Standar Akuntansi
Standar Akuntansi
Standar akuntansi merupakan pedoman bagi siapa saja dalam menyusun laporan keuangan.
Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan dan prosedur yang sudah disusun dan
disahkan oleh lembaga resmi atau organisasi profesi untuk menyeragamkan penyusunan
laporan keuangan yang digunakan untuk kepentingan public seperti dalam pelaporan di pasar
uang dan pasar modal. Dalam standar ini dijelaskan transaksi apa yang harus dicatat,
bagaimana mencatatnya dan bagaimana mengungkapkannya dalam laporan keuangan yang
akan disajikan. Standar akuntansi ini akan terus menerus berubah dan berkembang sesuai
perkembangan dan tuntutan masyarakat.
- Pada tahun 1974 IAI membentuk sebuah komite yang bertugas untuk menyusun standar
keuangan yang disebut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI), prinsip ini digunakan hingga tahun
1994.
- Pada tahun 1994 nama komite penyusun PAI diubah menjadi komite Standar Akuntansi
Keuangan.
- pada 1998, tepatnya 23-24 September 1998 di Jakarta, komite SAK diubah menjadi
Dewan SAK untuk masa bakti 1998-2000. Dan diberi otonomi untuk menyusun dan
mengesahkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Jika di Indonesia lembaga ini sama dengan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Terkadang ada hal-hal tertentu dimana lembaga tersebut (SEC dan Bapepam) memiliki
peraturan sendiri yang mungkin berbeda dengan FASB dan PSAK, issal bentuk dan isi laporan
keuangan.
Organisasi ini menerbitkan majalah bulanan yang memuat artikel-artikel tentang akuntansi
yang bernama Management Accounting.
Dan pada tahun 1990 UK berdiri sebuah komite Accounting Standard Board (ASB) yang
sebelumnya bernama Accounting Standard Stearing Committee (ASSC). Dimna ASB
mengeluarkan Statement of Standard Accounting Practise (SSAPs) dan Statement of
Recommended Practise (SORPs). Dan kedua standar akuntansi tersebut diterbitkan atas
persetujuan dari Consultative Committee melalui Consultative Committee of Accountancy
Bodies.
Sebagai contoh :
PT Indosat tbk. Mendaftarkan sahamnya di Jakarta, New York, Tokyo dan London. Jika tidak
ada standar akuntansi yang sama maka PT Indosat harus menyusun minimal 4 Laporan
Keuangan untuk memenuhi persyaratan di empat pasar modal tersebut. Ini berarti akan menjadi
biaya dan menyulitkan emiten dan akuntan.
Kubu standar akuntansi yang paling besar ada dua yaitu kubu Amerika yang
mengeluarkan Financial Accounting Standard Board Statement (FASB Statement) dan kubu
Eropa yang mengeluarkan International Accounting Standard Board (IASB).
Sejak tahun 1973 IASB sudah melayani public dan menegaskan penerapan International
Financial Reporting Standard (IFRS) dalam skala internasional.
Pada tahun 2005 terdapat 65 negara serta perusahaan amerika baik yang masih
menggunakan GAAP ataupun perusahaan yang terdapat di Eropa dan sebaliknya telah wajib
menggunakan IFRS.
Indonesia, sebagai Negara atau pasar yang disebut Emerging Market mau tidak mau harus
bisa mengikuti perkembangan internasional. Maka Negara kita yang awalnya memiliki banyak
lulusan profesi akuntansi dari Amerika turut menggunakan FASB sebagai pedoman IAI. Namun
agar dapat turut bersaing dalam pasar internasional kini IAI telah menjadikan IASB sebagai
sumber standar atau PSAK yang berlaku di Negara kita. Sikap IAI sudah dirumuskan pada
Konvensi dan Rapat Umum Anggota di Bali tahun 2004. Dan IAI telah menerapkan IFRS di
pasar modal Indonesia secara bertahap mulai pada tahun 2007.
Berikut ini perbedaan pedoman antara PSAK yang dikeluarkan IAI (telah menggunakan IFRS)
dengan standard akuntansi FASB.
Pada PSAK
1. Semua aktiva dan kewajiban entitas asing baik moneter maupun non moneter dijabarkan
dengan kurs penutup (closing rate).
2. Pendapatan dan biaya entitas asing dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berlaku
pada tanggal transaksi.
3. Beda nilai tukar yang terjadi disajikan sebagai selisih kurs karena penjabaran laporan
keuangan dan disajikan sebagai bagian dari ekuitas sampai pelepasan investasi netto
yang bersangkutan.
Pada FASB
1. Semua aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dengan kurs yang
berlaku pada tanggal neraca.
2. Selisih kurs akibat transaksi dalam mata uang asing harus diperhitungkan dalam
penentuan rugi laba periode tertentu.