungan dengan perubahan status

kesehatannya

Tujuan :Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan

penurunan kecemasan.

KriteriaHasil :Menunjukkan penurunan kegelisahan

- Mengungkapkan perasaan ketenangan dan kepuasan hati

- Mencari teman dengan orang lain

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan

R/ Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien

sehingga memudahkan dalam tindakan selanjutnya

2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan

dengarkan semua keluhannya.

R/ Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman

dalam segala hal tindakan yang diberikan

3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan


16

R/ Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau

bekerjasama dalam perawatannya.

4. Berikan dorongan spiritual

R/ Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan

penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan

Yang Maha Esa.

Kolaborasi :

1. Kaji tanda-tanda Vital

R/ Dapat mengidentifikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.

Diagnosa Keperawatan VI :Gangguan pemenuhanADL berhubungan dengan


aktivitas terganggu
Tujuan : klien mampu beraktifitas dengan baik
Kriteria Hasil :Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas
Intervensi :
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas

R/ Teknik menghemat energy dan juga membantu keseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

2. Dorong untuk melakukan aktivitas

R/ Kemajuan aktivitas terhadap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

R/ Memberikan bantuan agar bisa mendorong kemandirian dalam

melakukanaktivitas
17

Diagnosa Keperawatan VII:Gangguan mobilitas fisik b/d Kekuatan otot menurun


Tujuan : tidak adanya gangguan untuk beraktivitas
Kriteria Hasil:Klien dapat beraktivitas kembali
Intervensi :
1. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai

indikasi

R/ Untuk menurunkan stress dan meningkatkan istirahat

2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti perawatan diri

R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai oksigen

3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur

R/ Untuk memberi rasa nyaman pada pasien pada saat istirahat

Diagnosa Keperawatan VIII : Gangguan pola tidur berhubungan dengan

cemas

Tujuan : pola tidur klien terpenuhi


Kriteria Hasil :Klien bisa tidur dan menunjukkan penurunan kegelisahan
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan

R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan

2. Kaji tingkat cemas

R/ Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien

sehingga memudahkan dalam tindakan selanjutnya

3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan


18

R/ Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau

bekerjasama dalam perawatannya.


19

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Data diambil tanggal : 14 november 2016 Jam : 10.25 wib

Ruang rawat /kelas : IGD Tanggal masuk Rumah Sakit : 14 november 2016

No Rekam Medik : 05. Diagnosa medis : Dispepsia

3.1 BIODATA

3.1.1 Identitas pasien


Nama : Tn. B
Umur : 68 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Batak
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan terahir : Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan : Wiraswasta
Golongan darah :O
Alamat : Pandan

3.1.2 Penanggung Jawab


Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Hub.dengan pasien : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pandan
20

3.2 KELUHAN UTAMA

Nyeri pada daerah epigastrium/ulu hati disertai mual dan muntah, anorexsia,

sesak, kepala pusing.

3.3RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

1. Provacative/palliative

a. Penyebabnya

Klien merasa nyeri pada abdomen.

b. Hal yang memperbaiki keadaan

Istirahat, therapy medik, dan obat-obatan

2. Quantitiy/Quality

a. Klien merasakan nyeri pada abdomen dengan skala 4.

b. Bagaimana dilihat

Klien kelihatan lemah, meringis kesakitan

3. Region

a. Dimana lokasinya : Di abdomen

b. Penyebaran : Tidak menyebar

4. Severity (mengganggu aktivitas) : Ya

5. Time (kapan mulai timbul dan bagi mana terjadinya)


Dialami sejak dua minggu yang lalu, tetapi akhir-akhir ini tambah parah.
21

3.4 RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU.


1. Penyakit yang pernah dialami
Kurang lebih 1 tahun yang lalu klien sering batuk batuk dan demam. Klien

merokok dari usia 22 tahun, 1 hari rata-rata menghabiskan 1 bungkus rokok,

baru berhenti 3 bulan yang lalu.

2. Pengobatan/tindakan yang dilakukan


Berobat kepelayanan kesehatan
3. Pernah dirawat
Klien tidak pernah dirawat
4. Lamanya dirawat
tidak ada
5. Alergi
Tidak ada
6. Imunisasi
Klien tidak mendapat imunisasi penuh/lengkap.

3.5 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Penyakit yang diderita anggota keluarga

Tidak ada

2. Anggota keluarga yang meninggal

Ada, karena lanjut usia

3. Lingkungan rumah dan komunitas


Klien memiliki hubungan yang baik pada lingkungan sekitar rumahnya

dan memiliki lingkungan yang bersih.

4. Perilaku yang mengurangi kesehatan


22

Merokok : Ya

Minuman keras : tidak ada

5. Genogram

Keterangan :

: Pria meninggal

: Wanita meninggal

: Pria

: Wanita

: Klien

------------------- : Tinggal serumah

: Garis Keseluruhan
23

3.6 RIWAYAT/KEADAAN PSIKOSOSIAL


1. Bahasa yang digunakan bahasa : Indonesia.

2. Persepsi pasien tentang penyakitnya :

Klien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari

Tuhan untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan.

3. Konsep diri

a. Gambaran diri (body image)

Tanggapan tentang tubuhnya : Klien menganggap bagian tubuh

lengkap dan hanya bias mensyukurinya.

Bagian tubuh yang disukai : Seluruh anggota tubuh pasien disukai,

karena masing-masing organ memiliki fungsi.

Bagian tubuh yang tidak disukai : Tidak ada

Persepsi tentang kehilangan bagian tubuh : Tidak ada

b. Identitas (personal identiti)

Status dalam keluarga :Sebagai ayah dari 5 orang anak.

Kepuasan terhadap statusnya :Cukuppuasdapat

memberikan kebutuhan jasmani dan rohani bagi anak-anaknya.

Kepuasan terhadap jenis kelaminya: Klien puas dengan jenis

kelamin sebagai laki-laki.

c. Peran

Tanggapan tentang dirinya : Sebagai Kepala keluarga

Kemampuan melakukan perannya : Semenjak sakit klien


24

tidak dapat beraktivitas.

Kepuasan melaksanakan perannya : Kurang puas berhubung

karena tidak dapat melakukan perannya.

d. Ideal diri

1. Harapan pasien terhadap

Tubuhnya : Cepat sembuh dan ingin berkumpul lagi

dengan keluarganya dan anak- anaknya.

Posisi ( Pekerjaan ) : Wiraswasta

Status ( keluarga ) : Sebagai ayah dari 2 orang anak putra

dan 3 putri.

Tugas / pekerjaan : Memberikan kebutuhan jasmani, rohani,

dan pendidikan
2. Harapan pasien terhadap lingkungan

Sekolah : semakin rukun dan meningkatkan

kedisplinan

Keluarga : Sabar menghadapi masalah baik yang

ringan maupun yang berat.

Masyarakat : Semakin rukun dan memiliki rasa

empati dan simpati.

Tempat lingkungan kerja : Tercipta hubungan yang baik

antara pasien dan lingkungan.

3. Harapan pasien terhadap penyakit dan tenaga kesehatan :


25

Pasien berharap cepat sembuh dan dapat segera kembali dengan

keluarga. Dan tenaga kesehatan juga dapat melakukan tindakan

dengan baik terhadap penyakitnya.

e. Harga diri : Tinggi

4. Sosial

a. Hubungan dengan keluarga : Baik ( harmonis ).

b. Hubungan dengan pasien lain : Baik, pasien dapat berinteraksi

dengan pasien lain.

c. Dukungan keluarga : Keluaga selalu berdoa dalam

penyembuhan klien dan biaya perawatan.

d. Reaksi saat interaksi : Kontak mata


5. Spritual
a. Konsep tentang penguasa kehidupan : klienyakinbahwa

segalasesuatu yang terjadi adalah kehendak TuhanYang Maha

Esa.

b. Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Doa dan keluarga yang

selalu memberi semangat.

c. Ritual agama yang dilakukan : Beribadah

d. Keyakinan terhadap kesembuah penyakit : Klien yakin bahwa dia

sembuh.

e. Persepsi terhadap penyakit : Sebagai cobaan dalam dirinya.


26

3.7 PEMERIKSAAN FISIK.


1. Keadaan umum : Lemas, kesadaran Compos Mentis

2. Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 78 x/ Menit. ( lokasi perhitungan : Radialis)

Suhu : 36,5 C ( lokasi perhitungan : Aksila)

RR : 26 x/ menit.

TB : 167 cm

BB : 60 Kg

3. Kepala dan leher :

a. Kepala

- Bentuk : Simestris

- Ubun-ubun : Normal

- Kulit kepala : Bersih tidak ada gangguan.

- Nyeri kepala : Tidak ada

b. Rambut

- Pertumbuhan rambut : Rambut tumbuh merata di bagian kepala.

- Bau : Bau keringat.

- Warna : Hitam.

c. Wajah

- Warna kulit : Sawo matang

- Struktur wajah : Oval


27

d. Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris.

- Pupil : Isokor kiri/kanan

- Refleks cahaya : Positif

- Konjungtiva : Merah muda

- Sklera : Putih

- Palpebra : Tidak ada terdapat edema.

- Pergerakan bola mata : Normal

- Strabismus : Tidak ada terdapat strabismus.

- Tekanan bola mata : Pengkajian tekanan bola mata belum di

lakukan.

- Ketajaman penglihatan : Klien mampu membaca

e. Hidung

- Tulang hidung dan posisi septumnasi : Simetris dan tidak ada

kelainan atau pun fraktur.

- Mukosa : Ada (+) lembab.

- Sekret : Jernih.

- Pernapasan cuping hidung : Ada, saat sesak.

f. Telinga

- Bentuk telinga : Normal, Simetris kanan dan kiri

- Lubang telinga : Normal, Simetris kanan dan kiri tidak

dijumpai adanya peradangan


28

- Ketajaman pendengaran : Klien tidak dapat mendengar suara

perawat dengan jelas butuh beberapa kali pengulangan kata atau

kalimat dan klien tidak mendengarkan detik jarum jam pada jarak

30 cm.

- Alat bantu : Tidakmenggunakan alat bantu

g. Mulut dan faring

- Mulut : Kotor

- Mukosa : Lembab

- Bibir : Normal

- Lidah : Kotor

- Gigi : Adanya karies.

- Kebiasaan gosok gigi : Tidak teratur

- Tenggorokan : Klien mengatakan tidak mampu

menelan makanan dengan baik.

h. Leher

- Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak di temukan pembesaran

pada leher.

- Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada

- Peningkatan Vena jugularis : Tidak ada peningkatan pada

vena jugularis.

- Denyut nadi karotis : Teraba.


29

4. Integumen

a. Kebersihan : Kotor, kurang bersih

b. Kehangatan : kulit tetap terjaga kehangatannya.

c. Warna : Warna kulit sawo matang, tidak

dijumpai adanya sianosis, iskemik, dan anemi.

d. Turgor : Turgor kulit elastis

e. Kelembaban : Kering

f. Edema : Ada edema

5. Payudara dan ketiak

a. Ukuran dan bentuk payudara : Payudara simetris (kiri dan

kanan)

b. Warna payudara dan areola : Payudara sawo matang dan

areola hitam

c. Kelainan payudara dan putting : Tidak ada kelainan

d. Aksila dan klavikula : Normal, tidak ada fraktur dan

peradangan

6. Toraks/dada
a. Bentuk toraks :Tidak ada kelainan bentuk toraks

b. Pemeriksaan paru

- Pola napas : Irama tidak teratur

- Jenis : Dispnea

- Reaksi otot bantu nafas : tidak ada

- Perkusi toraks : Sonor


30

- Suara pernapasan : Vesikuler

- Tactil fremitus : Menurun

- Keluhan : sesak

- Alat bantu nafas : Ada, Oksigen 2 liter X/i


c. Pemeriksaan jantung
Nyeri dada : Tidak ada

Irama jantung : Teratur

Palpasi : Kuat

Bunyi jantung : Lup dup


7. Abdomen

Bentuk abdomen : Asimetris kiri dan kanan

Benjolan/massa : Tidak ditemukan

Spider nevi : Tidak ditemukan

Peristaltik usus : 16 x/menit

Nyeri tekan : Ada nyeri tekan di abdomen

Ascites :Ada

Hepar : Tidak teraba

Ginjal : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Suara abdomen : Tympani


31

8. Kelainan daerah sekitarnya


a. Genitalia

Bentuk alat kelamin : Tidak di kaji.

Rambut pubis : Tidak di kaji

Kelainan pada anus : Tidak di kaji

Perineum : Tidak di kaji


9. Muskululokeletal/ Ekstremitas
a. Kesimetrisan otot : Tidak simetris

b. Kemampuan bergerak sendi dan tungkai : Terbatas

c. Kekuatan otot 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

d. Fraktur : Tidak ada

e. Dislokasi : Tidak ada

f. Edema : Ada, dikaki sebelah kanan

g. Capillary Refill Time : < 3 detik

h. Sianosis : Tidak ada

i. Clubbing Finger : Tidak ada


10. Neurologi
a. Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15
E :4 V :5 M :6
32

b. Maningeal sign

Kaku duduk : Negatif

Brudzinski I : Negatif

Kerning : Negatif
c. Status mental

Kondisi mental / perasaan: stabil

Orientasi :Pasien dapat mengenal perawat mengenali tempat dan

waktu tidak terjadi disorientasi.

Proses pikir : Pasien masih mengingat kapan dia masuk Rumah

Sakit.

Motivasi : Keluarga sebagai motivasi dalam kesembuhan

penyakitnya.

Persepsi : klien mengatakan penyakit\ yang di alaminya

cepat sembuh.

Bahasa : Indonesia.

d. Nervus kranialis

1. Nervus olfaktorius (N I) : klien dapat membedakan aroma

bauan alkohol dengan rokok

2. Nervus Optikus (NII) : klien dapat membaca papan nama

perawat dalam jarak krang lebih 30 cm


33

3. Nervus okulomotoris, trochlearis, dan abdusern (N III,IV,VI)

- Mata : klien mampu membaca buku dalam jarak 30 cm

- Pupil : Reflex cahaya (+)

Gerakan bola mata: klien dapat mengerakan bola matanya

dengan 360 derajat.

4. Nervus trigeminus ( NV): tidak ada masalah

Sensori:

Rasa raba : klien dapat merasakan sentuhan kapas di wajahnya.

Rasa nyeri: klien dapat merasakan tusukan jarum infus

ditangannya

Rasa suhu: klien dapat mengidentifisakan rasa panas atau

dingin.

Rasa sikap: klien dapat menyebutkan arah wajah yang

disentuh.

Rasa getar: klien dapat merasakan gerakan graputala yg di

letakan di wajah.

Reflex cornea : klien menutup mata, akibat sentuhan

kornea dengan gulungan kapas.

5. Nervus fasialis ( N VII ): klien dapat membedakan rasa manis

dan asin, klien dapat mengerutkan dahi, wajah klien tampak

simetris saat klien tersenyum.


34

6. Nervus auditorius ( N VIII) : Klien dapat menjawab pertanyaan

perawat dengan baik tanpa harus diulang

7. Nervus glosovaringeus dan vagus ( N IX dan X) : uvula

bergetar simetris saat klien mengatakan Ah

8. Nervus asesoris ( NXI): klien dapat menoleh kekanan dan

kekiri

9. Nervus hipoglosus ( NXII): lidah klien dapat digerakan secara

bebas ke segala arah

e. Fungsi motorik:

Cara berjalan : lambat karena sesak nafas dan edema disebelah

kaki kanan.

Rombeng test : tidak ada dikaji

Tes jari-hidung : klien dapat mencapai

hidung dengan jari tengah

f. Fungsi sensori:

1. Identifikasi sentuh ringan :klien dapat merasakan sentuhan

ringan perawat atau pun keluarga

2. Tes tajam tumpul : klien dapat membedakan tajam dan

tumpulya benda yang di sentuh pada kulit pasien

3. Tes panas dingin : klien dapat membedakan panas dingin

sesuatu

4. Tes getar : klien dapat merasakan getaran


35

5. Streognosis : klien disuruh menutup mata dan

mengidentifikasi benda yang ada di telapak tangan yang

diberikan perawat

6. Ghrapestesia : klin menutup mata dan mengidentifikasi

huruf yang digoreskan di kulit

7. Topognosis test : klien mengidentifikasi bagian tubuh

yang disentuh

g. Reflek : Tidak ada dikaji

3.8 POLA KEBIASAAN SEHARI HARI

1. Pola tidur

a. Waktu tidur : siang: 2 jam/hari malam : 5 jam/hari

b. Gangguan tidur : ada, jenis : cemas yaitu memikirkan keadaan anak-

anaknya.

c. Kebiasaan tidur : tidak ada

2. Pola eliminasi

a. BAK

- Frenkuensi : tidak teratur 7x/hari warna kuning

- Jumlah 1500 cc, bau : amis,

- Alat bantu : tidak ada

- Masalah : tidak ada

- Penggunaan diuretic : tidak


36

b. BAB

- Pola BAB :tidak teratur 1 x/hari

- Penggunaan laksative : tidak ada

- Karakter feses : warna kuning, bau khas, konsistem lembek

- BAB terakhir : tidak dikaji

- Riwayat perdarahan : tidak ada

- Diare : tidak

3. Pola makan dan minum

a. Gejala ( subjektif )

Diet ( tipe ) :M II

Pola diet : 3x/hari

Kehilangan selera makan: ya, tidak dapat menelan makanan dengan

baik

Nyeri ulu hati : Ada

Yang berhubungan dengan : tidak ada selera makan

Di sembuhkan dengan : tidak mengkonsumsi makanan yang

meningkatkan asam lambung seperti minuman yang bersoda

Alergi / intoleransi makanan : tidak ada alergi

Berat badan biasa : 60 kg

b. Tanda ( objektif )

Berat badan sekarang : 56 kg, tinggi badan :167 cm

Bentuk tubuh : kurus


37

c. Waktu pemberian makan : pagi jam 08 00, siang jam 13 00, sore jam

17.00 wib

d. Waktu pemberian cairan : parenteral jam 08 00, jam 16 00, jam 24.00

jam

e. Masalah makan dan minum : Dilarang makan makanan yang asam

Kesulitan mengunyah : ada karena terdapat karies di gigi dan mulut

kurang di bersihkan

Kesulitan menelan : tidak

Tidak dapat makan sendiri : Ya

f. Upaya mengatasi masalah : Dibantu oleh keluarga

4. Kebersihan diri

Mandi/membersihkan tubuh : 1 x/hari, dibantu

Pemeliharaan gigi dan mulut : 2 x/hari, dibantu

Pemeliharaan kuku : Kurang

5. Pola kegiatan aktivias : Tidak ada aktifitas klien karena dalam keadaan sakit
38

3.9HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK

a. Diagnose medis : Dispepsia

1. Laboratorium

No Tanggal Pemeriksaan Hasil Normal

1 01 Agustus Eritrosit (RBC) 4,9 106 /mm 4.00-5.50


2015

2 Leukosit(WBC) 8,3 10/mm 4,0-5,50

3 MCV 90,5 FL 80-95,0

4 MCH 30,3 p/g 25,0-34,0

5 McHc 33,5 p/g 32,0-36,0

6 RDW 11,9 % 10,0-16,5

7 MPV 4,5 FL 5,0-10,0

8 SGOT 30 U/L <38

9 SGPT 35 U/L <41

2. ECG

Tanggal : 01 Agustus 2015

Jenis : ECG

3. USG

Tanggal : 01 Agustus 2015

Jenis : Rontgen
39

3.10 PENATALAKSANAAN / TERAPI

No. Nama Obat Dosis Fungsi

1. IVFD RL 20 tts/I Mengganti cairan tubuh yang


hilang

2. IVFD Nacl 20 tts/i Menambah Nutrisi

3. Inj.Cefriaxsone 1 gr 1/12 jam Anti biotic (membunuh kuman)

Obat mual muntah


4. Neurodex tab 3x500 g
Menetralkan asam lambung
5. Inj.Ranitidin 1 amp/12jam

3.11 ANALISA DATA

NO MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 DS Dispepsia
- Klien mengatakan
nyeri pada Reaksi radang Gangguan rasa
abdomen atas nyaman nyeri
(epigastrium) Lambung luka
- Klien mengatakan
nyeri saat abdomen
Hipotalamus
ditekan
DO :
Nyeri
- Klien tampak
meringis kesakitan MK : gangguan rasa
40

(skala nyeri 4) nyaman nyeri


- Klien tampak
lemas
- Terdapat
pembesaranabdom
en

2 DS : Dispepsia Gangguan personal


- Klien mengatakan
hygiene
mulut dan
Perubahan
tubuhnya kotor
statusKesehatan
DO :
- Klien tampak
Kurang bersih
kurang bersih

Personal hygiene

MK : Gangguan
personal hygiene
3 Gangguan pemenuhan
DS : Dispepsia
ADL
- Klien mengatakan
tidak bisa
Aktivitas
melakukan
terganggu
aktivitas

DO : Pemenuhan ADL
Klien tampak lemas dan MK : Gangguan
tidak bisa beraktivitas pemenuhan ADL
41

4 DS : Edema Gangguan mobilitas


- Klien mengatakan
fisik
tidak bisa Kekuatan otot
menggerakkan kaki menurun
sebelah kanan
mobilitas fisik
DO :
MK : Gangguan
- Kaki klien tampak
mobilitas fisik
edema
5 DS : Aktivasi
- Klien mengatakan Gangguan pola tidur
norepineprine
tidak bisa tidur
(saraf otonom)
dikarenakan cemas
memikirkan
saraf simpatis
keadaan anak-
terangsang untuk
anaknya
aktivasi RAS
DO :
Klien tampak gelisah
REM menurun

cemas

pola tidur
MK : gangguan pola
tidur
42

3.12DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeriepigastrium b/d iritasi pada mukosalambung d/d

klien meringis kesakitan

2. Gangguan personal hygiene b/d kurang bersih d/d adanya karies

3. Gangguan pemenuhan ADL b/d aktivitas terganggu d/d lemas

4. Gangguan mobilitas fisik b/d Kekuatan otot menurun d/d Kaki klien tampak

edema

5. Gangguan pola tidur b/d cemas d/d Klien tampak gelisah

Anda mungkin juga menyukai