Ponsel Vertu Signature Touch ini dijual seharga Rp135 juta. Vertu terkenal sebagai produsen yang gemar
mengeluarkan ponsel mewah. Ponsel ini memiliki layar 4,3 inci yang terbuat dari kristal safir, serta casing
berbahan titanium. Vertu mengklaim bahwa ponsel mewah ini hanya dapat tergores dengan berlian saja. Foto:
Vertu.
Pada Maret lalu, Vertu telah dibeli oleh pebisnis asal Turki, Murat Hakan
Uzan. Ia mengakuisisi Vertu setelah perusahaan beberapa kali dijual.
Atas transaksi ini, Uzan akan mendapat kepemilikan merk, teknologi dan
izin rancangan Vertu. Seorang kerabat Uzan mengatakan, bahwa ia ingin
membangkitkan kembali kejayaan Vertu sebagai telepon genggam
mewah.
Vertu adalah produsen ponsel mewah serta memiliki tim yang ahli
merakit material seperti kulit burung unta, perhiasan dan metal berha rga.
Ponsel buatan Vertu memakai Android versi lama namun dengan
tampilan mewah, beberapa model berharga di atas 30 ribu dolar.
Lalu bagaimana nasib karyawan Vertu yang berjumlah sekitar 200 orang? Minggu
lalu, Daily Mail melaporkan dana pensiun sekitar 500 ribu pound sterling diduga telah
dibekukan perusahaan. Pada akhir Juni 2017, dana tersebut dimasukkan ke
kas administrasi oleh Uzan yang membeli Vertu pada Maret 2017.
"Sudah dilakukan likuidasi dan saya tidak akan membayar karyawan lagi," kata juru
bicara eksternal Vertu kepada Beeb yang dikutip dari Mirror, Jumat (14/7/2017).
Ian Fogg, analis dari IHS Technology, mengatakan, setelah Vertu dibeli oleh pria asal
Turki tersebut, perusahaan dinilai menjalankan strategi yang tak wajar.
"Sangat tidak biasa, Vertu membuat telepon dengan jumlah sangat sedikit,
tetapi harganya sangat mahal," ujar Ian Fogg kepada BBC.
Meski perusahaan telah berhenti beroperasi, Uzan yang kini tinggal di Paris disebut-
sebut akan tetap mempertahankan kepemilikan merek, teknologi, dan lisensi desain
Vertu.
Vertu berdiri pada 1998 dan mulanya perusahaan ini adalah bagian dari
Nokia. Vertu kemudian dijual pada 2012 kepada perusahaan pribadi EQT. Lalu pada
2015 Vertua dijual kepada perusahaan Tiongkok Godin Holding. Uzan kemudian
membeli Vertu dan di tangannya pula, Vertu mengalami kebangkrutan.
KUMPARAN
Kantor pos hampir mati. Gara-gara surat --yang menjadi ciri khas Kantor Pos-- tidak
dapat memberikan kebaruan yang kini dengan rakus dilahap hampir semua orang:
kecepatan.
Pada titik ini, Kantor Pos tak dapat berbuat apa-apa kecuali melihat zaman berubah
dengan kencangnya. Internet muncul, ponsel muncul, orang-orang kantoran berkirim
surat via email --tak lagi dituliskan di atas secarik kertas, orang-orang berkirim pesan
lewat layanan pesan singkat (SMS) di ponsel.
Seakan keadaan tak bisa lebih buruk lagi bagi suratan nasib si surat, email lantas
terpasang pada telepon genggam, membuat orang-orang dengan mudah saling
berkirim surat elektronik dalam hitungan detik.
Varian aplikasi pesan singkat elektronik pun berkembang beragam, mulai BlackBerry
Messenger (BBM), WhatsApp, LINE, hingga Telegram. Semua menawarkan apa
yang pernah dimiliki oleh surat, dengan tambahan penting: kecepatan.
Mau kirim pesan dalam format tulisan, gambar, suara, sampai video, semua bisa
dilakukan cepat dan instan. Foto yang baru dipotret, video yang baru direkam,
bahkan tak perlu dicetak untuk langsung dikirimkan saat itu juga.
Dunia berubah. Cara komunikasi manusia juga berganti. Sayembara Bobo yang dulu
jawabannya dikirim lewat pos misalnya, kini bisa dikirim via pos, email, WhatsApp,
dan LINE.
Jika zaman purba dulu ditandai dengan batu, maka surat --bisa jadi-- bagai
penanda periode kuno kedua dalam lintasan sejarah umat manusia.
Di Indonesia, PT Pos Indonesia ikut terseret pada kemandekan industri pos. Sejak
Kantor Pos pertama didirikan di Batavia oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Gustaaf Willem Baron van Imhoof pada Agustus 1746, perusahaan itu mengalami
salah satu tantangan terbesarnya 254 tahun kemudian, saat Batavia telah menjadi
Jakarta, dan negeri ini tak diperintah Belanda lagi, tapi oleh putra bangsa sendiri.
Tahun 2000, kemajuan teknologi dunia memicu geliat perusahaan telekomunikasi
dalam negeri, yang kemudian menggusur peran surat konvensional --dan Kantor
Pos sebagai medium pengantar surat.
Padahal Pos Indonesia memiliki sumber daya permanen yang dibutuhkan di era
modern, termasuk jaringan infrastruktur yang tersebar hingga pelosok, sampai para
pegawai.
Bayangkan, terdapat 4.561 Kantor Pos, dengan 24.000 titik layanan, yang melayani
100 persen wilayah Indonesia hingga kota/kabupaten, bahkan kecamatan. Kekuatan
ini belum tentu dimiliki perusahaan lain.
Singkat kata, Pos Indonesia masih punya harapan untuk terus hidup.
Tahun 2009 jadi titik tolak Kantor Pos untuk berbenah. Mereka memulai proses
liberalisasi --keluar dari ketiak pemerintah, melihat ke luar, dan menerima tantangan
dunia digital dengan merengkuhnya, mengadopsinya, dan jadi bagian darinya.
PT Pos Indonesia masuk dalam gerbong perubahan Postal Service di seluruh dunia.
Diversifikasi produk dimunculkan, layanan ditambah jadi tak sekadar urusan surat-
menyurat.
Inovasi terus dilakukan oleh Pos Indonesia antara lain dengan pembangunan
postshop yang merupakan pengembangan bisnis ritel yang diimplementasikan untuk
mengubah image Kantorpos konvensional menjadi Kantorpos modern dengan pola
layanan one stop shopping, yaitu postal services (jasa ritel) berupa layanan
pengiriman surat, paket, jasa keuangan, penjualan postal items (materai, prangko,
produk filateli), dan layanan online shopping. Pos Indonesia juga menyediakan
layanan e-commerce, serta layanan lain melalui aplikasi myPos dan m-pospay,
demikian tertulis pada website Pos Indonesia.
Selama 2015, PT Pos melayani sekitar 115,5 juta produksi surat pos, 4,8 juta
pengiriman paket, dan 13,2 juta transaksi.
"Saat ini sudah jarang sekali ada surat pribadi yang kami layani, cerita Tangkas
Wibowo, pegawai kantor pos Jakarta Timur kepada kumparan di ruang antaran
Kantor Pos Jakarta Timur, Selasa (14/2).
Ucapan Tangkas memang benar. Dalam ruangan Divisi Antaran, seluruh barang
kiriman yang dikelola Kantor Pos memiliki dimensi tebal macam dokumen atau
paket. Kalaupun ada selembar amplop, isinya biasanya bukan surat pribadi.
"Jasa kita saat ini lebih banyak (mengirim) parsel, dokumen, dan surat-menyurat
korporasi. Masa surat pribadi sudah lewat bagi kami. Barang-barang yang ada di
bagian antaran semuanya dokumen resmi. Bahkan kami juga sudah jarang
mengecek kotak surat yang terpasang di pinggir jalan," kata Tangkas.
International Post Corporation tahun 2015 menyatakan, industri pos akan bisa
sukses jika mampu melibatkan diri dalam digitalisasi perdagangan global. Pertalian
dengan pertumbuhan pesat e-commerce dan perdagangan dunia akan membuat
kantor pos diperhitungkan.
Memantapkan diri sebagai perusahaan kurir merupakan resep sukses industri pos di
seluruh dunia pada era digital ini.
Kantor Pos Amerika Serikat (Foto: Pixabay)
New York Times melansir, kantor pos di berbagai belahan dunia lantas mulai
menapaki jalan kesuksesan. Artikel tersebut menyoroti ketergantungan perusahaan
lingerie Jerman dengan perusahaan pos Singapura yang telah berusia 200 tahun.
Sementara Kantor Pos Amerika Serikat yang sempat rugi 5,5 miliar Dolar AS kini
mampu menjadi mitra perusahaan Amazon. Pun di Australia, kantor pos menjadi
mitra eksklusif Alibaba, raksasa e-commerce dunia asal China.
Maka, kantor pos yang telah merelakan kematian surat yang selama ini identik
dengan dirinya, siap menyongsong era baru bentangan digital di hadapannya.
Bongkar muat barang kantor pos. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Hal yang dilakukannya itu merupakan bagian dari program Indonesia Mengajar yang
idenya dicetuskan oleh Rektor Universitas Paramadina Anies Bawesdan.
Dia bercerita mengenai pengalaman hidupnya semasa kecil yang serba kesusahan
dan harus melakukan pekerjaan berat untuk bisa bertahan menjalani kehidupan
sehingga akhirnya berhasil meraih kesuksesan seperti sekarang. "Banyak hal yang
telah saya alami dan harus melakukan berbagai pekerjaan berat karena saya
merupakan anak seorang petani. Walaupun begitu orang tua saya menginginkan
untuk bersekolah sehingga dititipkanlah kepada kerabat ayahnya," ujarnya.
Berkat dorongan dan keinginan orang tuanya untuk dapat bersekolah membuat
dirinya berhasil meraih kesuksesan sebagai jajaran direksi di BUMN. Kesuksesan itu
tidak diraih dengan mudah namun melalui perjuangan yang cukup berat.
Mardjana berpesan apabila dapat melakukan sesuatu hal dengan sepenuh hati
maka nanti akan memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan. Mardjana yang
sukses mengantarkan Pos Indonesia bangkit dari keterpurukan sehingga saat ini
keuntungan terus bertambah, tercatat pada 2012 mencapai Rp 212 miliar.
"Banyak orang menilai perusahaan ini adalah 'sunset industry' seiring dengan
berkembangnya IT. Akan tetapi dengan disiplin dan kerja keras, saya justru
menjadikan tantang tersebut sebagai motivasi untuk menjadi industri yang
berkembang," ucapnya.
Sumber : republika.co.id
NET