Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Peninggalan Hindu Di Indonesia

(Kerajaan Sriwijaya)

Disusun Oleh Kelompok IV


Kelas : V A (2017/2018)
Ketua : Zaskia Desi Nayla
Wakil : Fauziah Adella Putri
Anggota : Dennis Wara
Widya .C
Muhammad Brayen

SDN Pancoran 08 Jakarta


2017
I. Identitas Kerajaan Sriwijaya
a. Nama raja
- Dapunta Hyan Srijayanasa (terdapat dalam Prasasti
Kedukan Bukit tahun 683 Masehi dan Prasasti Talang Tuwo
tahun 684 Masehi)
- Sri Indrawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 724
Masehi
- Rudrawikrama (terdapat dalam Berita Cina tahun 728
Masehi)
- Wishnu (terdapat dalam Prasasti Ligor tahun 775 Masehi
- Maharaja (terdapat dalam Berita Arab tahun 851 Masehi)
- Balaputera Dewa (terdapat dalam Prasasti Nalanda tahun
860 Masehi)
- Sri Udayadityawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun
960 Masehi)
- Sri Udayaditya (terdapat dalam Berita Cina tahun 962
Masehi)
- Sri Sudamaniwarmadewa (terdapat dalam Prasasti Leiden
tahun 1044 Masehi)
- Marawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Leiden
tahun 1044 Masehi)
- Sri Sanggaramawijayatunggawarman (terdapat dalam
Prasasti Chola tahun 1044 Masehi)
b. Nama kerajaan : Kerajaan Sriwijaya
c. Raja yang terkenal : Sri Jaya Naga
d. Tahun berdiri : Sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan
Budha yang berdiri pada abad ke-7 dibuktikan dengan adanya
prasasti kedukan Bukit di Palembang (682)
e. Wilayah : Kerajaan sriwijaya terletak di Palembang, Pulau
Sumatra. Berikut ini merupakan wilayah kekuasaan kerajaan
sriwijaya :
- Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung
- Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung
Melayu
- Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan
internasional
- Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari
- Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara
Semenanjung Melayu
- Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno
II. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
a. Candi
- Candi muara takus
- Candi muaro jambi
- Candi biaro bahal
- Gapura sriwijaya
- Candi kota kapur
b. Prasasti
- Prasasti ligor
- Prasasti palas pasemah
- Prasasti hujung langit
- Prasasti kota kapur
- Prasasti telaga batu
- Prasasti kedukan bukit
- Prasasti talang tuwo
- Prasasti Leiden
- Prasasti karang birahi
c. Kitab-kitab
- Pramanavartika karya Dharma Kirti
III. Ringkasan Sejarahnya
Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan di kepulauan
Indonesia. Letak kerajaan ini berada di Sumatra Selatan. Dalam
bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti
"kemenangan". Bila diartikan maka Sriwijaya berarti cahaya
kemenangan. Arti kata ini sesuai dengan kondisi Sriwijaya yang
terkenal karena pelayarannya dan luas wilayahnya yang hampir
mencakup Asia Tenggara.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad
ke-7 dari seorang Tiongkok bernama I-Tsing. Dalam catatan
perjalanannya I Tsing menjelaskan bahwa ia pernah mengunjungi
Sriwijaya pada tahun 671. I Tsing tinggal di kerajaan itu selama 6
bulan lamanya. Oleh karena itulah catatan I Tsing mengenai
Sriwijaya dianggap sumber terpercaya.
Dari catatan sejarawan Arab bisa diketahui bahwa Kerajaan
Sriwijaya merupakan kerajaan yang memiliki tentara sangat
banyak. Hasil pertaniannya antara lain, kapur barus, kayu gaharu,
cengkeh, pala, kayu cendana, dan gambir. Hasil pertanian inilah
yang diperdagangkan oleh Sriwijaya dengan kerajaan-kerajaan lain.
Dari catatan para pedang asing diketahui bahwa Sriwijaya
merupakan kerajaan besar pada masanya, dengan wilayah dan
relasi dagang yang luas sampai ke Madagaskar. Bukti yang
memperkuat hubungan dagang itu antara lain arca, stupa, maupun
prasasti lainnya dari Sriwijaya. Selain itu, Sriwijaya juga melakukan
perdagangan dengan para pedagang Cina, India dan Arab.
Perdagangan itu dilakukan dengan kapal-kapal yang besar.
Selain itu bukti mengenai keberadaan kerajaan Sriwijaya
diketahui dari Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, Sumatra, pada
682 M. Prasasti tersebut beraksara Pallawa dengan bahasa Melayu
Kuno. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa raja berkunjung ke
tempat-tempat suci di daerah kekuasaannya.
Namun pada abad ke-11, Sriwijaya mulai mengalami
kemunduran. Pada tahun 1006 M Kerajaan Medang di bawah
pimpinan raja Darmawangsa menyerang Sriwijaya. Pada 1025 M,
Sriwijaya lagi-lagi mendapat serangan dari kerajaan Cola, India.
Hingga awal abad ke-13 M, Sriwijaya masih tetap berdiri, walaupun
kekuatan dan pengaruhnya sudah sangat jauh berkurang. Setelah
itu tidak diketahui keberadaan tentang kerajaan ini.
Setelah kerajaan Sriwijaya runtuh, cerita tentang Sriwijaya
belum banyak diketahui. Namun pada 1992-1993, sejarawan
Perancis, George Coeds dari cole franaise d'Extrme-Orient
berhasil membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai
Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking, Sumatra Selatan,
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai