Anda di halaman 1dari 10

Islam di Makkah

Sokoguru Sebuah Negara

Kota Romawi. Athena, Sparta, Mesir, Asyiria, Babilonia dan kota-kota kuno di kawasan
India dan China dihuni oleh komunitas primer. Komunitas sosial merupakan representasi dari
sebuah komunitas politik yang telah memenuhi unsur-unsur yang diperlukan untuk disebut
negara. Sistem pemerintahannya didasarkan pada ikatan pertalian darah (genealogis) dan
kekerabatan. Sedangkan tata hubungan sosialnya bersumber pada agama dan ajaran nenek
moyang.

Para ahli ilmu negara, mengakui setiap komunitas sosial sebagai sebuah negara, bahkan
sekalipun berupa komunitas manusia yang alami, seperti keluarga dan suku. Sebab dalam
prespektif mereka, negara tidak akan pernah lepas dari unsur komunitas manusia yang di
dalamnya ada kelompok yang memerintah (ruler) dan kelompok yang diperintah (ruled) dan
kelompok yang diperintah (ruled).

Apakah Makkah Sebuah Negara?

Makkah adalah potret dari proses perkembangan sebuah peradaban yang tegak diatas
cita-cita sekelompok manusia dan kepentingan bersama.

Ada tiga unsure yang harus dipenuhi bagi berdirinya sebuah negara :

1. Warga;
2. Wilayah;
3. Sistem Politik, adanya pihak yang memerintah (ruler) dan pihak yang diperintah (ruled).

Makkah telah memenuhi unsur-unsur tersebut di atas dan memiliki tatanan politik yang
jelas. Pemerintahan Makkah dipegang oleh pemerintahan kolektif dan permusyawaratan. Orang-
orang Arab menganggap Makkah sebagai satu-satunya negara di Hijaz sebelum Islam.

Makkah telah memiliki angkatan bersenjata khusus dari kalangan suku Ahabisy. Pasukan
yang berasal dari orang-orang yang mengalami kesulitan hidup di daerah asalnya. Kemudian
mereka berimigrasi ke Makkah. Mereka bekerja sebagai tentara. Tetapi komandannya tetap
dijabat oleh orang Arab.

1
Makkah memiliki sistem pemerintahan yang spesifik dan memiliki keistimewaan
dibandingkan dengan kota-kota lain. Makkah bahkan menjadi sentral perdagangan dan
peradaban. Sistem pemerintahan Makkah dijalankan dengan menganut sistem demokrasi dan
dipegang secara kolektif oleh pemuka-pemuka Makkah yang terhimpun di dalam sebuah dewan
atau institusi yang disebut al-Mala. Dewan yang menjadi parlemen masyarakat Makkah ini
disebut Dar an-Nadwah. Parlemen Dar an-Nadwah sebagai forum para pembesar negeri Makkah
melaksanakan tugas membuat program kerja perdagangan, menyelesaikan masalah perang,
menetapkan perwalian dan menyelenggarakan pernikahan.

Sedangkan forum musyawarah bagi seluruh rakyat disebut Nada al-Qaumi. Lembaga ini
biasanya menyelenggarakan pertemuan di pelataran Kabah, khusus membicarakan masalah-
masalah yang penting, seperti masalah yang berkaitan dengan urusan Kabah dan Makkah secara
umum.

Struktur Pemerintahan

Seluruh jabatan didistribusikan pada semua suku. Para bangsawan Makkah ditempatkan
pada jabatan-jabatan yang penting secara adil. Jabatan itu terdiri dari jabatan keagamaan dan
politik. Namun demikian, ciri keagamaan Nampak lebih dominan. Bahkan Kabahlah faktor
utama kelahiran sistem pemerintahan yang diterima oleh semua pihak, sehingga mereka
terhindar dari konflik perebutan kekuasaan dan memegang fungsi pelayanan Kabah yang
menjadi sumber legitimasi dan spririt hidup mereka. Dalam konteks sekarang kita bisa
mengkomparasikan Makkah dengan Vatikan.

Berikut ini jabatan-jabatan yang ada di negara Makkah :

1. Al-Sadanah (Juru Kunci) : pemegang jabatan ini menempati posisi pertama yang bertugas
mengurusi tirai Kabah dan memegang kunci pintu Kabah.
2. Al-Siqayah (ulu banyu) : pemegang jabatan ini bertugas mengairi al-Hajij. Jabatan ini
dipangku oleh Bani Hasyim. Sesaat sebelum islam, tugas ini dijalankan oleh Abbas paman
Nabi.
3. Al-Rifadah (penjamuan) : pemegang jabatan ini bertugas menyediakan konsumsi untuk fakir
miskin pada setiap musim haji. Dana konsumsi ini diperoleh dari kontribusi orang-orang

2
Quraisy. Jabatan ini awalnya dipegang oleh Bani Naufal kemudian di ambil alih oleh Bani
Hasyim.
4. Al-Rayah (pembawa bendera) : pemegang jabatan ini bertugas membawa bendera.
5. Al-Qiyadah (pemandu kafilah) : pemegang jabatan ini bertugas memandu perjalanan
rombongan baik untuk peperangan atau perdagangan. Jabatan ini dipegang oleh Bani
Umayyah.
6. Al-Isyfaq (penarik denda) : pemegang jabatan ini bertugas mengurusi denda dan orang-orang
pailit. Jabatan ini dipegang oleh Taimin.
7. Al-Masyurah (penasihat) : pemegang jabatan ini sebagai tempat konsultasi dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang penting. Jabatan ini dipegang oleh Bani Asad.
8. Al-Safarah (duta) : Apabila mereka bermaksud menjajaki upaya penyelesaian peperangan
yang terjadi di antara sesame mereka atau dengan suku-suku yang lain, maka mereka
mengirim duta (safir).
9. Al-Hukumah (peradilan) : tugasnya adalah menyelesaikan sengketa di antara warga. Sebelum
masa islam jabatan ini dipegang oleh Bani Sahmin.
10. AL-Masul an Baitil Mal (penanggungjawab keuangan) : bertugas mengurusi harta kekayaan
negara, yaitu uang atau perhiasan yang dijadikan sebagai persembahan pada Tuhan mereka.

Selain jabatan-jabatan tersebut masih ada lagi jabatan lain. Mereka memperbanyak posisi
jabatan, meskipun diantara jabatan itu ada yang tidak begitu vital. Ini dimaksudkan agar
memperoleh dukungan dari seluruh suku-suku Quraisy, mencegah persaingan tidak sehat di
anatara mereka dan mengagungkan Kabah. Dengan Kabah, mereka membangun sistem yang
mengintegrasikan politik pemerintahan dengan agama, administrasi negara dan peperangan.
Dalam pemerintahan demokrasi terdapat Presiden. Sedangkan disini tidak ada Presiden. Yang
ada hanya kepemimpinan yang bersumber dari kewibawaan personil para pemegang jabatan an-
Nadwah atau al-Sadanah atau al-Riyasah, seperti Bani Hasyim dan juga Abdul Muththalib.

Makkah menarik pajak kepada setiap pedagang yang melewati daerahnya. Sistem
administrasi dijalankan dalam rangka menjaga dokumen-dokumen perjanjian kesepakatan
perdagangan, sebagaimana nampak pada berdirinya sebuah lembaga yang bertugas menarik
pajak dari para pedagang mancanegara.

3
Jika kita mencermati seluruh komponen, harus ada bagi sebuah negara, kita akan
menemukan komponen-komponen itu dalam tatanan masyarakat Makkah, baik dalam dan luar
negeri, sebagaimana komponen yang kita temui pada negara-negara modern saat ini.

Al-Khudhari menyatakan, hubungan keluarga dikalangan bangsa Arab jauh lebih maju
daripada gambaran yang kita peroleh selama ini. Kaum istri memiliki hak kebebasan
berpendapat, hanya saja kaum pria memegang posisi kepala rumah tangga dan juru bicara
keluarga.

Kondisi sosial Makkah, dan kota-kota yang ada di semenanjung Arab sangat beraneka
ragam, pengaruhnya sangat besar dalam bidang keagamaan terhadap suku-suku yang lain.
Pengaruh warga Makkah karena mereka adalah keluarga rasul dan keturunannya. Bahkan
sekalipun terjadi pemberontakan politik atas nama agama yang populer dikalangan ahli sejarah
dengan nama riddah (pemberontakan orang-orang murtad) setelah wafatnya rasulullah,
kekuasaan pemerintahan tetap berada ditangan mereka, karena mereka memang sudah memiliki
pengalaman dalam bidang pemerintahan pada masa jahiliah.

Posisi Rasulullah di Negara Makkah

Ketika Rasulullah hadir ke tengah-tengah masyarakat dengan missinya, sesungguhnya ia


telah membangkang terhadap negara. Oleh karena itu Rasulullah di anggap sebagai pemberontak
terhadap pemerintah dan sistem keagamaan yang sudah mengakar ditengah-tengah masyarakat
Makkah. Pihak yang paling merasa keberatan dengan semua ini adalah para bangsawan Makkah.
Masyarakat tahu, di antara misi Rasulullah adalah mengajak manusia untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai persamaan derajat (egalitarianisme) di antara sesama manusia dan menentang keras
terhadap paganisme yang menjadi sumber legitimasi hegemone mereka atas bangsa Arab. Semua
ini akan mengakibatkan hancurnya wibawa mereka dan melenyapkan pengklutusan bangsa Arab
pada mereka.

Mereka berusaha melakukan kompromi politik pada Muhammad dengan segala macam
cara. Agar Muhammad mengakui peribadatan mereka dan tidak mengusik patung-patung yang
dijadikan sembahan mereka dan juga yang telah menjadi sokoguru sistem politik mereka. Karena
peristiwa ini, surat al-Kafirun diturunkan. Orang-orang Quraisy, atau lebih tepat pemerintahan
Quraisy, mengeluarkan keputusan melalui Daran Nadwah (parlemen) agar mengisolasikan Nabi

4
Muhammad dan keluarganya secara total, karena merekalah keluarganya yang memberikan
perlindungan pada Rasulullah pada ancaman orang-orang Quraisy selama ini. Mereka sepakat
akan menggantungkan pengumuman itu di dinding Kabah. Pengumuman itu dimaksudkan
sebagai peringatan bagi seluruh penduduk Makkah, sekaligus sebagai pijakan hukum untuk
menindak keras siapa saja yang berani melanggar kesepakatan. Yang berani membangkang pada
keputusan itu akan diberi hukuman dan siksaan. Oleh karena itu tidak ada seorangpun dari
penduduk Makkah yang berani melanggar keputusan itu, sekalipun hatinya tak pernah setuju.

Mengapa Pemerintah Makkah Harus Membuat Pengumuman Tertulis?

Pemerintah Makkah membuat keputusan secara tertulis melalui consensus seluruh suku
Quraisy selain Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib (tidak termasuk Abu Jahal di
dalamnya), karena keputusan ini dipandang sebagai undang-undang produk seluruh komponen
Quraisy yang mengejawantahkan tekad bersama untuk mempertahankan Makkah dari berbagai
ancaman. Tidak terlibatnya Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib dalam kesepakatan itu
harus segera diatasi, jangan sampai mereka berhasil mempengaruhi para elit Quraisy berpihak
pada mereka.

Orang-rang Quraisy sangat bersungguh-sungguh dalam menjaga consensus itu karena


mereka memandang dakwah Islam sebagai ancaman terhadap keutuhan Makkah. Atas dasar
pandangan inilah mereka menggalang kesatuan dan menghimpun kekuatan untuk membendung
dakwah Islam. Ancaman pidana terhadap suku-suku Quraisy diharapkan akan dapat menekan
mereka untuk tidak memberikan perlindungan dan berpihak pada Nabi. Penggantungan lembar
keputusan itu dimaksudkan agar mengkokohkan komitmen mereka. Kuatnya semangat menjaga
kesatuan suku merupakan faktor utama yang menyebabkan orang-orang Quraisy sangat keras
menolak misi Nabi Muhammad dan memperlakukan orang-orang Islam dengan perlakuan seperti
itu. Hanya dengan cara ini, kelangsungan negara Makkah dan kesatuan suku Quraisy akan dapat
terpelihara.

Terpilihnya Muhammad sebagai Rasul

Muhammad sendiri lahir di Makkah dari keluarga dan keturunan baik-baik. Ayahnya,
Abdullah berasal dari keluarga Bani Hasyim yang memiliki posisi kuat di Makkah. Sementara
ibunya, Amirah binti Wahb, termasuk salah seorang wanita pilihan Quraisy. Nenek moyang

5
Muhammad terkenal karena kepemimpinannya atau pedagang yang sukses. Kakeknya berhasil
mengembalikan Makkah ke tangan orang-orang Quraisy setelah melalui pertempuran melawan
suku Khuzaah. Hasyim adalah orang yang pertama kali memulai tradisi perjalanan dagang
musim panas dan musim dingin. Sedangkan Abdul Muththalib adalah orang yang memiliki
posisi sangat terpandang, karena jasanya yang berhasil merehabilitasi sumur Zamzam yang
sudah mongering. Dari sumur Zamzam itu, ia menjamu tamu-tamu Makkah yang datang
berkunjung untuk menunaikan ibadah haji.

Di Makkah, Muhammad hidup sebagaimana layaknya manusia biasa. Ia tidak


menggantungkan hidupnya pada Abu Thalib, salah seorang pamannya. Walaupun demikian,
dalam menapaki awal perjalanan hidupnya Muhammad terhindar dari perilaku-perilaku tercela,
seluruh tindakannya mencerminkan bahwa beliau merupakan sosok pribadi yang jujur. Ketika ia
memasuki usia 40-an, seperti kebiasaan orang-orang Arab beliau bersemedi di Gua Hira. Ia ingin
menemukan agama yang benar melalui kontemplasi dan semedi. Secara tiba-tiba wahyu pertama
turun dari langit, yaitu QS. al-Alaq: 1: Bacalah nama Tuhanmu yang menciptakan. Shalat
adalah salah satu bentuk peribadatan Nabi Muhammad dan mereka telah melaksanakannya di
dekat Kabah dalam persemediannya.

Tahapan Pemilihan Rasul

Pemilihan utusan melalui dua tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan.
2. Tahap pemberian tanggung jawab dan penyampaian risalah.

Muhammad saw berasal dari keturunan yang terhormat. Nenek moyangnya memegang
teguh moralitas dan keagamaan yang luhur. Pada masa pertumbuhannya, banyak factor yang
mendorong Muhammad untuk berusaha mencari pengetahuan dan pengalaman melalui pergaulan
dengan berbagai bangsa. Memang benar, Allah mengajari Nabi berbagai macam pengetahuan
melalui wahyu. Tetapi ini tidaklah berarti, ia bersikap acuh tak acuh terhadap berbagai realitas
kehidupan yang mengitarinya. Karena hal semacam ini jelas tidak masuk akal. Termasuk rahasia
Ilahi jika Muhammad tidak segera diketahui jauh hari sebelum turunnya wahyu bahwa ia adalah
seorang nabi atau nabi yang ditunggu-tunggu.

6
Saif ibn Dzi Yazin mengadukan pada Abdul Muththalib tetang berita akan hadirnya
seorang nabi. Berita tentang kenabian telah tersebar ke berbagai negeri. Buku-buku sejarah juga
menyebutkan tentang kisah pendeta buhaira dan ucapannya pada Abu Thalib tentang kenabian
ketika ia melihat Muhammad bersama Abu Thalib dalam perjalanan dagang ke syam. Pendeta itu
mampu mengenali ciri-ciri kenabian yang ada pada Muhammad. Quraisy menolak kehadiran
Muhammad sebagai nabi, karena berasal dari keluarga yang tidak termasuk bangsawan, bukan
politisi dan bukan yang memegang jabatan, dikalangan penduduk Makkah Muhammad terkenal
dengan keluhuran budi pekertinya hingga ia memperoleh predikat al-amien.

Mengapa Muhammad Tidak Masuk dalam Jajaran Bangsawan Makkah?

Sebagian orang ada yang berpendapat, para bangsawan Makkah yang heran atas
terpilihnya Muhammad sebagai nabi adalah kalangan penguasa. Mereka memperoleh karunia
dari Allah untuk memegang kepemimpinan dalam bidang duniawi. Sedangkan kenabian
(nubuwwah) secara umum adalah karunia ilahi yang berhubungan dengan tugas-tugas besar di
luar lingkup urusan duniawi. Hal ini berdasarkan firman Allah: Allah Maha Tahu di mana Dia
harus menempatkan risalah-Nya. (QS. al-Anam: 124)

Penulis buku ini tidak setuju dengan pendapat tersebut. Meskipun kenabian adalah
karunia ilahi yang bersifat spesifik, kenabian tidak dapat dipisahkan secara mutlak dari
kepemimpinan duniawi. Tentang posisi Muhammad yang tidak masuk dalam jajaran
pemerintahan Makkah pada saat belum diangkat sebagai Nabi menyelipkan hikmah ilahiah yang
sangat besar. Sebab, jika Muhammad masuk dalam jajaran jajaran pemerintahan Makkah,
kemudian keluar kepada masyarakat dengan membawa misi, sudah pasti akan terkesan bahwa
semua itu ia lakukan karena ambisi kekuasaan, jabatan dan harta benda.

Tahapan Dakwah Rasulullah

Islam awal mulanya disebarkan secara sembunyi-sembunyi. Dakwah secara rahasia


bukanlah sebagai suatu kehaursan mutlak, pada saat itu orang-orang yang mau menerima ajakan
Rasulullah hanya dalam jumlah yang sangat kecil. Nabi Ibrahim langsung melancarkan
dakwahnya secara terang-terangan, menantang debat ayahnya tanpa merasa gentar pada ancaman
yang mungkin terjadi. Ibrahim tidak punya sanak family yang akan melindungi dari ancaman
pembunuhan atau mencegah pembakaran atas dirinya. Berbeda dengan Rasululah yang memiliki

7
sanak family yang akan melidnungi dirinya dan mencegah ancaman orang-orang Quraisy. Jika
demikian kenyataan yang ada pada Rasulullah, bagaimana mungkin dakwah islam dilakukan
pertama kali dengan cara rahasia? Apalah arti strategisnya metode dakwah seperti ini?

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dakwah islam tidaklah dimulai dengan cara rahasia,
tetapi langsung secara terang-terangan dan terbuka. Hanya saja fase pertama perkembangan
dakwah memang lebih bersifat individual, namun tetap berjalan sesuai rencana perjuangan
Rasulullah dan para pengikutnya. Menurut penulis buku ini, dakwah secara rahasia ini dilakukan
hanya untuk menjaga keselamatan sebagian pengikut Rasulullah dari penyiksaan. Al-Quran
harus dipahami secara holistic dan komprehensif tidak boleh dipahami. Secara parsial, karena
ayat yang satu mempunyai fungsi penjelas pada ayat yang lain. Diantara orang-orang yang
masuk islam adalah saudara perempuan Umar, Fatimah, dan suaminya, Said ibn Zaid, saudara
sepupu Umar. Mereka berada dalam satu kelompok dengan Nuaim Abdullah al-Fahham ibn
Ady. Allah memerintahkan kepada Nabi agar selalu memberikan peringatan kepada kaumnya.
Tadzikir (memberi peringatan) di sini sama saja dengan indzar (memberikan peringatan yang
menumbuhkan rasa takut pada Tuhan). QS. al-Syuara: 193 memuat perintah kepada Nabi untuk
memberikan peringatan secara umum.

Apakah Negara Islam Berdiri di Makkah

Agama memungkinkan untuk mengendalikan individu, sedangkan politik dan Negara


memungkinkan bagi penegakan dan perlindungan agama. Integralitas agama dan politik
merupakan factor kunci bagi suksesnya dakwah Rasulullah. Sudah menjadi kenyataan di dalam
kehidupan sehari-hari penggunaan senjata menjadi sebuah keharusan. Sejarah agama-agama
terdahulu telah menunjukkan bahwa pedang yang tajam tidak akan selamanya tetap berada di
dalam kerangkanya.

Jelas sekali, jika kondisi untuk menggunakan senjata memang memungkinkan, sudah
tentu cara itu akan ditempuh. Orang-orang Kristen telah mencurahkan sebgaian besar potensinya
untuk menyulut api peperangan di seluruh dunia. Hingga akhirnya mereka mengalami distorsi
daro tujuan semula. Sedangkan Nabi Muhammad telah memperoleh janjin dari Allah dalam hal
pendirian sebuah Negara pada saat ia berada di Makkah (QS. al-Shaffat: 171-173). Aturan-aturan
yang tercermin di dalam ayat-ayat Makkiyah merupakan bukti-bukti yang menunjukkan

8
persiapan berdirinya sebuah Negara. Syariat yang turun di Makkah memuat keseluruhan
persoalan yang menjadi fokus utama agama-agama sebelumnya, yaitu aturan tentang perbuatan
yang menjadi prasyarat bagi pembersihan jiwa dan rehabilitas mental.

Dalam menerapkan aturan hukum, Rasulullah menggunakan politik hukum secara


bertahap. Semua keputusan hokum yang di keluarkan oleh Rasulullah, baik berdasarkan wahyu
maupun ijtihadnya, berdimensi ilahiah. Tujuannya untuk memudahkan pemahaman kepada umat
islam terhadap materi-materi hukum tersebut. Langkah Nabi Muhammad yang sangat sistematik
ini memiliki dimensi politis. Sangatlah keliru orang yang menganggap bahwa Rasulullah baru
berpikir untuk mendirikan Negara setelah berada di Madinah. Rencana pendirian Negara itu
terlintas di dalam benak Rasulullah dalam rangka melindungi dan menyebarkan missinya dan
melindungi warga atau umatnya. Pemikiran pendirian Negara telah muncul sejak Rasulullah
berada di Makkah. Karena Rasulullah mendambakan seluruh orang Quraisy menjadi beriman
dengan menjadikan Makkah sebagai benteng pelindung Baitullah dan sebagai ibu kota Negara
Islam pertama.

Sebab-sebab Pengungsian ke Ethiopia

Kebanyakan ahli sejarah menyatakan pengungsian yang dilakukan umat islam ke


Ethiopia karena lemah iman dan takut ancaman. Tetapi, menurut pendapat buku ini, pengungsian
itu sama sekali tidak disebabkan oleh alas an tersebut. Karena kebanyakan yang mengungsi itu
bukan dari kalangan rakyat jelata yang tertindas, tetapi justru mereka yang berasal dari kalangan
orang-orang terhormat. Para pengungsi itu yang pasti berasal dari Bani Umayyah, Bani Hasyim,
Bani Asad, Bani Naufal, Bani Abdid Dar, Bani Taimin, Bani Jamah, Bani Sahmin, Bani Ady,
secara keseluruhan berjumlah 76 orang. Mereka terdiri dari para bangsawan suku-suku Quraisy.

Rasulullah ingin meyakinkan pada orang-orang yang simpati pada Islam bahwa Islam
masih menemukan Negara lain yang memungkinkan mereka untuk memperoleh perlindungan
pada saat diperlukan. Di samping itu, Rasulullah ingin menegaskan juga bahwa pengungsian itu
tidak berlaku bagi kalangan muslim jelata saja, sekalipun pengikutnya kebanyakan berasal dari
rakyat jelata. Selain pertimbangan kedua hal tersebut, pengungsian itu memiliki arti strategis
dalam penyebaran Islam ke seluruh penjuru. Dengan pengungsian itu, masyarakat Arab dan non
Arab bias memperoleh informasi tentang Islam.

9
Tetapi bertahannya para pengungsi itu tinggal di Ethiopia hingga tahun ketujuh hijriah,
menurut pendapat buku ini, bertujuan untuk menyebarkan Islam di kawasan Ethiopia. Mungkin
Rasulullah menyimpan kekhawatiran akan terjadi pengkhianatan dan penyerbuan orang-orang
Ethiopia terhadap Negara Islam. Dengan adanya Jafar dan kawan-kawannya disana, RAsulullah
bias memperoleh informasi tentang reaksi masyarakat Ethiopia terhadap Negara Islam.

Dari uraian tersebut, factor-faktor yang mendorong pengungsian ke Ethiopia dan dampak yang
ditumbulkannya kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sikap Rasulullah yang sangat yakin atas keadilan raja Najasyi. Ia yakin bahwa para
pengikutnya akan diperlakukan adil oleh raja Najasyi.
2. Rasulullah berharap, Islam akan bias menyebar di kawasan Ethiopia.
3. Keinginan Rasulullah yang begitu kuat untuk memperkenalkan Islam pada seluruh dunia
Arab dan Negara-negara yang ada disekitarnya. Hal ini merupakan bukti
kosmopolitanisme misi Islam.
4. Rasulullah tahu melalui wahyu bahwa missinya akan tersebar di semenanjung Arab,
Syam dan Negara-negara lain dikawasan Asia dan Afrika.
5. Tidak diragukan lagi, pengungsian ini punya dampak yang sangat positif dalam
penyebaran islam. Dengan pengungsian itu, ajaran Ilsam menjadi tersebar di kawasan
Arab.
6. Pengungsian itu dapat mengurangi tekanan lawan. Karena pengungsian sejumlah orang
yang terancam dalam mempertahankan agamanya mampu mengundang keprihatinan
pihak-pihak lain.
7. Orang-orang Quraisy sangat mengkhawatirkan akibat-akibat yang akan di timbulkan dari
dukungan orang-orang Ethiopia pada pengikut Nabi.

10

Anda mungkin juga menyukai