Anda di halaman 1dari 19

2.

1 Kenanga

Kenanga (Canangium odoratum) merupakan tanaman asli dari Asia

Tenggara dan menyebar secara alamiah ke seluruh Asia Tenggara, Australia dan

beberapa pulau di lautan Pasifik. Ylang-ylang (Cananga odorata forma genuina,

Hook Fil. Et. Thompson) termasuk family Anonaceae dan berkeluarga dekat

dengan tanaman kenanga (Cananga odorata). Penanaman secara komersial untuk

menghasilkan minyak Ylang-ylang pertama kali dilakukan di Filipina. Saat ini

daerah pengekspor utama minyak Ylang-ylang adalah Pulau Nossi-Be

Madagaskar, Pulau Comoro, Pulau Reunion, Filipina fan Indonesia (Yusuf dan

Sinohin 1999).

Tanaman ylang-ylang mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap

lingkungan tempat tumbuhnya. Tanaman ini dapat tumbuh di semua jenis tanah,

bahkan tanah yang agak kurus dan berbatu, pada ketinggian 0-800 mdpl, dengan

iklim panas (25-30C) serta curah hujan yang cukup dan merata setiap tahun

sekitar 1.500-3.000 mm/thn (Mauludi et. al. 1990). Menurut Guenther (1952),

tanah aluvial berpasir tidak begitu cocok dan tanah laterit harus dihindari.

Tanaman ylang-ylang berbentuk alternative desticous, tunggal serta daun

penumpu terletak diluar ketiak daun. Tangkai daun ramping, dengan panjang 1-2

cm, hampir beralur. Helai daun berbentuk elip sampai ovate-oblong, berukuran

13-29 cm x 4-10 cm. Bagian dasar terkadang miring, melengkung seperti jantung.

Bagian tepi banyak atau sedikit berormbak. Bagian ujung memancing. Tulang

daun tengah atau tepi berwarna putih pada kedua sisi daun. Tulang daun tengah

atau tepi berwarna putih pada kedua sisi daun. Tulang daun sekunder sendiri dari

Universitas Sumatera Utara


8-9 pasang jelas terlihat dari kedua sisi daun, terkadang terdapat rambut halus

(Yusuf dan Sinohin 1999).

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Kenanga

2.2.1 Klasifikasi Kenanga

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonacea

Genus : Canangium

Spesies : Canangium odorata

2.2.2 Nama umum/dagang : Kenanga

Nama daerah

Sumatera : Kenanga (Aceh), Selanga (Gayo), Ngana-ngana

(Nias), Ingona (Minangkabau), Salapin (Sumatera

Timur), Kupa Apale (Sumatera Barat), Kupa Lena

(Sumatera Madura)

Jawa : Kananga (Sunda), Kenanga (Jawa Tengah)

Kananga (Madura).

Bali : Sandat

Nusa tenggara : Sandat (Sasak), Kananga (Bima) Tenaga (Sawu),

Bunga Kacik

Universitas Sumatera Utara


Sulawesi : Lalingiran (Sulawesi Utara), Kananga (Bugis)

Lomulilano (Buru).

2.2.3 Deskripsi

Habitus : Pohon, tinggi 10 m.

Batang : Berkayu, bulat, bercabang, hijau kotor.

Daun :Tunggal, tersebar, bulat telur, ujung runcing,

pangkal rata, panjang 10-23 cm, lebar 3-14 cm,

pertulangan menyirip, bertangkai 1, warna hijau.

Bunga : Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, kuning,

kelopak bentuk corong, hijau, benang sari banyak,

coklat muda, kepala putik bulat, daun mahkota

enam, lanset, panjang 5-7, 5 cm, masih muda hijau

setelah tua kuning.

Buah : Buni, lonjong, panjang 2 cm, hijau

Akar : Tunggang coklat

2.3 Jenis - Jenis Kenanga

Di dunia terdapat beberapa jenis kenanga, antara lain adalah: 1) Cananga

odorata, 2) Cananga latifolia, 3) Cananga scorthecini King, 4) Cananga

brandisanum Safford.

Universitas Sumatera Utara


Khusus jenis Cananga odorata mempunyai 2 varietas yaitu varietas nana

dan varietas fruticosa. Varietas nana ada umumya dapat berubah, sedangkan

varietas fruticosa tidak berubah. Jenis Cananga odorata itu juga dikenal 2 forma,

yaitu forma macrophylla dan forma genuina. Forma macrophylla pada umumnya

terdapat di Indonesia, sedangkan forma genuina terdapat di Filipina.

Cananga odorata pada umumnya mempunyai daun yang tidak berbulu

pada permukaan bawahnya, sedangkan cananga latifolia mempunyai daun yang

berbulu halus pada permukaan bawahnya.

Jenis Cananga scorothecinir King banyak terdapat di daerah kelantan,

Malaysia. Sedangkan jenis Cananga brandisanum Safford banyak tumbuh di

Kamboja dan Vietnam.

Di Indonesia hanya dikenal 2 jenis kenanga yaitu jenis Cananga odorata

dan jenis Cananga latifolia. Namun demikian, masyarakat setempat di daerah

Banten mengenal bentuk-bentuk kenanga lokal, misalnya kenanga kebo, kenanga

asli (tulen), kenanga lumut, dan kenanga kemenyan, yang berdasarkan

taksonominya perbedaan bentuk mereka memang tidak jelas (Sunanto, 1993).

2.4 Khasiat Bunga Kenanga

Dengan aromanya yang harum, bunga kenanga sring dipakai dalam ritual

pernikahan upacara tingkeben, upacara 7 bulan mengandung, dan di Keraton

digunakan untuk perawatan tubuh (ngad salira). Bunga kenanga juga berkhasiat

sebagai obat nyeri haid, malaria, asma, sesak nafas, bronkitis, bunganya untuk

Universitas Sumatera Utara


bahan kosmetika, juga sebagai jamu sehat setelah melahirkan. Selain itu tanaman

ini dapat dipergunakan untuk mengobati beberapa penyakit dengan cara sebagai

berikut:

1. Malaria

Bahan: 3 kuntum bunga kenanga yang sudah dikeringkan.

Cara membuat: diseduh dengan 1 gelas air panas dan ditutup rapat.

Cara menggunakan: disaring dan diminum secara teratur.

2. Sesak Napas

Bahan: ½ genggam bunga kenanga dan 1 ½ sendok gula putih.

Cara membuat: direbus dengan 1 gelas air panas sampai mendidih hingga

tinggal ½ gelas.

Cara menggunakan: disaring dan diminum, dilakukan secara rutin pagi-sore.

3. Bronkhitis

Bahan: 2 kuntum bunga kenanga.

Cara membuat: direbus dengan 1 gelas air panas sampai mendidih hingga

tinggal ½ gelas.

Cara menggunakan: disaring dan diminum, dilakukan secara rutin pagi-sore

(Farida, 2012).

2.5. Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak

ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada

suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri

mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak

atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri

Universitas Sumatera Utara


dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam

bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di

tempat yang kering dan sejuk (Gunawan & Mulyani, 2004).

2.5.1 Keadaan Minyak Atsiri Dalam Tumbuhan

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut

kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili

Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae

dan Rutaceae). Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma

akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari

glikosida tertentu (Gunawan & Mulyani, 2004).

Sifat minyak atsiri sendiri antara lain:

1. Dapat didestilasi.

2. Tidak meninggalkan noda.

3. Tidak tersabunkan.

4. Tidak tengik.

5. Tidak mengandung asam.

Itulah sifat yang membedakan minyak atsiri dengan minyak lemak.

Dalam tanaman, keberadaan minyak atsiri bisa di berbagai tempat antara lain:

Dalam rambut kelenjar seperti Labiatae, misal: kumis kucing, mentha.

Di dalam sel-sel parenkim seperti Piperaceae, misal: merica

Pada tabung minyak seperti Umbelliferae, misal: adas.

Saluran lisogen dan sisogen seperti Pinaceae & Rutaceae, misal: pinus,

jeruk.

Universitas Sumatera Utara


Sedang cara pembentukan minyak atsiri dalam tanaman antara lain

langsung dari protoplasma, dekomposisi dari resin ataupun dengan cara hidrolisis

dari glikosida tertentu.

Bila minyak atsiri baru saja didestilasi, umumnya tidak berwarna atau

berwarna pucat. Penyimpanan dalam jangka waktu lama yang tidak terkontrol

dapat menyebabkan minyak menjadi berwarna, mulai dari kuning tua hingga

coklat. Untuk menghindari kerusakan seperti itu dapat diatasi dengan perlakuan

seperti:

- Disimpan pada wadah tertutup rapat.

- Terlindung dari cahaya.

- Di tempat yang kering.

- Di tempat yang sejuk.

- Disimpan penuh dalam wadah.

Pada bagian tanaman, minyak atsiri terkandung dominan misalnya:

Di tumbuhan Rosa sinensis, pada petala bunga.

Cinamomum, pada korteks dan daun.

Foeniculi vulgare, pada perikap buah.

Labiatae, pada rambut kelenjar.

Citrus, pada kulit buah.

Bagi tanaman penghasil minyak, minyak atsiri berfungsi sebagai insect

repellant (mengusir serangga/parasit lain) dan insect attractant (menarik). Dalam

beberapa hipotesis dapat disimpulkan bahwa tumbuhan akan memproduksi

minyak atsiri secara maksimal jika kondisi tumbuh dalam keadaan susah,

misalnya akar tanaman sulit mendapat air, struktur tanah berkapur atau jarang

Universitas Sumatera Utara


nutrisi makanan, dan sebagainya. Kondisi semacam itu membuat tanaman

berusaha untuk memproduksi minyak atsiri agar tetap toksik terhadap serangan

serangga maupun parasit lain.

Sebagian besar minyak atsiri mempunyai sifat fisika kimia sebagai berikut:

1. Bau khas.

2. Tidak larut dalam pelarut air, larut dalam eter, kloroform, dan pelarut

organik lain.

3. Sebagian komponen kandungan minyak mudah menguap.

4. Yang mengandung fenol dapat membentuk garam

5. Dapat membentuk kristal.

Kandungan kimia semua minyak atsiri merupakan senyawa campuran dan

tidak pernah dalam bentuk tunggal, misal minyak kapulaga mengandung 5

komponen besar seperti cineol, borneol, limonen, alfa-terpinilasetat dan alfa

terpinen. Jika diuraikan, cineol berbau sedap tapi pedas seperti minyak kayu putih.

Borneol berbau kamper seperti kapur barus, limonen harum seperti jeruk keprok,

alfa-terpinilasetat berbau jeruk purut, sedang alfa terpinen berbau jeruk citrun.

Nah, campuran dari kelima komponen itulah yang membuat aroma khas kapulaga.

Dari semua jenis minyak atsiri sebenarnya tersusun dari jalur biosintesis

metabolit sekunder:

Asetat- mevalonat untuk golongan terpenoid.

Jalur sikimat-fenil propan untuk golongan aromatik.

Contoh kerangka minyak atsiri:

1. Monoterpen yaitu:

a. Asiklis.

Universitas Sumatera Utara


b. Siklis

2. Seskuiterpen.

3. Senyawa fenil propanoid

Cara penyarian minyak atsiri ada beberapa metode tergantung dari jenis

dan sifat dari bahan baku dan minyak atsirinya. Beberapa metode umum yang

biasa digunakan antara lain:

1. Destilasi (air, uap dan air-uap)

2. Pengepresan

3. Ekstraksi

4. Enfleurasi

5. Hidrolisis glikosida tertentu

2.5.2 Golongan Minyak Atsiri

Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bersifat kimia, fisika serta

mempunyai bau dan aroma yang khas, demikian pula peranannya sangat besar

sebagai obat. Komponen penyusun minyak atsiri dibagi menjadi beberapa

golongan sebagai berikut:

1. Minyak Atsiri Hidrokarbon

Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri

dari senyawa-senyawa hidrokarbon, misalnya minyak terpentin diperoleh dari

tanaman-tanaman golongan pinus (famili Pinaceae). Komponen terpentin

sebagian besar berupa asam-asam resin (hingga 90%), ester-ester dari asam-asam

lemak, dan senyawa inert yang netral disebut resena. Terpentin larut dalam

alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif.

Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh

Universitas Sumatera Utara


darah kapiler, dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang digunakan

sebagai obat dalam.

2.Minyak Atsiri Alkohol

Minyak pipermin dihasilkan oleh daun tanaman pokok atau Mentha

piperita Linn. Daun poko segar mengandung minyak atsiri sekitar 1%, juga

mengandung resin 12 dan tanin. Sementara daun yang telah dikeringkan

mengandung 2% minyak permen. Sebagai penyusun utamanya adalah mentol.

Pada bidang farmasi digunakan sebagai anti gatal, bahan pewangi dan pelega

hidung tersumbat. Sementara pada industri digunakan sebagai pewangi pasta gigi

3. Minyak Atsiri Fenol

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari

tanaman cengkeh yang memiliki nama latin yaitu Eugenia caryophyllata atau

Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian yang dimanfaatkan bunga dan

daun. Namun demikian bunga lebih utama dimanfaatkan karena mengandung

minyak atsiri sampai 20%. Minyak cengkeh tersusun eugenol yaitu sampai 95%

dari jumlah minyak atsiri keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung aseton-

eugenol, beberapa senyawa dari kelompok seskuiterpen, serta bahan-bahan yang

tidak mudah menguap seperti tanin, lilin, dan bahan serupa damar. Kegunaan

minyak cengkeh antara lain obat mulas, menghilangkan rasa mual dan muntah.

4. Minyak Atsiri Eter Fenol

Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari

hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili

Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak yang dihasilkan, terutama tersusun oleh

komponen-komponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinena dan felandrena.

Universitas Sumatera Utara


Minyak adas digunakan dalam pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigen

odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan farfum.

5. Minyak Atsiri Oksida

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi

daun Melaleuca leucadendon L (family Myrtaceae). Komponen penyusun minyak

atsiri kayu putih paling utama adalah sineol (85%).

6. Minyak Atsiri Ester

Minyak gondopuro merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari

isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (family Erycaceae). Komponen

penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak

ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan parfum, dalam industri permen, dan

minuman tidak beralkohol.

2.5.3 Parameter Minyak Atsiri

Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk mengenali

kualitas minyak atsiri meliputi:

2.5.3.1 Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu

dan kemurnian minyak atsiri. Nilai berat jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai

perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama

dengan volume minyak pada yang sama pula. Berat jenis sering dihubungkan

dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin

besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai

densitasnya. Biasanya berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar

dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi (Sastrohamidjojo, 2004).

Universitas Sumatera Utara


2.5.3.2 Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam

udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks

bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun

dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana

komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya.

Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen

bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan

bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini

menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Menurut Guenther, nilai indeks

juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak

kenanga tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai

indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya

yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus

dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil

(Sastrohamidjojo, 2004).

2.5.3.3 Putaran optik

Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter

yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika

ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar

bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary).

Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak

atsiri (Sastrohamidjojo, 2004).

2.5.3.4 Bilangan Asam

Universitas Sumatera Utara


Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri.

Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi terhadap kualitas minyak

atsiri. Yaitu senyawa-senyawa asam tersebut dapat merubah bau khas dari minyak

atsiri. Hal ini dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan minyak dan adanya

kontak antara minyak atsiri yang dihasilkan dengan sinar dan udara sekitar ketika

berada pada botol sampel minyak pada saat penyimpanan. Karena sebagian

komposisi minyak atsiri jika kontak dengan udara atau berada pada kondisi yang

lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang dikatalisi

oleh cahaya sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Jika penyimpanan

minyak tidak diperhatikan atau secara langsung kontak dengan udara sekitar,

maka akan semakin banyak juga senyawa-senyawa asam yang terbentuk. Oksidasi

komponen-komponen minyak atsiri terutama golongan aldehid dapat membentuk

gugus asam karboksilat sehingga akan menambah nilai bilangan asam suatu

minyak atsiri. Hal ini juga dapat disebabkan oleh penyulingan pada tekanan tinggi

(temperatur tinggi), dimana pada kondisi tersebut kemungkinan terjadinya proses

oksidasi sangat besar. Bilangan asam adalah ukuran dari asam lemak bebas

dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak.

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1N yang digunakan

untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau

lemak (Sastrohamidjojo, 2004).

2.5.3.5 Kelarutan Dalam Alkohol

Telah diketahui bahwa alkohol memiliki gugus OH. Karena minyak atsiri

dapat larut dalam alkohol maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan

tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis

komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada umumnya minyak atsiri

yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut daripada

yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah daya

larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi

merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol

(biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsirinya semakin baik

(Sastrohamidjojo, 2004).

2.6 Metode Penyulingan Minyak Atsiri

Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam metode penyulingan,

yaitu:

2.6.1 Penyulingan Dengan Air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak

langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam

secara sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri

khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh

karena itu, sering disebut penyulingan langsung.Penyulingan dengan cara

langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak

tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang diperoleh.

2.6.2 Penyulingan Dengan Uap

Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung.

Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air

penghasil uap tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang

Universitas Sumatera Utara


digunakan berupa uap jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1

atmosfer.

2.6.3 Penyulingan Dengan Air dan Uap

Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan

di atas rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan

air sampai permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model

ini yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan

tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air

panas (Lutony & Rahmayati, 1994).

2.6 Minyak Kenanga

Di dalam dunia perdagangan, minyak kenanga dikenal dengan cananga oil.

Cananga oil ialah bagian yang kurang mudah menguap, mengandung banyak

unsur terpene dan sesquiterpene. Minyak ini dapat pula diperoleh dengan

menyuling bunga kenanga cebol (Cananga latifolia), tetapi jenis ini tidak dapat

menghasilkan yalng-ylang oil (Harris, 1987).

Spesifikasi minyak atsiri bunga kenanga sesuai dengan SNI 06-3949-1995

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


kuning muda sampai
1 Warna -
kuning tua
2 Bobot Jenis - 0,906 0,920
10
3 Indeks Bias 10 - 1,495 1,504
4 Putaran Optik Derajat (-45) (-30)
5 Sisa Pengulingan Uap (v/v) % Maks 5
6 Bilangan Ester - 15 35
7 Kelarutan dalam Etanol 95% - 1 : 0,5 jernih
8 Zat Asing : Seterusnya jernih
Lemak Negatif
Alkohol Tambahan Negatif
Minyak Pelikan Negatif

Universitas Sumatera Utara


2.6.1 Kandungan Mutu Minyak Kenanga

Bunga kenanga mengandung saponin, flavonoida, poilifenol dan minyak

atsiri.

Minyak atsiri, yang dikenal dengan nama minyak kenanga, yang

mempunyai khasiat dan bau yang khas. Hasil penelitian mereka menunjukkan,

ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya

kandungan linalool, geraniol, dan eugenol (Anonim, 2013).

a. Linalool

Linalool adalah racun kontak yang meningkatkan aktivitas saraf sensorik

pada serangga, lebih-besar menyebabkan stimulasi saraf motor yang

menyebabkan kejang dan kelumpuhan beberapa serangga, seperti kutu dewasa.

Zat ini dapat ditemukan juga di minyak cengkeh, minyak jeruk (Anonim, 2013).

b. Eugenol

Eugenol merupakan cairan tak berwarna atau kuning pucat, bila kena

cahaya matahari berubah menjadi coklat kehitaman, dan berbauspesifik. Sumber

alaminya dari minyak cengkeh. Terdapat pula pada pala, kulit manis, dan salam.

Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut organik.

Aromanya menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering, sehingga sering

menjadi komponen untuk menyegarkan mulut. Komponen yang mempunyai sifat

sebagai stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik dan

antispasmodik. Sebagai insektisida eugenol pada konsenterasi 10% dapat

menyebabkan tidak menghasilkan keturunan. Selain rasanya hangat, jugabersifat

antiseptik dan yang paling penting dapat terhindar dari gangguan nyamuk,

meskipun mekanisme yang pasti dari proses ini belum diketahui (Anonim, 2013).

Universitas Sumatera Utara


c. Geraniol

Geraniol berupa cairan berwarna kuning pucat, terdapat di minyak mawar,

minyak palmarosa, minyak serai. Kandungan minyak tanaman sereh wangi

meliputi geraniol dalam minyak sebesar 44,01%-51% dan citronella sebesar 0.5-

1,3%. Bahan-bahan ini kemungkinan merupakan sisa metabolisme tumbuh-

tumbuhan dan digunakan untuk menjalankan peran ganda, seperti menarik

serangga atau mengusir serangga. Senyawa-senyawa tersebut diduga mempunyai

daya tarik terhadap lalat buah tetapi aplikasi cairan ini ternyata tidak mematikan

lalat buah sehingga dalam perangkap masih perlu ditambahkan larutan deterjen.

Geraniol dapat mengakibatkan kematian 65% pada larva ulat kubis diduga

geraniol diduga bersifat racun lambung, karena pada hari pertama terjadi kontak

belum memperlihatkan gejala keracunan, tetapi setelah larva-larva tersebut makan

sehingga mengakibatkan gejala keracunan bagi larva tersebut (Anonim, 2013).

2.7 Khasiat Minyak Kenanga

Minyak kenanga terutama dipergunakan di dalam pembuatan aneka

produk wangi-wangian, sangat baik untuk terapi aroma (aromatheraphy), karena

ia akan mengatur aliran kelenjar andrenalin dalam sistem saraf sehingga

menimbulkan rasa senang, tenang, menghilangkan gelisah, marah, dan panik.

Untuk kosmetika, bagian bunga kenanga yang banyak digunakan adalah ekstrak

yang banyak digunakan adalah ekstrak dari bunga yang berwarna kuning

kecoklatan. Bila digunakan dalam sabun, akan menjadi penyeimbang untuk kulit

berminyak atau kulit kering. Minyak ini dapat memperkuat dan merangsang

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan rambut. Minyak kenanga juga cocok dipakai dalam campuran

masker dan lulur.

Penyulingan bunga kenanga menghasilkan Ylang-ylang Oil dan Cananga

Oil. Ylang-ylang oil merupakan bagian yang paling mudah menguap, lebih

mengandung ester dan sedikit sekali terpene. Minyak ini digunakan untuk

pembuat minyak wangi. Penghasil ylang-ylang oil ialah kepulauan maritius, di

mana pohon kenanga diperkenalkan pada tahun 1770.

Minyak kenanga (Cananga oil) ialah bagian yang kurang mudah menguap,

mengandung banyak unsur terpene dan sesquiterpene. Minyak ini dapat pula

diperoleh dengan menyuling bunga kenanga cebol (Cananga latifolia), tetapi jenis

ini tidak dapat meghasilkan ylang-ylang (Harris, 1987).

2.8 Parameter Mutu Minyak Kenanga

Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui standar mutu

minyak kenanga meliputi:

2.8.1 Bobot Jenis (BJ)

Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu

dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat kimia - fisika, nilai bobot jenis

sudah sering dicantumkan dalam pustaka. Nilai BJ minyak atsiri berkisar antara

0,696-1,188 pada 15 derajat. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang

praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 ml,

dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas penutup

(Guenther, 1987).

2.8.2 Penetapan Kadar Lemak

Universitas Sumatera Utara


Prinsip menurut SNI 06-3949-1995 yaitu minyak-minyak lemak tidak larut

dalam alkohol 90% yang tersaponikasi menghasilkan busa karena terberntuknya

sabun.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Penentuan Bobot Jenis Minyak Kenanga

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan yaitu:

a. Neraca Analitik

b. Penangas Air

c. Piknometer

d. Termometer

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu:

a. Aquades

b. Dietil Eter

c. Etanol

3.1.3 Cara Kerja

a. Cuci dan bersihkan piknometer kemudian basuh berturut-turut dengan

Etanol dan Dietil Eter.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai