Anda di halaman 1dari 11

Ponsel Mewah Vertu Tumbang,

Bangkrut Dililit Utang


Jum'at, 14 Juli 2017 | 13:51 WIB

Ponsel Vertu Signature Touch ini dijual seharga Rp135 juta. Vertu terkenal sebagai produsen yang gemar
mengeluarkan ponsel mewah. Ponsel ini memiliki layar 4,3 inci yang terbuat dari kristal safir, serta casing
berbahan titanium. Vertu mengklaim bahwa ponsel mewah ini hanya dapat tergores dengan berlian saja. Foto:
Vertu.

TEMPO.CO, Jakarta -Produsen telepon genggam mewah, Vertu bangkrut


setelah perusahaan gagal membayar utang ke kreditor sebesar 1,9 juta
poundsterling atau sekitar US$ 2,4 juta, dari total utangnya sebesar 128
juta poundsterling. Berdasarkan laporan dari Financial Times dan The
Telegraph, Vertu pun menutup pabrik di Inggris. Sekitar 200 orang
karyawan terancam kehilangan pekerjaan.

Pada Maret lalu, Vertu telah dibeli oleh pebisnis asal Turki, Murat Hakan
Uzan. Ia mengakuisisi Vertu setelah perusahaan beberapa kali dijual.

Atas transaksi ini, Uzan akan mendapat kepemilikan merk, teknologi dan
izin rancangan Vertu. Seorang kerabat Uzan mengatakan, bahwa ia ingin
membangkitkan kembali kejayaan Vertu sebagai telepon genggam
mewah.

Vertu adalah produsen ponsel mewah serta memiliki tim yang ahli
merakit material seperti kulit burung unta, perhiasan dan metal berha rga.
Ponsel buatan Vertu memakai Android versi lama namun dengan
tampilan mewah, beberapa model berharga di atas 30 ribu dolar.

Layanan purna jual Vertu juga memungkinkan konsumennya berbicara


dengan customer service kapan saja, 24 jam sehari dan 7 hari dalam
sepekan. Vertu sudah berdiri sejak 1998, yang awalnya merupakan
bagian dari perusahaan telepon genggam asal Finlandia, Nokia.

Bangkrut, Bagaimana Nasib Karyawan


Vertu?

Vertu. Dok: theverge.com


Liputan6.com, Jakarta - Para karyawan Vertu merasa khawatir karier mereka akan
terancam dan kehilangan kontribusi pensiun lantaran sang pemilik, Murat Hakan Uzan,
tak mampu mengendalikan bisnisnya.
Vertu telah gagal menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan setelah mereka hanya
mampu membayar krediturnya senilai 1,9 juta pound sterling dari total utang sebesar
128 juta pound sterling.

Lalu bagaimana nasib karyawan Vertu yang berjumlah sekitar 200 orang? Minggu
lalu, Daily Mail melaporkan dana pensiun sekitar 500 ribu pound sterling diduga telah
dibekukan perusahaan. Pada akhir Juni 2017, dana tersebut dimasukkan ke
kas administrasi oleh Uzan yang membeli Vertu pada Maret 2017.

Mereka yang kehilangan pekerjaan di antaranya tim perajin yang


menggarap smartphone Vertu menggunakan bahan kulit burung unta, emas, dan
permata. Proses pembuatan manual dengan tangan menjadikan smartphone mewah itu
dijual dengan harga mencapai Rp 400 jutaan.

"Sudah dilakukan likuidasi dan saya tidak akan membayar karyawan lagi," kata juru
bicara eksternal Vertu kepada Beeb yang dikutip dari Mirror, Jumat (14/7/2017).

Ian Fogg, analis dari IHS Technology, mengatakan, setelah Vertu dibeli oleh pria asal
Turki tersebut, perusahaan dinilai menjalankan strategi yang tak wajar.

"Sangat tidak biasa, Vertu membuat telepon dengan jumlah sangat sedikit,
tetapi harganya sangat mahal," ujar Ian Fogg kepada BBC.

Ia menuturkan, Vertu menghadapi persaingan ketat dari perusahaan lain yang


menawarkan pengalaman berbeda (tak hanya menyuguhkan kemewahan), yakni
pelanggan dapat mengustomisasi handset dengan permata dan logam mulia sesuai
keinginan.

Meski perusahaan telah berhenti beroperasi, Uzan yang kini tinggal di Paris disebut-
sebut akan tetap mempertahankan kepemilikan merek, teknologi, dan lisensi desain
Vertu.

Menurut orang terdekatnya, Uzan bersikeras menghidupkan kembali perusahaan di


masa depan. Kemungkinan besar aspek yang membuat Vertu unik bisa dikembalikan.

Vertu berdiri pada 1998 dan mulanya perusahaan ini adalah bagian dari
Nokia. Vertu kemudian dijual pada 2012 kepada perusahaan pribadi EQT. Lalu pada
2015 Vertua dijual kepada perusahaan Tiongkok Godin Holding. Uzan kemudian
membeli Vertu dan di tangannya pula, Vertu mengalami kebangkrutan.

Kantor Pos, Wajahmu Kini

KUMPARAN

Jumat 24 Februari 2017 - 09:33

Ilustrasi masyarakat di kantor pos (Foto: Pixabay)

Kantor pos hampir mati. Gara-gara surat --yang menjadi ciri khas Kantor Pos-- tidak
dapat memberikan kebaruan yang kini dengan rakus dilahap hampir semua orang:
kecepatan.

Pada titik ini, Kantor Pos tak dapat berbuat apa-apa kecuali melihat zaman berubah
dengan kencangnya. Internet muncul, ponsel muncul, orang-orang kantoran berkirim
surat via email --tak lagi dituliskan di atas secarik kertas, orang-orang berkirim pesan
lewat layanan pesan singkat (SMS) di ponsel.
Seakan keadaan tak bisa lebih buruk lagi bagi suratan nasib si surat, email lantas
terpasang pada telepon genggam, membuat orang-orang dengan mudah saling
berkirim surat elektronik dalam hitungan detik.

Varian aplikasi pesan singkat elektronik pun berkembang beragam, mulai BlackBerry
Messenger (BBM), WhatsApp, LINE, hingga Telegram. Semua menawarkan apa
yang pernah dimiliki oleh surat, dengan tambahan penting: kecepatan.

Mau kirim pesan dalam format tulisan, gambar, suara, sampai video, semua bisa
dilakukan cepat dan instan. Foto yang baru dipotret, video yang baru direkam,
bahkan tak perlu dicetak untuk langsung dikirimkan saat itu juga.

Dunia berubah. Cara komunikasi manusia juga berganti. Sayembara Bobo yang dulu
jawabannya dikirim lewat pos misalnya, kini bisa dikirim via pos, email, WhatsApp,
dan LINE.

Jika zaman purba dulu ditandai dengan batu, maka surat --bisa jadi-- bagai
penanda periode kuno kedua dalam lintasan sejarah umat manusia.

Bagian depan kantor pos Jakarta Timur. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)

Di Indonesia, PT Pos Indonesia ikut terseret pada kemandekan industri pos. Sejak
Kantor Pos pertama didirikan di Batavia oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Gustaaf Willem Baron van Imhoof pada Agustus 1746, perusahaan itu mengalami
salah satu tantangan terbesarnya 254 tahun kemudian, saat Batavia telah menjadi
Jakarta, dan negeri ini tak diperintah Belanda lagi, tapi oleh putra bangsa sendiri.
Tahun 2000, kemajuan teknologi dunia memicu geliat perusahaan telekomunikasi
dalam negeri, yang kemudian menggusur peran surat konvensional --dan Kantor
Pos sebagai medium pengantar surat.

Hingga akhirnya ketidakmampuan berkompetisi sempat benar-benar membuat PT


Pos Indonesia kembang kempis pada awal milenium baru. Perusahaan itu, seperti
dilansir Marketeers, mengalami kerugian Rp 606,5 miliar pada periode 2004-2008.

Padahal Pos Indonesia memiliki sumber daya permanen yang dibutuhkan di era
modern, termasuk jaringan infrastruktur yang tersebar hingga pelosok, sampai para
pegawai.

Bayangkan, terdapat 4.561 Kantor Pos, dengan 24.000 titik layanan, yang melayani
100 persen wilayah Indonesia hingga kota/kabupaten, bahkan kecamatan. Kekuatan
ini belum tentu dimiliki perusahaan lain.

Singkat kata, Pos Indonesia masih punya harapan untuk terus hidup.

Tahun 2009 jadi titik tolak Kantor Pos untuk berbenah. Mereka memulai proses
liberalisasi --keluar dari ketiak pemerintah, melihat ke luar, dan menerima tantangan
dunia digital dengan merengkuhnya, mengadopsinya, dan jadi bagian darinya.

Era baru dimulai bagi perusahaan berwarna oranye itu.

PT Pos Indonesia masuk dalam gerbong perubahan Postal Service di seluruh dunia.
Diversifikasi produk dimunculkan, layanan ditambah jadi tak sekadar urusan surat-
menyurat.

Dokumen ruang antaran kantor pos. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)

Inovasi terus dilakukan oleh Pos Indonesia antara lain dengan pembangunan
postshop yang merupakan pengembangan bisnis ritel yang diimplementasikan untuk
mengubah image Kantorpos konvensional menjadi Kantorpos modern dengan pola
layanan one stop shopping, yaitu postal services (jasa ritel) berupa layanan
pengiriman surat, paket, jasa keuangan, penjualan postal items (materai, prangko,
produk filateli), dan layanan online shopping. Pos Indonesia juga menyediakan
layanan e-commerce, serta layanan lain melalui aplikasi myPos dan m-pospay,
demikian tertulis pada website Pos Indonesia.

PT Pos Indonesia benar-benar memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk


diversifikasi produk.

Selama 2015, PT Pos melayani sekitar 115,5 juta produksi surat pos, 4,8 juta
pengiriman paket, dan 13,2 juta transaksi.

"Saat ini sudah jarang sekali ada surat pribadi yang kami layani, cerita Tangkas
Wibowo, pegawai kantor pos Jakarta Timur kepada kumparan di ruang antaran
Kantor Pos Jakarta Timur, Selasa (14/2).

Ucapan Tangkas memang benar. Dalam ruangan Divisi Antaran, seluruh barang
kiriman yang dikelola Kantor Pos memiliki dimensi tebal macam dokumen atau
paket. Kalaupun ada selembar amplop, isinya biasanya bukan surat pribadi.

"Jasa kita saat ini lebih banyak (mengirim) parsel, dokumen, dan surat-menyurat
korporasi. Masa surat pribadi sudah lewat bagi kami. Barang-barang yang ada di
bagian antaran semuanya dokumen resmi. Bahkan kami juga sudah jarang
mengecek kotak surat yang terpasang di pinggir jalan," kata Tangkas.

Keputusan untuk merapkan diversifikasi produk tersebut ikut menunjang performa


keuangan perusahaan. Dalam lima tahun terakhir, catatan keuangan BUMN itu
selalu positif.

International Post Corporation tahun 2015 menyatakan, industri pos akan bisa
sukses jika mampu melibatkan diri dalam digitalisasi perdagangan global. Pertalian
dengan pertumbuhan pesat e-commerce dan perdagangan dunia akan membuat
kantor pos diperhitungkan.

Memantapkan diri sebagai perusahaan kurir merupakan resep sukses industri pos di
seluruh dunia pada era digital ini.
Kantor Pos Amerika Serikat (Foto: Pixabay)

New York Times melansir, kantor pos di berbagai belahan dunia lantas mulai
menapaki jalan kesuksesan. Artikel tersebut menyoroti ketergantungan perusahaan
lingerie Jerman dengan perusahaan pos Singapura yang telah berusia 200 tahun.

Kisah kantor pos yang kembali menemukan relevansinya lantas bermunculan.


Perusahaan pengiriman barang terbesar di Australia, Toll Holding, dibeli perusahaan
pos Jepang untuk bersaing dengan penyedia kurir lainnya seperti DHL dan FedEx.

Sementara Kantor Pos Amerika Serikat yang sempat rugi 5,5 miliar Dolar AS kini
mampu menjadi mitra perusahaan Amazon. Pun di Australia, kantor pos menjadi
mitra eksklusif Alibaba, raksasa e-commerce dunia asal China.

Maka, kantor pos yang telah merelakan kematian surat yang selama ini identik
dengan dirinya, siap menyongsong era baru bentangan digital di hadapannya.
Bongkar muat barang kantor pos. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)

Senin, 01 Juli 2013

Rahasia Sukses Dirut PT Pos Indonesia


REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR---Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Tbk I
Ketut Mardjana berbagi pengalaman sukses menjadi pejabat tinggi di salah satu
badan usaha milik negara (BUMN) itu kepada siswa SMAN 1 Denpasar. "Saya
berbagi cerita untuk memberikan motivasi kepada siswa di sekolah ini, semoga saja
dapat memberikan inspirasi," kata Mardjana yang lulus pada 1970 di SMA terfavorit
di Denpasar itu.

Hal yang dilakukannya itu merupakan bagian dari program Indonesia Mengajar yang
idenya dicetuskan oleh Rektor Universitas Paramadina Anies Bawesdan.

Dia bercerita mengenai pengalaman hidupnya semasa kecil yang serba kesusahan
dan harus melakukan pekerjaan berat untuk bisa bertahan menjalani kehidupan
sehingga akhirnya berhasil meraih kesuksesan seperti sekarang. "Banyak hal yang
telah saya alami dan harus melakukan berbagai pekerjaan berat karena saya
merupakan anak seorang petani. Walaupun begitu orang tua saya menginginkan
untuk bersekolah sehingga dititipkanlah kepada kerabat ayahnya," ujarnya.
Berkat dorongan dan keinginan orang tuanya untuk dapat bersekolah membuat
dirinya berhasil meraih kesuksesan sebagai jajaran direksi di BUMN. Kesuksesan itu
tidak diraih dengan mudah namun melalui perjuangan yang cukup berat.

Mardjana berpesan apabila dapat melakukan sesuatu hal dengan sepenuh hati
maka nanti akan memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan. Mardjana yang
sukses mengantarkan Pos Indonesia bangkit dari keterpurukan sehingga saat ini
keuntungan terus bertambah, tercatat pada 2012 mencapai Rp 212 miliar.

"Banyak orang menilai perusahaan ini adalah 'sunset industry' seiring dengan
berkembangnya IT. Akan tetapi dengan disiplin dan kerja keras, saya justru
menjadikan tantang tersebut sebagai motivasi untuk menjadi industri yang
berkembang," ucapnya.

Sumber : republika.co.id

Ini Kiat Suksesnya Pos


Indonesia
Kamis, 25 September 2014 11:29

NET

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Puluhan pimpinan BUMN yang


tergabung dalam BUMN Marketeers Club Manado berkumpul di
Aston Hotel melaksanakan forum ke IX, Rabu (24/9/2014).
Kali ini, PT Pos Indonesia Manado menjadi tuan rumah pertemuan
bertema Move on! To be Trusted Postal Services Company.
Rahmat Eka Harianto, Kepala Regional PT Pos Indonesia Sulawesi
Maluku berbagi cerita sukses perjalanan Pos Indonesia dari tahun ke
tahun, dengan berbagai macam polemik, hingga terus berkembang
sampai saat ini.
"Dengan adanya forum ini bisa saling sharing produk yang kita punyai
dan produk dari perusahaan lain miliki, kita biasa cross selling, dan
bersinergi," jelasnya.
Menurutnya ini merupakan momen yang sangat baik, dan jika rutin
dilaksanakan akan memperkuat sinergitas."Ada peluang kerjasama
dengan perusahaan lain," jelas dia.
Menurutnya, di Pos Indonesia produknya dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu produk surat dan paket, bisnis keuangan, ritel dan properti.
"Kalau untuk surat dan paket, ya seperti pengembangan pengiriman
surat dan barang, kemudian bisnis keuangan, akan melibatkan pihak
lain untuk bekerjasama. Bisa menerima kiriman, pembayaran, juga
kerjasama perbankan," jelas dia.
Sementara untuk ritel dan properti, ada agen pos lebih banyak untuk
mempermudah masyarakat dapat layanan."Nanti ada mini market di
kantor pos," jelasnya.
Pipin Yusuf Arifin GM Angkasa Pura 1 Manado mengatakan, kegiatan
ini sangat baik, karena dapa menumbuhkan optimisme pemegang
usaha untuk mau berkembang lagi.
"Ini terlihat sangat menggembirakan dari pimpinan perusahaan BUMN
di Sulut, dan ujungnya akan berdampak juga ke bandara, sebab ini,
perusahaan dengan perusahaan saling menopang untuk lebih maju,"
kata dia.(amg)
Penulis: Alpen_Martinus
Editor: Fransiska_Noel

Anda mungkin juga menyukai